Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Anatomi Bola Mata

Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu 1:


a. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk

pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut cornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
b. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris,

badan siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinarmasuk ke dalam bola mata, yaitu otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot dilatatur, sfingter iris dan otot siliar. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.
c. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan

mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.

Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang biasanya terjadi akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya1. Klasifikasi endoftalmitis2: a. Endoftalmitis Purulen (Supuratif) Yang memberikan gambaran abses di dalam badan kaca. b. Endoftalmitis Non Purulen (non Supuratif) Yang disebabkan oleh kuman non piogen seperti tuberkulosis, sepsis, lepra, toksoplasmosis dan histoplasmosis yang akan memberikan gejala peradangan uvea berat tanpa adanya supurasi.

c. Endoftalmitis Fakoanafilatik Endotalmitis fakoanalitik merupakan endoftalmitis unilateral ataupun bilateral yang merupakan reaksi uvea granulomatosa terhadap lensa yang mengalami ruptur. Merupakan suatu penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri,akibat jaringan tubuh tidak mengenai jaringan lensa yang tidak terletak di dalam kapsul (membran basalis lensa).

BAB II

ENDOFTALMITIS DEFINISI Endoftalmitis merupakan peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan intraocular dalam bola mata, akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya.1 Endoftalmitis biasanya dikaitkan dengan inflamasi bola mata yang melibatkan vitreus dan segmen depan, namun kenyataannya juga dapat melibatkan koroid dan retina.7 Endoftalmitis merupakan penyakit yang memerlukan perhatian pada tahun terakhir ini karena dapat memberikan penyulit yang gawat akibat suatu trauma tembus atau akibat pembedahan mata intraokular. 1

ETIOLOGI Pada prinsipnya Endoftalmitis dibagi menjadi bentuk infeksi dan juga bentuk non-infeksi.Bentuk Endoftalmitis yang paling sering dijumpai yaitu bentuk infeksi, yang dapat terjadi secara eksogen atau endogen. Endoftalmitis non-infeksi disebut juga endoftalmitis steril, disebabkan oleh stimulus non-infeksi,misalnya sisa lensa
4

pasca operasi katarak atau bahan toksik yang masuk ke dalam bola mata karena trauma.7 Namun ada juga yang membagi Endoftalmitis dalam 2 bentuk yaitu supuratif dan fakoanafilaktik.1

a.Endoftalmitis Supuratif Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah (endogen). Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata.

Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri,jamur ataupun parasit dari fokus infeksi didalam tubuh.

Endoftalmitis Bakterial

Endoftalmitis Jamur

Bakteri yang sering merupakan penyebab adalah stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, pseudomonas dan basil sublitis. Jamur yang sering mengakibatkan endoftalmitis supuratif adalah aktinomises,aspergilus,fitomikosis, sportrikum dan kokidioides. b.Endoftalmitis Fakoanafilaktik Endotalmitis fakoanalitik merupakan endoftalmitis unilateral ataupun bilateral yang merupakan reaksi uvea granulomatosa terhadap lensa yang mengalami ruptur. Merupakan suatu penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri,akibat jaringan tubuh tidak mengenai jaringan lensa yang tidak terletak di dalam kapsul (membran basalis lensa).Protein lensa ini bersifat organ spesifik dan tidak spesies spesifik. Pada badan terbentuk antibodi terhadap lensa sehingga terjadi reaksi antigen antibodi yang akan menimbulkan gejala endoftalmitis fakoanalitik atau fakoantigenik. Bila masa lensa keluar dari kapsul lensa pada katarak hipermatur dan lensa yang keluar ini menimbulkan reaksi makrofag dan mengakibatkan tertutupnya saluran keluar cairanmata yang akan menimbulkan glaukoma maka akan terjadi glaucoma fakolitik. Kadang-kadang penyakit ini berjalan bersama trauma lensa yang menimbulkan fakoanafilaktik sehingga terjadi uveitis simpatika.

Endoftalmitis Fakoanafilaktik

EPIDEMIOLOGI Angka kejadian endoftalmitis, setelah operasi terbuka bola mata di Amerikaadalah 5-14% dari semua kasus endoftalmitis. 1. Sedangkan endoftalmitis yang disebabkan oleh trauma sekitar 10-30%, dan endoftalmitis yang disebabkan
7

oleh reaksi antibodi terhadap pemasangan lensa yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh adalah 7-31%.3

PATOFISIOLOGI Pada keadaan normal, blood-ocular barrier dapat melindungi mata dari invasi mikroorganisme. Pada Endogenous endophthalmits, organisme dapat menembus blood-ocular barrier dengan invasi langsung (contoh : septic emboli) atau dengan merubah permeabilitas vaskuler endotel. Destruksi jaringan intraokular mungkin berhubungan dengan invasi langsung mikroorganisme dan atau dari pelepasan mediator inflamasi karena respon imun. Endoftalmitis dapat ditemukan adanya nodule putih pada kapsul lensa, iris, retina,atau koroid. Juga dapat mengenai berbagai tempat diseluruh jaringan mata, dimana yang utama adalah terbentuknya eksudat purulen pada bola mata.Dapat menyebar ke jaringan lunak darimata. Semua prosedur operasi yang mengganggu integritas dari bola mata dapat menyebabkanExogenous endophthalmitis (misalnya : operasi katarak, glaukoma, radial keratotomy). 6

Ocular barrier terganggu

Patofisiologi Endoftalmitis MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. a.Subjekif Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah: 1,3,4 -Fotofobia -Nyeri pada bola mata -Penurunan tajam penglihatan -Nyeri kepala -Mata terasa bengkak -Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena adanya kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai penyebab endogen maka penderita perlu di anamnesis mengenai ada atau tidaknya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya.Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis di antaranya adalah diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat dihubungkan dengan imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa penyakit infeksi yang dapat menyebabkan endoftalmitis endogen akibat penyebarannya secara hematogen adalah meningitis,endokarditis,infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan pielonefritis. 3 b.Objektif Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang terkena dan derajat infeksi/peradangan.2 Endoftalmitis akibat kuman dan jamur tidak terlihat seminggu atau beberapa minggu sesudah trauma.Endoftalmitis yang
9

disebabkan jamur masa inkubasi lambat kadang-kadang sampai 14 hari setelah infeksi.

Inspeksi Mata Luar Pasien Endoftalmitis OD Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi.3 Kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat berupa: *Peradangan yang disebabkan bakteri: 1 - Rasa sakit yang sangat - Kelopak merah dan bengkak - Kelopak sukar dibuka - Konjungtiva merah dan kemotik - Kornea keruh - Bilik mata depan keruh - Hipopion

Pemeriksaan Slitlamp pada Endoftalmitis

Kekeruhan ataupun abses di dalam badan kaca akan memberikanb reflex pupil berwarna putih sehingga gambaran
10

seperti

retinoblastoma

atau

pseudoretinoblastoma.Jika sudah terlihat hipopion berarti keadaan sudah lanjut sehingga prognosis lebih buruk. INSPEKSI Palpebra Silia App. Lakrimalis Konjungtiva Kornea Bilik Mata Depan Iris Pupil Lensa Gerakan Bola Mata ODS OD OS OD Edema (-) Sekret (+) Lakrimasi (+) Hiperemis (+) Kesan udem (+) Hipopion 1/5 BMD Coklat, kripte (+) Bulat, Sentral Kesan Keruh Ke segala arah OS Edema (-) Sekret (-) Lakrimasi (-) Hiperemis (-) Jernih Normal Coklat, kripte (+) Bulat, Sentral Jernih Ke segala arah

Contoh Laporan Hasil PF pada Pasien Endoftalmitis OD *Peradangan yang disebabkan oleh jamur:1 - Mata merah dan sakit - Dalam badan kaca ditemukan masa putih abu-abu - Hipopion ringan - Bentuk abses satelit didalam badan kaca dengan proyeksi sinar baik.

PENYINARAN OBLIK

OD

OS

11

Konjungtiva Kornea Bilik Mata Depan

Hiperemis (+) Kesan udem (+) Hipopion (+) 1/5 BMD

Hiperemis (-) Jernih Hipopion (-)

Iris Pupil

Coklat, Kripte (+), Bulat, Sentral, RC (-)

Coklat, Kripte (+) Bulat, Sentral, RC (+)

Lensa

Kesan Keruh

Jernih

Laporan Hasil Pemeriksaan Slitlamp pada Pasien Endoftalmitis OD

PEMERIKSAAN PENUNJANG Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat spesifik untuk mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik kultur memerlukan waktu 48 jam 14 hari. Bahan-bahan yang dikultur diambil dari: 3,4 -Cairan dari COA dan corpus viterous Pada endoftalmitis, biasanya terjadi kekeruhan pada corpus viterous.Oleh sebab itu, bila dengan pemeriksaan oftalmoskop, fundus tidak terlihat, maka dapat dilakukan pemeriksaan USG mata.Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah ada benda asing dalam bolamata, menilai densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui apakah infeksi telah mencapai retina. Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui dengan pasti kuman penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit sistemik yang dapat menimbulkan endoftalmitis, melalui penyebaran secara hematogen. Pemeriksaan penunjang tersebut dapat berupa: 3 -Pemeriksaan darah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah, kreatinin. -Foto rontgen thoraks
12

-USG jantung -Kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja

USG B Scan Menunjukan Endoftalmitis Endogen DIAGNOSIS Dengan mengetahui gejala subjektif dan gejala objektif yang didapatkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosis endoftalmitis sudah dapat ditegakkan.Diagnosis juga dapat dibagi sesuai dengan dengan pedoman diagnostik menurut ESCRS Multisenter Study,2007 yaitu sesuai onset virulensi yang terbagi dua dalam onset akut dan juga onset kronis. 7 a. Pedoman Diagnostik Endoftalmitis Akut Virulensi : Curigai pasien dengan keluhan : nyeri, kabur, kelopak mata bengkak, adanya radang pada konjungtiva, sekret konjungtiva, kornea edema kadang dengan infiltrat atau abses cincin, bilik mata depan yang berkabut penuh dengan cell, hipopion atau klot fibrin, Afferent Pupillary Defect ( APD), vitreus berkabut (vitritis), keterlibatan segmen posterior dengan retinitis, ada atau retinal periplebitis, retina edema, dan edema papil. tidak adanya reflek fundus merupakan penanda buruk untuk keadaan vitreus, dimana kekeruhan anterior merupakan tanda proses awal adanya inflamasi.Bila pada pemeriksaan pupil dengan transluminasi sklera, adanya reflek fundus dapat menjadi petunjuk yang lebih baik pada kasus ini.

13

Cek dengan USG B scan untuk melihat adanya vitritis dan ablasio retina Buat diagnosis klinis Endoftalmitis Waspadai keterlambatan dengan mencoba tetes kortikosteroid Sadari bahwa ini keadaan gawat darurat Lakukan pengambilan cairan intravitreal dalam 1jam,kirim cairan aquos dan vitreus untuk pemeriksaan gram dan kultur,PCR.Berikan antibiotik + kortikosteroid b. Pedoman Diagnostik Endoftalmitis Kronis Curigai Pasien dengan keluhan : Nyeri, kabur, kamera okuli anterior berkabut penuh dengan cells, rekuren hipopion uveitis yang gagal dengan steroid, plak pada kapsular bag ( sakular atau granulomatosus endoftalmitis ), vitreus berkabut (vitritis)

Cek USG B Scan untuk melihat adanya vitritis atau ablasio retina Buat diagnosis klinis endoftalmitis kronik Ambil cairan aquos dan vitreus untuk pemeriksaan mikrobiologi Jika keputusannya adalah pengambilan IOL, kirim fragmen kapsul untuk pemeriksaan mikribiologi dan histopatologi untuk mengetahui ada tidaknya bakteri intraseluler. DIAGNOSIS BANDING Sesuai dengan gejala subjektif dan gejala objektif yang di dapatkan pada pemeriksaan fisik yang ditemukan maka akan didapatkan diagnosis banding berupa:

14

a. Panuveitis Istilah uveitis difus atau panuveitis merupakan kondisi terdapat infiltratnya sel kurang lebih merata dari semua unsur di traktus uvealis atau dengan kata lain pada uveitis difus tidak memiliki tempat peradangan yang predominan dimana peradangan merata pada kamera okuli anterior, vitreous, dan retina dan atau koroid seperti retinitis, koroiditis, dan vaskulitis retinal). Keadaan ini seringnya disebabkan karena infeksi yang berkembang pada toxocariasis infantil, endoftalmitis bakterial postoperasi, atau toksoplasmosis yang berat. Ciri morfologis khas seperti infiltrat geografik secara khas tidak ada. Adapun gejala yang ditemukan pada panuveitis ini hampir sama dengan uveitis yaitu gejala umum berupa mata merah (hiperemis konjungtiva), mata nyeri, fotofobia, pandangan mata menurun dan kabur, serta epifora. b. Retinoblastoma Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokular yang ditemukan pada anak anak, terutama pada usia di bawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom. Massa tumor di retina dapat tumbuh ke dalam vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus ke luar (eksofitik). Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14. Bisa karena mutasi atau diturunkan. Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain di mata. Bila letak tumor di makula, dapat di terlihat vitreus gejala ( vitreous awal strabismus. yang Massa tumor yang makin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan seeding) menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaukoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera kejaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui
15

pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. c. Panoftalmitis Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. Infeksi kedalam bola mata dapat melalui peredaran darah (endogen) atau perforasi bola mata (eksogen), dan akibat tukak kornea perforasi. Panoftalmitis biasanya disebabkan oleh masuknya organisme piogenik kedalam mata melalui luka pada kornea yang terjadi secara kebetulan atau akibat operasi atau mengikuti perforasi suatu ulkus kornea. Sebagian kecil, kemungkinan akibat metastasis alamiah dan terjadi dalam kondisi seperti pyaemia, meningitis atau septikaemia purpural. Pada umumnya pasien datang dengan keluhan demam, sakit kepala dan kadang kadang muntah, rasa nyeri , mata merah, kelopak mata bengkak atau edem, serta terdapat penurunan tajam penglihatan. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan congesti conjungtiva dengan injeksi ciliar hebat. Chemosis conjungtiva selalu ada dan kornea tampak keruh. Kamera oculi anterior sering menunjungkan pembentukan hypopion. Pupil mengecil dan menetap. Sebuah reflek berwarna kuning terlihat pada pupil dengan illuminasi oblique. Hal ini juga dapat terlihat pada eksudasi purulen dalam vitreus humor. Terjadi peningkatan intra okuler. Proptosis derajat sedang serta gerakan bola mata terbatas disebabkan peradangan pada kapsul Tenons (Tenonitis) PENGOBATAN Keadaan visus yang buruk pada endoftalmitis, dikarenakan virulensi mikroorganisme penyebab yang memiliki enzim proteolitik dan produk toksin yang dapat merusak retina, serta kemampuan multiplikasi yang cepat, juga jarak antara ditegakkannya diagnosis sampai pada saat terapi diberikan. Oleh karena itu pengobatan ditujukan bukan untuk memperbaiki visus, tapi untuk mengatasi proses inflamasi yang terjadi, serta membatasi infeksi agar tidak terjadi penyulit dan keadaan yang lebih berat.Teknik pengobatan pada endoftalmitis adalah dengan
16

secepatnya memulai pemberian antibiotik empiris yang sudah terbukti efektif terhadap organisme spesifik yang diduga secara intravitreal dengan dosis dan toksisitas yang diketahui. Pada endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri,pemberian antibiotik dilakukan secepatnya bila dugaan endoftalmitis sudah ada dan antibiotik yang sesuai segera diberikan,bila hasil kultur sudah ada. Antibiotik yang dapat diberikan dapat berupa antibiotik yang bekerja terhadap membran sel seperti golongan penisilin, sefalosporin dengan antibiotik yang dapat menghambat sintesa protein dengan reseptor ribosomal,seperti golongan kloramfenikol dan Aminoglikosida. 3 Antibiotik tersebut dapat diberikan secara tunggal ataupun kombinasi. Kombinasi yang dianjurkan adalah gabungan antara golongan aminoglikosida. Pilihan kombinasi tersebut merupakan yang terbaik, karena: -Toksisitas minimal terhadap retina dan jaringan ocular -Kombinasi tersebut lebih memiliki arti klinis dibandingkan pemberian antibiotik tunggal maupun kombinasi lainnya. -Sebagai terapi awal yang agresif untuk mencegah kerusakan jaringan intraokular yang luas, karena kadang mikroorganisme sulit di identifikasi dari endoftalmitis. Antibiotik topikal dan sistemik ampisilin 2 gram/hari dan kloramfenikol 3 gram/hari. Antibiotik yang sesuai untuk kausa bila:1 a.Stafilokokus basitrasin (topikal) , metisilin (subkonjuntiva dan IV) b.Pneumokokus,streptokokus,Neisseria penisilin G (topikal,subkonjungtiva dan IV) c.Pseudomonas Gentamisin,tobramisin,dan karbesilin (topikal,subkonjungtiva dan IV)1.Biasanya endoftalmitis akibat jamur terdiagnosis bila respon pasien setelah pemberian antibiotik dosis tunggal atau kombinasi tidak ada ataupun ditemukan faktor-faktor predisposisi seperti, pasien sedang dalam pengobatan antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, pasien menderita keganasan ataupun dalam keadaan imunitas yang buruk. Obat-obatan yang dapat diberikan antara lain Amfoterisin B 150ug (subkonjungtiva) 1, fluconazol, clotrimazol, econazol, flucitosin, itrakonazol, ketakonazol, terkonazol. Sikloplegik diberikan 3 kali sehari tetes mata dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi aliran darah pada mata, mencegah dan melepas sinekia serta mengistirahatkan iris dan benda siliar yang sedang mengalami infeksi.1 Kortikosteroid dapat diberikan dengan hati-hati. 1Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk mengurangi inflamasi yangdisertai eksudat dan untuk
17

mengurangi granulasi jaringan.Kedua efek ini penting untuk endoftalmitis, karena dasar dari endoftalmitis adalah inflamasi, dimana prognosis visusnya dipengaruhi oleh inflamasi yang terus berlanjut.Sampai saat ini pemberian kortikosteroid pada endoftalmitis masih kontroversi walaupun sudah banyak penelitian menunjukkan hasil yang memuaskan dari pemberian dexamethason dalam menghambat reaksi inflamasi dan reaksi imun abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan luas pada mata.Dexamethason dapat diberikan secara intravitreal dengan dosis 400ug dan 1 mg secara intraokular sebagai profilaksis.3 Apabila pengobatan gagal dilakukan eviserasi. Enukleasi dilakukan jika mata telah tenang dan ftisis bulbi. 1 Tindakan Vitrektomi.Pada kasus yang berat dapat dilakukan Vitrektomi Pars Plana, yang bertujuan untuk mengeluarkan organisme beserta produk toksin dan enzim proteolitiknya yang berada dalam vitreous, meningkatkan distribusi antibiotik dan mengeluarkan membran siklitik yang terbentuk, yang potensial menimbulkan ablasi, serta mengembaliikan kejernihan vitreous. 4

Tabel Dosis Antibiotik Okular

18

Antibiotik PENICILIN Ampicilin Carbenicillin Dicloxacilin Metchicilin Nafcilin Oxacilin Penicilin G Piperacilin Ticarcilin CEPHALOSPORIN Cefamandole Cefazoline Cefatoxime Cefsulodin Ceftazidime Ceftriaxone Chepalothin Moxalactam AMINOGLIKSODA Amikacin Gentamicin Netilmicin Tobramycin Neomycin MICELLANEOUS Aztreonam Bacitracin Ciprofloxasin Clindamycin Chloramphenicol Cotrimoxazole Asam Fusidic Imipenem Metronidazole Teicoplanin

Sistemik (mg)

Topikal (%)

Subkonjungtiva (m ) g 100 100 100 100 50,000-1 jt IU 100-150 12.5 50-100 100 100 125 100 50-125 100 25 10-40 20-40 0.1 1 50-100 67

Intravitreal (m ) g 5 0.5-2.0 2 0.5 1.5 3 0.5-2 0.4 2 2 2 1.25-2 0.4 0.2 0.25 0.2 2 TMP1.6 0.5 0.75

150-200mg/kg/hr IV 400-600mg/kg/hr IV 0.124-0.5g/6j PO/IM 1-2g/4j IV/IM 1-2g/4j IV/IM 1-2g/4j IV/IM 2-4jtU/4-6j IV 200-500m/kg/hr IV/IM 250-300mg/kg/hr 0.5g/6j-2g/4j IM/IV 0.25g/8jam-2g/4j IM/IV 1g/8j-2g/4j IM/IV 1-1.5g/6j IV 1-2g/8-12j IM/IV 1-2G/12-24J IM/IV 0.5g/6-2j IM/IV 1g/8j-2g/4j IM/IV 15mg/hrjarak 8-12j IM/IV 3-5mg/hrjarak8j IM/IV 4-6.5mg/hrjarak 8j IM/IV 3-5mg/hr jarak 8j IM/IV 1g/8j-2g/j IV 250-750mg/12 j PO 150-450mg/6j PO 150900mg/8j IV/IM 0.25-0.75g/6j PO 50mg/kg/hr IM/IV 2.5-5mg/kg/6j IV 500mg PO/IV 0.5-1.0g/6j IVAM 7.5mg/kg/6j IV 200mg/hr IV/IM

10 10 6.6 0.1 5-10 5-10 5-10 5-10 5 10 0.5-1.5 0.3-1.5 0.3-1.5 0.3-3.3 10,000 U/ml 1-5 TMP16SM280 5

Tabel Dosis Antifungi Okular


19

Antibiotik Amtoferisin B Econazol Clotrimazol Fluconazol Flucitosin Itrakonazol Ketokonazol

Sistemik (mg) 0.25-0.5 mg/kg/hr IV 60- 100mg/kg/hrPO 50-400mg/kg/hrPO/IV 0.125-0.5g/6jPO/IM 50-150mg/kg/hrPO 200-1200mg/hrPO

Topikal (%) 0.1-5.0 1 1 1

Subkonjungtiva (m ) g 0.75 5-10 -

Intravitreal (m ) g 0.005-0.01 0.1 0.1 0.001 0.54

30mg/kg/hr IV 200mg PO 1

KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga lapisan mata (retina, koroid dan sklera) dan badan kaca maka akan mengakibatkan panoftalmitis.Panoftalmitis merupakan peradangan pada seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsula tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. 1

PROGNOSIS Prognosis endoftalmitis bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi,organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari peradangan dan jaringan parut. Kasus ringan endophthalmitis dapat memiliki hasil visual yang sangat baik.Kasus yang parah dapat menyebabkan tidak hanya dalam kehilangan penglihatan, tapi akhirnya hilangnya seluruh mata. Fungsi penglihatan pada pasien endoftalmitis sangat tergantung pada kecepatan diagnosis dan tatalaksana.Prognosisnya sangat bervariasi tergantung penyebab. Faktor prognostik terpenting adalah visus pada saat diagnosis dan agen penyebab. Prognosis endoftalmitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama bila disebabkan jamur atau parasit.1 Prognosis endoftalmitis endogen secara umum lebih buruk dari eksogen karena jenis organisme yang menyebabkan endoftalmitis endogen biasanya lebih virulen.

20

BAB III KESIMPULAN


1. Endoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan

intraokular, yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid tanpa melibatkan sklera, dan kapsula tenon.
2. Endoftalmitis dapat diklasfikasikan menjadi supuratif, non supuratif dan

endoftalmitis fakoanafilaktik
3. Penyebab endoftalmitis dapat di kelompokkan menjadi dua bagian besar,

yaitu infeksi yang dapat bersifat endogen dan eksogen serta yang disebabkan oleh imunologis.
4. Gejala subjektif antara lain adalah nyeri pada bola mata, penurun tajam

penglihatan, nyeri kepala, mata terasa bengkak kelopak mata merah, bengkak kadang sulit dibuka. Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan udem pada palpebra superior, reaksi konjungtiva berupa: hiperemis dan kemosis, udem pada kornea.
5. Pemeriksaan penunjang yang penting adalah kultur, Pengobatan pasien

endoftalmitis adalah dengan antibiotik atau antifingi, yang diberikan secepatnya secara intravitreal. Sedangkan pemberian steroid masih kontroversi walaupun terbukti bermanfaat. Kadang dapat diberikan pula sikloplegik.
6. Bila dengan pengobatan malah terjadi perburukan, tindakan, vitrektomi harus

dilakukan.

21

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas,S.H. Ilmu penyakit mata. Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI, 2006. hal. 175-8.
2. Miller, J.W . Endophthalmitis. Diunduh dari www.emedicine.com. Tanggal 23

Juli 2013. 3. Ilyas, S.H. , Mailangkay, T.H. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-2, Jakarta, CV Sagung Seto, 2002. hal.98101. 4. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta, Widya Medika, 2002. hal.72. 5. Chaudry, A.N. , Flynn. H.W. Ocular Trauma Principles and Practice. hal.293300. 6. Bobrow JC, dkk, 2008. Intraocular Inflammation and Uveitis. Dalam: American Academy of Ophtalmology. San Francisco,2011. Hal. 269-273, 355-3604. 7. S.U. Suhardjo., Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. hal 77-82.

22

23

Anda mungkin juga menyukai