Anda di halaman 1dari 32

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA BAHAN KIMIA ARSEN

OLEH : Ismi Hardiyanti Arifin 110 207 072 Nelvyana Umrah 110 207 137

PEMBIMBING : dr. Sultan Buraena, MSc, Sp.OK

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang menyusun top 20 B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride, Benzene, Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene,

Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic AromaticHydrocarbons, Chloroform, Aroclor 1254, DDT, Aroclor 1260, Dieldrin, Trichloroethylene, Chromium (hexa valent), Beberapa

Dibenz[a,h]anthracene,

Hexachlorobutadiene,

Chlordane.

diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic (As), Lead (Pb), Mercury(Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr). Logam-logam berat tersebut dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila ditemukan di dalam lingkungan, baik didalam air, tanah maupun udara. Arsen (As) merupakan salah satu logam berat yang digunakan dalam kehidupan manusia. Penggunaannya antara lain dalam bidang kedokteran, pertanian,

pengawetan kayu, dan lainnya. Namun penggunaan arsen yang tidak tepat dapat mengakibatkan efek yang fatal bagi kesehatan manusia. 1.2. Tujuan Penelitian 1.2.1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari survey ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang gangguan kesehatan akibat arsen yang terkandung di dalam pestisida 1.2.2. Tujuan khusus 1. Untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan petani mengenai penyakit yang timbul akibat pajanan arsen yang terkandung di dalam pestisida 2. Untuk mendapatkan informasi tentang gangguan kesehatan pada petani selama menggunakan pestisida 3. Untuk mendapatkan informasi tentang alat pelindung diri yang digunakan petani selama proses penyemprotan pestisida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Arsen Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (steel-grey). Arsenik merupakan logam berat dengan nomor atom 33, berat atom 74.91.Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida (AsCl3) berupacairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa kristal putih dan berupagas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang, merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi beberapa senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun arsen pada umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam air panas.1,2,3 Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala.Senyawa arsentrioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 12 mg. Dalam jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan timbulnya gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk berbagai infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, spirocheta dantripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan karena ditemukannya obat lain yang lebih aman.3,4

2.2. Jenis-jenis Arsen Bermacam-macam bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu sebagai berikut ;4,5 1. Arsen triokasida (As2O3), ialah bentuk garam inorganik dan bentuk trivial dari asam arsenat (H4AsO4) berwarna putih dan padat seperti gula. 2. Arsen pentaoksida (As2O5) 3. Arsenat (misalnya : PbHAsO4), ialah bentuk garam dari asam arsenat, merupakan senyawa arsen yang banyak dijumpai di alam dan bersifat kurang toksik. 4. Arsen organik, arsen berikatan kovalen dengan rantai karbon alifatik atau struktur cincin, dimana arsen terikat dalam bentuk trivalent ataupun pentavalen. Bentuk senyawa arsen ini kurang toksin dibandingkan denagn bentuk senyawa arsen inorganic trivalent. Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin (AsH3), yang terbentuk bila asam bereaksi dengan arsenat yang mengandung logam lain. 4,5 Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun (tidak toksik). Arsen dapat dalam bentuk inorganik bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk inorganik arsen bervalensi tiga adalah arsenik

trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida. Sedangkan bentuk inorganik arsen bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb arsenat, Caarsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan akut.4,5 Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen diair di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain. Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dansering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.5,6 Arsen diperoleh dari logamnya, membentuk kristal yang strukturnya mirip dengan fosfor hitam.Arsen trihalida mirip dengan trihalida fosfor. SbCl3 berbeda karena ia larut dalam sejumlah air yang terbatas menghasilkan larutan jernih, yang dalam pengenceran menghasilkan okso klorida yang tidak terlarut seperti SbOCl danSb4O5Cl2. Tidak ada ion Sb3+ sederhana dalam larutan BiCl3, suatu padatan Kristal putih, terhidrolisis oleh air menjadi BiOCl namun reaksi ini di bolak=balik : BiCl3 +H2O BiOCl + 2 HCl. 1,3,4

Arsen membentuk As4S3, As4S4, As2S3, dan As2S5 dengan interaksi

langsung. Dua yang terakhir juga dapat mengendap dari larutan asam hidroklorida dan dengan S. As2S3 tidak larut dalam air dan asam, namun larut sebagai asam dalam larutan alkalin sulfide menghasilkan anionlhio. As2S5 berperilaku sama. As4S4 yang terdapat sebagai mineral realgar, mempunyai struktur dengan tetrahedron As4.1,3,4 Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen, udara, air dan biota), produksi arsen di dalam industri, penggunaan dan sumber pencemaran arsen di lingkungan. 4,5,7 2.3. Epidemiologi Di dunia, lebih dari 100 juta orang berisiko terpapar arsenik dari minuman air yang mengandung arsenik dengan kadar tinggi. Di Bangladesh, lebih dari 95% persediaan air untuk lebih dari 138 juta orang berpotensi terkontaminasi arsenik. Menurut American Association of Poisioning Control Centres (AAPCC) National Poisioning Data System (NPDS) tiga orang meninggal akibat terpapar arsenic di tahun 2011.Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih sering terpapar arsenik pestisida lebih dominan (274 dari 379 menurut data NPDS2007). Sedangkan, arsenik non peptesida didominasi usia lebih 19 tahun. 2,5

2.4 Toksisitas Arsenik Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik..Penelitian telah menunjukkan bahwa arsenites (trivalen bentuk) memiliki toksisitas akut yang lebih tinggi daripada arsenates (pentavalent bentuk). Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan 70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen,terutama arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada arsenikum murni. 5,6 Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut, produksi air liur berlebihan, muntah, rasa haus dan kekakuan di tenggorokan, suara serak dan kesulitan berbicara, masalah muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-kadang bernoda darah), diare, tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang dan kram, keringat basah, lividity dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair. Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat berkembang menjadi ringan dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan kematian.5,6 Mekanisme masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah.Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum. Hal tersebut terjadi apabilaarsen terikat dengan gugus

sulfhidril ( -SH), terutama yang berada dalam enzim. Salah satu system enzim tersebut ialah kompleks piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk

oksidasidekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor.Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A (CoASH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril. Kelompok sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat-kelat dari dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah.4,8 Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dari glikolosis dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase. Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik 8hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP. Selama Arsen bergabungdengan gugus SH, maupun gugus SH yang terdapat dalam enzim,maka akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat sebagai enzim metabolik. Karena adanya protein yang juga mengandung gugus SH terikat dengan As, maka hal inilah yang menyebabkan As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang. Karena eratnya As bergabung dengan gugus SH,maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang beberapa tahun kemudian. 4,8

Toksisitas dari arsen tergantung dari bentuknya (organik/inorganik), valensinya, dan kelarutannya. Arsen dalam bentuk unsur bukanlah bahan yang toksik. Arsen yang merupakan racun adalah senyawa arsen.Senyawa arsen inorganik lebih bersifat toksik dibandingkan organik. Dan arsenik trivalen (As3+) lebih bersifat toksik dibanding arsenik pentavalen(As5+).8,9 Senyawa arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu peroral, inhalasi,dan absorpsi melalui kulit / mukosa membran. Senyawa arsen yang paling sering digunakan untuk meracuni orang adalah Arsentrioksida (As2O3). Arsen bersifat sitotoksik, karena menyebabkan efek racun pada protoplasma sel tubuh manusia. Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserapsecara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmik arsen melakukan kerjanya melalui efek toksik ganda, yaitu :2,4,5,7,9,10 a) Mempengaruhi respirasi sel dengan cara berikatan dengan gugus sulfhidril (SH) pada dihidrolipoat, sehingga menghambat kerja enzim yang terkait dengan transfer energi, terutama pada piruvate dehydrogenase, succinate oxidative pathway, dantricarbxylic acid (Krebs) cycle, yang menyebabkan berkurangnya produksi ATPsehingga menimbulkan efek patologis yang reversibel. Efek toksik ini dikatakanreversible karena dapat dinetralisir dengan pemberian dithiol, 2,3,dimerkaptopropanol (dimercaprol,BritishAnti-Lewisite atau BAL) yang akan berkompetisi dengan arsen dalam mengikat gugus SH. Selain itu sebagian arsen

juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi gangguan oksidasi fosforilasi dalam tubuh. b) Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh darah, khususnya di dearah splanknik dan menyebakan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas yang patologis. Pembuluh darah jantung yang terkena menyebabkan timbulnya petekie subepikardial dan subendokardial yang jelas serta ekstravasasi perdarahan. Efek lokal arsen pada kapiler menyebabkan serangkaian respons mulai dari kongesti, stasis serta trombosis sehingga menyebabkan nekrosis dan iskemia jaringan. Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah. Dalam waktu24 jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi di berbagaiorgan tubuh, seperti hati, ginjal, limpa, paru-paru serta saluran cerna, dimana arsen akan mengikat gugus syulfhidril dalam protein jaringan. Hanya sebagian kecil dari arsen yang menembus blood-brain barrier. Arsen anorganik yang masuk ke tubuh wanita hamil dapat menembus sawar darah plasenta dan masuk ke tubuh janin.Didalam tulang arsen menggantikan posisi fosfor, sehingga arsen dapat dideteksi didalam tulang setelah bertahun-tahun kemudian.2,4,5 Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenic dan sebagian lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Fakta terakhir ini penting, karena setiap kali ada paparan arsen, maka menambah depot arsen di dalam kulit,

kuku dan rambut. Dalam penyidikan kasus pembunuhan dengan menggunakan arsen, adanya peracunan kronisdan berulang dapat dilacak dengan melakukan pemeriksaan kadar arsen pada berbagai bagian (fragmen) potongan rambut dari pangkal sampai ke ujungnya.4,5 Bentuk fisik senyawa arsen yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi efeknya pada tubuh. Menelan senyawa atau garam arsen dalam bentuk larutan lebih cepat penyerapannya dibandingkan penyerapan arsen dalam bentuk padat. Penyerapan senyawa arsen dalam bentuk padat halus lebih cepat dibandingkan bentuk padat kasar, sehingga gejalaklinis yang terjadi pun lebih berat juga. Secara umum efek arsen terhadap tubuh tergantungdari sifat fisik dan kimiawi racun, jumlah racun yang masuk, kecepatan absorpsi, sertakecepatan dan jumlah eliminasi, baik yang terjadi alamiah (melalui muntah dan diare) maupun buatan, misalnya akibat pengobatan (lavase).3 Perlu diketahui terlebih dahulu mengenai kadar normal arsen dalam tubuh kita, karenadalam keadaan normal sekalipun tubuh kita sering terpapar dengan zat yang mengandung arsen dan secara rutin tanpa sadar kita juga mengkonsumsinya setiap hari, misalnya dari makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Kadar normal arsen dalam serumadalah kurang dari 5 g /L. Nilai ambang batas dalam air minum adalah 0.2 ppm. Pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100 ug/L, rambut 0,5 mg/kg. Kadar dalam rambut pada keracunan 0.75 mg/kg dan pada kuku 1 mg/kg atau lebih. Kadar normal dalam darah normalanak-anak 30 ug/L, urine

100 ug/24 jam. Takaran fatal As2O3 adalah 200-300 mg sedangkan untuk arsin 1 : 20.000 dalam udara. 2.5. Gejala Toksisitas Arsen a) Toksisitas Akut 1. Gastrointestinal Sindrom Gastrointestinal sindrom ini merupakan gambaran klasik keracunan akut arsenyang masuk per oral. Masuknya arsen ke dalam tubuh dalam dosis besar biasanya baru menimbulkan gejala keracunan akut setelah 30 menit sampai 2 jam setelah paparan racun. Gejala yang timbul berupa rasa terbakar pada tenggorokan dan uluhati, diikuti dengan mual, muntah, nyeri abdomen, diare dengan feses sepertiair cucian beras, yang kadang-kadang berdarah.2,4,7 2. Sistem respirasi Dapat terjadi iritasi pada saluran nafas seperti batuk, laringitis,

bronkitisringan, dan sesak nafas, hal ini dapat terjadi akibat pemaparan akut terhadap debu arsen. Selanjutnya mungkin dapat terjadi edema paru akut.8,9 3. Sistem kardiovaskuler Manifestasinya dapat berupa hipotensi, syok hipovolemik, ventrikular disritmia, dan congestive heart failure. Pada intoksikasi arsen terjadi dilatasi kapiler

yang mengakibatkan permeabilitas dinding pembuluh darah meningkatdan cairan keluar ke interstisial. Keadaan ini bisa menyebabkan hipovolemi dan hipotensi.2,8 4. Sistem saraf Intoksikasi pada sistem saraf memberikan gejala pusing, sakit kepala, lemah, lesu, delirium, kejang, koma, ensefalopati, dan gejala neuropati perifer sensoris dan motoris. Gejala neuropati dapat bersifat lambat (delayed ) dan muncul 2-4minggu setelah gejala akut.2,7,8 5. Hati dan Ginjal Dapat terjadi peningkatan enzim hepar, hematuria, oliguria, proteinuria, renal insufisiensi dan nekrosis tubular akut, yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal akut.2,8 6. Hematologi: anemia, leucopenia, trombositopenia, dan disseminated intravascular coagulation ( DIC).1,3,7 7. Kematian mendadak dapat terjadi akibat syok jika korban menelan senyawaarsen yang cepat diabsorpsi dalam jumlah besar. Namun jika korban tersebutdapat bertahan hidup maka ia akan menderita gagal ginjal ataupun kegagalan fungsi hati.3,8

b) Toksisitas kronis Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi penduduk yang tinggal dalam suatu kawasan pencemarn lingkungan oleh arsen dari limbah industri pestisida, pabrik kertas, bubur pulp dan sebagainya. Epidemiologi penyakit toksisitas arsen kronis terjadi pada sebuah populasi penduduk di Bangladesh yang mengonsumsi air tanah yang mengandung arsen. Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat mencapai 10 sampai1820 mg/l. Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai 8 minggu sejak penderita mulaimengonsumsi air yang terkontaminasi tersebut. Gejala yang jelas terlihat adalah adanya kelainan pada kulit dan kuku, terciri dengan adanya hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dermatitis dengan terkelupasnya kulit dan adanya warna putih pada persambungan kulit dan kuku. Toksisitas Arsen kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko terjadinya kanker pada kulit, paru-paru, hati (liver-angiosarkoma), kantung kencing, ginjal, dan kolon.Beberapa kelompok peneliti menyatakan bahwa keracunan kronis A dapat menyebabkan hepatotoksik hidroarsenicisme (karena mengonsumsi air minum yangterkontaminasi As), hal tersebut terjadi setelah 1-15 tahun sejak mengonsumsi air tersebut. Hepatomegali (pembesaran hati) terjadi pada 76,7% dari 248 pasien yang dirawat karena kasus toksisitas kronis As ini.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati ditandai dengan kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas enzim alkaline fosfatase yang disertai dengan tingginya konsentrasi arsenik dalam urine. Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut.Saraf kaki akanlebih parah dari pada saraf tangan , menyebabkan kulumpuhan pada saraf motorik dansensorik. Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis. Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel darah berkurang), terutama neutropeni (sel darah putih menurun). Produksi sel darah merah berhenti dan adanya gambaran basophilic stippling Anemia yang ada hubungannya dengan defisiensi asam folat juga terlihat. Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara toksisitas kronis dari arsentrivial dan arsen pentavalen dengan ditemukannya kasus kanker paru,kanker limfa, dan kanker kulit.

2.6. Pencegahan Terjadinya Paparan Arsen Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksidiri tersebut misalnya :10,11 - Masker yang memadai - Sarung tangan yang memadai - Tutup kepala - Kacamata khusus Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika keadaan dianggapluar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine. Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor ), terutama kadar arsen dalam partikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan setiap tiga bulan.Ventilas itempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat lancar.10,11 2.7. Cara Menanggulangi Toksisitas Arsen Pada kasus keracunan akut, perlu segera diberi obat suportif dan simptomatik untuk mencegah terjadinya gejala neuropati. Pengobatan dengan pemberian khelasi spesifik yaituBAL. Standar pemberian BAL ialah 3-5 mg/kg yang diberikan setiap 4

jam selama 2 haridiikuti dengan pemberian 2,5 mg/kg setiap 6 jam selama 2 hari. Kemudian diberikan 2,5mg/kg setiap 12 jam selama 1 minggu. Pada periode pemberian pengobatan tersebut, sampelurine diperiksa setiap 24 jam dan pengobatan segera dihentikan jika konsentrasi As dalamurine kurang dari 50 mg. pengobatan BAL sering diikuti dengan pemberian penisilamin yangdiberikan setiap 6 jam selama 5 hari. 1,2,4 Pada kasus keracunan kronis, tindakan pertama yang dilakukan ialah menghilangkan sumber kontaminasi dari penderita. Pengobatan sistem kelasi tidak dianjurkan, karena asma empunyai waktu paruh biologik hanya sekitar 3-4 hari.1,2,4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 3.1.1 Bahan Dan Cara Peralatan yang Diperlukan Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey antara lain: Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey jalan sepintas. Kamera digital: Berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan dan lingkungan kerja pekerja cat. Check List: Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan. 3.1.2 Cara Dengan metode walk through survey dengan menggunakan check list

3.2

Jadwal Survei akan dilaksanakan selama 1 minggu ( 27 Mei 1 Juni 2013) 27 Mei 2013 : Melapor ke bagian K3 di RS. Ibnu Sina dan diberikan pengarahan 28 Mei 2013 : Membuat referat mengenai Penyakit Akibat Kerja karena Bahan Kimia Arsen 29 Mei 2013 30 Mei 2013 : Membuat proposal penelitian : Melakukan survey di lokasi penelitian

31 Mei 2013 1 Juni 2013

: Membuat laporan hasil penelitian : Membaca hasil penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: 4.1.1 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Pajanan Arsen

1. 2.

Tabel 4.1 Pengetahuan tentang penyakit yang timbul akibat pajanan arsen Memiliki pengetahuan Tidak memiliki pengetahuan Total

frekuensi

2 8 10

30 70 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.1 bahwa distribusi responden yang memiliki pengetahuan tentang penyakit yang timbul akibat pajanan arsen sebanyak 2 orang (2%) dan yang tidak memiliki pengetahuan sebanyak 8 orang (80 %).

4.1.2 Distribusi Prevalensi Petani Yang Memiliki Keluhan Gangguan Kesehatan Selama Menggunakan Pestisida

1. 2.

Tabel 4.2 Responden yang memiliki keluhan Memiliki keluhan Tidak memiliki keluhan Total

frekuensi 7 3 10

% 80 20 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2 bahwa distribusi responden yang memiliki keluhan selama proses penyemprotan sebanyak 7 orang (70%) dan yang tidak memiliki keluhan sebanyak 3 orang (30 %).

4.1.3 Distribusi Petani yang Memakai Alat Pelindung Diri selama Proses Penyemprotan pestisida

Tabel 4.4 Distribusi Responden yang memakai APD selama Proses Penyemprotan pestisida Responden yang memakai APD 1. 2. Memakai APD Tidak memakai APD Total Sumber : Data Primer frekuensi 8 2 10 % 80 20 100

Berdasarkan tabel 4.4 bahwa distribusi responden yang memakai alat pelindung diri selama proses penyemprotan sebanyak 8 orang (80%) dan yang tidak memakai alat pelindung diri sebanyak 2 orang (20 %).

4.2. Pembahasan 4.2.1. Pengetahuan Responden Tentang penyakit yang timbul akibat pajanan arsen Dari hasil penelitian didapatkan petani yang memiliki pengetahuan tentang penyakit yang timbul akibat pajanan arsen sebanyak 2 orang (20%) dan yang tidak memiliki pengetahuan sebanyak 8 orang (80 %). Petani secara

keseluruhan belum mengetahui dampak dari bahaya arsen, toksisitas arsen kronik dapat meningkatkan penyebab risiko terjadinya kanker pada kulit, paru-paru, hati, kandung kemih, ginjal maupun kanker kolon. 4.2.2. Prevalensi Petani yang memiliki keluhan gangguan kesehatan selama menggunakan pestisida Dari hasil penelitian didapatkan petani yang memiliki keluhan gangguan kesehatan akibat penggunaan pestisida sebanyak 7 orang (70%) dan yang tidak memiliki keluhan sebanyak 3 orang (30 %). Jenis keluhan yang paling banyak adalah nyeri ulu hati, pusing, gatal-gatal, kulit terasa panas, dan kulit terasa kebas.

4.2.3. Distribusi Petani yang Memakai Alat Pelindung Diri selama Proses Penyemprotan Pestisida Dari hasil penelitian didapatkan petani yang memakai alat pelindung diri selama proses penyemprotan sebanyak 8 orang (80%) dan yang tidak memakai alat pelindung diri sebanyak 2 orang (20 %). Alat Pelindung Diri berupa masker, sarung tangan, tutup kepala dan kacamata sangat penting untuk mencegah penyakit akibat pajanan arsen. Sehingga meminimalisir terjadinya penyakit akibat pajanan arsen.

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Distribusi responden yang memiliki pengetahuan tentang penyakit yang timbul akibat pajanan arsen sebanyak 2 orang (20%) dan yang tidak memiliki pengetahuan sebanyak 8 orang (80 %). 2. Distribusi responden yang memiliki keluhan gangguan kesehatan selama menggunakan pestisida sebanyak 7 orang (70%) dan yang tidak memiliki keluhan sebanyak 3 orang (30 %). 3. Distribusi responden yang memakai alat pelindung diri selama proses penyemprotan pestisida sebanyak 8 orang (100%) dan yang tidak memakai alat pelindung diri sebanyak 2 orang (20 %).

5.2. Saran Masih perlunya melakukan penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja serta peningkatan pengetahuan pada petani tentang bahaya pajanan arsen yang terkandung pada pestisida untuk meminimalisir terjadinya keluhan-keluhan dan penyakit akibat kerja karena bahan kimia arsen.

Gbr. Penggunaan pestisida pada jeruk

DAFTAR PUSTAKA

1. Cotton dan Wilkinson .2009 . Kimia Anorganik Dasar .Jakarta : UI-Press 2.Darmono .2006 . Lingkungan Hidup dan Pencemaran DenganToksikologi Seyawa Logam .Jakarta . UI-Press 3. Hubungannya

Adnan Agnesa. 2010. Makalah Toksikologi Industri ARSEN. http://kesmasunsoed.blogspot.com/2010/10/makalah-toksikologi-industri-arsen.html.30 Maret 2012

4.Fhazira.2010. Logam Berat Arsen. http://chitralestari.blogspot.com/2010/09/logamberat-arsen.html.30 Maret 2012 5.Darmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi .Jakarta : UI-Press 6.Arsen. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Arsen 7.Ilmu Kedokteran Forensik. UniversitasIndoesia. P.101. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik

8.Chadha, Vijay. Ilmu Kedokteran Forensik dan Toksikologi.Edisi kelima.Jkarta :Widya Medika. 1995 9.Atmadja, DS. Mendeteksi kematian karena arsen.Available URL:http://www.freewebs.com/arsenpapdi/caramendeteksi.html. from:

10.Sampurna B,dr. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan 2. Jakarta: FKUI. p.101-106 11.Suyono A. Keracunan Zat Korosif dan logam. Available on :http://www.freewebs.com/reef_forensik/index.htm.[Access on: 24th August 2008]. 12.Abdul MI. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Jakarta: Binarupa Aksara.1997. p.330-31.

GANGGUAN KESEHATAN YANG DISEBABKAN OLEH PAJANAN ARSEN DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA TERHADAP PETANI

A. IDENTITAS RESPONDEN 1. NAMA : 2. JENIS KELAMIN : 3. UMUR : 4. ALAMAT : B. PENGETAHUAN PETANI TENTANG PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT PAJANAN ARSEN NO 1 2 PERTANYAAN Apakah anda tahu logam berat arsen? Apakah anda tahu bahwa arsen itu adalah zat yang berbahaya bagi kesehatan? 3 Apakah anda tahu pestisida yang anda pakai YA TIDAK

mengandung bahan arsen? 4. Apakah anda tahu penyakit yang timbul akibat pajanan arsen? 5. Apakah anda tahu bahwa arsen dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan, saluran pencernaan, gangguan pada pembuluh darah, saraf dan hati? 6. Apakah anda tahu bahwa arsen meningkatkan penyebab risiko terjadinya kanker kulit, paru-paru, hati kandung kemih, ginjal dan kanker kolon?

C. JENIS

KELUHAN

GANGGUAN

KESEHATAN

SELAMA

MENGGUNAKAN PESTISIDA NO 1 PERTANYAAN Apakah selama menggunakan pestisida anda mengalami gangguan kesehatan? 2 Apakah selama menggunakan pestisida anda mengalami gangguan seperti nyeri ulu hati? 3 Apakah selama menggunakan pestisida anda mengalami mual, muntah? 5 Apakah selama menggunakan pestisida anda mengalami gangguan pada saluran nafas seperti batuk? 6 Apakah selama menggunakan pestisida anda mengalami sesak nafas? 5 Apakah selama menggunakan pestisida anda mengalami gangguan seperti rasa pusing? 6 Apakah selama menggunakan pestisida anda mengalami gangguan pada kulit seperti gatal-gatal? 7 Apakah selama menggunakan pestisida anda mengalami gangguan kulit seperti rasa panas? 8 Apakah selama menggunakan pestisida anda mengalami gangguan kulit seperti rasa kebas? 9 Apakah selama menggunakan pestisida anda mengalami gangguan pada kencing seperti kencing berkurang? YA TIDAK

D. ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI SELAMA PROSES PENYEMPORTAN PESTISIDA NO 1 PERTANYAAN Apakah selama anda bekerja sebagai pekerja memakai alat pelindung diri berupa masker? 2 Apakah selama anda bekerja sebagai pekerja memakai alat pelindung diri berupa sarung tangan? 3 Apakah selama anda bekerja sebagai pekerja memakai alat pelindung diri berupa tutup kepala? 4 Apakah selama anda bekerja sebagai pekerja memakai alat pelindung diri berupa kacamata khusus? YA TIDAK

Anda mungkin juga menyukai