Pendahuluan
Perusahan besar yang melakukan diversifikasi dengan menguasai berbagai macam bisnis
telah lama menjadi perhatian banyak pihak. (Gold & Luchs, 1993). Pendapat sinikal
terhadap diversifikasi didasari pada anggapan bahwa perusahaan yang beranjak dari satu
type aktivitas ke multi-aktivitas adalah tidak baik, khususnya jika dikaitkan dengan proses
menjadi bisnis besar. Tidak disukai karena kecenderungan menjadi sangat powerful, dan
dalam hal tertentu melakukan subsidi silang antar unit bisnis untuk mendesak pesaing
keluar dari industri. Perusahaan yang melakukan diversifikasi dikatakan cenderung anti
kompetisi. Selain anti-kompetisi, perusahaan diversifikasi juga tidak menambah nilai bagi
bisnis utama (Porter, 1987)
Beberapa persoalan krusial dalam diversifikasi antara lain kapan sebaiknya perusahaan
melakukan diversifikasi, bagaimana manajer menciptakan value melalui diversifikasi, apa
saja pilihan bisnis yang dapat diambil, dan bagaimana strategi untuk memasuki bisnis baru
dalam konteks diversifikasi.
Alasan Diversifikasi
Pada perkembangan lanjut, alasan diversifikasi berkisar dari upaya tradisional untuk
peningkatan efisiensi seperti eksploitasi lingkup ekonomis (economic of scope), dan
mendisiplinkan manajer yang kinerjanya jelek, hingga yang didasari kebutuhan untuk
mengatasi munculnya masalah – masalah baru seperti penyalah-gunaan kewenangan oleh
manajer puncak (Besanko et all, 1996). Diversifikasi yang dimaksudkan untuk mencapai
skala ekonomis maupun lingkup ekonomis dilakukan dalam dua cara: menjual produk
sejenis (similar products) atau menjual kepada pasar yang sama (similar market).
Perusahaan dengan tingkat keaneka-ragaman produk dan pasar yang rendah memiliki
kemampuan yang lebih baik dalam menyebarkan kemampuannya dan mengeksploitasi
lingkup ekonomis dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat keaneka-ragaman produk
dan pasarnya tinggi.
Selain alasan untuk memperoleh economies of scope, ada tiga alasan lain untuk
diversifkasi: sinergi keuangan (financial synergies), economizing on transaction costs, dan
memenuhi objektif manajerial. Sinergi keuangan dilandasi pada pemikiran bahwa untuk
mencapai sukses jangka panjang, suatu perusahaan yang sedang tumbuh memerlukan
portofolio bisnis yang menjamin kecukupan dan kestabilan arus kas agar dapat mendanai
semua aktivitas perusahaan. Strategi portofolio memungkinkan perusahaan induk
memanfaatkan profit yang diperoleh suatu unit bisnis untuk mensubsidi unit bisnis lainnya.
Namun demikian strategi semacam ini tidak menciptakan nilai tambah kepada pemilik
perusahaan (share holders). Jika demikian, pemilik perusahaan dapat melakukan
diversifikasi sendiri tanpa keterlibatan manajer perusahaan
Majalah Fortune melaporkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 33 hingga 50%
akuisisi berakhir dengan divestasi (Dess, Lumpkim, & Taylor, 2004). Hal ini
mengindikasikan bahwa peluang sukses strategi diversifikasi hampir sama dengan resiko
kegagalannya. Pertanyaannya, mengapa ada diversifikasi yang sukses namun mengapa ada
pula yang gagal? Jawaban kunci atas pertanyaan ini adalah sinergi. Menciptakan value
bagi shareholder saja tidak cukup. Sinergi antara bisnis utama dan bisnis baru hasil
diversifikasi baik yang terkait (related) maupun tak terkait (unrelated) diperlukan guna
memastikan tercapainya value yang maksimum dari langkah diversifikasi yang diambil.
Bentuk sinergi diwujudkan dalam hubungan horisontal atau vertikal. Hubungan horisontal
berupa penggunaan bersama oleh beberapa unit bisnis atas sumber daya tak berwujud
(intangible resources) seperti kompetensi inti dan sumber daya berwujud seperti fasilitas
produksi, saluran distribusi, dan lain sebagainya. Adapun hubungan vertikal merupakan
penciptaan value yang diturunkan dari induk perusahaan.
Strategi Diversifikasi
Karakteristik diversifikasi ditentukan dari keterkaitan dengan bisnis utama yang menjadi
kompetensi inti (Barney, 2001). Dalam menjalankan strategi diversifikasi, perusahaan
dapat memilih tiga alternatif: diversifikasi terbatas (limited diversification), diversifikasi
terkait (related diversification), atau diversifikasi tak terkait (unrelated diversification).
Ada kesamaan dan perbedaan antara argumen Barney dan David. Dilihat dari esensinya
konsentrik dalam David sama dengan diversifikasi terkait dalam Barney. Demikian halnya,
konglomerat dapat disamakan dengan diversifikasi tak terkait. Sementara pengertian
diversifikasi terbatas tidak persis sama dengan diversifikasi horisontal. Diversifikasi
terbatas terjadi ketika
Mengacu David, konsentrik merupakan penambahan portofolio bisnis baru yang masih
terkait dengan bisnis utama, sebagai contoh Kelompok Usaha Kompas masuk ke bisnis
penerbitan (Elexmedia Komputindo), toko buku (Gramedia) dan penyiaran (Radio Sonora
dan TV7). Konglomerat, menambah bisnis baru yang tidak terkait dengan bisnis utama,
sebagai contoh, Kelompok Usaha Kompas masuk ke bisnis Hotel (Santika) atau ritel
(Grasera). Sedangkan diversifikasi horisontal dilakukan dalam wujud menambah bisnis
baru yang tidak terkait dengan produk jasa bisnis utama, yang ditawarkan kepada
pelanggan bisnis utama. Contoh horisontal, Kelompok Usaha Kompas membuka bisnis
jasa konsultansi perjalanan (travel biro) yang khusus ditujukan bagi pelanggan Koran dan
Majalah Kelompok Kompas – Gramedia.
Tentang AJB Bumiputera
Bumiputera berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana bernama M. Ng. Dwidjosewojo –
Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia Belanda (PGHB) sekaligus Sekretaris I Pengurus
Besar Budi Utomo. Dwidjosewojo menggagas pendirian perusahaan asuransi karena
didorong oleh keprihatinan mendalam terhadap nasib para guru bumiputera (pribumi). Ia
mencetuskan gagasannya pertama kali di Kongres Budi Utomo, tahun 1910. Dan
kemudian terealisasi menjadi badan usaha – sebagai salah satu keputusan Kongres pertama
PGHB di Magelang, 12 Februari 1912 (http://www.bumiputera.com).
Tidak seperti perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) – yang kepemilikannya hanya
oleh pemodal tertentu; sejak awal pendiriannya Bumiputera sudah menganut sistem
kepemilikan dan kepenguasaan yang unik, yakni bentuk badan usaha “mutual” atau “usaha
bersama”. Semua pemegang polis adalah pemilik perusahaan – yang mempercayakan
wakil-wakil mereka di Badan Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya
perusahaan. Asas mutualisme ini, yang kemudian dipadukan dengan idealisme dan
profesionalisme pengelolanya, merupakan kekuatan utama Bumiputera hingga hari ini.
FALSAFAH
VISI
MISI
Menciptakan berbagai produk dan layanan yang memberikan manfaat optimal bagi
komunitas Bumiputera.
Mardi Mulyo dan Redball, diterima sebagai anak perusahaan karena faktor kesejarahan
dengan keluarga pendiri dan direksi. Bumida, didirikan untuk menambah lini bisnis
melayani asuransi kerugian. Bank Bumiputera, didirikan menyambut pakto 88, dan meniru
asuransi jiwa di Jepang dan Swiss. Wisma Bumiputera, Informatik OASE, Bumiputera
Multimedia, Mitrasarana, dan Hotel Bumi Wiyata pada awalnya didirikan untuk melayani
kebutuhan internal. Bumiputera-BOT Finance dan Bapindo-Bumi Sekuritas didirikan
sebagai strategi aliansi penyaluran excessive financial. AJJHI merupakan aliansi dengan
JH of USA untuk melayani asuransi kumpulan (group / corporate).
Kinerja Kelompok Usaha Bumiputera
Perusahaan induk selalu untung. Sebagian besar unit bisnis yang tidak terkait, tidak
menyumbang keuntungan, ketergantungan kepada induk besar, namun tetap dipertahankan
karena interest manajer. Unit bisnis terkait menghasilkan laba, Bank Bumiputera dan
Bumida sudah go publik.
Unit bisnis tidak terkait dianggap sebagai supporting elements sebagaimana konsep rantai
nilai yang dikembangkan Porter. Unit bisnis terkait, menghasilkan sinergi (horisontal dan
vertikal).
Simpulan
SaranDalam jangka panjang beberapa unit bisnis tak terkait akan terus membebani induk.
Keputusan melepas (spin off) unit yang terus merugi perlu dipertimbangkan. Penambahan
unit bisnis baru, jika diinginkan, sebaiknya yang terkait dengan bisnis utama, dengan
memperhatikan resource base dan core competency yang dimiliki, serta mitra sinergi yang
memiliki corporate value yang bersesuaian. Era diversifikasi bermotifkan perluasan
jabatan sebaiknya diakhiri.