Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 1atar Belakang Teknik tertua yang dikenal pada pemurnian air adalah proses Klarifikasi. Proses ini digunakan untuk mengolah air permukaan terutama untuk menghilangkan padatan tersuspensi kasar maupun halus termasuk partikel koloid. Proses klarifikasi mencakup proses-proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Proses koagulasi merupakan suatu penambahan beban kimia atau koagulan tertentu ke dalam air yang disertai dengan pengadukan cepat sehingga trerbentuk flok partikel koloid yang sangat halus. Flok flok halus tersebut selanjutnya mengalami proses flokulasi. Dalam proses ini, flok-flok halus akan membentuk. Flok yang lebih besar.proses pemisahan flok flok itu dapat dilakukan dengan cara sedimentasi. Sedimentasi (pengendapan) merupakan salah satu cara pemisahan padatan yang tersuspensi dalam suatu cairan dimana akan terjadi peristiwa turunya partikel partikel padat yang semula tersebar atau tersuspensi dalam cairan karena adanya gaya berat atau gaya grafitasi, tetapi Selama proses sedimentasi ini berlangsung, terdapat tiga gaya yang berpengaruh a. Gaya Grafitasi b. Gaya Apung c. Gaya dorong . 1.2 Tujuan Percobaan Mencari data dan membuat grafik dengan kecepatan sedimentasi vL dengan konsentrasi suspensi CL berdasar dari data percobaan sedimentasi secara batch dan juga mencari kecepatan free seetling vt.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian sedimentasi Teknik tertua yang dikenal pada pemurnian air adalah proses klarifikasi. Proses ini digunakan untuk mengolah air permukaan terutama untuk menghilangkan padatan tersuspensi kasar maupun halus termasuk partikel koloid. Proses klarifikasi mencakup proses-proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Proses koagulasi merupakan suatu penambahan beban kimia atau koagulan tertentu ke dalam air yang disertai dengan pengadukan cepat sehingga trerbentuk flok partikel koloid yang sangat halus. Sedimentasi merupakan peristiwa turunya partikel-partikel padat yang semula tersebar merata dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi pengendapan cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di dasar atau biasa disebut dengan pengendapan. Selama proses ini berlangsung, terdapat tiga gaya yang berpengaruh:

a.

Gaya Gravitasi Gaya ini bisa dilihat pada saat terjadi endapan atau mulai turunnya partikel padatan menuju kedasar tabung untuk membentuk endapan. Hal ini terjadi karena massa jenis partikel padatan lebih besar dari massa jenis fluida. Atau dengan kata lain bahwa, pada gaya ini berat jenis larutan lebih kecil dari berat jenis partikel, sehingga partikel lebih cepat mengendap. Pada kondisi ini, sangat dipengaruhi oleh Hukum Newton II, yaitu

Fg = m . g ................................................................................................ (1)

b. Gaya Apung atau Melayang Gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis fluida. Sehingga partikel padatan berada pada permukaan cairan. Maka pengaruh gaya ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Fa = c. Gaya Dorong Gaya dorong terjadi pada saat larutan dipompakan ke dalam tabung klarifier. Larutan ini akan terdorong pada ketinggian tertentu. Gaya dorong dapat juga kita lihat pada saat mulai turunya partikel padatan karena adanya gaya Gravitasi, maka fluida akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan berat padatan itu sendiri. Gaya inilah yang disebut gaya dorong dan juga gaya yang memiliki arah yang berlawanan dengan gaya gravitasi.
2 Fd = Ap.V . Cd. ........................(3) 2

m. Fa =. g ..............................(2) p

2.2 Flokulasi Flokulasi adalah proses penggabungan muatan positif dan negatif sehingga membentuk muatan yang lebih besar dengan tujuan menetralisir muatan yang ada pada partikel itu. Banyak yang terdiri dari partikel yang mempunyai muatan listrik karena adanya gaya saling tolak antara muatan yang sama, cenderung selalu terdispersi. Jika kita tambahkan elektrolit, maka ion yang terbentuk di dalam larutan itu akan menetralisir muatan partikel tadi. Partikel itu lalu dapat dialogmerasikan menjadi flok flok yang masing masingnya terdiri dari banyak pertikel. Bila partikel semula bermuatan negatif, kation elektrolit itulah yang efektif dan bila muatanya negatif, maka anion yang aktif. Metode lain untuk flokulasi mencakup pengunaan bahan aktif permukaan dan penambahan bahan, seperti perekat gamping, alumina atau natrium sillikat, yang menyeret partikel itu turun bersamanya. (McCabe jilid 2 1983)

Partikel yang terflokulasi mempunyai dua karakteristik pengendapan yang penting. Karakteristik pertama adalah bahwa struktur flok itu sangat rumit. Ikatan antara partikelnya lemah, dan flok itu mengandung air yang cukup banyak di dalam strukturnya, maka akan ikut bersama flok itu turun ke bawah, walaupun pada mulanya flok itu mengendap dalam pengendapan bebas atau terganganggu, dan persamaan umum pada prinsipnya berlaku namun tidaklah praktis bila kita menggunakan hukum-hukum pengendapan secara kuantitatif didefinisikan. Karakteristik kedua dari pada pulp yang terfokulasi ialah peliknya mekanisme pengendapanya. Secara umum riwayat pengendapan suspensi yang terfokulasi adalah sebagai berikut : karena diameter dan bentuk flok itu tidak mudah

B C C D (A) (B) (C)

(D)

(E)

Gambar 2.1. Sedimentasi Tumpak Keterangan Gambar 1. Gambar (A) menunjukan suspensi yang terdistribusi secara seragam didalam zat cair dalam keadaan siap untuk mengendap. 2. Gambar (B) jika tidak terdapat pasir dalam campuran itu, zat padat pertama yang menampakan diri ialah endapan pada dasar bejana pengendap, yang terdiri dari flok yang berasal dari bagian bawah campuran.zat padat yang berupa flok tergeletak longgar diatas satu sama lain, membentuk suatu lapisan, yang kita namakan zone D diatas zone D itu terbentuk lagi lapisan lain yaitu zone C, yang merupakan

lapisan transisi, dimana kandungan zat padatnya bervariasi dari yang seperti pada pulp asal sampai seperti di dalam zone D. Diatas Zone C terdapat Zone B, yang terdiri dari suspensi homogen yang konsentrasinya sama dengan pulp asal. Diatas zone B terdapat lagi zone A yang jika partikel itu telah terflokulasi penuh, merupakan zat cair jernih. 3. Gambar (C) dalam pulp yang terflokulasi dengan baik batas antar zone A dan zone B itu tajam. Jika terdapat pertikel yang teragmolerasi, zone A itu keruh dan batas antara zone A dan B kabur . dengan adanya pengendapan, kedalam zone D dan A bertambah, dan tebal zone C tetap, zone B berkurang. 4. Gambar (D) setelah pengendapan selanjutnya, zone B dan C hilang, dan seluruh zat padat itu akan terdapat pada zone D. 5. Gambar (E) Sesudah itu efek lain, yang disebut pemampatan (compresion) berlangsung saat dimana pemampatan itu bermula disebut titik kritis atau critical point. Pada pemampatan sebagaian dari zat cair yang tadinya ikut bersama flok kedalam zone kompresi D akan terperas keluar manakala bobot endapan itu mengambrukan struktur flok. Selama pemampatan itu berlangsung, sebagian dari zat cair di dalam flok itu menyembur keluar seperti geiser-geiser kecil, dan ketebalan zone itu berkurang. Dan akhirnya, bila bobot zat padat itu berkurang. Dan akhirnya, bila bobot zat padat itu telah mencapai keseimbangan mekanik dengan kekuatan tekan flok proses

pengendapan itu akan berhenti, pada saat ini lumpur sudah mencapai tinggi akhirnya. (Mc Cabe, Warren L, hal 423-424, 1990)

2.3 Laju Pengendapan Suatu partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi akan mengalami percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya gravitasi, setelah terjadi kesetimbangan partikel akan terus

mengendap pada kecepatan konstan yang dikenal sebagai kecepatan akhir atau kecepatan pengendapan bebas. Laju pengendapan sangat dipengaruhi oleh viskositas dimana viskositas sangat berkaitan erat dengan suhu yang ada. Bila temperatur tinggi maka viskositas menurun sehingga bentuk dan ukuran partikel semakin kecil sehingga laju pengendapan cepat. Laju pengendapan lumpur berbeda-beda satu sama lainnya, demikian pula tinggi relatif berbagai zone pengendapanya.untuk menentukan karakteristik pengendapanya secara teliti, setiap lumpur itu harus diperiksa dengan melakukan eksperimen terhadap masing-masingnya. (Mc Cabe, WL, Hal. 424 425, 1990). Zo

Laju tetap Z Zu C tinggi patah

tu waktu . t Gambar 2.2. Laju Sedimentasi Laju pengendapan partikel dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a. Berat jenis air b. Berat jenis Partikel Padatan c. Viskositas air d. Aliran dalam bak pengendapan e. Bentuk dan ukuran partikel

Berat jenis fluida lebih besar dari pada berat jenis partikel padatanya, maka laju pengendapanya lamban. Begitu juga sebaliknya, semakin besar berat jenis partikel maka laju pengendapanya cepat.

Padatan yang tersuspensi dalam air dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: 1. Padatan Kasar Adalah padatan yang dapat dipisahkan dengan cara pengendapan yang sederhana dalam waktu yang singkat dimana pada padatan kasar mudah terjadi pengendapanya besar. Pengendapan padatan kasar terjadinya sangat mudah, hal itu terjadi karena pengendapanya lebih besar. Bila terjadi gerakan relatif dengan suatu pertikel yang disekitarnya dikelilingi oleh air tersebut. Maka air akan memberikan tahanan gesek (Drag) kepada partikel itu sebesar :
2 Fd = Cd . Ap . V .................(4) 2

2. Padatan Halus Adalah padatan yang tidak dapat dipisahkan dengan cara pengandapan yang sederhana didalam waktu yang relatif singkat atau tidak mempunyai peralatan pengendap yang dapat beroperasi secara komersial mekanisme penggerak (rake) yang dipasang pada dasar tangki pengendap agar dapat mempermudah pengumpulan suspensi pekat dari dasar tangki. Aliran dalam bak pengendapan akan mempengaruhi laju endapan. Pada aliran laminer laju pengendapan cepat sedangkan pada aliran turbulen laju pengendapan akan sangat terganggu maka akan sangat lambat mengendap. Laju pengendapan partikel partikel dalam air tergantung pada jenis bentuk dan ukuran dari partikel tersebut dan viskositas cairan yang digunakan. Adanya pengendapan zat uji kemungkinan besar

mempengaruhi laju pengendapan sehingga dapat ditentukan lajunya dan mengetahui pangaruh zat uji tersebut. Dimana dilakukan pengambilan sampel tiap selang waktu tertentu dan menimbang berat endapan serta menghitung beberapa konsentrasi endapan yang terjadi sehingga kita dapat membandingkan kecepatan laju pengendapan dari tiap gerakan pada

partikel pada fluida dalam proses. Partikel yang mempunyai ukuran yang besar dan kasar akan sangat mudah mengendap dari pada partikel halus, untuk padatan yang halus diusahakan menggumpal menjadi partikel yang lebih besar agar cepat mengendap. (Parikesit, F, Diktat Alat Industri Kimia). Berdasarkan tujuan dari bahan yang ingin didapatkan maka sedimentasi ini dapat digolongkan jadi dua macam yaitu : a. Penjernihan Klarifier adalah pengendapan partikel padat yang jumlahnya relatif sedikit (1-5%) dengan suatu tujuan untuk memperoleh cairan yang jernih, proses klarifier mencakup proses flokulasi dan koagulasi. Proses koagulasi merupakan suatu proses dimana penambahan zat kimia atau koagulan tertentu kedalam air yang diolah dan disertai pengadukan cepat sehingga terbentuk flok suatu partikel yang halus selanjutnya mengalami proses flokulasi yaitu penggabungan flok-flok membentuk flok yang lebih besar. b. Pemekatan (Thickener) Thickener adalah peningkatan konsentrasi atau konsentrasi zat padat dari campuran yang memiliki zat padat yang relatif banyak (15 - 30 %) dan biasanya hasil padatnya yang diperlukan, di dalam sedimentasi perlu dibedakan antara: 1) Discrate partikel adalah partikel yang memiliki ukuran bentuk dan spesifik Gravitasi tetap (tidak berubah dengan waktu) selama proses pemisahan berlangsung. 2) Flocullant partikel adalah partikel yang memiliki sifat permukaan yang dapat membesar atau bergabung dengan partikel-partikel lain ketika akan bersinggungan sehingga ukuran bentuk mungkin akan berubah.

2.4 Pemisahan atas dasar gerakan partikel melalui fluida Banyak metode separasi mekanik yang didasarkan atas gerakan partikel zat padat atau tetesan zat cair melalui fluida itu mungkin gas atau zat cair dan mungkin berada pada keadaan mengalir atau keadaan diam. Dalam beberapa situasi, tujuan dari pada proses itu adalah untuk mengeluarkan partikel dari arus fluida dan untuk mengeluarkan pengotor yang terdapat didalam fluida atau untuk memulihkan partikel sebagaimana dalam pembersihan udara atau gas buang terhadap debu dan uap racun atau untuk membuang zat padat dari air limbah. Dalam soal soal lain, partikel itu sengaja disuspensikan di dalam fluida supaya dapat dipisahkan menjadi fraksi-fraksi yang berbeda ukuran atau densitasnya. Fluida itu lalu dipulihkan, kadangkadang unutk digunakann kembali, dari partikel yang telah di fraksionasi. Jelaslah bahwa tiap partikel itu mulai dari keadaan diam terhadap fluida tempat partikel itu terendam, lalu bergerak melaui fluida itu karena adanya gayagaya luar, gerakan itu dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama merupakan satu periode singkat dimana berlangsung percepatan, yaitu selama waktu kecepatan itu meningkat dari nol sampai kecepatan terminal. Tahap kedua ialah periode dimana partikel itu berada dalam kecepatan terminalnya.

2.1 Proses pengendapan gravitasi Partikel-partikel yang lebih berat dari fluida tempat patikel itu tersuspensi dapat dikeluarkan didalam kotak pengendap atau tangki pengendap (Settling Tank) dimana kecepatan fluida itu cukup kecil dan partikel itu mendapat waktu yang cukup untuk mengendap ke luar dari suspensi itu akan tetapi, peranti sederhana seperti itu terbatas kegunaanya karena pemisahanya tidak lengkap disamping memerlukan tenaga kerja untuk mengeluarkan zat padat yang mengendap dari dasar tangki. Separator-separator industri hampir semua mempunyai fasilitas untuk mengeluarkan zat padat yang mengendap pemisahan itu bisa pula hampir lengkap. Peralatan pengendap yang dapat memisahkan hampir seluruh

partikel dari zat cair dinamakan klarifikator (Clarifier) sedang peranti yang memisahkan zat padat memisahkan zat padat menjadi dua fraksi disebut klasifikator (Clarifier). Pada kedua alat itu berlaku prinsip sedimentasi yang sama.

BAB III PROSEDUR KERJA

3.1 Bahan 1. Pasir (Sand) 2. Air (Water)

3.2 Alat 1 2

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Sedimentasi Keterangan Gambar: 1. Buffle 2. Limnimeter


3. Pompa 4. Flowmeter

3.3 Cara Kerja


Sejumlah pasir diletakkan setinggi 18 cm pada tabung kaca alat sedimentasi yang dibatasi dengan buffle, kemudian pompa dinyalakan dan diatur laju alirnya sehingga air dari bak penampungan akan mengalir ke bak

kaca pada alat sedimentasi sampai overflow. Setelah overflow, air dari bak kaca akan mengalirkan pasir secara laminar. akibat pengaruh buffle pada tabung kaca maka akan terbentuk puncak dan lembah gunung. Setelah air jatuh kembali ke bak penampungan air, puncak dan lembah yang terbentuk diukur dengan menggunakan limnimeter sedangkan jarak antara lembah dan puncak diukur dengan menggunakan mistar. Prosedur ini dilakukan secara berulang kali dengan memvariasikan laju alir, dan buffle.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Sedimentasi merupakan peristiwa turunya partikel-partikel padat yang semula tersebar merata dalam cairan karena adanya gaya berat, setelah terjadi pengendapan cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di dasar atau biasa disebut dengan pengendapan. Selama proses ini berlangsung, terdapat tiga gaya yang berpengaruh: a. Gaya gravitasi b. Gaya apung atau melayang c. Gaya dorong

4.2 Saran Diharapkan asisten dapat membimbing praktikan dengan baik saat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA Brown G.G weilley and sons,Unit Operation, Thn:1991 http//wikipedia.org. Sedimentasi McCabe, W. L, Smith, J. C.1999. Operasi Teknik Kimia Jilid 2, Edisi 4. Jakarta: Erlangga. M. Olson Reuben, Dkk. 1993. Mekanika Fluida Edisi Kelima. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Parakesit, F. 1987. Diktat Alat Industri Kimia. Bandung: ITB. Team Laboratorium OTK. 2008. Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia. Makassar: Universitas Muslim Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai