RESKI YULIANDANI SERFIN NOVIYANA. SITTI HAJAR IRMAWATI SUCI FEBRIANI ULMI FAJRI WENI SUCIYANA
( PO. 71.3.251.11.1.038 ) ( PO. 71.3.251.11.1.040 ) ( PO .71.3.251.11.1.042 ) ( PO. 71.3.251.11.1.044 ) ( PO. 71.3.251.11.1.047 ) ( PO. 71.3.251.11.1.049 )
KELOMPOK : PEMBIMBING:
BAB I PENDAHULUAN
Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam substansi telah dicoba untuk memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran oleh jasad renik terhadap benda benda baik hidup ataupun mati. Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula. Salah satu jenis anti mikroba dikenal sebagai disinfektan, merupakan suatu zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi pada bahan-bahan tak bernyawa. Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman. Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan permukaannya. Dengan persetujuan para ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan. Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji keefektifannua. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas
suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan I.2.1. Maksud Percobaan Untuk mengetahui daya bunuh dari baku fenol dan daya bunuh dari desinfektan pada organism tertentu. I.2.2. Tujuan Percobaan Untuk menentukan nilai koefisien fenol dari sampel antiseptika I..3 Prinsip percobaan Penentuan daya bunuh fenol dengan membandingkan daya bunuh dari desinfektan dengan daya bunuh dari baku fenol terhadap bakteri uji pada kondisi yang sama pada masa kontak 5,10,dan 15 menit.
Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan antimikrobial dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan pembanding karena fenol sering digunakan untuk mamatikan mikroorganisme. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa bahan antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih dari 1 artinya bahan mikrobial tersebut lebih ampuh daripada fenol.
Koefisien fenol ditentukan dengan cara membagi pengenceran tertinggi dari fenol yang mematikan mikroorganisme dalam sepuluh menit tetapi tidak mematikannya dalam lima menit terhadap pengenceran tertinggi bahan antimikrobial yang mematikan mikroorganisme dalam sepuluh menit tetapi tidak dalam lima menit.
Desinfektan merupakan bahan kimia yang dapat mematikan mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif, sehingga hanya membunuh bentuk vegetatif dari mikroorganisme, mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen. Desinfektan digunakan untuk: ruang operasi, kandang dan peralatan kandang, alat-alat operasi dan sebagainya.
Antiseptik adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengontrol dan pembasmi mikroorganisme pada jaringan hidup. biasanya rendah, guna menghindari kerusakan jaringan. Konsentrasi antiseptika
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan. Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung
gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida.
1. 2. 3. 4. 5.
Harus memiliki sifat germicidal yang luas. Tidak mengiritasi jaringan hewan atau manusia. Toksisitasnya rendah, tidak berbahaya bagi manusia maupun ternak. Memiliki daya tembus yang tinggi. Tetap aktif meskipun terdapat bahan organik seperti cairan tubuh, darah, nanah dan jaringan yang mati.
6. 7. 8. 9.
Tidak mengganggu proses kesembuhan. Tidak merusak alat-alat operasi, lantai kandang dan dinding. Tidak menimbulkan warna yang mengganggu pada jaringan yang dioperasi. Harga ekonomis, karena biasanya diperlukan dalam jumlah yang besar.
10. Harus bisa dicampur dengan air, karena air merupakan pelarut yang universal dan dengan senyawa-senyawa lain yang digunakan untuk desinfeksi. 11. Tetap stabil dalam jangka waktu yang panjang.
Efektif pada berbagai temperatur, walaupun desinfektan daya kerjanya akan lebih baik pada temperatur tinggi, namun desinfektan yang bagus adalah desinfektan yang daya kerjanya tidak menurun jika temperaturnya menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan antiseptik atau desinfektan yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme adalah:
1. Jenis organisme yang digunakan 2. Jumlah mikroorganisme yang digunakan 3. Umur dan sejarah mikroorganisme 4. Jaringan atau unsur-unsur yang ada pada mikroorganisme 5. Efek- efek dari zat kimia terhadap jaringan 6. Jenis racun dari zat kimia (jika diambil secara internal). 7. Waktu bagi zat kimia untuk bekerja dan konsentrasi yang dipakai. 8. Temperatur pada zat kimia dan pada jaringan atau unsur-unsur yang terlibat
1. Aquadest Nama resmi Nama lain Pemerian : Aqua destillata : Air suling : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna
2. Peptone Water (PW) Typical analisis (% w/w) Total Nitrogen Amino Nitrogen Sodium Chlorida pH (1% solution) 14,0 2,6 g g
1,6 g 6,3 25 g
III.1.1 Alat yang digunakan 1. Inkubator 2. Ose bulat 3. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi 4. Spoid 5. Bunsen spiritus 6. Autoklaf 7. Oven 8. Stopwatch III.1.2 Bahan yang digunakan 1. Media PW 2. Aquades 3. Fenol 4. Suspensi bakteri penyebab bisul 5. Desinfektan 6. Metilen blue
III.1.3 CARA KERJA PENGENCERAN FENOL/ SAMPEL DAN INOKULASI 1. Dibuat seri pengenceran fenol, Fenol 1:20 ( 5%) 2 ml 2 ml 2 ml 1 ml Aquades (ml) 5 6 7 4 Pengenceran 2/7 x 1/20 = 1:70 2/8 x 1/20 = 1: 80 2/9 x 1/20 = 1: 90 1/5 x 1/20 = 1: 50
masing-masing pengenceran diambil 5 ml dimasukkan dalam tabung 2. Dibuat seri pengenceran sampel desinfektan, disesuaikan sampel Desinfektan 1 ml 2 ml 1 ml 1 ml Aquades (ml) 9 3 4 9 Pengenceran 1:10 1: 25 1: 50 1: 100
Masing- masing pengenceran diambil 5 ml dimasukkan dalam tabung steril 3. Dalam rentang waktu yang bersamaan semua tabung reaksi yang berisi fenol dan sampel ditambahkan 0,1 ml suspensi bakteri uji dan didiamkan 4. Setelah didiamkan 5 menit, inokulasi 1 ose dari semua pengenceran di atas ke tabung reaksi steril baru yang berisi media broth 5 ml
5. Diulangi pekerjaan (4) setelah didiamkan 10 dan 15 menit 6. Semua perlakuan diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam
Pengenceran Fenol 1:70 1:80 1:90 1:100 Desinfektan 1:10 1:25 1:50 1:100
Pertumbuhan Bakteri Setelah Kontak 5 menit +/+/+ + 5 menit +/+/+ +/10 menit +/+/+ 10 menit +/+ +/15 menit +/+/+/+/15 menit +/+/+ +/-
IV.2 PERHITUNGAN
0,25
0,25 x 20 = 5; berarti pengenceran desinfektan adalah 1 bagian desinfektan dengan maksimal 5 ml air. IV.3 PEMBAHASAN Percobaan yang berjudul Koefisien Fenol ini bertujuan untuk
membandingkan daya bunuh dari suatu desinfektan terhadap bakteri uji dengan baku pembanding yakni fenol. Percobaan diawali dengan pengenceran fenol menjadi beberapa macam konsentrasi. Pengenceran dilakukan secara bertingkat hingga akhirnya diperoleh konsentrasi tabung A = 1/70; tabung B = 1/80; tabung C = 1/90; tabung D = 1/50. Tabung yang telah berisi fenol dengan kadar yang berbeda-beda tersebut kemudian ditambahkan suspensi bakteri sebanyak 0,1 ml. Pada saat
menambahkan suspensi bakteri, digunakan spoid dan harus dalam keadaan aseptis untuk mencegah kontaminasi dari luar sehingga hasil yang didapat menjadi lebih akurat. Bakteri yang telah dimasukkan ke dalam 4 tabung besar berisi pengenceran fenol tadi kemudian dipindahkan lagi dari tiap tabung besar tersebut ke dalam tabung reaksi kecil yang berisi Nutrient Broth, sebanyak satu ose. Pemindahan suspensi bakteri dari tabung besar dilakukan dengan menggunakan ose yang sudah difiksasi sebelumnya. Setelah difiksasi, ditunggu beberapa saat sebelum mengambil bakteri, agar suhu ose tidak terlalu panas dan bakteri tidak mati. Tetapi perlu diingat juga bahwa ose tidak boleh terlalu lama didiamkan agar ose
tidak terkontaminasi dengan bakteri dari udara. Penanaman bakteri dilakukan pada interval 30 detik antar tabung kecil, dengan urutan tabung A1 hingga D1 dahulu, baru kemudian A2 hingga D2 dan seterusnya. Penanaman bakteri pada tabung D bersamaan dengan penanaman pada tabung A selanjutnya. Jadi, tabung D1 bersamaan dengan tabung A2. Karena waktu yang diperlukan dalam menguji kekuatan fenol adalah 18-24 jam, sedangkan untuk kekuatan mata untuk melihat dan mengawasi tidak mungkin selama itu, maka digunakan waktu tertentu dengan metode kontak secara konvensional, waktu yang paling cepat adalah 2,5 menit, paling lama 15 menit. Sehingga waktu penanaman bakteri dalam NB dari tabung berisi fenol masing-masing berselang 30 detik hal ini dapat memperlihatkan perbandingan bahwa waktu kontak yang semakin lama akan mempengaruhi keefektifan fenol dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Bakteri yang digunakan pada uji dengan fenol dan desinfektan lain yang akan dibandingkan kekuatannya dengan fenol adalah sama. Proses penanaman bakteri yang dilakukan juga sama. Dan pada kondisi yang sama, maka dapat dibandingkan keefektifan suatu desinfektan dengan fenol, sehingga diperoleh suatu hasil perbandingan berupa pecahan yang disebut koefisien fenol. Setelah semua tabung reaksi kecil ditanam dengan bakteri, kemudian tabung reaksi kecil iinkubasikan seluruhnya dalam inkubator selama 18-24 jam dan dilihat hasilnya. Jika hasil yang didapatkan pada tabung reaksi adalah keruh maka hasil positif, artinya pada tabung ada pertumbuhan bakteri. Sedangkan jika tabung reaksi bening maka hasil negatif, artinya bahwa tidak ada pertumbuhan bakteri karena telah terbunuh oleh fenol.
Rentang waktu sangat berpengaruh pada percobaan ini karena bakteri hanya tahan terhadap desinfektan selama 30 detik. Jadi, bila rentang waktunya berlebih atau terlalu lama maka bakteri akan mati. Hasil yang diperoleh untuk pengujian dengan desinfektan adalah pada tabung A ,B, dan D dengan konsentrasi 1/10; 1/25; 1/100 dengan waktu kontak 5;10;15 menit desinfektan mampu menghambat pertumbuhan sebagian mikroorganisme karena hasilnya ternyata +/-. Sedangkan pada tabung C dengan konsentrasi 1:50 dengan waktu kontak 5;10;15 menit desinfektan tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri karena hasilnya ternyata keruh (+). Kesalahan dan penyimpangan penyimpangan yang telah terjadi pada percobaan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut di bawah ini, yaitu : 1. Bakteri yang diambil sudah mati sebelum dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil karena ose yang difiksasi tidak dibiarkan dingin terlebih dahulu akibat waktu penanaman yang sempit 30 detik. 2. Pengenceran yang tidak tepat. 3. Kurang aseptis saat melakukan penanaman bakteri. Sehingga hasil yang seharusnya negatif tetapi menjadi positif (bakteri lain yang tumbuh).
BAB V PENUTUP
V.1 kesimpulan
1. 2.
1 bagian desinfektan dapat diencerkan dengan maksimal 5 ml air. Koefisien fenol yangdiperoleh adalah 0,25 < 1, sehingga menunjukkan bahwa bahan antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan fenol.
V.2 Saran Dalam praktikum diharapkan para pembimbing menjelaskan terlebih dahulu apa yang hendak dilakukan dalam percobaan tersebut,.
DAFTAR PUSTAKA
Djide N. 2005.
Makassar Djide N. 2003. Mikrobiologi Farmasi. Jurusan Farmasi UNHAS: Makassar Pakadang, S,R. 2009. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Depkes Makassar: Makassar Satroamidjojo. 2001. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat: Jakarta
LAMPIRAN
A. Fenol 1: 70
B. FENOL 1:80