Pada hari ini tanggal 17 Desember 2012 telah dipresentasikan portofolio oleh: Nama Peserta : dr. Yuliani Herawati
Dengan judul/topik................................................................................................................: Kejang Demam Komplek Nama Pendamping.................................................................................................................................: dr. Ita Patriani Nama Wahana : RSU KOTA MATARAM No . 1 2 3 4 Nama Peserta Presentasi Dr. Yuliani Herawati Dr. Nadya Barca Ombara Dr. Tiara avinta A Dr. Solekah S No . 1 2 3 4 Tanda Tangan
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesunguhnya. Pendamping
Borang Portofolio
Nama Peserta: dr. Yuliani Herawati Nama Wahana: RSU KOTA MATARAM Topik: Kejang Demam Komplek Tanggal (kasus): 23 November 2012 Nama Pasien: An. Raffa Tanggal Presentasi: 17 Desember 2012 No. RM 056643 Nama Pendamping: dr. Ita Patriani
Tempat Presentasi: RSU KOTA MATARAM Obyektif Presentasi: Keilmuan Diagnostik Neonatus Deskripsi: Seorang anak laki-laki, 3,5 th, BAB cair sebanyak 10 kali, BAB tidak disertai ampas, lendir maupun darah, BAB berbau asam. Mengeluh pilek, demam tinggi, tiba-tiba kejang pada seluruh tubuh dengan durasi + 10 menit, mata melihat keatas, berhenti sendiri, setelah kejang anak menangis. Kejang terjadi 3x.
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 2
Tujuan: Menegakkan Kejang Demam Bahan bahasan: Cara membahas: Data pasien: Nama klinik: ANAK Tinjauan Pustaka Diskusi Nama: An. Raffa Telp: Riset Audit Email Pos
Kasus
Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis/Gambaran Klinis: Kejang demam Komplek. Seorang anak laki-laki, 3,5 th, BAB cair sebanyak 10 kali, BAB tidak disertai ampas, lendir maupun darah, BAB berbau asam. Mengeluh pilek, demam tinggi, tiba-tiba kejang pada seluruh tubuh dengan durasi + 10 menit, mata melihat keatas, berhenti sendiri, setelah kejang anak menangis. Kejang terjadi 2. Riwayat Pengobatan: Pasein diberi parasetamol syrup tetapi deman tidak turun 3. Riwayat kesehatan/Penyakit:
4. Riwayat keluarga: Pasien menyangkal tidak ada yang menderita serupa didalam keluarganya. 5. Riwayat pekerjaan : (-)
6. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum : Sedang b. Kesadaran c. Vital sign : Compos mentis : Nadi : 102 kali/menit, teratur, Respirasi : 32 x / menit, Suhu : 39 C
Status Generalis : Kepala Mata : Simetris, rambut hitam merata, tidak tampak adanya kelaianan : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik, pupil bulat isokor,refleks cahaya (+/+)
Hidung : Discharge (-/-), deviasi septum (-/-) Telinga : Simetris, tidak ada kelainan, otore (-/-) Mulut Leher thorax Thorax wheezing (-) Abdomen : Mukosa tidak hiperemis, bibir tidak kering, lidah tidak kotor : kaku kuduk (-) : Cor : Ictus cordis tidak tampak dan tak kuat angkat, S1>S2 reguler, bising (-), gallop (-) : Pulmo : Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-), sonor, suara dasar vesikuler, ronkhi (-), : Bising usus (+) meningkat, supel, nyeri tekan (-), hypertimpani di seluruh lapang abdomen,
turgor kulit kembali lambat. 7. Riwayat imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus): (+)
Daftar Pustaka 1. Baumann, RJ. Febrile Seizures. E Med J, 1 november 2011, vol.2 No.3:1-10
2. Guyton C.A., Hall E.J. 1997. Pengaturan Suhu. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC. 3. Kania, Nia. 2007. Penatalaksanaan demam pada anak. Disampaikan pada acara Siang Klinik Penanganan Kejang Pada Anak, Bandung, 12 Februari 2007. 4. Mansur, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga JIlid 1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. 5. Powel R.K. 2004. Fever. In : Richard E.B., Robert M.K., Hal B.J. Nelson Textbook of Pediatrics. Volume 2. Edisi 17. Philadelpia. Saunders. 6. Pusponegoro,HD., Rezeki, S., Firmanda, D., dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I. Jakarta: balai penerbit IDAI Hasil Pembelajaran: 1. Diagnosis Kejang Demam 2. Edukasi tentang hubungan demam dan kejang 3. Waspadai suhu tubuh meningkat 4. Motivasi orangtua untuk kepatuhan pemberian obat
2. OBJEKTIF
Dari Pemeriksaan Fisik didapatkan : a. Mukosa bibir basah, mata tidak cowong b. Kaku kuduk (-) c. Abdomen : bising usus meningkat, hypertympani, turgor kulit kembali lambat.
3. ASSESMENT Diagnosis : Kejang Demam Komplek Pada kasus ini, anak sebelum kejang didahului dengan demam buang air besar cair berlangsung dua hari. Karakteristik feses adalah cair; tidak disertai ampas, lendir dan darah; dan berbau asam. Anak juga tidak ada muntah. Berdasarkan hasil diatas, maka kemungkinan besar pasien ini menderita diare karena intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa adalah gejala klinis karena tidak terhidrolisnya laktosa secara optimal di usus halus akibat defisiensi enzim yang terdapat pada mikrovili sel epitel usus halus. lactase. Pada diare yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang menyebabkan kerusakan pada mikrovili usus halus, maka akan terjadi defisiensi lactase sekunder yang menyebabkan intoleransi laktosa.
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA| 6
Terjadinya kejang demam pada kasus ini adalah diawalai adanya kemungkinan infeksi bakteri atau virus pada sistem pencernaan, yang merupakan agen pirogen eksogen yang kemudian merangsang pirogen endogen seperti interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF), interferon (INF), interleukin-6 (IL-6) dan interleukin-11 (IL-11). Sebagian besar sitokin ini dihasilkan oleh makrofag yang merupakan akibat reaksi terhadap pirogen eksogen. Dimana sitokin-sitokin ini merangsang hipotalamus untuk meningkatkan sekresi prostaglandin, yang kemudian dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Hasil akhir mekanisme kompleks ini adalah peningkatan thermostatic set-point yang akan memberi isyarat serabut saraf eferen, terutama serabut simpatis untuk memulai menahan panas (vasokonstriksi). Demam kemudian akan meningkatkan metabolism basal dan kebutuhan oksigen. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas mutan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut dengan neurotransmiter dan terjadilah kejang.
4. PLAN Penanganan pertama pada kasus ini adalah mengatasi kejang, demam dan juga rehidrasi cairan. Kejang harus segera diatasi untuk mencegah komplikasi seperti hipoksia dan deficit neurologi lebih lanjut. Kemudian rehidrasi cairan untuk mengembalikan perfusi jaringan dan mencegah keadaan dehidrasi yang lebih berat.