Anda di halaman 1dari 3

Fisiologi siklus haid Siklus Ovarium o Fase folikuler Pada awal siklus sekresi gonadotropin (FSH,LH) meningkat perlahan,

dengan sekresi FSH lebih dominan disbanding LH. Sekresi gonadotropin yang meningkat ini memicu beberapa perubahan di ovarium. Pada awal siklus didapatkan beberapa folikel kecil, folikel pada tahap antral yang sedang tumbuh. Pada folikel didapatkan dua macam sel yaitu sel teka dan sel granulose yang melingkari telur, oosit. Pada awal fase folikuler) reseptor LH hanya dijumpai pada sel teka sedangkan reseptor FSH hanya ada di sel granulose. LH memicu sel teka untuk menghasilkan hormon androgen, selanjutnya hormone androgen memasuki sel granulose. FSH dengan bantuan enzim aromatase mengubah androgen menjadi estrogen. Stmulus FSH tersebut menyebabkan pertumbuhan beberapa folikel antral menjadi lebih besar, dan sekresi estrogen terus meningkat. Pada hari 5-7 siklus kadar estrogen dan inhibin B sudah cukup tinggi, secara bersama keduanya menekan sekresi FSH, tetapi tidak menekan sekresi LH. Sekresi FSH yang menurun tersebut mengakibatkan hanya satu folikel yang paling siap, dengan penampang paling besar dan mempunyai sel granulose paling banyak, tetap terus tumbuh (folikel dominan). Pada kadar estrogen 200 pg/ml yang terjadi sekitar hari ke-12, dan bertahan lebih dari 50 jam,akan memicu sekresi LH, sehingga terjadi lonjakan sekresi LH pada akhir masa siklus folikuler (pertengahan siklus haid). Pada pertengahan siklus haid reseptor LH mulai didapatkan juga di sel granulosa. o Fase luteal Sekitar 36-48 jam dari awal lonjakan LH, oosit keluar dari folikel yang dikenal sebagai ovulasi. Pasca ovulasi oosit mempunyai usia yang tidak terlalu lama. Pascaovulasi, luteinisasi sel granulosa menjadi sempurna, sekresi progesteron meningkat tajam, memasuki fase luteal. Selama 3 hari pasca sel granulose terus membesar membentuk korpus luteum bersama sel teka dan jaringan stroma disekitarnya. Pada fase luteal, kadar estrogen dan progesteron (lebih dominan) meningkat, mencapai puncaknya pada 7 hari pascaovulasi, pada pertengahan fase luteal, kemudian menurun perlahan, bila tidak terjadi pembuahan. Sebab, pada siklus haid normal, korpus luteum akan mengalami regresi 9-11 hari pascaovulasi. Bila terjadi pembuahan, sekresi progesterone di korpus luteum tidak menurun karena adanya stimulus dari human Chorionic Gonadotropin (Hcg), yang dihasilkan oleh sel trofoblas buah kehamilan . Kurang lebih 14 hari pascaovulasi kadar progesterone dan estrogen cukup rendah, mengakibatkan sekresi gonadotropin meningkat kembali, dengan FSH lebih dominan dibandingkan LH, memasuki siklus baru berikutnya. Siklus uterus (endometrium) o Fase proliferasi

Pada fase folikuler, folikulogenesis menghasilkan estrogen. Kemudian estrogen memicu pertumbuhan endometrium untuk menebal kembali, sembuh dari perlukaan akibat haid sebelumnya. Proliferasi endometrium tampak jelas pada lapisan fungsional, di dua pertiga atas korpus uteri, tempat sebagian besar implantasi blastosis. Pada fase proliferasi peran estrogen sangat menonjol. Estrogen memacu terbentuknya komponen jaringan, ion, air, dan asam amino. Stroma endometrium yang kolaps/kempis pada saat haid, mengembang kembali, dan merupakan komponen pokok pertumbuhan/penebalan kembali endometrium. Pada awal fase proliferasi, tebal endometrium hanya sekitar 0,5 mm kemudian tumbuh menjadi sekitar 3,5-5 mm. Fase sekresi Pascaovulasi memasuki fase luteal dan korpus lutuem yang terbentuk menghasilkan steroid seks di antaranya estrogen dan progesterone. Kemudian, estrogen dan progesteron tersebut mempengaruhi pertumbuhan endometrium dari fase proliferasi mnjadi fase sekresi. Proliferasi epitel berhenti 3 hari pascaovulasi, akibat dampak antiestrogen dari progesteron. Tampak aktivitas sekresi di dalam sel kelenjar, didapatkan pergerakan vakuol dari intraselular menuju intraluminal. Aktivitas sekresi tersebut dapat diamati dengan jelas dalam kurun waktu 7 hari pascaovulasi. Pada fase sekresi kelenjar secara aktif mengeluarkan glikoprotein dan peptide ke dalam kavum uteri/endometrium. Didalam sekresi endometrium juga dapat dijumpai transudasi plasma. Fase sekresi endometrium yang selaras dengan fase luteal ovarium mempunyai durasi durasi kurang lebih tetap berkisar antara 12-14 hari. Fase implantasi Pada 7-13 hari pascaovulasi, atau pasca melewati pertengahan fase luteal sampai menjelang siklus berikutnya, tampak beberapa perubahan pada endometrium. Kelenjar tampak sangat berliku dan menggembung, kelenjar mengisi hamper seluruh ruangan dan hanya sekidit yang terisi stroma. Pada 7 hari pascaovulasi atau hari ke 21-22 siklus, sesuai dengan pertengahan fase luteal, saat puncak kadar estrogen dan progesterone yang bertepatan dengan saat implantasi, stroma endometrium mengalami edema hebat. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi pada hari ke-7 pascaovulasi menyebabkan hal-hal berikut: - Memicu sintesa prostaglandin endometrium. Sintesa/sekresi prostaglandin yang meningkat menyebabkan permeabilitas pembuluh darah kapiler meningkat, sehingga terjadi edema stroma. - Proliferasi pembuluh darah spiralis. Pada hari ke-22-23 siklus mulai terjadi desidualisasi endometrium, tampak sel progesteron sekitar pembuluh darah, inti sel membesar, aktivitas mitosis meningkat, dan membentuk membran basal. Desidua merupakan derivate sel stroma yang mempunyai peran yang sangat penting pada masa kehamilan. Sel desidua mengendalikan penyusupan atau invasi trofoblas, dan menghasilkan hormone yang berperan sebagai otokrin dan parakrin untuk jaringan fetal ataupun maternal. Sel desidua sangat berperan untuk homeostasis baik pada proses implantasi/kehamilan maupun proses perdarahan endometrium saat

haid. Implantasi membutuhkan endometrium yang tidak mudah berdarah, dan uterus maternal tahan terhadap invasi. Fase deskuamasi Pada hari ke-25 siklus, 3 hari menjelang haid, predesidual membentuk lapisan kompaktum pada bagian atas lapisan fungsionalis endometrium. Bila tidak terjadi kehamilan usia korpus luteum berakhir, diikuti kadar estrogen dan progesterone semakin berkurang. Kadar estrogen dan progesterone yang sangat rendah akan menyebabkan beberapa rangkaian peristiwa di endometrium seperti reaksi vasomotor, apoptosis, pelepasan jaringan endometrium, dan diakhiri haid. Perdarahan yag terjadi saat haid berhenti karena : - Kolaps jaringan. Pelepasan endometirum terjadi secara serentak pada seluruh kavum uteri, sehingga penyembuhannya juga terjadi secara serentak. - Vasokonstriksi arteria radialis dan spiralis distratum basalis, yang semakin lama. - Stasis vaskuler. Stasis vaskuler merupakan hasil keseimbangan antara proses pembekuan dan fibrinolisis. - Estrogen siklus berikutnya yang mulai meningkat memicu penyembuhan endometrium

Anda mungkin juga menyukai