Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN DI KECAMATAN TATAPAAN, MINAHASA SELATAN, INDONESIA (..

in English )

S.Mangkay1,2, N. Harahab1,3, B. Polii1,4, Soemarno1,5 Environmental Science and Technology Graduate Program, University of Brawijaya, Indonesia 2) Departement of Technic Industry, Faculty of Industrial Technology, Technology Minaesa Instutute, Indonesia 3) Faculty of Marine science and Fishery, University of Brawijaya, Indonesia 4) Departement of Agriculture, Faculty of Agricuture of Sam Ratulangi, Indonesia 5) Departement of Soil Science, Faculty of Agriculture, University of Brawijaya, Indonesia (Corresponding authors :Phone +62-81340355545, +62- 85397272287 E-mail: steeframangkay@ymail.com
1)

ABSTRACT . Keywords:

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisi potensi hutan mangrove , (2) menyusun strategi pengelolaan hutan mangrove yang terbaik untuk dilaksanaakan di Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sondaken Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan, dengan menggunakan metode survey. Metode AHP digunakan untuk menganalisis strategi pengelolaan hutan mangrove di Kecamatan Tatapaan, dengan bantuan software Expert Choice Versi 11. Tiga criteria yang digunakan dalam menganalisis strategi pengelolaan hutan mangrove adalah: Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove, Potensi Hutan Mangrove dan Kualitas Lingkungan Hidup. (. Jelaskan metode AHP lebih detail) Ditinjau dari konservasi, alternatif pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 50.8%. Ditinjau dari rehabilitasi, alternatif pelestarian hutan mangrove menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 50.1%. Ditinjau dari ekologis, alternatif pelestarian hutan mangrove menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 52.3%.Ditinjau dari ekonomi, alternatif pelestarian hutan mangrove menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 52.2%.Ditinjau dari ekosistem, alternatif pelestarian hutan mangrove menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 50.8%.Ditinjau dari kesejahteraan masyarakat, alternatif pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar

50.7%.Ditinjau dari kelestarian lingkungan, alternatif pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 51.5%. ( .paragraf ini harus lebih diringkas dnegan bahasa Indonesia yang bagus) Ditinjau dari kebijakan pengelolaan hutan mangrove, alternatif pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 50.5%. Ditinjau dari potensi hutan mangrove, alternatif pelestarian hutan mangrove menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 52.3%. Ditinjau dari kebijakan pengelolaan hutan mangrove, alternatif pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 50.5%. ( .paragraf ini harus lebih diringkas dnegan bahasa Indonesia yang bagus) Secara keseluruhan, alternatif pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas alternatif strategi pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan dengan nilai prioritas sebesar 50.4%, berbeda tipis dengan pelestarian hutan mangrove sehingga kedua alternatif perlu dipertimbangkan dalam Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan. (rumuskan hasil AHP secara lebih komprehensif, tidak sekedar alternative saja..) Kata kunci : Stratege, Pengelolaan, Mangrove PENDAHULUAN Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang pada lokasi yang mempunyai hubungan pengaruh pasang air (pasang surut) yang merembes pada aliran sungai yang terdapat di sepanjang pesisir pantai (Tarigan, 2008). Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang mempunyai peranan penting ditinjau dari sisi ekologis maupun aspek social ekonomi. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang ditumbuhi dengan pohon bakau (mangrove) yang khas yang terdapat disepanjang pantai atau muara sunga dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Onrizal, 2010 ). Hutan mangrove mempunyai fungsi ganda dan merupakan mata rantai yang yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi di perairan (Waas dan Nabaan, 2010). Hutan mangrove sebagai suatu ekosistem dan sumberdaya alam pemanfaatannya diarahkan untuk kesejahteraan manusia dan untuk mewujudkan pemanfaatannya agar dapat berkelanjutan.maka hutan mangrove perlu dijaga keberadaannya (ref ).. Pengelolaan hutan mangrove merupakan suatu upaya perlindungan terhadap hutan mangrove menjadi kawasan hutan konservasi dan rehablitasi hutan mangrove seperti kegiatan penghijauan untuk mengembalikan nilai estetika dan fungsi ekologis kawasan hutan mangrove yang telah ditebang dan dialihkan fungsinya kepada kegiatan lain (ref ).. Hutan mangrove di sepanjang pesisir pantai dan sungai secara umum menyediakan habitat bagi berbagai jenis ikan (ref ).. Hutan mangrove

sebagai salah satu lahan basah di daerah tropis dengan akses yang mudah serta kegunanan komponen biodiversitas dan lahan yang tinggi menjadikan sumberdaya tersebut sebagai sumberdaya tropis yang kelestariannya akan terancam (Valiela et al., 2001). Hal ini menjadi salah satu pusat dari isu lingkungan global. Merupakan ekosistim pesisir yang sangat penting untuk mendukung keberlangsungan hidup berbagai biota laut (ref ).. Pada dasarnya ekosistim ini merupakan hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang sangat di pengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut. Hutan bakau ditemukan di daerah pantai yang terlindung dan muara sungai dengan ekosistim yang khas, hutan bakau dapat ditemukan hampir sepanjang pantai Kabupaten Minahasa Selatan dengan ketebalan hutannya bervariansi, diwilayah pesisir pantai , di ketahui luasnya 1.472 ha (Bakosurtanal 2009). Jenis bakau yang banyak ditemukan di sepanjang pantai Minahasa Selatan adalah Sonneratia alba, Rhizophora sp dan Bruguira sp. (ref ). Pengelolan hutan mangrove didaerah ini telah dilakukan oleh masyarakat secara swadaya karena mereka meyakini bahwa tanaman mangrove memiliki banyak fungsi diantaranya sebagai penahan ombak dan sebagainya (ref ).. Di Kabupten Minahasa Selatan yang masih memiliki hutan mangrove yang cukup luas adalah di kecamatan Tatapaan dengan luas 873,6 ha (ref ).. Di Sondaken Kecamatan Tatapaan telah dilakukan pembibitan mangrove untuk penanaman kembali terhadap hutan mangrove yang telah mengalami degradasi akibat penebangan secara sembarangan (ref ).. Meningkatnya kecenderungan pengrusakan ekosisitem hutan mangrove seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat lokal seperti penebangan pohon mangrove yang dijadikan kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga tanpa memperhatikan daya dukung dan daya pulihnya (ref ). Upaya pelestarian hutan manrove yang telah mengalami kerusakan ,telah menjadi perhatian pemerinta seperti yang di lakukan Dinas Kehutanan Kabupaten Minahasa Selatan melalui kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) mangrove yang dikelola oleh kelompok msyarakat desa Sondaken Kecamatan Tatapaan dengan luas semai 0,25 ha dan jumlah bibit 50.000 batang dengan biaya Rp. 50.000.000 dari APBN DIPA BA.029 Tahun 2012 (ref ).. Yang menjadi permasalahan adalah terjadinya penurunan luas hutan mangrove dari tahun ke tahun akibat penebangan liar baik untuk kayu bakar maupun bahan bangunan untuk pembuatan rumah, sehingga suatu saat kita tidak melihat lagi hutan mangrove di kecamatan Tatapaan yang merupakan daerah konservasi penyangga Taman Laut Bunaken dan sebagai daerah Minapolitan di Kabupaten Minahasa Selatan(ref ).. kalimatnya dipisah, terlalu panjang.. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisi potensi hutan mangrove , (2) menyusun strategi pengelolaan hutan mangrove yang terbaik untuk dilaksanaakan di Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan.

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-analitik yang melibatkan data kualitatif dan data kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dnegan Metode Survei, dilaksanakan di Desa Sondaken Kecamatan Tatapaan Kabupaten MInahasa Selatan selama tiga bulan, yaitu bulan Juni hingga Agustus 2012. Observasi langsung di lapangan meliputi keseluruhan kawasan hutan mangrove dengan tujuan untuk melihat secara umum fitososiologi dan komposisi tegakan hutan mangrove serta keadaan pasang surut daerah setempat dan lainnya. jelaskan titik-titik pengamatannya, dan metode apa saja yg digunakan untuk mengumpulkan datanyaserta indicator apa saja yang diamati

Metode wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar kuesioner. .. jelaskan disain surveinya.. sampel wawancara (berapa banyak dan siapa saja), . Metode wawancara.. serta apa variable utama dalam daftar isian.. Data sekunder (meliputi. .) diperoleh dari dinas terkait (dinas apa saja..). Analisis strategi pengelolaan hutan mangrove di Kecamatan Tatapaan dilakukan dengan metode Analisis Analytical Hierarchy Process (AHP) menggunakan skala AHP dengan bantuan software Expert Choice Versi 11. (, jelaskan Metode AHP agak detail, mulai dari isu-isu strategis, .. dst hingga alternative yang paling bawah levelnya) Jelaskan stakeholdernya dan bagaimana untuk AHP. mengumlkan data /informasinya

Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 10 orang responden yang ahli dalam bidangnya yang berkaitan dengan Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove. (jelaskan jabatan dan kualifikasinya) Hiraki pengelolaan hutan mangrove di Kecamatan Tatapaan dapat dilihat pada Gambar 1. mana uraian untuk membentuk Gambar 1 ini?

Gambar 1. Hirarki Pengelolaan Hutan Mangrove Jelaskan analisis data hingga diperoleh kesimpulan, dan bagaimana merumuskan strategi pengelolaan yang terpilih?

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jelaskan hasil penelitian untuk menjawab Tujuan (1) 2. Jelaskan hasil penelitian untuk menjawab Tujuan (2)

Hirarki yang disusun terdiri dari enam tingkat. Tingkat pertama adalah tujuan (Goal) yaitu pemilihan Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan. Tingkat kedua adalah kriteria level I. Terdapat tiga macam kriteria level I, yaitu Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove, Potensi Hutan mangrove dan Lingkungan Hidup. Kriteria Level I terdiri dari beberapa Kriteria Level II. Kriteria level II menempati tingkat ketiga, dimana kriteria Kebijakan Pengolahan Hutan Mangrove terdiri dari konservasi dan rehabilitasi; Kriteria Potensi Hutan Mangrove terdiri dari ekologis dan ekonomi; Kriteria lingkungan hidup terdiri dari ekosistem, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Kriteria level III menempati tingkat keempat, dimana masing-masing kriteria level II terdiri dari Pemerintah Kecamatan Tatapaan, Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Selatan dan Masyarakat Sekitar. Kriteria Level IV menempati tingkat kelima, dimana masing-masing kriteria level III terdiri dari Penyangga Wilayah Pesisir, Pemanfaatan Hutan Mangrove dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat. Tingkat keenam ditempati oleh altenatif pilihan pencegahan yaitu pelestarian hutan mangrove dan pelestarian lingkungan hidup. Ditinjau dari Kriteria level I, kriteria Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove memiliki bobot yang terbesar yaitu 47.6%. Posisi kedua ditempati oleh kriteria lingkungan dengan bobot sebesar 46.9%. Kriteria potensi hutan mangrove memiliki bobot terkecil yaitu sebesar 5.5%. Ditinjau dari Kriteria level II Anak Kriteria Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove, kriteria konservasi memiliki bobot yang terbesar yaitu 69.1%. Kriteria rehabilitasi memiliki bobot terkecil yaitu sebesar 30.9%. Ditinjau dari Kriteria level II Anak Kriteria Potensi hutan Mangrove, kriteria ekologis memiliki bobot yang terbesar yaitu 89.3%. Kriteria ekonomi memiliki bobot terkecil yaitu sebesar 10.7%. Ditinjau dari Kriteria level II Anak Kriteria Lingkungan Hidup, kriteria kelestarian lingkungan memiliki bobot yang terbesar yaitu 50.7%. Posisi kedua ditempati oleh kriteria ekosistem dengan bobot sebesar 42%. Kriteria kesejahteraan masyarakat memiliki bobot terkecil yaitu sebesar 7.2%.

Tabel 1. Prioritas Kriteria Level II Alternatif Kriteria Level II Pelestarian Hutan Mangrove Pelestarian Lingkungan Hidup 0.508 0.499 0.477 0.478 0.492 0.507 0.515

Konservasi 0.492 0.501 Rehabilitasi 0.523 Ekologis 0.522 Ekonomi 0.508 Ekosistem Kesejahteraan 0.493 Masyarakat Kelestarian Lingkungan 0.485 Sumber: Hasil Penelitian (2012).

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ditinjau dari konservasi, alternatif pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 50.8%. Ditinjau dari rehabilitasi, alternatif pelestarian hutan mangrove menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 50.1%. Ditinjau dari ekologis, alternatif pelestarian hutan mangrove menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 52.3%.Ditinjau dari ekonomi, alternatif pelestarian hutan mangrove menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 52.2%.Ditinjau dari ekosistem, alternatif pelestarian hutan mangrove menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 50.8%.Ditinjau dari kesejahteraan masyarakat, alternatif pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 50.7%.Ditinjau dari kelestarian lingkungan, alternatif pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 51.5%.

Tabel 2. Prioritas Kriteria Level I Alternative Kriteria Level I Pelestarian Hutan Mangrove 0.495 0.523 0.495 Pelestarian Lingkungan Hidup 50.5 0.477 50.5

Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove Potensi Hutan Mangrove Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove Sumber : (Hasil Penelitian, 2012)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ditinjau dari kebijakan pengelolaan hutan mangrove, alternatif pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 50.5%. Ditinjau dari potensi hutan mangrove, alternatif pelestarian hutan mangrove menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 52.3%. Ditinjau dari kebijakan pengelolaan hutan mangrove, alternatif pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas alternatif dengan prioritas sebesar 50.5%.

Tabel 3. Prioritas Utama Alternative Goal Pelestarian Hutan Mangrove 0.496 Pelestarian Lingkungan Hidup 50.4

Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan Sumber : (Hasil Penelitian, 2012)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, alternatif pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas alternatif strategi pengelolaan hutan mangrove

berkelanjutan dengan nilai prioritas sebesar 50.4%, berbeda tipis dengan pelestarian hutan mangrove sehingga kedua alternatif perlu dipertimbangkan dalam Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan.

KESIMPULAN 1. Jelaskan kesimpulan untuk menjawab Tujuan (1) 2. Jelaskan kesimpulan untuk menjawab Tujuan (2) (bagaimana rumusan strategi pengelolaan berdasarkan AHP)

Kriteria rehabilitasi, ekologi, ekonomi dan ekosistem menjadi prioritas alterntif dalam pelestarian hutan mangrove, sedangkan konservasi, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan menjadi prioritas alternatif dalam pelestarian lingkungan hidup. Untuk potensi hutan mangrove menjadi prioritas alternative dalam pelestarian hutan mangrove sedangkan kebijakan pengelolaan hutan mangrove menjadi prioritas alternative dalam pelestarian lingkungan hidup. Pelestarian lingkungan hidup menjadi prioritas alternatif strategi pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan dengan nilai prioritas sebesar 50.4%, berbeda tipis dengan pelestarian hutan mangrove sehingga kedua alternatif perlu dipertimbangkan dalam Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan di Kecamatan Tatapaan Kabupaten minahasa Selatan

REFERENSI Harus ditambahkan jurnal-jurnal tentang potensi hutan mangrove dan Pengelolaan berkelanjutan mangrove

Bengen, D.G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Bengkulu Utara, Bengkulu. 2004. Jakarta. Bengen.D.G., 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. Sinopsis. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor Bengen, D.G., 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pedoman Teknis. PKSPL, IPB.

Dahuri, R. 2002. Integrasi Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan PulauPulau Kecil. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengelolaan Ekosistem mangrove di Jakarta, 6-7 Agustus 2002 Dave, R., 2006. Mangrove ecosystem of south, west Madagascar: an ecological, human impact, and subsistence value assessment. Tropical res. Bulletin 25:7 - 13 Golar, 2002. Presfektif Pengolahan Hutan Berbasis masyarakat: Antara Harapan dan Kenyataa. Ekspose Hasil-Hasil Penelitian Kolaboratif. Dinas Kehutanan Propinsi Sulawesi Tengah. Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hadipurnomo. 1995. Fungsi dan Manfaat Mangrove di dalam Mintakat Pantai (Coastal Zone). Duta Rimba/Maret-April/177-178/XXI/1995. Perum Perhutani. Jakarta. Harold, J. D., H.J.D. Waasp, dan B. Nababan, 2010. Pemetaan dan analisis indeks vegetasi mangrove di Pulau Saparua, Maluku Tengah. e J. Ilmu dan Teknologi kelautan Tropis 2 (1) : 50 58. Hogarth, P.J., 1999. The Biologi of Mangrove. Oxford University Press, Oxford. Indriyanto, 2010. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara Jakarta. 2010. Kusmana, C. 2005. Rencana Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Hutan Pantai Pasca Tsunami di NAD dan Nias. Makalah dalam Lokakarya Hutan mangrove Pasca sunami, Medan, April 2005 Kustanti, A. 2011. Manajemen Hutan Mangrove.IPB Press 2011. Nugroho, S. G., A. Setiawan dan S. P. Harianto. 1991. Coupled Ecosystem SilvoFishery Bentuk Pengelolaan Hutan Mangrove-Tambak yang Saling Mendukung dan Melindungi dalam Prosiding Seminar IV Ekosistem Mangrove. Panitia Nasional Program MAB Indonesia-LIPI. Jakarta. Onrizal, 2010. Perubahan tutupan hutan mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977 2006. J. Biologi Indonesia 6(2) : 163 172. Onrizal, A. Purwoko, dan M Mansor 2009. Impact of mangrove forests degradation on fisherman income and fish catch diversity in eastern coastal of North Sumatera, Indonesia.International Conference on Natural and Environmental Science 2009 (ICONES 09) ar the Hermes Palace Hotel Banda Aceh on may 6-8, 2009. Patang, 2012. Analisis Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove (kasus di Desa Tongke-Tongke Kabupaten Sinjai), Jurnal Agrisistem, Desember 2012. Vol. 8 No 2. Parry, D. E. 1996. Strategi Nasional untuk Pengelolaan Hutan Mangrove di Indonesia dalam Lokakarya Strategi Nasional Pengelolaan Hutan Mangrove di Indonesia, Jakarta, 26-27 Juni 1996. Proyek Pengelolaan dan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Sulawesi, Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Departemen Kehutanan. Jakarta. Saputra, B. G, dkk. Peta Mangroves Indonesia. Pusat Survey Sumber Daya Alam Laut Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) 2009. Soerianegara, I. 1987. Masalah Penentuan Batas Lebar Jalur Hijau Hutan Mangrove dalam Prosiding Seminar III Ekosistem Mangrove. Proyek Penelitian Lingkungan Hidup-LIPI. Jakarta.

Tarigan, M. S. 2008. Sebaran dan luas hutan l di wilayah pesisir Teluk Pising Utara Pulau Kabaena Provinsi Sulawesi Tenggara. Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI, Jakarta 14430, Indonesia. Makara, Sains 2: 108 112. Valieta, I., J.L. Bowen, dan J.K. York. 2001, Mangrove Forest: One of the World s Threatened Mayor Threatened Mayor Tropical Environments. Bioscience 51 (10) 807 815 Walters, BB., P. Ronnback, JM, Kovacs, B. Crona, S.A. Hussain, R. Badola, J.H. Primavera, E. Barbier, dan F Dahdouh-Guebas, 2008. Ethnobiologi, Socioeconomic and Management of Mangrove Forest: a review.Aquatic Botany 89: 220 236. Zamani, N.P dan Darmawan. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu Berbasis Masyarakat. Dalam Prosiding Pelatihan untuk Pelatih Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. hal. 47-60.

Anda mungkin juga menyukai