Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Branchopneomonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang disebabkan oleh adanya inflamasi dari virus, bakteri atau mikroba yang terhirup atau masuk melalui sistem vaskularisasi dari nasofaring terbawa ke dalam bronkus bahkan sampai pada seluruh bagian alveoli sehingga agent penyebab membuat granulasi leukosit yang dapat meningkatkan produksi sputum. Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas sealama beberapa hari. Suhu tubuh dapat na C dan kadang disertai kejang

karena demam yang tinggi, anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat, dan dangkal serta sianosis disekitar hidung dan mulut. Bronchopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya

disebabkan oleh virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan skret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, dan mual. Bila penyebarab kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis. (Sowden, 2000) Radang paru atau juga disebut dengan pneumonia adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi di paru-paru. Radang paru atau pneumonia

ini

dapat

disebabkan

oleh

berbagai

mikroorganisme

termasuk

diantaranya virus, bakteri, jamur dan parasit. Menurut situs WHO, yang dikutip oleh medicastore, radang paru atau pneumonia ini merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak di seluruh dunia. Apabila hal ini terjadi, maka gejala radang paru atau pneumonia akan terjadi setelah mengalami demam atau sakit tenggorokan selama 2-3 hari. Ketika radang paru atau pneumonia disebabkan oleh bakteri, maka anak yang terinfeksi akan cepat memburuk serta mengalami demam tinggi secara tiba-tiba & nafas yang tidak teratur. Tetapi apabila radang paru atau pneumonia tersebut disebabkan oleh virus, maka gejala yang tampak akan terlihat secara bertahap. Nafas berbunyi biasanya terjadi pada radang paru atau pneumonia karena virus. Bronchopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, parasit dll) yang menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat (konsolidasi) di alvioli. Maka untuk penegakan bronchopneumonia bisa dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium CRP dan LED. Laju Endap Darah ( LED ) yang meningkat menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan. Dan Protein C-reaktif (C-reactive protein=CRP) adalah suatu globulin yang disintesis oleh sel hepatosit dan disekresi ke dalam darah. Kadar Protein C-reaktif akan meningkat bila terjadi respons inflamasi lokal atau sistemis, dan lebih spesifik pada penyakit infeksi neonatal

seperti sepsis neonatorum dan meningitis, dan sebaliknya pada kasus bronchopneumonia ini jika disebabkan oleh bakteri dan infeksi tersebut berlanjut kearah chronic pneumonia maka hasil pemeriksaan Laju Endap Darah akan meningkat. Dan berdasarkan pemeriksaan pendahuluan yang sudah dilakukan pada penderita anak-anak bronchopneumonia sebanyak 6 sampel didapatkan hasil pemeriksaan CRP meningkat sebanyak 66,7%, LED meningkat sebanyak 80% dan hitung leukosit yang meningkat pula. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul perbandingan hasil pemeriksaan CRP dengan hasil pemeriksaan LED pada anak-anak penderita bronchopneumonia di RS.Airlangga Jombang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah apakah ada perbandingan hasil pemeriksaan CRP dengan hasil pemeriksaan LED pada anak-anak penderita bronchopneumonia di RS.Airlangga Jombang.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil pemeriksaan CRP dengan hasil pemeriksaan LED pada anak-anak penderita bronchopneumonia di RS.Airlangga Jombang. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan CRP pada anak-anak penderita bronchopneumonia di RS.Airlangga Jombang. b. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan LED pada anak-anak penderita bronchopneumonia di RS.Airlangga Jombang. c. Menganalisa perbandingan hasil pemeriksaan CRP dan hasil pemeriksaan LED pada anak-anak penderita

bronchopneumonia di RS.Airlangga Jombang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan wawasan tentang perbandingan hasil pemeriksaan CRP dengan hasil pemeriksaan LED pada anak-anak penderita bronchopneumonia di RS.Airlangga

Jombang, yang dapat dijadikan referensi untuk memasuki dunia kerja. 2. Bagi Laboratorium Bahan masukan bagi laboratorium untuk mengetahui

perbandingan hasil pemeriksaan CRP dengan hasil pemeriksaan LED pada anak-anak penderita bronchopneumonia di

RS.Airlangga Jombang. 3. Bagi Institusi a. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

b. Digunakan sebagai wacana dan bahan evaluasi belajar dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya Analis Kesehatan. c. Sebagai bahan tambahan referensi di perpustakaan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. 4. Bagi tenaga analis Dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi mahasiswa Analis Kesehatan. E. Penelitian terkait 1. Berdasarkan penelitian dari I Wayan Agus Jaya yang berjudul Hubungan antara kadar CRP dengan derajat asma bronkial akut dengan jumlah 30 sampel ditemukan hasil bahwa CRP merupakan penanda inflamasi sistemik pada keadaan flamasi akut, kadar CRP meningkat pada penderita serangan asma akut. ( I Wayan, 2008) 2. Berdasarkan penelitian dari Ida Bagus Subanada yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pneumonia Bakteri pada Anak dengan 28 pasien pneumonia ditemukan hasil bahwa derajat pneumonia tidak berhubungan dengan gambaran foto dada, dan kadar CRP, sedangkan suhu dan jumlah leukosit berhubungan dengan pneumonia bakteri RP 36,0 (IK 95% 6,46;200,97), p=<0,0001dan RP 4,2 (IK 95% 1,39;12,88), p=0,012. ( Ida Bagus, 2009 )

3. Berdasarkan penelitian dari Ni Putu Sucita Wahyu Dewi dengan judul Perbedaan Kadar CRP pada anak dengan pneumonia sangat berat dan berat dengan jumlah sampel 30 pasien anak pneumonia ditemukan hasil terdapat perbedaan bermakna rerata kadar CRP pada pneumonia berat dan sangat berat. Pneumonia sangat berat mempunyai kadar CRP 54,75 (0,22-216,00) mg/L dan pneumonia berat mempunyai kadar CRP 16,06 (0,97-89,35) mg/L. Faktor umur, pemakaian antibiotik, status gizi tidak mempengaruhi kadar CRP. Kadar CRP dipengaruhi oleh derajat beratnya pneumonia (p=0,001) dan waktu pemeriksaan CRP (p=0,001). Pneumonia sangat berat mempunyai median CRP yang lebih tinggi dibandingkan dengan pneumonia berat.( Ni Putu, 2007 )

Anda mungkin juga menyukai