Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, senantiasa

diharapkan dapat memberikan perawatan yang baik. Penderitaan yang dirasakan

pasien dan keluarganya berkurang apabila sembuh dalam waktu yang singkat.

Namun demikian oleh karena adanya infeksi baru yang terjadi selama dirawat,

maka terjadi hambatan penyembuhan. Keadaan tersebut menyebabkan waktu

perawatan menjadi semakin lama. Infeksi baru yang terjadi selama masa,

perawatan di rumah sakit tersebut dinamakan infeksi nosokomial. (Rasyid, 2000;

Hidayah & Prayogo, 2001).

Abdoerrahman dkk. (1998) menyampaikan bahwa efek dan konsekuensi

darn infeksi nosokomial walaupun ditangani oleh pihak rumah sakit, pasien dan

keluarga tetap terkena dampakaya. Dampak tersebut berupa: penambahan jasa

medic, harga, obat, waktu kesempatan kerja, waktu berkumpul dengan keluarga,

perasaan sakit fisik, dan kecemasan mental. Bahkan akibat yang paling buruk

dapat terjadi kematian bagi pasien. Rumah sakit sebagai lembaga pelayanan

masyarakat, berkewajiban memberikan perawatan sebaik-bailmya. Salah satunya

adalah dengan melakukan pencegahan terjadinya infeksi nosokomial. Infeksi

nosokomial akan selalu terjadi di rumah sakit, namun demikian dapat diusahakan

untuk menurunkan kejadian infeksi tersebut. Menurut Kusnanto (1997), hal

tersebut dapat dikerjakan melalui kerja sama yang baik antara manajer rumah

sakit, komite pengendalian infeksi dan seluruh jajaran rumah sakit. Pencegahan

1
2

infeksi nosokomial perlu memperhatikan cara transmisi dari agen penyebab

infeksi, sumber mikroorganisme, obat antiseptik dan desinfektan, serta faktor

risiko yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial.

Prevalensi infeksi nosokomial seperti yang dilaporkan oleh

Abdoerrachman dkk. (1998), dari masing-masing rumah sakit sangat bervariasi.

Kejadian infeksi nosokomial di dunia yang dikeluarkan WHO dan dikutip oleh

Mushhuddin (1994), pengamatan terhadap 14 negara berkembang rata-rata 9%,

atau bervariasi antara 3- 21% dari 1,4 juta penderita rawat inap di seluruh dunia.

Data yang disampaikan oleh Rasyid (2000), bahwa di Amerika, Serikat infeksi

nosokomial terjadi sebesar 5 % dari 40 juta pasien yang dirawat di rumah sakit

pertahun. Dampak yang diakibatkan infeksi nosokomial adalah kematian

mencapai 1%.

Menurut laporan yang dibuat oleh Nichols (2001), bahwa pengamatan

yang dilakukan Center for Disease Control's tahun 1999 kejadian infeksi

nosokomial di rumah sakit dengan prosedur baik dan bersih, prevalensinya

cukup rendah, yaitu kurang dari 3 %.

Pengamatan yang dilakukan terhadap penderita bedah di Philadelphia

menunjukkan kejadian infeksi luka operasi sebesar 10,7% dan 4,0% yang tidak

menggunakan PCA-pump (patient-controlled analgesia pump). (Larchmont,

2002). Menurut surveilans yang dilakukan oleh Depkes, RI pada tahun 1987 di

10 RSU Pendidikan, bahwa infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu 6-16 %

dengan rata-rata 9,8 %. Surveilans yang dilakukan di RSCM Jakarta pada tahun
3

1991 sebesar 3,22 % dan tahun 1996 sebesar 4,6%. Hasil penelitian Nainggolan

(1994) di RSU Sleman didapatkan kasus infeksi nosokomial luka operasi sebesar

3,5%. Selanjutnya Nainggolan (1994) menunjukkan angka kejadian infeksi

nosokomial dari berbagai tempat dengan data yang bervariasi disajikan dalam

tabel 1.

Tabel 1. Kejadian infeksi nosokomial di berbagai tempat.

Tempat Jumlah Rata-Rata Keterangan Sumber


Amerika 40 juta 3-5 (Rasyid, 2000)
Inggris 6,8 (Gardner, 2002)
Indonesia 6,64 (Nainggolan, 1994)
RS dr.Sutomo - 14,60 sda.
RS Bekasi - 5,06 sda.
RS HS Bdg - 4,60 sda.
RSCM Jakarta - 4,60 Abdoerrachman dkk. 1996

Tabel 1 tersebut menunjukkan angka prosentasi kejadian infeksi

nosokomial dari berbagai tempat di Indonesia maupun di negara lain. Angka-

angka tersebut bervariasi dan tidak dapat dibandingkan, karena ada perbedaan

sasaran dan cara pengukuran.

Kuman penyebab infeksi nosokomial luka operasi berpotensi untuk

menyebar ke penderita lain dan menimbulkan wabah. Oleh karena itu perlu

diwaspadai bagi tenaga kesehatan di rumah sakit, kejadian infeksi nosokomial

luka operasi dapat di monitor sejak dini dan dilakukan pencegahan dengan

segera dengan cara yang efektif dan efesien (Kusnanto,1997).


4

Menurut Nainggolan (1994) komplikasi infeksi nosokomial

meningkatkan biaya perawatan dan kematian cukup tinggi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada penelitian ini penulis

mengangkat judul “FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG BERPENGARUH

PADA INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA OPERASI DI RUANG DAHLIA

RSUD SUBANG”.

B. Perumusan Masalah

Faktor-faktor resiko apakah yang berpengaruh pada infeksi nosokomial

luka operasi?

C. Tujuan Peneltian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor beresiko yang berpengaruh pada infeksi

nosokomial luka operasi.

2. Tujuan Khusus

Dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi pada kedian

infeksi nosokomial luka operasi meliputi :

a. Tindakan pembedahan

b. Perawatan yang lama


5

c. Alat-alat medis dan non medis

d. Usia penderita

e. Status Gizi

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti untuk mendapatkan

pengalaman dan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terjadinya

infeksi nosokomial luka operasi.

2. Bagi Akper Pemda Subang

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi khususnya faktor-

faktor yang berpengaruh pada luka operasi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk meneliti

Aspek lain tentang faktor-faktor yang berpengaruh pada luka operasi.

Anda mungkin juga menyukai