Anda di halaman 1dari 32

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI BLOK CHEM I

DISUSUN OLEH : dr. TUTIK IDA R. Mkes dr.RETNO WIDIASTUTI,MS dr. LIEZA DWIANASARI,,MKes

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAK SOEDIRMAN PURWOKERTO 2008/2009

PENGANTAR PERAKTIKUM PARASITOLOGI

TATA TERTIB SELAMA PRAKTIKUM Selama menjalankan praktikum Parasitologi di Laboratorium Parasitologi, semua mahasiswa harus mengetahui dan mentaati peraturan sebagai berikut: 1. Sebelum saat praktikum yang telah ditetapkan para mahasiswa tidak diperkenankan memasuki ruang praktikum. 2. Para mahasiswa harus datang tepat waktu, jika terlambat lebih dari 10 menit, mahasiswa tidak diperbolehkan praktikum hari itu. 3. Sebelum masuk laboratorium para mahasiswa harus mengenakan jas praktikum dengan sopan dan rapi. 4. Tas dan buku yang tidak diperlukan slama praktikum agar diletakkan di meja yang telah ditentukan. 5. Mengambil tempat duduk yang telah ditentukan. 6. Setiap kali akan praktikum, diadakan pre test mengenai bahan yang akan dipraktikumkan. 7. Pada waktu praktikum, para mahasiswa tidak boleh meninggalkan ruang tanpa seijin assisten. 8. Praktikum harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan bertingkah sopan. 9. Apabila saat praktikum, merusak atau memecahkan alat-alat laboratorium serta preparat dengan alasan apapun tetap diwajibkan mengganti alat / preparat yang rusak tersebut. 10.Setiap kali selesai praktikum, hasil kerja praktikum diserahkan pada assisten. 11.Mereka yang tidak dapat melaksanakan praktikum pada hari yang telah ditetapkan karena berhalangan (dengan ijin) diharuskan mengulang di hari lain. 12.bila lebih dari sepertiga dari jumlah acara praktikum tidak dapat diikuti / dilaksanakan, maka praktikum dinyatakan gagal atau belum melaksanakan praktikum parasitologi dan selanjutnya harus mengulang pada kesempatan lain pada tahun berikutnya.

KATA PENGANTAR Buku petunjuk praktikum parasitologi telah kami susun dan dikelompokkan untuk setiap kali praktikum sesuai dengan blok yang sedang berjalan, diharapkan mahasiswa sebelum praktikum dapat mempersiapkan diri untuk melaksanakan maupun mengerjakan pretest yang dilaksanakan setiap kali akan praktikum. Khusus untuk blok CHEM I ini pembahasan dititikberatkan pada pengenalan tentang morfologi makroskopis spesies parasit khususnya hewan parasit penting di Indonesia yang menginfeksi manusia Kami senantiasa mengharapkan buku ini dapat membantu meningkatkan mutu Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, khususnya dalam bidang Ilmu Parasit, sehingga dapat dirasakan manfaatnya dikemudian hari.

Purwokerto, 10 Nopember 2008

Tim Penyusun

PENGGUNAAN MIKROSKOP
A. PENDAHULUAN Perlu kita ketahui bahwa penduduk di daerah tropis, mungkin tidak hanya menderita penyakit parasit melainkan juga menderita salah satu diantara sekian banyak penyakit tropis. Banyak infeksi dengan parasit berlangsung tanpa gejala atau menimbulkan gejala ringan. Oleh sebab itu, diagnosis yang didasarkan hanya gejala klinik saja, kurang dapat dipastikan, sehingga harus dengan bantuan pemeriksaan laboratorium. Sebagai contoh, seseorang kelihatannya stabil tanpa menunjukkan gejala penyakit, tetapi pada pemeriksaan tinja didapatkan telur-telur cacing. Demikian pula ada kasus infeksi berat dengan Strongiloides yang berakhir dengan fatal, pernah dilaporkan. Penderita tersebut dengan keluhan utama terdiri atas diare dan sakit perut. Beberapa kali masuk rumah sakit dan dilakukan beberapa kali pembedahan, akan tetapi tinjanya tidak diperiksa untuk mencari telur atau parasit, sehingga penanganannya tidak tepat dan mengakibatkan fatal pada penderitanya. Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman dalam hal membedakan sifat berbagai spesies parasit, kista, telur, larva dan juga pengetahuan tentang berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang mungkin dikira suatu parasit. Identifikasi parasit juga tergantung dari persiapan bahan yang baik untuk pemeriksaan, baik dalam keadaan hidup maupun sebagai sediaan yang telah dipulas. Sebagai contoh, untuk pemeriksaan trofozoit dari amoeba maka diperlukan tinja yang segar. Bahan yang diperiksa tergantung dari jenis parasit, untuk cacing atau protozoa usus maka bahan yang akan diperiksa adalah tinja, sedang parasit darah dan jaringan dengan cara biopsi, kerokan kulit dan sebagainya secara imunologis. Di dalam buku ini hanya dijelaskan beberapa cara/teknik sederhana yang sangat praktis dan dapat dipergunakan secara umum.

B. PENGGUNAAN MIKROSKOP Untuk mempelajari Parasitologi diperlukan pemahaman penggunaan mikroskop dengan baik. Pelajari baik-baik bagian-bagian mikroskop sebelum menggunakannya. Yakinkan bahwa lensa okuler, obyektif, kondensor dan kaca sudah bersih. Setiap kotoran pada benda-benda tersebut dapat mengganggu lapangan pandangan dan menimbulkan salah tafsir. Apabila benda-benda tersebut kotor karena debu, bersihkanlah dengan kertas lensa. Kadang-kadang lensa okuler agak berminyak atau berlemak karena bulu mata Anda. Lemak ini dapat dihapus dengan kertas lensa yang sedikit dilembabi dengan xylol. Jangan sekali-kali seluruh lensa direndam dengan xylol. Untuk menentukan apakah kotoran menempel pada lensa okuler, cobalah lensa ini diputar pada kedudukannya. Jika kotoran itu ikut berputar, jelaslah bahwa kotoran tersebut terdapat pada lensa okuler. 1. KOMPONEN MIKROSKOP 1.1 STATIF Bagian ini terdiri dari : a. Cermin Bagian ini merupakan penangkap sinar utama. Cermin ini dilengkapi dengan dua dataran. * Datar * Cekung : digunakan kalau dipakai sinar alami cukup terang dan kalau kondensor digunakan. : titik apinya diatur serupa itu, hingga sinar-sinar sejajar yang jatuh disitu akan dipantulkan kekaca sediaan. Dataran cekung digunakan kalau dipakai sinar buatan atau jika sumber cahaya kurang kuat atau kondensor tidak digunakan. Untuk mengatur cahaya sesuai dengan keperluan, cermin dapat diputar-putar pada kedua sumbunya yang saling tegak lurus. b. Meja Sediaan Berupa meja datar dilengkapi dengan lubang yang dapat dilintasi sinar yang dipantulkan oleh cermin dan alat penjepit sediaan yang diletakkan pada meja ini. Kadang-kadang untuk meletakkan

dan dapat memindahkan kaca sediaan dengan lebih cepat, meja dilengkapi dengan alat lain, yang dilengkapi dengan dua jenis sekrup pemutar. Sekrup ini mampu mendorong kaca sediaan baik kemuka maupun ke kanan atau ke kiri. Umumnya alat ini dilengkapi dengan skala milimeter serta nonius, sehingga dapat diketahui letak titik bayangan terhadap meja sediaan. Letak meja horisontal atau mendatar, dapat diatur dengan mengatur kedudukan-kedudukan tabung pada statif. c. Tabung atau Tubus Ini terdiri atas 2 bagian : Bagian atas : Lebih ramping dan pendek. Ujungnya dilengkapi dengan lensa okuler. *. Bagian bawah : Lebih gemuk dan panjang. Di ujung bawahnya terdapat lempeng bulat disebut revelver. Ini ditempati deretan lensa obyektif berbagai ukuran, dan dapat diputar untuk menempatkan lensa pada kedudukannya sesuai keperluan. Ukuran panjang tubus berbeda-beda menurut pabrik pembuat mikroskop. Statif pada ujung atasnya dilengkapi dengan alat pemutar, sepasang, masing-masing di kanan dan kiri. Sekrup makrometer. Pemutaran sekrup ini membantu kita menaikturunkan tabung terhadap meja sediaan dan statif. Ini diperlukan waktu kita berusaha mempertajam penglihatan kita terhadap bayangan sediaan. Sekrup mikrometer. Kegunaanya serupa dengan sekrup manometer, hanya gerakannya lebih halus. Ini baru digunakan kalau lensa obyektif sudah sangat dekat pada kaca sediaan sehingga bayangan kabur sediaan sudah dapat terlihat pada lensa okuler. Kedua sekrup tersebut dilengkapi

dengan skala untuk secara kasar dapat dipakai untuk mengukur tebal sediaan. 1.2 KOMPONEN OPTIK Ini tersusun oleh : a. Kondensor Daya urai mikroskop diantaranya diatur oleh sudut pembuka obyektif. Untuk memperoleh hasil optimal, sinar yang menembus sediaan harus jatuh dengan sudut pembukaan obyektif. Kondensor digunakan untuk mencapai hasil ini. Kita mengenal berbagai kondensor. Nilai kondensor ditentukan oleh ``Numerical Aperture`` atau NA dan koreksi optiknya. Kondensor yang dipaki di sini mempunyai NA sebesar 1,2. Di bawah kondensor ada diafragma. Ini dipaki untuk mengatur intensitas cahaya yang datang dari bawah. Di bawah diafragma ada cincin berupa cahaya kuat dari sumber buatan. b. Lensa Obyektif Lensa ini tersusun oleh berbagai macam lensa dengan berbagai macam kekuatan, disesuaikan dengan panjang tubus dan tebal kaca sediaan. Lensa obyektif sebagai komponen revolver merupakan lensa pertama yang memperbesar gambar sediaan. Bayangan yang telah diperbesar dan ``jatuh dalam tabung`` akan diperbesar lagi kelak oleh lensa okuler. c. Lensa Okuler Lensa ini ditempatkan pada ujung atas tabung. Lensa ini juga berbagai jenis. Tugasnya ialah memperbesar bayangan yang telah diperbesar oleh lensa obyektif. Lensa okuler sederhana ialah lensa Huygens, terdiri atas lensa plankonveks. Lensa di bawah dinamakan lensa kolektif dan lensa dekat mata disenut lensa mata. Diantaranya ada diafragma yang dapat dilengkapi dengan petunjuk.

1. CARA MIKROSKOP Setelah Anda mencari tempat kerja dan duduk sesuai :

MENGGUNAKAN

2. Periksa atau sediakan sumber cahaya yang baik. Jika sumber cahaya bukan matahari gunakan filter biru. 1 2 3 4 5

1 1 7

8 9

6 Gambar 1 KETERANGAN :

1 0

1. OKULER LENS 2. TUBUS 3. OBJEKTIF LENS 4. MEJA SEDIAAN 5. SAKLAR

6. PENGATUR DIAFRAGMA 7. PENGGESER SEDIAAN 8. SEKRUP MAKROMETER 9. SEKRUP MIKROMETER 10. LAMP 11. SEKRUP PENGGESER DIAFRAGMA

3. Kedudukan mikroskop Tempatkan di tempat yang cukup dapat menangkap sinar Sesuaikan kedudukan mikroskop dengan prasarat : Anda supaya dapat bekerja dengan enak, tidak lekas capai Meja sediaan dan tabung tidak boleh condong jika Anda memeriksa sediaan basah atau memakai minyak emersi. 4. Pengaturan sinar - Lensa okuler dilepas dari tempat kedudukannya. - Atur kedudukan cermin dengan memutar pada sumbunya dan pilihlah jenis permukaan cermin, datar atau cekung sesuai dengan jenis sumber cahaya yang dipakai. - Perhatikan apakah ada kotoran yang mengganggu. - Usaha baru dihentikan kalau lapangan pandangan sudah tampak terang merata. 5. Memasang kaca sediaan Letakkan kaca sediaan pada meja sediaan sehingga : a. Kaca penutup sediaan terletak disebelah atas b. Letak sediaan di atas lubang meja sediaan c. Kaca sediaan dijepit. 6. Ketajaman bayangan : ``Mulailah dengan pembesaran lemah`` a. Pasanglah lensa okuler

b. Dengan memutar sekrup makrometer pada statif serta mengamati berhati-hati dari samping, usahakanlah lensa obyektif mendekat kaca sediaan sedekat-dekatnya dan jangan sampai lensa obyektif menekan kaca penutup sediaan. c. Sambil melihat melalui lensa okuler dan memutar sekrup mikrometer, usahakanlah supaya bayangan sediaan yang telah tampak kabur menjadi tajam. 7. Pemakaian kondensor dan diafragma a. Kondensor digunakan kalau dipakai sinar buatan dan pada pembesaran kuat, kondensor dapat dinaikkan atau diturunkan sehingga ukuran luas lapangan penglihatan dapat diatur. b. Diafragma digunakan untuk mengatur intensitas sinar, pada pembesaran diturunkan. 8. Setelah latihan selesai a. Pada pemakaian minyak emersi, bersihkanlah dengan kertas halus yang dilembabi dengan xylol. b. Kembalikan dan atur kaca sediaan pada tempat semula setelah diteliti apakah ada yang rusak atau pecah. c. Kembalikan mikroskop pada kedudukan semula dan periksalah apakah ada kerusakan. d. Laporkan pada staf pembimbing yang sedang bertugas dalam laboratorium dengan rasa tanggung jawab semestinya. lemah diafragma dikecilkan dan kondensor

PRAKTIKUM HELMINTH ( NEMATODA ) 1). MATERI PRAKTIKUM Cacing tambang manusia ( Necator americanus dan Ancylostoma duodenale ) : o Dewasa o Larva o Telur cacing tambang (morfologi sama) 2). HABITAT DAN HOSPES Cacing tambang manusia ( Necator americanus dan A. duodenale ): o Habitat : jejunum dan ileum, pada infeksi berat dapat sampai colon dan duodenum. Hospes definitif manusia, tidak membutuhkan hospes perantara. 3)MORFOLOGI A. CACING TAMBANG MANUSIA ( N. americanus dan A. duodenale ) CACING DEWASA o Cacing dewasa putih abu-abu sampai kemerahan, kedua spesies ini mirip satu sama lain, perbedaanya terutama pada cacing betina, yaitu N. americanus menyerupai huruf S sedangkan A. duodenale menyerupai huruf C. o Cacing jantannya memiliki bursa copulatrik yaitu pelebaran membranus dari ujung posterior tubuh berguna untuk memegang cacing betina pada waktu kopulasi, berbentuk tubuler dengan rays di bagian dalamnya. Bagian anterior terdapat bucal capsule (rongga mulut). o Pada kloka terdapat dua buah spikula. a. Necator americanus o Buccal capsule sempit, pada dinding ventral terdapat sepasang gigi pemotong berbentuk bulan sabit ( semilunar cutting plate), sedangkan sepasang lagi kurang nyta terdapat pada dinding dorsal. o Cacing jantan : Berukuran 7-9 x 0,3 mm Bursa kopulasi relatif lebar dan panjang, berbentuk agak bulat, dorsal ray bercabang dua. Didapat dua spikula yang letaknya berdempetan serta ujungnya berkait. o Cacing betina : Berukuran 9-11 mm x 0,4 mm Ujung posterior tidak didpaatkan spina kaudal, vulva terletak pada bagian anterior pertengahan tubuh. b. Ancylostoma duodenale o Buccal capsule dengan dua pasang gigi ventral runcing berbentuk triangular dan 1 pasang gigi dorsal rudimenter.

o Cacing jantan : Berukuran 8-11mm x 0,5 mm Bursa kopulasi melebar seperti payung, dorsal ray tunggal bercabang pada ujungnya saja. Di dalam bursa kolpulasi terdapat dua spikula (1mm) yang letaknya berjauhan serta ujungnya runcing serta kloaka. Testis tunggal sepanjang lipatan intestin. o Cacing betina: Berukuran 10-13 x 0.6 mm, pada ujung posterior terdapat spina kaudal. Vulva terletak pada bagian posterior pertengahan tubuh. LARVA o Larva rhabditiform : panjang 250 mikron, rongga mulut panjang dan sempit, eofagus dengan dua bulbus dan menempati 1/3 pajang badan bagian anterior. o Larva filariform : panjang 500 mikron, runag mulut tertutup, esofagus menempati panjang badan anterior. TELUR o Bentuk telur N. americanus dan A. duodenale tidak dapat dibedakan o Oval, tidak berwarna, berukuran 40x 60 mikron, dinding luar dibatasi lapisan vitelline yang halus, diantara ovum dan dinding telur terdapat ruangan yang jelas dan bening. o Telur yangbaru keluar bersamatinja ovumnya bersegmentasi 2, 4 dan 8 sel. o Jumlah telur per hari yang dikeluarkan cacing betina N.americanus 9000 10 000 dan A. duodenale 10000-20000. B. CACING TAMBANG BINATANG ( A. braziliense dan A. caninum ) A. braziliense : dua pasang gigi yang tidak sama besar A. caninum : punya tiga pasang gigi A. ceylanicum : du apasang gigi yang tidak sama besar. C. Strongiloides stercoralis a. Cacing dewasa : Bentuk hidup bebas : Cacing betina, berukuran 1x 50 mikron, esophagus lonjong, bulbus esophagus di bagian posterior, ekor lurus meruncing, vulvaterletak dekat pertengahan tubuh yang merupakan muara dari uterus bagian posterior. Cacing jantan : berukuran 700x 45 mikron, ekor melengkung ke depan memiliki du abuah spikula

kecil kecoklat-coklatan, esophagus lonjong dilengkapi bulbus esophagus. Sebagai parasit : Cacing betina berukuran 2,2 mm x 50 mikron, esophagus silindris pada 1/3 panjang tubuh, vulva pada batas 1/3 posterior dan 1/3 bagian tengah tubuh. Cacing jantan : tidak pernah ditemukan karena setelah perkawinan tetap tertahan di trakhea. b. Larva, ada dua bentuk ; Larva rhabditiform : ukuran 200-3x 14-16 mikron, memiliki esophagus dan bulbus esophagus mengisi anterior tubuh. Larva filariform : stadium infektif, lebih panjang dan lebih langsing dari larva rhabditiform berukuran 350-45- x 30-35 mikron, dengan esophagus panjangnya mencapai bagian anterior tubuh tetapi tidak memiliki bulbus esophagus. c. Telur Hanya didapatkan di dalam tinja dengan diare berat atau etelah pemberian pencahar. Mirip telur cacing tambang, bentuk lonjong, ukuran 50-60 x 30-35 mikron, dinding tipis, didalamnya mengandung embrio.

PRAKTIKUM HELMINTH ( KLAS CESTOIDEA: SUB KLAS CESTODA ) A. MORFOLOGI UMUM o Bentuk pipih memanjang seperti pita, berwarna putih, ditutupi kutikula halus, di bawah kutikula terdapat lapisan otot sirkuler, longitudinal dan transversal. o Tidak memiliki rongga tubuh, sisten sirkulai an sistem pencernaan makanan, sari makanan masuk ke dalam tubuh parasit secara osmose. o Tubuh terdiri atas tiga bagian : Bagian kepala (scolex) berbentuk bulat atau lonjong, dilengkapo alat hisap (sucker) disertai dengan/tanpa rostellum dengan/tanpa kaitan, berfungsi untuk melekatkan diri pada hospes. Bagian leher, merupakan bagian sempit yang terus tumbuh (zone proliferasi) membentuk proglotit baru. Bagian badan disebut strobilla dibentuk oleh segmen-segmen disebut proglotit. Proglotit dari proksimal ke distal memiliki kematangan berlainan, makin ke distal makin matang, ada tiga macam proglotit : Immatur, belum matang, belum tampakalat kelamin. Matur, matang , sudah ditemukan alat kelamin jantan dan betina lengkap. Gravid (hamil), proglotit dipenuhi telur yaitu proglotit di bagian distal. Kelamin, hermafrodit, alat kelamin akan jelas pada proglotit yang matang. Kelamin jantan, dimulai dari testis dengan jumlah berbeda untuk tiap spesies, ke vas efferens, vas defferens berkelok-kelok sampai ke cirrus yaitu alat yang terdiri dari otot terbungkus dalam kantung cirrus, digunakkan untuk memasukkan ke dalam vagina, akhirnya bersamasama vagina bermuara pada atrium genitalia.

Kelamin betina dimulai dari ovarium, biasanya terdiri dari atas dua lobi terletak posterior dari oviduct, ke ootype (tempat telur dibuahi), ke uterus. Pada beberapa spesies ( ordo Pseudophyllidea) berakhir pada porus yang merupakan tempat keluar telur, sedangkan pada ordo Cyclophyllidea tidak memiliki lobang ini sehingga keluarnya telur dengan pecahnya proglotit. Dari ootype ini pula terdapat cabang menuju vagina, berakhir pada atrium genitalis bersama-sama dengan alat kelamin jantan. Terdapat kelenjar tambahan berupa kelenjar vitellina dan kelenjar Mehlis yang bermuara pada ootype. Sistem ekskretorius terdiri atas kanalis elskretorius yang berjalanmemanjang pada bagian lateral segmen mulai dari scolex sampaidengan proglotit terakhir. Juga terdapat kanalis ekskretorius yang berjalan melintang padabagian posterior dari tiap proglotit. Sistem syaraf terdiri dari ganglion pada scolex, syaraf longitudinal berjalan dari scolex ke tiap-toap proglotit pada sisi lateral (lateral nerve) dihubungkan dengan syaraf transversal. B. SIKLUS HIDUP Sebagian besar klas Cestoidea dalam siklus hidupnya membutuhkan tuan rumah perantara, kecuali Hymenolepis nana, Klas Cestoidea ini pada dasarnya memiliki tiga stadium yaitu telur, larva dan dewasa. Larva pada ordo Cyclophyllidea berbentuk kista yaitu cysticercus, cysticercoid, coenurus dan kista hydatid, sedangkan pada Pseudophyllidea berbentuk solid yaitularva procercoid yang akan berubah menjadi larva plerocercoid (sparganum) C. PERBEDAAN ORDO PSEUDOPHYLLIDEA DAN CYCLOPHILLIDEA scolex uterus Porus uterinus Poros genitalis Kelenjar vitellin telur embrio larva PSEUDOPHYLLIDEA Lonjong, 2 alat isap memanjang berupa lakukan disebut bothrium Melingkar-lingkar CYCLOPHILLIDEA Bulat, 4 alat isap bulat seperti mangkok

Seperti kantong atau bercabangcabang Ada, di ventral proglotit Tidak memiliki Ada, dekat porus uterinus Ada, di lateral proglotit Tersebar pada proglotit Terkumpul Memiliki operkulum Tidak ada operkulum Banyak kuning telur, perlu Sedikit kuning telur, sudah pematangan di luar hospes berkembang dalam uterus Berambut getar (untuk Tidak berambut getar berenang) diebut coracidium Solid, disebut procercoid Kistik, berupa gelembung bagian berubah menjadi plerocercoid dalamberisi cairan : Ada 4 macam larva: 1. cysticercus

2. cysticercoid 3. coenurus 4. kista hydatid D. PEMBAGIAN CESTOIDEA Habitat cestoidea umumnya pada saluran oencernaan makanan, sehingga telur keluar bersama tinja hospes definitifnya. Pembagian cestoidea secara klinis, ada yang didasarkan atas terjadinya kelainan akibat oleh cacing dewasa ataupun larva, sehingga dibagi atas: o Cestoidea intestinal, gangguan atau kelainan akibat cacing dewasa o Cestoidea ekstraintestinal, gangguan ataukelainan akibat larva cestoda.

E. MORFOLOGI 1. Taenia saginata a. Cacing dewasa o Panjangnya 5 meter (4-10 meter), dapat sampai 25 meter atau lebih, lebih panjang dari T. solium karena lebih banyak memiliki ptoglotit dengan ukuran lebih panjang. Memiliki 1000-2000 proglotit pada satu saat. o Scolex berdiameter 1,5 2 mm dengan 4 batil isap yang menyerupai mangkuk (0,7 0,8 mm), tidak memilki rostelum ataupun kait. o Uterus bercabang 15 30 pasang, tidak memiliki porus uterinus, sedangkan porus genitalis di pinggir proglotit. o Tiap hari dilepaskan 9 proglotit, tiap proglotit berisi 80.000100.000 telur matang (mengandung oncosphere). Proglotit dilepaskan satu persatu, bergerak sendiri keluar melalui anus. Di luar, proglotit berkontraksi memeras cairan, isi prodlotit serta telur. Progflotit matang lebarnya sedikit lebih pendek daripada panjangnya. b. Telur Telur T. saginata tidak dapat dibedakan dengan T. solium Embriopor bergaris radier, ukuran (30-40) x (20-30) mikron, mengelilingi embrio heksakan. c. Larva (cysticercus bovis) Berukuran 5 x 9 mm berbentuk oval, merah muda. Memiliki scolex dengan 4 buah batil isap yang melipat ke dalam (invaginasi) Dalam 1 tahun dapat mengalami degenerasi dan kalsifikasi. 2. Taenia solium a. Cacing dewasa Panjangnya 2-4 meter dapat mencapai 7 meter memakan isi usus, proglotit 800-1000 buah. Scolex berbentuk globuler berdiameter 1 mm, empat batil isap (diameter 0,5 mm) berbentuk cawan memiliki rostelum dengan kait berjumlah 25 30 buah. Proglotit immatur lebar lebih panjang dari panjangnya, matur hampir sama, sedangkan yang gravid panjangnya lebih panjang dari lebarnya, + panjangnya 2 x lebarnya. Pada proglotit matang, porus genitalis di sebelah lateral proglotit. Pada proglotit gravid uterys bercabang 7 13 (biasanya 9) pada tiap sisi, ovarium pada 1/3 posterior proglotit, berlobus tiga masing-masing 2 lobus simetris kiri-kanan, 1 lobus yang mengubungkan keduanya, testis mempunyai 150-200 folikel tersebar pada bagian posterior. Proglotit gravid dilepaskan

berkelompok 5-6 segmen, tidak aktif keluar dari anus. Setiap proglotit dapat menghasilkan 30.000-50.000 telur. b. Telur. Telur tidak dapat dibedakan dengan telur T. saginata, berbentuk sperik atau subsperik, berdiameter 31-43 mikron dinding tebal. Menetasnya telur hanya terjadi pada saat telur tersebut kontak cairan lambung. c. Larva (cysticercus cellulosae) Biasanya berukuran 5 x ( 8-10)mm, terdapat banyak sampai beribu-ribu di dalam jaringan manusia. Yang paling sering diserang otak dan otot serat lintang antara lain otot lidah, massester, diaprgama, otot jantung, kadangkadang hati, ginjal, paru-paru dan mata. Larva ini akan diliputi jaringan ikat hospes membentuk semacam kista, dapat bertahan 5 tahun, untuk kemudian terjadi degenerasi diikuti perkapuran. Bila lokasi kista pada mata atau otak, dapat menimbulkan gejala serius. PRAKTIKUM HELMINTH (TREMATODA) A. MORFOLOGI UMUM Badan pipih, dorsolateral bilateral simetris, seperti daun dengan ukuran berbeda-beda, trematodaukuran besar dari genus Fasciola dan Fasciolopsis, ukuran kecil dari genus Heteropyes dan Metagonimus. Badannya diliputi integument mesenkimatus, aseluler halus sering ditumbuhi sisik atau duri yang tampak jelas pada bagian anterior tubuh. Mempunyai 2 batil isap, merupakan alat melekat cacing pada tubuh hospes, yaitu : o Oral sucker (batil isap kepala), mengelilingi mulut untuk melanjutkan diri dari pada saluran pencernaan makanan. o Ventral sucker (batil isap perut, asetabulum), biasanya lebih besar dari oral sucker. Di dekat batil isap ini ditemukan porus genitalis. Bagian dalam terdapat otot dengan 3 arah serabut yaitu longitudinal, oblik dan sirkuler, berguna untuk bergeraknya parasit dengan merubah bentuk badan cacing. Tidak memiliki rongga badan dan sirkulasi darah. Alat pencernaan dimulai dari mulut yang dikelilingi batil isap kepala, selanjutnya ke rongga mulut, pharyx yang berotot, esophagus kemudian bercabang dua caeca (seperti huruf Y terbalik) yang berakhir buntu. Caecum ada yang berupa tabung misalnya Chlonorchias sinensis, yang bercabangcabang ke lateral misalnya Fasciola hepatica. Bersifat hemafrodit, kecuali Schistosoma spp. Alat kelamin jantan dimulai dari testis yang biasanya berjumlah dua buah (Schistosoma spp, lebih dari dua), letaknya berdampingan atau berurutan, berbentuk bulat atau oval dengan

permukaan rata, berlobus atau bercabang. Sebuah ovarium berbentuk bulat/oval permukaan rata, berlobus atau bercabang. Umumnya ovarium sebelah anterior testis kecuali Watsonius watsoni, Dicrocoelium dendrticum, Gastrodiscoides hominis, testis berada di anterior dari ovarium. Keduiaalat kelamin bermuara pada antrum genitale, keluar melalui suatu lobang disebut porus genitalis yang letaknya berdekatan dengan batil iasp perut. Fertilisasi terjadi di dalam ootype. B. SIKLUS HIDUP Pada umumnya membutuhkan 2 hospes perantara, kecuali, Schistosoma spp. Telur menetas di air, keluar larva stadium I ( miracidium), permukaan tubuhnya bersilia, berenang mencari hospes perantara II (keong air tawar). Pada hospes perantara I terjadi perubahan miracidium, sporokista, redia dan akhirnya yang terjadi cercaria. Cercaria berenang mencari hospes perantara II. Banyak variasi perubahan yang terjadi pada hospes perantara I ini. Pada hospes perantara II (jenis keong air tawar lain, ikan, udang, kepiting atau tumbuhan air), cercaria berubah menjadi metacercaria, berupa kista berdinding kuat. Manusia terinfeksi apabila memakan hospes perantara II yang mengandung metacercaria. Schistosoma spp, cercaria tidak menjadi metacercaria, tetapi cercariamenembus kulit hospes definitif. C. PEMBAGIAN TREMATODA MENURUT HABITATNYA 1. Trematoda hati : o Fasciola hepatica o Fasciola gigantyica o Eurythrema pancreaticum 2. Trematoda usus: o Fasciolopsis buski o Echinostoma ilocanum 3. Trematoda paru-paru: o Paragonimus westermani 4. Trematoda darah o Schistosoma japonicum o Schistosoma mansoni o Shistosoma haematobium D. MATERI PRAKTIKUM 1. Schistosoma japonicum, telur 2. Schistosoma mansoni, dewasa dan telur 3. Schistosoma haematobium , telur 4. Cercaria D. MORFOLOGI Trematoda darah merupakan trematoda yang banyak perbedaannya dengan trematoda lainnya, antara lain : Tidak hermafrodit jadi ada cacing jantan dan betina

Bentuk silindris, tidak pipih Pada sistem pencernaan makanan, kedua cabang caeca bersatu lagi dan membentuk intestinum buntu. Ekor cercaria bercabang. Telur tidak beroperkulum sebagai gantinya memiliki duri yang letaknya berbeda. Telur akan segera menetas apabila kontak dengan air.

Schistosoma japonicum 1. Cacing dewasa Tidak memiliki integumentary tuberculatin Cacing jantan, panjang 12 20 mm, diameter 0,5 0,55 mm, integumen ditutupi duri-duri sangat halus dan lancip, lebih meonjol pada daerah dn kanalis ginekoporik, memiliki 6-8 buah testis. Cacing betina, panjang 26 mm dengan diameter 0,3 mm. Ovarium di belakang pada pertengahan tubuh, kelenjar vitellaria terbatas di daerah lateral pada bagianposterior tubuh. Uterus merupakan saluran yang panjang dan lurus berisi 50-100 butir telur. 1. Telur Berhialin, subsperis atau oval dilihat dari lateral, berukuran (70-100) x (50-65) mikron. Dekat salah satu kutub terdapat daerah melekuk dimana tumbuh semacam duri rudimenter (tombol). Khas sekali, telur diletakkan dengan memusatkannya pada vena kecil pada submukosa organ yang berdekatan. 2. Cercaria Bentuk badan ovoid, memanjang, ukuran (100-160) x (40-66) mikron. Di dalam badan terdapat kelenjar penetrasi, caecum yang berawal dari porus oralis. Ekornya berukuran (140-160) x ( 20-35) mikron, sepasang percabangan ekor panjangnya 50-75 mikron.

Schistosoma mansoni 1. Cacing dewasa Cacing jantan panjangnya 6,4 12 mm, tuberkulasi lebih jelas, duri lebih kasar, testis 6 9 buah, pinggir lateral saling mengunci oleh duri acuminate, dimana pada tempat ini lebih panjang dari tempat lain. Cacingbetina, panjangnya 7,2 17 mm, integumen terdapat duri-duri, terutama pada ujung tubuh, letak ovarium di anterior pertengahan tubuh, kelenjar vitellaria memenuhi pinggir lateral dari pertengahan tubuh, uterus pendek diisi beberapa butir telur (1-4 butir) 2. Telur Ukuran (114-175) x (45 68) mikron, transparan, coklat kekuningan. Dekat salah satu kutub terdapat duri lateral yang spesifik. 3. Cercaria Bentuk badan ovoid, memanjang, ukuran (185-230) x (75-110) mikron. Di dalam badan terdapat beberapa pasang kelenjar penetrasi, 2 pasang preacetabuler, 3-4 pasang postacetabuler. Ekornya berukuran (185-300) x 60-75) mikron, sepasang percabangan ekor panjangnya 90 130 mikron. Schistosoma haematobium 1. Cacing dewasa Cacing jantan, gemuk, 10-15 x 0,8 1 mm, ditutupi integumen tuberkulasi kecil dan memiliki 2 batil isap berotot yang ventral lebih besar. Di sebelah belakang batil isap ventral, melipat kearah ventral sampai ekstremitas kaudal, membentuk kanalis ginekoporik. Persis di belakang batil isap ventral terdapat 4-5 buah testis besar, porus genitalis tepat di bawah isap ventral. Cacing betina panjang silindris, 20 x 0,25 mm, batil isap kecil, ovarium terletak posterior dari pertengahan tubuh. Uterus panjang, 20-30 telur berkembang pada satu saat dalam uterus. 2. Telur Telur coklat kekuningan, transparan, berukuran (112-170)x (40-70) mikron Pada salah satu kutub khas ditemukan duri, disebut duri terminal. 3. Cercaria Bentuk badan ovoid, memanjang, ukuran (140-240) x (57-100) mikron, terdapat anterior sucker buntu berukuran (56-60)x (39-64) mikron, ventral sucker lebih kecil ditutupi duri halus. Di dalam badan terdapat 5 pasang kelenjar penetrasi, masing-masing disalurkan dan terbuka pada 2 saluran yang menembus bagian anterodorsal oral sucker.

Ekornya berukuran (175-250)x(35-50) mikro meter, sepasang percabangan ekor panjangnya 60-100 mikrometer. S. mansoni dewasa S. mansoni cercaria Cross sectional S. mansoni di pembuluh darah

PRAKTIKUM PROTOZOA
A. MORFOLOGI Bentuk vegetatif amoeba, bergerak dengan pseudopodium/kaki palsu yang merupakan penjuluran dari ektoplasma, hingga amoeba memiliki bentuk tidak tentu dengan permukaan/dinding luar tidak teratur. Pseudopodium ada yang lancip sehingga geraknya aktif tapi ada pula yang tumpul sehingga geraknya tidak aktif Inti merupakan bagian penting di dalam menentukan spesies amoeba. Baik jumlah, letak maupun struktur inti, dapat dipakai sebagai patokan Pada struktur inti perlu diperhatikan : Membran inti : tipis atau tebal Butir kromatin pada permukaan dalam membran inti : ada/tidak ada, halus/kasar atau berkelompok. Jalinan linin, merupakan jaringan retikulum antara membran inti dan kariosom : ada/tidak ada, jelas/tidak jelas. Kariosom perhatikan : bentuk, besar, dan letaknya (sentral/eksentrik) Yang sering ditemukan dengan morfologi mirip Entamoeba histolytica, sedangkan patogenitasnya berbeda ialah entamoeba coli, sehingga kedua spesies ini dibicarakan bersama-sama. Kadang-kadang diperlukan pewarnaan untuk memperjelas struktur parasit misalnya untuk melihat inti dipakai pewarna yang mengandung besi, untuk melihat vakuola dipakai pewarna iodium dan sebagainya.

Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli

a. 1. 2. 3. 4. RA

Perbedaan struktur inti : Entamoeba histolytica Membran inti Tipis Granula kromatin Halus pada membran inti Jalinan linin Halus kariosom Kecil, sentral
Entamoeba histolytica

Entamoeba coli Tebal Kasar, kadang-kadang berupa bercak-bercak Agak kasar Besar, eksentrik
Entamoeba coli

A. Tidak Diwarna I. Trophozoit : 1. Ukuran 2. Gerak 3. Pseudopodi 4. Ekstoplasma 5. Endoplasma 6. Inti

10 60 m Aktif, bertujuan Jelas seperti jari Lebar, batas dengan endoplasma jelas Bergranula halus Umumnya tidak jelas (pemeriksaan teliti kariosom sentral)

15-50 m Lambat, tak bertujuan Lebar dan tumpul Sempit, batas endoplasma tidak jelas Bergranula kasar Kariosom eksentrik kromatin berbentuk refraktil Tidak terdapat eritrosit

dengan

granula cincin

7. Inklusi Terdapat eritrosit II. Prekista dan kista tidak matang 1. Sitoplasma bergranula 2. Inti Mungkin tampak cincin refraktil kariosom sentral Inklusi vak.glikogen Kromatid III.Kista 1.Ukuran 2.Bentuk 3.Dinding 4.Inti 5.Inklusi B.Pewarnaan Iodine I.Tropozoit 1.Sitoplasma 2.Inti 3.Inklusi II.Prekista 1.Vakuola glikogen 2.Sitoplasma dan inti C.Pewarnaan Hematoxylin-besi ada Berbentuk batang refraktil 10-20 rata-rata 12-13 m bulat refraktil 1-4 buah,sukar dilihat Badan kromatoid refraktil bentuk batang

bergranula Jelas tampak cincin refraktil kariosom sentral ada Berbentuk lidi refraktil 10-31 m bulat Refraktil, dua lapis 1-8 buah,refraktil eksentrik Badan kromatoid rudimenter

kariosom ramping

Bergranula halus, kuning kehijauan Cincin sentral kuning,koriosom kuning

Bergranula kehijauan

kasar,

kuning

Koriosom eksentrik Tidak ada eritrosit Coklat,padat Seperti tropozoit

Eritrosit kuning Coklat,tersebar Seperti tropozoit

I.Tropozoit

1.Sitoplasma 2.Inklusi 3.Membran inti 4.Kariosom 5.Jalinan linin 1.Bentuk 2.Sitoplasma dan Inti 3.Inklusi kromatid 4.Vakuola glikogen 1.Sitoplasma 2.Inklusi 3.Dinding 4.Inti

Ungu kemerahan,granula halus Eritrosit hitam Tipis, granula kromatin hitam Hitam,sentral kecil,bentuk titik Terlihat sedikit II.Prekista Bulat Seperti tropfozoit Bentuk batang,hitam Glikogen larut,tampak sebagai vakuola III.Kista Warna abu-abu biru Seperti prekista,kurang nyata Tidak terwarnai,hialin Seperti trofozoit jumlah 1,2,4

Ungu kebiruan,granula halus Tidak ada eritrosit Tebal, granula kromatin kasar Hitam,eksentrik, bentuk bercak Lebih nyata kadang-kadang didapat bercak romatin Bulat Seperti tropfozoit Bentuk lidi,hitam Glikogen larut,tampak sebagai vakuola Abu-abu biru,lebih granuler Nyata/tidak nyata Tidak terwarnai,hialin Seperti trofozoit jumlah 1-8

Anda mungkin juga menyukai