Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN Definisi Hifema adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perdarahan pada kamera okuli anterior (ruangan

antara k ornea dan iris) pada mata. Hal ini terjadi bila pembuluh darah di iris atau badan siliar robek dan darah masuk ke dalam aqueous humor yang jernih. Hifema biasanya dapat terlihat secara langsung pada COA. Perdarahan ini sering disebabkan oleh trauma tumpul pada mata, juga oleh pembedahan. Penyebab lainnya bisa karena pertumbuhan pembuluh darah mata yang abnormal dan tumor okuli.1,2 Tanda dan gejala hifema, berupa : 2 1. Penurunan visus (tergantung banyaknya darah di COA) 2. Terisinya COA oleh darah 3. Peningkatan tekanan intra okuler (pada beberapa kasus), dapat menimbulkan nyeri pada mata yang sakit. Hifema dibagi dalam 4 tingkatan berdasarkan banyaknya darah pada COA, yaitu : 3 Grade I Grade II Grade III Grade IV ball Etiologi Hifema Traumatika Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu, peluru senapan angin, dll. Selain itu hifema juga dapat terjadi karena kesalahan prosedur operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah adanya tumor mata ( contohnya retinoblastoma ). Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris,korpus siliaris dan koroid. Perdarahan didalam bola mata yang berada di : darah kurang dari COA : darah mengisi - COA : darah mengisi lebih dari COA : menutup seluruh COA, sering disebut blackball atau 8hyphema

kamera anterior akan tampak dari luar. Timbunan berat ini karena gaya berat akam berada di bagian terendah gss. Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu trauma yang mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat menyebabkan hifema dari iridodialisis, serta merobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yang timbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola ke lateral sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti, oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih kembali. Patofisiologi Deteksi dan diagnosis penting diketahui dengan melakukan pemeriksaan visus, mengukur tekanan intra okuler, pemeriksaan menggunakan slit lamp dan ophtalmoskop.2 Penyulit yang mungkin timbul dapat berupa perdarahan sekunder, glaukoma sekunder dan hemosiderosis. Perdarahan sekunder dapat terjadi pada hari ke-4 6 setelah trauma, yang terjadi karena bekuan darah terlalu cepat diserap sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu cukup untuk regenerasi kembali dan menimbulkan perdarahan lagi. Perdarahan ini biasanya terjadi pada hifema derajat III dan IV. Peningkatan tekanan intra okuler yang disebabkan oleh darah dalam COA, menyebabkan terhambatnya aliran aqueous humor ke dalam trabekula, sehingga dapat menimbulkan glaukoma sekunder. Selain itu hifema dapat pula menyebabkan hemosiderosis (imbibisio kornea) karena darah terurai dalam bentuk hemosiderin yang dapat meresap masuk dalam kornea, menyebabkan kornea berwarna kuning.1,3,4 Penatalaksanaan hifema berupa : 1,3,4 Tirah baring dengan elevasi kepala 30 45 0, kepala difiksasi dengan bantal agar tak bergerak. Mata yang sakit ditutup.

Dapat diberikan asam traneksamat (transamin) 4 x 250 mg. Pemberian diamox, bila terjadi peningkatan TIO Pemberian analgesik, bila terdapat nyeri akibat peningkatan TIO. (jangan diberikan aspirin, karena mempercepat proses perdarahan sekunder). Pemberian cyclopegics bila trauma iridosiklitis dan mioticus untuk memperluas daerah penyerapan darah pada iris. Antibiotik Tindakan bedah; parasentesis dilakukan bila TIO tidak turun dengan pemberian Diamox dan bila darah masih tetap terdapat dalam COA pada hari ke-5 9. Berikut ini dilaporkan sebuah kasus Hifema grade IV + Glaukoma sekunder Okulus Sinistra.

LAPORAN KASUS Seorang penderita, laki-laki, umur 12 tahun, suku Minahasa, bangsa Indonesia, agama Kristen Advent, anak petani, alamat di Kiniar, Tondano, datang berobat di poliklinik mata RSU Prof. Dr. R. Kandou pada hari Selasa, tanggal 17 Agustus 2004 dengan keluhan utama nyeri dan penglihatan kabur pada mata kiri.

Anamnesis Nyeri pada mata kiri dialami penderita sejak 4 hari sebelum MRS. Nyeri bersifat hilang timbul, terutama pada malam hari. Nyeri pada mata kiri disertai dengan penglihatan kabur, yang makin lama makin bertambah kabur. Penderita juga mengeluh kadang-kadang terasa ada yang mengganjal, seperti ada pasir di mata kiri. Mata kiri merah disadari orangtua penderita sejak 4 hari sebelum MRS, bersamaan dengan nyeri dan mata kabur. Riwayat trauma pada mata diakui penderita, yaitu 5 hari sebelum MRS. Mata kiri penderita terkena lemparan bola kasti saat bermain disekolahnya. Pemeriksaan Fisik Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Respirasi Suhu badan Kepala dan Leher Thoraks Abdomen Ekstremitas Genitalia Status Psikiatri Sikap penderita kooperatif, ekspresi wajar dan sikap yang ditunjukkan baik Status Neurologis Motorik dan sensibilitas baik, refleks fisiologis (+), refleks patologis (-) Status Oftalmikus A. Pemeriksaan subjektif : : baik : Compos Mentis : 100/70 mmHg : 88 x/menit : 20 x/menit : afebris : simetris, tidak ada kelainan : jantung/paru dalam batas normal : datar, lemas, BU (+) normal, hepar/lien tidak teraba : akral hangat, tidak ada deformitas : laki-laki, tidak ada kelainan

- Visus okulus dekstra : 6/6 - Visus okulus sinistra : 1/~ - Pupillary Distance : sulit dievaluasi B. Pemeriksaan objektif : - Inspeksi OD : hiperemi konjungtiva bulbi (-), benjolan di konjungtiva bulbi (-), hiperemi sklera (-), kornea jernih, permukaaan kornea rata, bilik mata depan normal, iris normal, pupil bulat, refleks cahaya (+), lensa jernih. - Inspeksi OS : hiperemi konjungtiva bulbi (+), benjolan di konjungtiva bulbi (-),hiperemi sklera (+), kornea jernih, COA terisi penuh oleh darah berwarna merah, permukaan kornea rata, bilik mata depan, iris, pupil, refleks cahaya dan lensa sulit dinilai. - Palpasi OD : nyeri tekan (-), tumor (-), Tekanan Intra Okuler dengan Tonometer Schiotz 14,5 mmHg. - Palpasi OS : nyeri tekan (-), tumor (-), Tekanan Intra Okuler dengan Tonometer Schiotz 42,3 mmHg. Resume Masuk : Seorang penderita, laki-laki, 12 tahun, masuk RSU Prof. Dr. Kandou, tanggal 17 Agustus 2004 dengan keluhan utama nyeri dan penglihatan kabur pada mata kiri sejak 4 hari yang lalu. Nyeri pada malam hari (+), rasa seperti ada pasir (+), makin lama penglihatan bertambah kabur (+). Riwayat trauma pada mata kiri (+) 5 hari yang lalu, terkena bola kasti. Pemeriksaan fisik : status generalis, psikiatri,neurologi tidak ada kelainan. Status oftalmikus OS : terdapat darah pada COA, berwarna merah menutupi seluruh COA. Hiperemi konjungtiva (+), hiperemi sklera (+), kornea rata (+), VOD 6/6, VOS 1/~, TIO OD 14,5 mmHg, TIO OS 42,3 mmHg. Diagnosis : Hifema grade IV + Glaukoma sekunder Okulus Sinistra

Terapi : - Tirah baring dengan elevasi kepala 30 - 450 - Tutup mata kiri dengan kassa. - Amoxicillin 4 x 250 mg - Transamin 3 x 250 mg - Diamox 2 x 250 mg - Tobro 3 x 1 tetes OS - Rencana parasentesis Prognosis : Dubia Follow up Tanggal 18 Agustus 2004 S : O: Nyeri OS (-), rasa berpasir di mata kiri(+) KU : baik, Kes :CM VOD = 6/6 VOS = 1/~ A: P : TIO : 14,5 mmHg TIO : 38,8 mmHg

Konjungtiva hiperemis(+) Hifema grade IV + Glaukoma sekunder OS - tirah baring 450 - tutup mata kiri dengan kassa - amoxicillin 4 x 250 mg - transamin 3 x 250 mg - diamox 2 x 250 mg - lokal tobro 3 x 1 tetes OS - rencana parasentesis Tanggal 20 Agustus 2004 S: O: Nyeri (-), rasa berpasir (-) KU : baik, Kes : CM VOD = 6/6 TIO : 14,5 mmHg

VOS = 1/~ A: P :

TIO : 29,0 mmHg

Konjungtiva hiperemis (+) Hifema grade IV + Glaukoma sekunder OS - Parasentesis - amoxicillin 4 x 250 mg - transamin 3 x 125 mg - diamox 2 x 250 mg - lokal tobro 6 x 2 tetes OS - gentamicin zalf 3 x 1 oles Tanggal 23 Agustus 2004 S: O: KU : baik, Kes : CM VOD = 6/6 VOS = 6/15 A: P: TIO : 12,2 mmHg TIO : 4,9 mmHg

OS : Hifema (-), injeksi (+), Pupil 7 mm, Refleks (-) Post parasentesis a.i hifema grade IV hr III - amoxicillin 4 x 250 mg - tobro 6 x 2 tetes OS - boleh pulang, kontrol di poli mata

DISKUSI Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftamologi. Dari anamnesis diperoleh data berupa gejala yang dikeluhkan penderita, yaitu adanya rasa nyeri disertai penglihatan kabur pada mata kiri. Nyeri terutama dirasakan pada malam hari. Penglihatan kabur dirasakan makin lama makin bertambah. Keadaan ini sesuai

dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa hifema dapat bergejala nyeri pada mata yang terkena, disebabkan peningkatan Tekanan Intra Okuler, terutama bila darah mengisi seluruh COA. Penglihatan kabur juga disebabkan karena terhalangnya cahaya yang masuk ke mata oleh darah pada COA. Penderita hifema biasanya datang dengan penglihatan kabur, atau nyeri pada mata yang terasa setelah beberapa hari pasca trauma pada mata. Dari pemeriksaan ophtalmologi ditemukan Visus mata kanan normal (6/6) dan Visus mata kiri menurun (1/~), dimana penderita hanya bisa melihat cahaya senter dan masih dapat menyebutkan arah datangnya cahaya senter. adanya hiperemi pada konjungtiva mata kiri, disertai terisinya COA dengan darah yang memenuhi seluruh COA. Hal ini menyebabkan iris, pupil, dan refleks cahaya sulit untuk diperiksa. Pada pengukuran tekanan intra okuler menggunakan tonometer Schiotz didapatkan TIO OS tinggi yaitu 42,3 mmHg, dari tingginya TIO ini diketahui bahwa pada pasien ini telah terjadi glaukoma sekunder akibat adanya darah dalam COA yang menghambat aliran aqueous humor dari trabekulum. Nyeri yang dikeluhkan oleh penderita juga menunjukkan adanya peningkatan TIO, yang menyebabkan glaukoma sekunder. Dari kepustakaan hifema dibagi dalam 4 tingkatan berdasarkan banyaknya darah pada COA, yaitu : 3 Grade I Grade II Grade III Grade IV ball Hifema Grade IV. Penyebab utama hifema adalah trauma pada mata, selain itu dapat pula disebabkan oleh pembedahan baik selama pembedahan ataupun setelah pembedahan. Penyebab lainnya, yaitu iritis (herpes simplex, herpes zoster), tumor intra okuler (juvenile xanthogranuloma, retinablastoma, melanoma malignant), microhemangioma pupil, komplikasi trabekuloplasti laser atau iridotomi, dan sickle cell disease.5 : darah kurang dari COA : darah mengisi - COA : darah mengisi lebih dari COA : menutup seluruh COA, sering disebut blackball atau 8hyphema

Bila dilihat dari tertutupnya COA oleh darah, maka pada keadaan ini termasuk

Penanganan hifema pada pasien ini adalah tirah baring (bed rest) dengan elevasi kepala 300 - 450 dan menutup mata yang sakit dengan kassa. Hal ini dilakukan agar perdarahan yang terjadi tidak bertambah banyak. Untuk terapi medikasi, pada pasien ini diberikan amoxicillin tablet dan tobro tetes mata sebagi antibiotik profilaksis, karena penderita baru mendapat perawatan setelah 4 hari trauma pada matanya. Diberikan pula Transamin oral 250 mg untuk mengurang perdarahan yang terjadi dengan menghambat kerja plasmin. Diamox diberikan pada pasien ini karena TIO mata kirinya sangat tinggi, sehingga perlu diturunkan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut pada papil optikusnya. Pada pasien ini direncanakan dilakukan tindakan parasentesis, karena darah masih terdapat didalam COA, walaupun TIO sudah turun.

PENUTUP Demikian telah dilaporkan sebuah laporan kasus berjudul Penanganan Hifema grade IV + Glaukoma sekunder Okulus Sinistra dari seorang penderita laki-laki umur 12 tahun yang datang berobat di poliklinik mata RSU Prof. Dr. R. Kandou. Prognosis pasien ini adalah dubia, mengingat hifemanya yang penuh (grade IV) dan telah timbul glaukoma sekunder.

KEPUSTAKAAN

1. Perhimpunan dokter spesialis mata indonesia. Ed : Ilyas S. Mailangkay H. dkk. Ilmu penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta : CV. Sagung Seto ; 2002 : 266-268. 2. Hyphema.at http://www.stlukeseye.com/Conditions/Hyphema.asp.(2002).

3. Sheppard J. Hyphema.at http://www.emedicine.com/oph/topic765.htm(2002). 4. Wijana N.Trauma Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta : 1989 ; 312-326. 5. Hyphema.at http://www.emedicine.com/OPH/topic142.htm#

10

Anda mungkin juga menyukai