Anda di halaman 1dari 34

USULAN PENELITIAN

KESADARAN HUKUM MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA JALAN DI KOTA DENPASAR

DEWA PUTU TAGEL

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

USULAN PENELITIAN

KESADARAN HUKUM MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA JALAN DI KOTA DENPASAR

DEWA PUTU TAGEL NIM : 0990561036

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 DAFTAR ISI
ii

SAMPUL DEPAN ................................................................................................................... ................................................................................................................... i ................................................................................................................... SAMPUL DALAM ................................................................................................................... ................................................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................................... ................................................................................................................... iii 1. PENDAHULUAN ............................................................................................................ ............................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... ..................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... ..................................................................................................... 10 1.3 Ruang Lingkup Masalah ..................................................................................................... ..................................................................................................... 11 1.4 Tujuan Penelitian

iii

..................................................................................................... ..................................................................................................... 11 1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... ..................................................................................................... 12 2. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR ............................................................................................................ ............................................................................................................ 12 2.1 Landasan Teori ..................................................................................................... ..................................................................................................... 12 2.2 Kerangka Berpikir ..................................................................................................... ..................................................................................................... 19 3. METODE PENELITIAN ............................................................................................................ ............................................................................................................ 20 3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................................... ..................................................................................................... 20 3.2 Sifat Penelitian ..................................................................................................... ..................................................................................................... 21 iv

3.3 Data dan Sumber Data ..................................................................................................... ..................................................................................................... 21 3.4 Teknik Pengumpulan Data Hukum ..................................................................................................... ..................................................................................................... 23 3.5 Teknik Penentuan Sampel Penelitian ..................................................................................................... ..................................................................................................... 23 3.6 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................................................................... ..................................................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA

1.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergaulan hidup diatur oleh berbagai macam kaidah atau norma yang pada hakekatnya bertujuan untuk menciptakan kehidupan bersama yang tertib dan tentram. Untuk menciptakan kehidupan yang tertib dan tentram tersebut, maka diperlukan sarana yang mempunyai kekuatan dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap masyarakat memerlukan suatu mekanisme pengendalian sosial agar sesuatunya berjalan dengan tertib. Mekanisme pengendalian sosial (mechanism of social control) adalah segala proses yang direncanakan maupun tidak direncanakan untuk mendidik, mengajak atau bahkan memaksa para warga masyarakat agar menyesuaikan diri dengan kaidah-kaidah dan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang bersangkutan.1 Kebutuhan bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia. Perpindahan manusia tersebut didasari dari kenyataan bahwa sumber kehidupan manusia tidak terdapat di sembarang tempat. Untuk itu diperlukan sarana ataupun prasarana transportasi guna mendukung pergerakan manusia dalam pemenuhan kebutuhannya. Bentuk perpindahan manusia atau barang tersebut secara fisik dapat dilihat dari besarnya hubungan lalu lintas melalui suatu prasarana penghubung yang disebut dengan jalan. Oleh sebab itu, jalan sebagai

Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 179.

prasarana perangkutan diharapkan dapat menampung semua kendaraan yang melintas dan memberikan pelayanan yang baik bagi semua pengguna jalan. Meningkatnya kebutuhan masyarakat baik dari segi kuantitas maupun kualitas harus dibarengi dengan peningkatan, pengembangan dan pengaturan transportasi yang cepat dan lebih baik yaitu peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana perangkutan baik berupa jalan maupun fasilitas lainnya yang dapat menunjang kegiatan transportasi. Akan tetapi kenyataannya bahwa peningkatan sarana maupun prasarana tak bisa mengimbangi peningkatan kebutuhan dan perpindahan tersebut. Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk

mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, serta menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Penanganan lalu lintas dan permasalahannya perlu dilakukan suatu penguraian dari setiap komponen yang terlibat didalamnya baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan berpengaruh terhadap situasi lalu lintas jalan raya sehingga dapat ditemukan solusi terbaik dan terintegrasi dalam suatu program kegiatan yang mampu mengakomodir setiap komponen tersebut dengan harapan upaya penanganan dapat berhasil sesuai dengan harapan atau point goal, terpeliharanya keamanan,

keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas guna mendukung terselenggaranya pembangunan nasional. Dari hasil pengamatan, faktor yang berpotensi menimbulkan permasalahan terhadap Keamanan, Keselamatan, Ketertiban dan

Kelancaran lalu lintas antara lain : a. Prasarana Jalan yang dioperasional harus dilengkapi dengan prasarana jalan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 menyatakan bahwa : Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu Lintas, Terminal, dan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung. b. Lokasi Jalan : 1. Dalam kota (di daerah pasar, pertokoan, perkantoran, sekolah, perumahan), 2. c. luar kota (pedesaan, penghubung antar daerah).

Volume Lalu Lintas Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa makin padat lalu lintas jalan, makin banyak pula kecelakaan yang terjadi, akan tetapi kerusakan tidak fatal, makin sepi lalu lintas makin sedikit kemungkinan kecelakaan akan tetapi kerusakan akan sangat tinggi. Adanya komposisi lalu lintas seperti tersebut, diharapkan pada

pengemudi yang sedang mengendarai kendaraannya agar selalu berhati-hati dengan keadaan tersebut. d. Kelas Jalan Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas, Pembagian jalan dalam beberapa kelas didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan moda, perkembangan keunggulan teknologi

karakteristik

masing-masing

kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan, penetapan kelas jalan pada ruas-ruas jalan wajib dinyatakan dengan rambu-rambu. e. Fasilitas pendukung Fasilitas pendukung meliputi fasilitas pejalan kaki, parkir pada badan jalan, halte, tempat istirahat, dan penerangan jalan. Fasilitas pejalan kaki terdiri dari trotoar : tempat penyeberangan yang dinyatakan dengan marka jalan dan/atau rambu-rambu, jembatan penyeberangan dan terowongan penyeberangan. Pembangunan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan ditata dalam satu kesatuan sistim dengan mengintegrasikan dan

mendinamisasikan unsur-unsur seperti jaringan transportasi jalan, kendaraan maupun manusia sebagai penggunanya. Jalan sebagai salah satu unsur transportasi tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur transportasi lain yang ditata dalam sistem transportasi

nasional yang dinamis dan mampu mengadaptasi kemajuan di masa depan, mempunyai karakteristik yang mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan dan memadukan unsur-unsur transportasi lainnya. Jaringan transportasi jalan merupakan serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan. Menurut Pasal 1 angka 12 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dinyatakan bahwa : Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 27 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dinyatakan bahwa : Pengguna Jalan adalah orang yang menggunakan Jalan untuk berlalu lintas. Penanganan faktor jalan merupakan sebuah ranah yang memiliki kompleksitas kepentingan serta tanggung jawab yang melibatkan berbagai instansi terkait, sehingga dalam penanganannya perlu dilakukan koordinasi yang komprehensip antar instansi tersebut, dimana setiap instansi berkewajiban memberikan masukan dilengkapi dengan data dan

fakta serta analisis sesuai dengan bidang tugasnya untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan solusi secara bersama. Interaksi antara faktor Manusia, Kendaraan, Jalan dan

Lingkungan sangat bergantung dari perilaku Manusia sebagai pengguna jalan menjadi hal yang paling dominan terhadap Keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, hal ini sangat ditentukan oleh beberapa indikator yang membentuk sikap dan perilakunya di Jalan raya berupa : a. Mental Mental dan perilaku yang membudaya dari pengguna jalan merupakan salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap situasi lalu lintas. Etika, sopan-santun, toleransi antar pengguna jalan, kematangan dalam pengendalian emosi serta kepedulian pengguna jalan di jalan raya akan menimbulkan sebuah interaksi yang dapat mewarnai situasi lalu lintas berupa hasil yang positif seperti terciptanya keamanan, keselamatan dan kelancaran lalu lintas maupun dampak negatif yang dapat menimbulkan kesemrawutan, kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas, sehingga mentalitas pengguna Jalan merupakan suatu hal yang fundamental dalam mewujudkan situasi lalu lintas yang baik. Mental dan perilaku pengguna jalan merupakan suatu cerminan budaya berlalu lintas, hal ini tidak dapat dibentuk secara instant oleh suatu lembaga tertentu, baik itu lembaga pendidikan

maupun lembaga lainnya, tetapi terbentuk secara berkesinambungan mulai kehidupan sehari-hari dalam keluarga, lingkungan dan situasi lalu lintas yang kasat mata secara keseharian selalu terlihat oleh pengguna jalan sehingga membentuk kultur mentalitas berlalu lintas seseorang. b. Pengetahuan Dalam menciptakan dan memelihara Keamanan,

Keselamatan, Ketertiban serta Kelancaran Lalu lintas, telah dilakukan pengaturan yang disesuaikan dengan perkembangan situasi lalu lintas yang di ada dengan mempertimbangkan baik yang

perkembangan

teknologi

bidang

transportasi

berhubungan dengan kendaraan, sarana dan prasarana jalan serta dampak lingkungan lainnya dalam bentuk suatu aturan yang tegas dan jelas serta telah melalui proses sosialisai secara bertahap sehingga dapat dijadikan pedoman dalam berinteraksi di jalan raya. Setiap Pengguna Jalan wajib memahami setiap aturan yang telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk Undang-Undang, Perpu, Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya sehingga terdapat satu persepsi dalam berinteraksi di jalan raya. Perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu kesenjangan yang berpotensi memunculkan permasalahan dalam berlalu lintas, baik antar pengguna jalan itu sendiri maupun antara pengguna jalan

dengan aparat yang bertugas untuk melaksanakan penegakkan hukum di jalan raya. Selain pemahaman terhadap pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan yang berlaku, pengetahuan tentang

karakteristik kendaraan merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan, setiap kendaraan memiliki karakteristik yang berbeda dalam penanganannya, pengetahuan terhadap karakteristik

kendaraan sangat berpengaruh terhadap operasional kendaraan di jalan raya yang secara otomatis akan berpengaruh pula terhadap situasi lalu lintas jalan raya, pengetahuan tentang karakteristik kendaraan bisa didapat dengan mempelajari buku manual kendaraan tersebut serta dengan mempelajari karakter kendaraan secara langsung (fisik). c. Keterampilan Kemampuan dalam mengendarai kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor di jalan raya akan berpengaruh besar terhadap situasi lalu lintas, keterampilan mengendalikan kendaraan merupakan suatu keharusan yang mutlak demi keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaraan lalu lintas baik bagi pengemudi/pengendara kendaraan tersebut maupun pengguna jalan lainnya. Lisensi terhadap kemampuan dalam mengendalikan

kendaraan di wujudkan secara formal melalui Surat Izin Mengemudi

yang di keluarkan oleh Kepolisian sesuai dengan peruntukan kendaraan bermotor yang dikemudikan/dikendarai oleh pengguna jalan sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bab VIII tentang Pengemudi. Keterampilan mengendalikan (Mengendarai/Mengemudi)

kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor diperoleh melalui serangkaian pelatihan sebelum

mengajukan Lisensi keterampilannya (SIM), secara formal khusus untuk kendaraan bermotor setiap pemohon SIM diwajibkan telah memiliki ketrampilan mengemudikan kendaraan bermotor yang dapat diperoleh baik melalui lembaga pendidikan dan pelatihan mengemudi maupun tidak melalui lembaga pendidikan dan pelatihan mengemudi yang berarti pemohon telah melalui proses pelatihan keterampilan sebelum dilanjutkan proses pengujian keterampilannya untuk mendapatkan SIM. Situasi lalu lintas saat ini khususnya di kota-kota besar diwarnai dengan mobilitas masyarakat yang cukup tinggi, dimana pertambahan kendaraan cukup pesat namun kurang diimbangi dengan penambahan sarana dan prasarana jalan, selain itu masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat dalam mematuhi peraturan lalu lintas ( traffic regulations), adalah beberapa faktor yang mempengaruhi belum terwujudnya sistem perlalu lintasan yang aman, tertib dan lancar (traffic savety).

Budaya hukum yang berkembang dimasyarakat kita ternyata lebih banyak mencerminkan bentuk prilaku opportunis yang dapat diibarat mereka yang berkenderaan berlalu lintas di jalan raya, ketika lampu merah dan kebetulan tidak ada polisi yang jaga maka banyak diantara mereka nekat tetap jalan terus dengan tidak mengindahkan atau memperdulikan lampu merah yang sedang menyala. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut, apabila dianalisa dan dievaluasi lebih lanjut ternyata banyak disebabkan oleh faktor manusia sebagai pengguna atau pemakai jalan. Polri khususnya satuan lalu lintas telah berupaya secara terus menerus baik melalui kegiatan preventif meliputi kegiatan penjagaan, pengaturan, patroli dan penyuluhan tentang pengetahuan lalu lintas maupun kegiatan dalam penegakan hukum berupa penindakan terhadap para pelaku pelanggaran lalu lintas sebagai salah satu upaya untuk menumbuhkan efek jera dalam melakukan pelanggaran lalu lintas, namun hasilnya belum memberikan kontribusi yang signifikan dalam rangka menumbuhkan dan mewujudkan keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Oleh karena masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat dalam menggunakan jalan, maka dalam penelitian ini diberi judul Kesadaran Hukum Masyarakat Sebagai Pengguna Jalan di Kota Denpasar

10

1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, antara lain : 1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kesadaran hukum

masyarakat dalam menggunakan jalan di kota Denpasar? 2. Hambatan-hambatan apakah yang terjadi dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota Denpasar? 3. Upaya-upaya apakah yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota Denpasar?

1.3 Ruang Lingkup Masalah Dalam penelitian ini, lingkup permasalahan dibatasi pada kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan yang mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat, hambatan-hambatan dan upaya-upaya yang dilakukan dalam

meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota Denpasar terhadap pelaksanaan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

11

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota Denpasar. 1.4.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat dalam menggunakan jalan di Kota Denpasar. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota Denpasar. 3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam

meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota Denpasar.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis bagi pengembangan ilmu hukum, serta dapat digunakan sebagai acuan oleh pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian lebih mendalam tentang Kesadaran Hukum Masyarakat.

12

1.5.2 Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan tentang penerapan hukum terhadap pengguna jalan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

masyarakat sebagai acuan penggunaan jalan sehingga terwujud keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.

2.

LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1 Landasan Teoritis Landasan teoritis dari penelitian ini meliputi teori-teori, konsepkonsep dan pendangan para sarjana. a. Teori. Ada tiga teori yang digunakan sebagai landasan teoritis dalam penelitian ini yaitu : 1) Teori Sistem Hukum (Legal System Theory), 2) Teori Efektifitas Hukum dan 3) Teori Pragmatic Legal Realism. 1. Teori Sistem Hukum (Legal System Theory) dari Lawrence M. Friedman. Inti teorinya adalah : suatu sistem hukum terdiri dari tiga komponen. Tiga komponen sistem hukum tersebut yaitu : a. Legal Substance ( Substansi hukum) The substance is composed of substantive rules and rules about how institutions should behave 2. (substansi terdiri dari

Lawrence M. Friedman, 1975, The Legal System A Social Sentence Perpective , Rusell Sage Foundation, New York, hal. 14.

13

aturan substantif dan aturan tentang bagaimana lembagalembaga harus bersikap). Substansi di sini dimaksudkan adalah aturan atau norma, substansi juga berarti produk atau aturan baru yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum itu, yang dipakai pada waktu melaksanakan. b. Legal Structure (Struktur hukum) Structure, to be sure, is one basic and obvious element of the legal system .... The structure of a system is its skeletal fremework, it is the elements shape, the institutional body of the system
3

.. (struktur adalah satu dasar dan merupakan unsur

nyata dari sistem hukum. Struktur dalam sebuah sistem adalah kerangka permanen, atau unsur tubuh lembaga dalam sistem hukum). Dalam hal ini adalah institusi penegak hukum yang merupakan unsur nyata dari suatu sistem hukum. c. Legal Culture (Budaya hukum) Legal culture refers, then, to those parts of general culture, customs, opinion, ways of doing and thinking, that bend social forces toward or away from the law and in particular ways 4. (budaya hukum bagian dari budaya pada umumnya, berupa adat istiadat, pandangan, cara berpikir dan bertingkah laku, kesemuanya itu dapat membentuk kekuatan sosial yang bergerak mendekati hukum dan cara-cara tertentu). Maksudnya adalah
3 4

Ibid. Ibid, hal. 15.

14

sikap

prilaku

manusia,

kebiasaan-kebiasaan

yang

dapat

membentuk kekuatan-kekuatan sosial untuk mentaati hukum atau sebaliknya melanggar hukum. Dengan kata lain budaya hukum adalah bentuk prilaku masyarakat bagaimana hukum digunakan, dipatuhi dan ditaati. Ketiga komponen sistem hukum tersebut digunakan untuk mengkaji kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota Denpasar. 2. Teori Efektivitas Hukum dari Soerjono Soekanto. Inti teorinya adalah hukum berlaku efektif ditentukan oleh lima faktor. Kelima faktor yang menentukan efektivitas berlakunya hukum adalah : a. Faktor Hukumnya sendiri. b. Faktor Penegak hukum, yakni pihka-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. e. Faktor Kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.5 Apabila hukum berlaku efektif maka akan menimbulkan

perubahan, dan perubahan itu dapat dikatagorikan sebagai perubahan sosial. Dalam pandangan ini Soerjono Soekamto
Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan hukum, Rajawai Pers, Jakarta, hal. 8.
5

15

mengemukakan bahwa, dalam setiap proses perubahan senantiasa akan dijumpai faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan, baik yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri maupun yang berasal dari luar masyarakat tersebut.6 Teori efektivitas hukum dapat digunakan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota Denpasar. 3. Teori Pragmatic Legal Realism dari Rescoe Pound. Inti teorinya adalah hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat ( law as a tool of social engeneering). memimpin perubahan dalam Artinya hukum dapat berperan kehidupan masyarakat untuk

mewujudkan ketertiban, termasuk di dalam pemakaian tanah dana bukti. Teori Pragmatic Legal Realism digunakan untuk mengkaji hambatan-hambatan dan upaya penanggulangannya dalam

meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota Denpasar. b. Konsep Konsep-konsep yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini adalah : 1. Kesadaran Hukum

Soerjono Soekanto, 1993, Pendekatan Sosiologi Terhadap Hukum, Bina Aksara, Jakarta, hal. 17.

16

Suatu aturan hukum hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. 7 Walaupun hukum yang dibuat itu memenuhi persyaratan yang ditentukan secara filosofis dan yuridis, tetapi kalau kesadaran hukum masyarakat tidak mempunyai respon untuk mentaati dan mematuhi peraturan hukum tidak ada, maka peraturan hukum yang dibuat itu tidak akan efektif berlakunya.8 Artinya efektivitas suatu aturan hukum, selain berisikan norma-norma yang hidup dalam masyarakat juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kesadaran hukum masyarakat. Tujuan dari hukum adalah tercapainya keadilan, ketertiban dan kepastian. Di samping kepastian hukum juga diharapkan suatu kesadaran hukum, karena kesadaran hukum terkait dengan ketaatan terhadap hukum.9 Dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia, yang disebut dengan kesadaran hukum adalah kesadaran seseorang akan nilainilai yang terdapat dalam diri manusia mengenai hukum yang ada, kesadaran seseorang akan pengetahuan bahwa suatu prilaku tertentu diatur oleh hukum.10
H.R.Otje Salman Soemodiningrat, 2009, Filsafat Hukum (Perkembangan dan Dinamika Masalah), Refika Aditama, Badung, hal. 72.
8 7

Abdul Manan, 2005, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta, hal.

97. H.R. Ojte Salman Soemodiningrat, 1989, Beberapa Aspek Sosiologi Hukum, Alumni, Bandung, hal. 52. Istiyono Wahyu Y., Ostaria Silaban, 2006, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Karisma Publishing Group, Jakarta, hal. 499.
10 9

17

Kesadaran hukum masyarakat tidak identik dengan kepatuhan hukum masyarakat itu sendiri. Kepatuhan hukum pada hakikatnya adalah kesetiaan seseorang atau subyek hukum terhadap hukum itu yang diwujudkan dalam bentuk prilaku nyata, sedangkan kesadaran hukum masyarakat masih bersifat abstrak belum merupakan bentuk prilaku nyata yang mengakomodir kehendak hukum itu sendiri. Banyak diantara anggota masyarakat sebenarnya sadar akan perlunya penghormatan terhadap hukum secara rational namun mereka cenderung tidak patuh terhadap hukum. 2. Masyarakat Dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan masyarakat adalah sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan berbudaya.11 Menurut Soerjono Soekanto, pada dasarnya masyarkat memiliki beberapat unsur, antara lain : a. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. b. Bercampur dalam waktu yang cukup lama. Manusia mempunyai keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaanperasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut. c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.12 3. Pengguna Jalan

Ibid, hal. 370. Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 22.
12

11

18

Dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Jalan disamakan dengan perlintasan yaitu tempat untuk lalu lintas orang atau kendaraan barat.13 Menurut Pasal 1 angka 12 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa : jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel. Selanjutnya pada Pasal 1 angka 27 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, menyatakan bahwa : pengguna jalan adalah orang yang menggunakan jalan untuk berlalu lintas.

2.2 Kerangka Berpikir LEGAL SUBSTANCE

LEGAL
13

CULTURE

Ibid, hal. 234.

KESADARAN MASYARAKAT 19 SEBAGAI JALAN

HUKUM

LEGAL
STRUCTURE

PENGUNA

MASYARAKAT

SARANA/ FASILITAS

PERILAKU MASYARAKAT AGAR MENUJU HUKUM PADA KESADARAN

Keterangan : Kesadaran hukum masyarakat sebagai penguna jalan, tidak lepas dipengaruhi oleh beberapa variabel. Variabel-variabel yang mempengaruh adalah variabel substansi hukumnya (legal substance), variabel struktur hukum (legal structur), variabel budaya hukum (legal culture), variabel masyarakat dan variabel Sarana atau fasilitas. Variabel-variabel itu merupakan turunan dari teori Lawrwnce M. Friedman dan turunan teori Soerjono Soekanto. Apabila salah satu varibel-variabel tersebut dilangar, maka kesadaran hukum masyarakat berkurang. Ketidak adanya kesadaran hukum masyarakat, maka di perlukan upaya untuk melakukan pembaharuan prilaku masyarakat guna mengara pada kepatuhan dan ketaatan.

20

3.

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam sebuah penelitian hukum, menurut Soerjono

Soekanto dapat dilakukan melalui penelitian hukum normatif, penelitian hukum sosiologi, empiris atau keduanya. 14 Berdasarkan jenis-jenis penelitian tersebut, maka p enelitian ini termasuk penelitian ilmu hukum dengan aspek empiris yaitu penelitian tentang fakta-fakta sosial masyarakat atau fakta tentang berlakunya hukum ditengah-tengah masyarakat.15 Penelitian semacam ini juga disebut socio legal research.16 Penelitian empiris ini berguna untuk mengetahui tingkat kesadaran hukum masyarakat dalam

menggunakan jalan di Kota Denpasar dengan mengacu pada Undangundang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

3.2 Sifat Penelitian Penelitian hukum empiris dapat dibedakan menurut sifatnya yaitu eksploratif, deskriptif dan eksplanatoris. Dalam penelitian hukum ini bersifat deskriptif. Penelitian yang sifatnya deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala,

14

Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UII-Press, Jakarta, hal. 201.

15 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, hal. 135. 16

Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pres, Jakarta, hal. 41.

21

atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.17 Oleh karena itu, dalam penelitian ini bersifat deskriptif karena penelitian ini mengkaji gejala atau kelompok tertentu yaitu kesadaran hukum masyarakat sebagai pengguna jalan di Kota Denpasar.

3.3 Data dan Sumber Data a. Jenis Data. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data dasar yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Data sekender adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber pertamanya, melainkan diperoleh melalui penelitian kepustakaan.

b. Sumber data. Terry Hutchinson menyatakan bahwa non doctrinal research is characterised by a lesser emphasis on the primary and secondary source of law18 yang dapat diterjemahkan kurang lebih : penelitian non doktrinal ditandai dengan penekanan pada sumber hukum primer dan sumber hukum skunder.

PS. Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Unud, 2008, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis, PS. Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Unud, Denpasar, hal. 37. 18 Terry Hutchinson, 2002, Researching and Writing in Law, Lawbook Co, Riverwood, NSW, hal. 18.

17

22

Dalam Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer bersumber dari hasil penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama yaitu informan dan responden melalui wawancara yang dilakukan di wilayah Kota Denpasar. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari penelitian kepustakaan dalam berbagai bentuk bahan-bahan hukum : 1. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yaitu Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. Bahan hukum sekunder meliputi hasil penelitian hukum, jurnal, artikel dan literatur hukum maupun bukan hukum yang terkait dengan penelitian. sekunder Menurut Robert Watt bahwa bahan hukum

All of the other materials in the library are used

basically to assist the researcher in understanding the law, and this group we call secondary materials19 yang dapat

diterjemahkan kurang lebih : semua

bahan perpustakaan pada

dasarnya digunakan untuk membantu peneliti dalam mamahami hukum dan bagian ini disebut bahan hukum sekunder. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

19

Robert Watt, 2001, Concise Lagal Research, The Federation Press, Leichhardt, NSW, hal.

1.

23

1.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik

wawancara

langsung dan mendalam. Wawancara dilakuka dengan cara tanya jawab secara langsung di lapangan kepada informan dan responden. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang disusun bertujuan untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. 2. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan teknik dokumen dengan kajian pustaka yaitu berupa bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

3.5 Teknik Penentuan Sampel Penelitian Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah teknik non

probability sampling yaitu tidak semua subyek atau individu mendapat kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel.20 Dari beberapa jenis teknik non probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Hilman

Hadikusuma purposive sampling adalah pengambilan contoh dengan cara langsung berdasarkan tujuan tertentu.21 Tehnik non probability sampling dengan bentuk purposive sampling merupakan teknik penetuan sampel dengan menentukan orang-orang yang diangap mengetahui tentang kesadaran hukum masyarakat

Bahder Johan Nasution, Op Cit. hal. 156. Hilman Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, hal. 74.
21

20

24

sebagai pengguna jalan di kota Denpasar, seperti Kepolisian, Dinas Perhubungan, Dinas Pekerjaan Umum dan masyarakat itu sendiri.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data. Proses pengolahan data pimer dilakukan secara terus menerus sejak pencarian data di lapangan dengan langkah-langkah sebagai berukut : a. Pengeditan data Semua data hasil penelitian yang terkumpul dilakukan pengeditan data dengan tujuan untuk mengetahui data mana yang akan digunakan sebagai bahan analisis dan data mana yang tidak sesuai dengan permasalahan yang harus dihilangkan. b. Koding data Artinya memberi kode dengan angka atau huruf terhadap lembaran-lembaran hasil wawancara menurut permasalahan yang diteliti.

2. Teknik analisis data. Setelah dilakukan pengolahan data, baik data primer maupun data sekunder tahap selanjutnya adalah analisis dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu data naturalistik berdasarkan kualitas terdiri

25

atas kata-kata yang tidak diolah menjadi angka-angka, bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus.22 Proses analisis data

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Mengklasifikasikan atau mengelompokkan. Mengelompokan data dengan mengabungkan data yang satu dengan data yang lainnya sesuai dengan permasalahan yang dikaji b. Intepretasi atau ditafsirkan Intepretasi keseluruhan dilakukan untuk memahami makna dari

kualitas data,

sehingga memperoleh gambaran

terhadap permasalahan yang diteliti. c. Penyajian data Setelah melakukan penafsiran keseluruhan data dari perspektif penelitian, langkah selanjutnya adalah penyajian data hasil penelitian yang dilakukan secara deskriptif analitik yaitu menggambarkan permasalahan dan menganalisis permasalahan yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku Abdul Manan, 2006, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Kencana, Jakarta.

Hilman Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, hal. 99.

22

26

Ali, Achmad. 2002, Keterpurukan Hukum di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung. Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali pres, Jakarta. Hilman Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung. H.R. Ojte Salman Soemodiningrat, 1989, Beberapa Aspek Sosiologi Hukum, Alumni, Bandung. Istiyono Wahyu Y., Ostaria Silaban, 2006, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Karisma Publishing Group, Jakarta Kusumaatmaja, Mochtar, 2006, Konsep-Konsep Hukum Dalam

Pembangunan, Alumni, Bandung. Lawrence M. Friedman, 1975, The Legal System A Social Sentence

Perpective, Rusell Sage Foundation, New York. Mertokusuma, Sudikno dan A. Pitlo, 1993, Bab-Bab tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung. PS. Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Unud, 2008, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis, PS. Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Unud, Denpasar Robert Watt, 2001, Concise Lagal Research, The Federation Press,

Leichhardt, NSW.

27

Raharjo, Sutjipto, 2009, hukum dan perubahan sosial. Genta publishing, Yogyakarta. Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UII-Press, Jakarta ------------------,, 2007, sosiologi suatu pengantar, PT. RajaGrafindo Perkasa, Jakarta ------------------,, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan hukum, Rajawali Pres, Jakarta. ------------------, 1983, Penegakan Hukum, Bina Cipta, Bandung. ------------------, 1983, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pres, Jakarta. ------------------, 1988. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta. -----------------, 1993, Pendekatan Sosiologi Terhadap Hukum, Bina Aksara, Jakarta. Songgono, Bambang, 2003, Jakarta. Sunarso, Siswanto, 2005, Wawasan Penegakan Hukum di Indonesia, Cipta Aditya Bakti, Bandung Terry Hutchinson, 2002, Researching and Writing in Law, Lawbook Co, Riverwood, NSW. Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pres,

Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar 1945

28

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

29

Anda mungkin juga menyukai