Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ikan Betok Volume 9, Nomor 2, Juli 2012, Halaman 1-8 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK

(Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

ABSTRAK Peningkatan permintaan ikan betok dan ketersediaan perairan payau telah meningkatkan kesempatan untuk mengembangkan ikan betok untuk dibudidayakan di perairan tersebut. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk melakukan evaluasi toleransi salinitas ikan betok. Ikan uji yang digunakan ikan betok dengan bobot awal berkisar 1520 g/ekor. Ikan uji ditempatkan dalam bak plastik 45 L sebanyak 10 ekor per bak plastik. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Desain percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan salinitas yang berbeda 0%o, 10%o, dan 20%o dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif individu tertinggi terjadi pada media salinitas 0%o masing-masing sebesar 13,13 dan 73,12%. Sedangkan rerata tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan salinitas 20%o sebesar 90%. Kata kunci : Betok, climbing perch, salinitas, kelangsungan hidup, pertumbuhan habitat perairan tawar dan payau PENDAHULUAN (Akbar dan Nur, 2008). Di samping Ikan betok (Anabas itu, ikan ini umumnya ditemukan di rawa, sawah dan parit, juga pada kolam yang mendapatkan air atau berhubungan dengan saluran memiliki sifat biologis yang lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya dalam hal pemanfaatan air sebagai media hidupnya. Salah satu kelebihan tersebut adalah bahwa ikan betok memiliki labyrinth yang berfungsi sebagai alat pernafasan tambahan. Hal air terbuka (Anonim, 2006). Ikan betok testudineus) juga sering disebut climbing perch merupakan jenis ikan ekonomis penting di perairan umum dan potensial untuk dikembangkan. Harga betok di Kalimantan Selatan dapat mencapai harga Rp 40.000-Rp 60.000 per kg (Akbar dan Nur, 2008). Ikan betok merupakan jenis blackwater fish, yaitu ikan yang memiliki ketahanan terhadap tekanan lingkungan. Ikan betok merupakan ikan asli Indonesia yang hidup pada

ini sangat efektif dalam membantu pengambilan 2007). oksigen di udara (Asyari, 2007; Pandit dan Ghosh,

pengaruh tekanan

osmotik bagi

pertumbuhan ikan sehingga energi pakan yang diberikan untuk ikan betok dimanfaatkan pula mpua aian n suatu organis me yang akan dibudida terma euryha bersifat yakan terhadap perubah an lingkung an sangat erat kaitanny a dengan keberhas ilan usaha budi daya. Kemam puan penyesu aian organis karbo ndiok sida terlar ut, me terhad ap perub ahan suhu, salinit as, oksig en suk line yang berfluktuasi. Jenis ikan betok untuk osmotik Kema penyesumempertahankan tekanan

bebas, nitrit, amoniak, bahan

hypoosmotik

terhadap

air

rentang kelangsungan salinitas hidup terbaik. di yang BAHAN lebar. Salinitas salah satu faktor penelitia n lingkung laboratorium Manajemen an yangKesehatan dapat garuhi Ikan dan Lingkungan, Unlam. selama 3 mempen Fakultas Perikanan, Penelitian ini dilaksanakan pertumb bulan. uhan dan konsums i pakan ikan. Tingkat salinitas yang terlalu tinggi atau rendah dan fl uktuasinya lebar dapat laju DAN METOD E Tempat

kandungan laut dan hyperosmotik terhadap air tawar kebutuhan energi pakan ikan betok organik, pH yang dibesarkan pada kondisi air media air bersalinitas, akan lebih perlu besar pengaruhnya karena adanya tekanan diperhatikan dalam budi daya (Widaningr tersebut, oem dan penelitian pemeliharan ikan betok pada salinitas berbeda, 1996). Ikan beto k mer upak an jenis organisme pertumbu dan tingkat air sifat euryhaline, yaitu ma mp u bertahan hidup pada yanghan memiliki sehingga dapat maka dilakukan Berdasark informasi

usahaan

Isnansetyo, memberikan

Hewan uji berupaikan betok menyebabk (Anabas testudineus) dengan an kematian bobot awal berkisar 15-20 g/ekor. dalam bak

pada ikan Ikan uji (Setiawati ditempatkan dan plastik 45 L

Suprayudi, sebanyak 10 ekor per bak plastik. 2003). Dala m hal pen gem ban gan budi selain pakan juga faktor salinitas yang memberika n daya ikan betok,

Media uji berupa air tawar ditambahkan garam konsentrasi 0%o, 10%o, dan 20%o hingga mencapai salinitas yang dikehendaki. Pakan yang diberikan berupa pellet buatan

dicampurkan V1 = Volume air stok V2 = Volume air tawar yang dicampurkan V = Volume yang diinginkan Penelitian ini menggunakan pabrik merk CP yang telah ditamba hkan kromium (Cr+3) dengan konsentr asi 4,5 ppm. Ikan uji dipelihar a selama 40 hari dan diberi kan pakan seban yak 5% dari bobot bioma ssa denga n frekue nsi 2 kali sehari (pagi dan sore hari). I meto eksperi Desain de men.

kan dipel ihara pada ruan gan tertutup dan sumber air tawar berasal dari PDAM yang telah diendapkan selama satu minggu. Dilakukan penggantia n dua kali sebesar 1020% total volume air sekaligus dilakukan dari air seminggu

salinitas media agar terjaga salinitas tetap stabil dilakuka n setiap hari menggu nakan refrakto meter, kualitas air pengujia n awal dan akhir percobaa n. t salinitas media uji 10%o dan Cara membua

eran

percobaan

yang 1992) (0%o, Variabel

(Setyo, digunakan adalah 2006): RAL (Sudjana, dengan variabel S bebas salinitas 10%o, dan 1. 20%o). V tergantung yang 1

dianalisis adalah : + Pertumbuhan Mutlak S Effendie (1997) 2. H = Wt Wo V Keterangan: S H = Pertumbuhan n mutlak = Wt = Bobot total -ikan uji -pada akhir -percobaan -Wo = Bobot total -ikan uji -pada awal -percobaan ---- Laju Pertumbuhan Relatif - (Effendie, V 1997) 1 Wt- Wo + V RG = ------------- x 2 100 Wo Keteran Keterangan : gan : RG = Pertumbuhan Sn = relatif Salintas (%) yang Wt = Bobot ikan uji diingink pada an akhir S1 = percobaan Salinitas (g) air stok Wo = Bobot ikan uji S2 = pada Salinitas awal air tawar penelitian yang (g) 2

penyiponan , pengukuran suhu dan pengukuran air

20%o dengan rumus pengenc

Kelangsungan Hidup (Effendie, 1997; Zairin, 2002) Nt SR = --------- x 100% No Keterangan : SR = Kelangsungan hidup ikan uji (%) Nt = Jumlah ikan uji pada akhir percobaan (ekor) No = Jumlah ikan uji pada awal percobaan (ekor)

Semua data peubah yang diperoleh dari hasil percobaan selanjutnya dianalisis, meliputi uji kenormalan, kehomogenan, analisis keragaman, dan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Mutlak dan Laju Pertumbuhan Relatif Ikan betok selama percobaan Kualitas menga pertumbuhan Air K u al it as ai r y a n g di u k ur meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, karbondi lami yang oksid a bebas, dan amoni ak.

ditandai dengan pertumbuhandapat

percobaan energi kemudian baru meningkat mutlak dilihat pada Gambar 1, 2, diperoleh lebih dan laju pertumbuhan relatifdan 3. lebih banyak tajam. Hal ini diduga pada digunakan awal untuk ke-1 hingga ke-2 mengala mi menyesu diri terhadap aikan

yang

pertamb lingkungan yang baru. ahan bobot yang lambat,

Gambar 1. Grafik pertumbuhan ikan betok selama percobaan. masing Berd asar kan Gam bar 1. di atas, pertambaha n bobot individu selama percobaan untuk masingperlakua n pada pengam atan

Gambar 2. Grafik pertumbuhan mutlak individu selama percobaan. Pertumbuhan mutlak terbaik terjadi pada perlakuan A (0%o) sebesar 13,13 dan B (10%o) sebesar 11,50. Meskipun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan mutlak ikan betok. Sedangkan sebesar 7,28. pertumbuhan mutlak terendah pada perlakuan C (20%o)

Gambar 3. Laju pertumbuhan relatif individu selama percobaan. Dari Grambar 3 di atas, pertumbuhan relatif individu berkisar 41,34-73,12%. Pertumbuhan relatif tertinggi terjadi pada perlakuan A (0%o) sebesar 73,12% diikuti perlakuan B (10%o) sebesar 64,07% dan perlakuan C (20%o) sebesar 41,34%. media Perbedaan pertumbuhan relatif pada salinitas yang berbeda diduga terkait dengan tekanan osmotik cairan tubuh dan lingkungan. Semakin jau

perbedaan semakin melakukan

tekanan osmotik tubuh dengan akan energi untuk banyak yang beban kerja

rawa Kalimantan Selatan,meskipun dikatakan mempunyai sifat euryhaline namun diduga jarak toleransinya terhadap salinitas tidak terlalu besar, mengingat perbedaan salinitas perairan di mana ikan betok tersebut hidup relatif kecil. Peningkatan salinitas media pemeliharaan mengakibatkan energi yang beras

tekanan osmotik lingkungan, maka metabolisme dibutuhkan

osmoregulasi sebagai upaya

adaptasi pada lingkungan yang bersalinitas (Smith, 1982; Fujaya, 2004). Ikan betok merupakan ikan lokal dan banyak hidup di perairan PERLAKUAN 1 A ( 0%) B 10 % C 20 % 60 70 80 ULANGAN 2 100 80 80 3 90 80 100 4

JUMLAH 90 100 100 340 330 360

RERATA 85 82.5 90

Tabel 1. Rerata Kelangsungan Hidup Ikan Betok Selama Masa Percobaan

karena sifat- sifat al dari pakan banyak digunakan untuk energi osmoregulasi, sehingga yang digunakan untuk ikan rawa mempunyai insting kemampuan Kenyataan ini dapat dilihat dari penurunanlaju pertumbuhan ikan betok dengan salinitas semakin media meningkatnya pemeliharaan. Kelangsungan Hidup Ikan Uji Kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh pakan dan kondisi ingkungan sekitar. Pemberian pakan yang cukup kuantitas dan kualitas serta kondisi lingkungan yang baik akan meningkatkan kelangsungan hidup ikan yang dipelihara, sebaliknya kekurangan pakan dan kondisi lingkungan yang Kualitas satu pembatas langsung kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan C (20%) sebesar 90%, diikuti perlakuan A (0%) sebesar 85% sedangkan terendah pada perlakuan B (10%) sebesar 82,5%. Tingginya kelangsungan hidup ikan terhadap perubahan tingkat betok, kondisi kebanyakan maupun tidak langsung. Dalam usaha budi daya ikan, kualitas air yang sangat dalam mendukung kelangsungan hidup dalam meningkatkan ikan terkendali baik air faktor baik kelangsungan hidup ikan yang hidup ikan betok merupakan salah buruk akan berdampak terhadap kesehatan ikan dan akan menurunkan dipelihara. Tingkat kelangsungan Kualitas Air mendeteksi adanya sehingga meloncat meskipun sudah ditutup menggunakan penutup yang terbuat dari hapa di atasnya agar tidak lepas. air atau ikan akan turun hujan, dan perairan yang

pertumbuhan semakin berkurang.

selama percobaan berkisar antara 82,5-90%. Tingkat

diduga tingginya toleransi ikan lingkungan. Ikan yang mati pada saat percobaan

pertumbuhannya. Suhu air pada pagi hari selama percobaan

Journal of Environm ent Biology. January 2007, 28(1): 141-143 (2007). Setiawati, M dan M.A. Suprayudi., 2003.Pert umbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila Merah (Oreochro mis yang Dipelihar a pada sp.)

berkisar antara 25,8-27,3 C dan kondisi kualitas air yang lain selama percobaan masih dalam batas yang layak bagi kehidupan ikan, yaitu DO berkisar mg/L, amoniak 1,65-4,95 mg/L. KESIMPULAN DAN SARAN Media salinitas berpengaruh sangat signifikan terhadap pertambahan bobot, pertumbuhan mutlak, dan pertumbuhan relatif individu ikan betok. Pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif individu tertinggi terjadi pada media salinitas 0%o, sedangkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan salinitas ikan betok 20%o. Disarankan dalam usaha budi daya digunakan media salinitas berkisar 0-10%o. DAFTAR PUSTAKA Akbar, J dan A. Nur., 2008. Optimalisasi Perikanan Budidaya Rawa dengan Akan Buatan Alternatif Berbasis Bahan Baku Lokal. Program I-HERE B.1 Batch II Unlam. Anonim., 2006. Pemeliharaan Beberapa Jenis Ikan lkal Air Tawar. Departemen Pertanian. Informasi Banjarbaru. Pandit, D. N dan T. K. Ghosh., 2007. relation Oxygen uptake in to group size in Balai Penelitian, berkisar antara antara 5,4-7,4 0,08-0,46 mg/L,

pH berkisar antara 6,23-7,2 dan CO2 berkisar antara

Media Bersalinit as. Jurnal Setyo,B.P., 2006. Efek Konsentra si +3 Kromium (Cr ) Dan Salinitas Berbeda Terhadap Efisiensi Pemanfaa tan Pakan

the juveniles of a Climbing Perch, Anabas testudineus.

Untuk Pertumbuhan Ikan Nila niloticus). Pasca Sarjana. Semarang. Smith, L. S., 1982. Introduction to Fish Physiology, TFH Publication, Washington, Inc. Seattle USA. (19(Oreochromis Program Undip,

58). Osmoregulation. Sudjana., 1992. Metode Statistika. Tarsito, Bandung.

Widaningroem,

dan

A.

Isnansetyo., kepiting

1996. bakau

Kemampuan

adaptasi

(Scyllaserrata) terhadap perubahan salinitas air. Jurnal erikanan UGM (GMU J. Fish. Sci) I (1): 22-26. Zairin, J. R. M.,2002. Sex Reversal : Memproduksi Benih Ikan Jantan dan Betina. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai