Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN KEKERABATAN HEWAN

Oleh: Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten : Annisa Dwinda Fatimah : B1J011082 : III :2 : Faizal Rachman Dwi Putra

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Morfometri merupakan salah satu cara untuk mengetahui keanekaragaman suatu spesies dengan melakukan pengujian terhadap karakter morfologi secara umum. Data morfometri dapat digunakan untuk menjelaskan perbedaan dan persamaan antar populasi. Setiap karakter yang diamati umumnya merupakan akibat adanya interaksi gen-gen yang eksprasinya dipengaruhi oleh lingkungan (Munshi dan Dutta, 1996). Satuan ukuran yang digunakan di dalam morfometrik sangat bervariasi. Di Indonesia, satuan ukuran yang umum digunakan adalah sentimeter (cm) atau milimeter (mm), tergantung kepada keinginan peneliti. Ukuran-ukuran ini disebut ukuran mutlak. Untuk memperoleh pengukuran yang lebih teliti, sebaiknya menggunakan jangka sorong (calipper). Ukuran yang digunakan untuk identifikasi merupakan ukuran perbandingan. Seekor ikan yang memiliki panjang total 25 cm dan panjang kepala 5 cm, maka perbandingan yang dinyatakan di dalam buku-buku identifikasi adalah panjang kepala sama dengan seperlima panjang total tubuhnya (Saanin, 1984). Teknik truss morphometriks merupakan salah satu upaya menggambarkan bentuk ikan dengan cara mengukur bagian-bagian dari tubuhnya atas dasar titik-titik patokan. Pengukuran karakter morfometrik dengan pola truss network memberikan gambaran yang lebih menyeluruh. Metode ini menghasilkan karakterisasi geometrik bentuk tubuh ikan secara lebih simetris dan menunjukan peningkatan kemampuan untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan bentuk tubuh (Saanin, 1984). Morfometri dimaksudkan untuk mengukur bagian tubuh yang penting pada hewan, agar diketahui kisaran ukuranya, di setiap fase pertumbuhan pada masing-masing jenis-jenis hewan, sehingga informasi untuk determinasi taksa menjadi lebih lengkap dan akurat. Setiap ikan mempunyai ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan lingkungan hidupnya. Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan di antaranya adalah makanan, derajat keasaman (pH) air, suhu, dan salinitas. Faktor-faktor tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan ikan. Dengan demikian, walaupun dua ekor ikan mempunyai umur yang sama namun ukuran mutlak di antara keduanya dapat saling berbeda. Ikan nilem adalah ikan yang tidak membutuhkan pakan tambahan atau pellet. Ikan nilem termasuk ikan pemakan tumbuhtumbuhan (herbivora). Larva yang baru menetas biasanya memakan jenis zooplankton

yaitu rotifer. Sedangkan benih dan ikan dewasa memakan tumbuh-tumbuhan air seperti chlorophyceae, characeae, ceratophyllaceae, polygonaceae (Susanto, 2006). B. Tujuan Tujuan dari praktikum kali ini adalah : 1. Menyusun karakter morfologi yang digunakan sebagai dasar menentukan kekerabatan fenetik. 2. Melakukan uji kekerabatan fenetik pada kelompok hewan (ikan).

II. MATERI DAN METODE A. Materi Materi yang diamati adalah ikan nilem (Osteochilus hasselti), ikan kembung (Rastrelliger brachisoma), ikan layur (Trichiurus savala), ikan lidah (Cynoglosus lingua), dan ikan lele (Clarias batrachus). B. Metode 1. Alat dan bahan dipersiapkan. 2. Preparat diletakkan di atas millimeter blok dan ditandai dengan jarum bagianbagiannya. 3. Preparat diukur bagian-bagian yang telah ditandai tadi dan hasilnya dicatat dalam tabel.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

5 2 1 3 4

6 9 11 8 10 7

Gambar 1. Morfometri Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) Keterangan 1. Mulut 2. Pangkal operculum dorsal 3. Titik maxilla ventral 4. Pangkal depan sirip perut 5. Pangkal depan sirip punggung 6. Pangkal belakang sirip punggung 7. Pangkal depan sirip anal 8. Pangkal belakang sirip anal 9. Pelipatan ekor bagian dorsal 10. Pelipatan ekor bagian ventral 11. Pelipatan pertengahan ekor

Tabel 1. Pengukuran Karakter Morfometri yang Diukur pada Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) Truss (mm) PB A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 Jarak (Truss) (mm) PB = 1 11 A1 = 3 4 A2 = 2 3 A3 = 2 5 A4 = 3 5 A5 = 2 4 A6 = 4 5 B1 = 4 7 B2 = 6 7 B3 = 5 6 B4 = 4 6 B5 = 5 7 B6 = 5 8 C1 = 7 8 C2 = 7 8 C3 = 6 8 C4 = 6 9 C5 = 9 10 C6 = 6 10 C7 = 8 9 116,25 46,43 26,23 31,23 52,33 50,08 39,33 31,40 26,35 35,05 37,35 49,34 55,05 9,18 27,30 27,18 15,1 20,10 36,45 22,08 Kelompok 1 114,25 53,00 24,35 29,5 54,05 47,25 41,00 32,05 24,25 35,00 41,15 47,20 54,00 10,70 31,55 30,36 18,00 20,00 40,90 31,00 2 132,45 48,21 28,15 38,49 53,44 53,45 44,40 28,49 26,04 36,25 42,20 51,40 58,50 12,26 25,05 33,35 19,49 21,25 39,10 30,39 3 99,45 46,15 24,40 23,35 45,10 42,35 35,20 24,20 22,10 30,25 33,25 44,15 40,25 8,05 12,01 22,27 12,05 18,25 34,15 17,35 4

B. Pembahasan Hasil pengukuran truss morphometrics pada Ikan Nilem menunjukkan bahwa panjang total (PB) ialah 99,45 132,45 mm. Pengukuran bagian-bagian lainnya yaitu A1-A6, B1-B6, C1-C7, menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan morfologi, sedangkan perbedaan yang ditunjukkan oleh ikan nilem tersebut adalah perbedaan yang wajar dalam biologi terlebih diantara spesies dalam sebuah populasi. Menurut Kassam et al (2003), perbedaan morfologi ikan nilem secara ekologi diinduksi oleh perbedaan morfologikal yang cukup kompleks. Pertama, perbedaan suhu air yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kedua, intensitas polutan, karena ikan nilem merupakan ikan yang hidup kebanyakan di sungai dan danau serta hidup berkelompok dalam populasi tingkat polutan yang tinggi sapat memacu tingkat stress dalam sebuah populasi. Pengukuran truss morphometrics ini menggunakan jangka sorong. Jangka sorong terdiri atas rahang tetap dan rahang sorong yang dapat digeser-geser. Rahang tetap memiliki skala yang disebut skala utama. Satu bagian skala utama, panjangnya 1 mm. Adapun rahang sorong dilengkapi dengan 10 bagian skala yang disebut skala nonius. Skala nonius disebut juga sebagai skala Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Perancis. Panjang 10 skala nonius adalah 9 mm. Satu skala nonius (jarak antara dua garis skala nonius yang berdekatan) sama dengan 0,9 mm. Dengan demikian, selisih skala utama dengan skala nonius adalah 1 mm 0,9 mm = 0,1 mm atau 0,01 cm. Tingkat ketelitian atau ketidakpastian hasil pengukuran jangka sorong adalah setengah dari skala nonius terkecil, yaitu x 0,01 cm = 0,005 cm (Kamajaya, 2007). Informasi tentang struktur dan populasi biologi dari setiap spesies merupakan prasyarat untuk mengembangkan strategi pengelolaan dan konservasi (Turan et al., 2006) dan mungkin berlaku untuk mempelajari variasi yang diinduksi oleh variasi jangka pendek dan lingkungan. Perbedaan morfometrik antara spesies dianggap penting untuk mengevaluasi struktur individu dan sebagai dasar untuk mengidentifikasi spesies. Karakter morfometrik dan meristik pada ikan terukur atau dihitung secara umum di semua ikan. Truss network dibuat dengan bantuan patokan-patokan yang merupakan alat ampuh untuk mengidentifikasi spesies. Karakteristik mungkin lebih berlaku untuk studi jangka pendek yang disebabkan kesenjangan lingkungan dan temuan dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan pengelolaan perikanan (Hossain et al., 2010).

Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan (measuring methods). Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin, 1999). Berbeda dengan karakter morfometrik yang menekankan pada pengukuran bagian-bagian tertentu tubuh ikan, karakter meristik berkaitan dengan penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan (counting methods). Variabel yang termasuk dalam karakter meristik antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik, jumlah gigi, jumlah tapis insang, jumlah kelenjar buntu (pyloric caeca), jumlah vertebra, dan jumlah gelembung renang (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin, 1999). Metode analisis morfologis tradisional meliputi pengukuran jarak antara cirri-ciri fisik seperti panjang kepala, panjang tubuh dan panjang sirip ekor. Metode ini berguna untuk menguji dan menunjukkan perbedaan secara nyata pada bentuk ketika digabungkan dengan data multivariate (Loy et al., 1993; Rohlf & Marcus, 1993; Rohlf et al., 1996). Karakter morfometri baku terkonsentrasi pada ukuran-ukuran panjang dan bagian kepala, badan dan ekor, menghasilkan pola gambaran bentuk tubuh yang cenderung bias (Saanin, 1984). Karakter morfometrik dan meristik yang dianalisis dan dijadikan patokan pada Osteochilus hasselti yaitu panjang total, panjang standar (umum), lebar caudal, panjang caudal, panjang predorsal, panjang tulang belakang, panjang tulang ekor, lebar badan, garis pada branchiostegal, panjang pectoral, panjang pelvik (perbatasan dengan ekor), panjang tulang belakang terpanjang, panjang kepala, lebar kepala, panjang mulut, lebar bagian sub-orbital, jarak dari orbital ke tulang penutup insang, diameter mata, panjang rahang atas, tulang sirip punggung, garis sisik pada punggung, tulang anal (dubur), lingkaran dubur, jumlah garis dan sisik pada dada, sisik sepanjang linea lateralis, sisik di atas linea lateralis, sisik di bawah linea lateralis, sisik sebelum sirip dada (Roesma, 2011). Setiap karakter truss morfometrik pada pengukuran ini dibagi dengan panjang standar ikan. Tubuh ikan dipetakan menjadi 4 bagian (A, B, C, D), yaitu kepala, badan bagian depan dan badan bagian belakang, serta ekor, dan terdapat 10 titik truss (Gambar 2) yaitu : 1) sirip dada, 2) mulut, 3) sirip perut, 4) insang, 5) sirip pangkal anal, 6) sirip pangkal punggung, 7) sirip ujung anal, 8) sirip ujung punggung, 9) sirip bawah pangkal ekor, dan 10) sirip atas pangkal ekor (Lestari, 2012). Teknik truss morphometrics merupakan perluasan dari morfometrik tradisional. Teknik truss morphometrics adalah salah satu upaya menggambarkan bentuk ikan

dengan cara mengukur bagian-bagian dari tubuhnya atas dasar titik-titik patokan. Pengukuran karakter morfometrik dengan pola truss network menberikan gambaran yang lebih menyeluruh. Metode ini menghasilkan karakterisasi geometri bentuk tubuh ikan secara lebih sistematik dan menunjukan peningkatan kemampuan untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan bentuk tubuh (Moyle et al., 1986). Ukuran yang digunakan untuk identifikasi merupakan ukuran perbandingan. Karakter meristik berkenaan dengan pengamatan jumlah bagian-bagian tubuh (counting methods), antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik, jumlah gigi, jumlah tulang saring insang, pyloric caeca, dan vertebral (Parin, 1999). Teknik truss network dianggap lebih akurat daripada teknik tradisional karena ia lebih sensitive untuk membedakan di antara dan di dalam spesies ikan yang tidak teridentifikasi melalui teknik tradisional (Strauss & Bookstein, 1982). Truss network juga dapat mengidentifikasi perbedaan bentuk dari individu yang diketahui dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Berbeda dengan truss morphometrics tradisional dimana karakter-karakter cenderung berada dalam garis horizontal, truss network tidak memiliki keterbatasan pada arah dari variasi dan lokalisasi perubahan bentuk. Teknik ini lebih efektif dalam menangkap informasi tentang bentuk dari ikan (Kassam et al., 2003). Morfometri merupakan salah satu cara untuk mengetahui keanekaragaman dari suatu spesies dengan melakukan pengujian terhadap karakter fenetik (morfologi) secara umum. Data morfometri dapat digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya variasi dan diferensiasi antar populasi. Setiap karakter yang diamati umumnya merupakan akibat adanya interaksi gen-gen yang eksprasinya dipengaruhi oleh lingkungan (Munshi and Dutta, 1996). Hasil analisis morfometri dapat digunakan untuk mendeskripsikan ada atau tidaknya variasi dan diferensiasi spesies berdasarkan karakter morfologinya (fenetik) dan selanjutnya dapat pula dikolaborasikan dengan data molekuler (genetik) sehingga bisa mengungkap ada atau tidaknya plastisitas, radiasi adaptif atau bahkan perubahan-perubahan berbasis genetik. Selain itu, hasil analisis ini dapat mendeskripsikan kekerabatan antar populasi secara morfologi (Hillis and Wiens, 2000). Sebagai aplikasi lanjut, hasil analisis secara morfometri dapat juga memberikan gambaran umum tentang tingkat variabilitas atau keanekaragaman karakter dari suatu taksa pada berbagai populasi sehingga menjadi landasan awal untuk menduga adanya variabilitas genetik (Chernoff, 1982).

IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Karakter morfologi pada ikan nilem (Osteochilus hasselti) yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan determinasi berupa ukuran tubuh, seperti panjang tubuh, lebar kepala, dan lain-lain. 2. Pengukuran bagian morfologi tubuh yang penting pada ikan nilem (Osteochilus hasselti) dilakukan dengan menggunakan pengukuran morfometri, yaitu truss morphometrics. 3. Teknik truss morphometrics adalah salah satu upaya menggambarkan bentuk ikan dengan cara mengukur bagian-bagian dari tubuhnya atas dasar titik-titik patokan. Patokan yang digunakan berjumlah 11, yaitu mulut, pangkal operculum dorsal, titik maxilla ventral, pangkal depan sirip perut, pangkal depan sirip punggung, pangkal belakang sirip punggung, pangkal depan sirip anal, pangkal belakang sirip anal, pelipatan ekor bagian dorsal, pelipatan ekor bagian ventral, dan pelipatan pertengahan ekor.

DAFTAR REFERENSI Chernoff, B. 1982. Character Variation Among Populations and the Analysis of Biogeography. Amer.Zool. 22 : 425-439 Hillis, D. M. Hillis, J. J. Wiens. 2000. Molecules Versus Morphology in Systematics.In: J. Wiens (ed) Phylogenetic Analysis of Morphological Data. Smitshonian Institution Press. Philadelpia. Hossain, M. A., Nahiduzzaman, M., Saha, D., Khanam, M. U. H., & Alam, M. S. 2010. Landmark-Based Morphometric and Meristic Variations of the Endangered Carp, Kalibaus Labeo calbasu, from Stocks of Two Isolated Rivers, the Jamuna and Halda, and a Hatchery. Zoological Studies, 49(4), 556-563. Hubbs, C.L. and K.F. Lagler. 1958. Fishes of the Great Lakes Region. University of Michigan Press, Ann Arbor, Michigan. Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika. Bandung, Grafindo Media Pratama. Kassam, D.D., D.C. Adams, M.M. Hori, K. Yamaoka. 2003. Morphometric analysis on ecomorphologically equivalent Cichlid Species from Lakes Malwai and Tanganyika. J Zool London 260: 153-157. Lestari, D. 2012. Evaluasi Keragaman Fenotipe Truss Morfometrik Ikan Nilem untuk Pengembangan Budidaya Ikan Nilem. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Moyle, P.B. & J.J. Cech. 1986. Fishes. An Introduction to Ichthyology . First Edition. Prentice Hall: New Jersey. Munshi, J. S. D., H. M. Duta. 1996. Fish Morphology: Horizon of New Research. Science Publishers, Inc. New York. Parin, N.V. 1999. Exocoetidae, pp. 2162-2179. In Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Roesma, D.I.,and P. Santoso. 2011. Morphological divergences among three sympatric populations of Silver Sharkminnow (Cyprinidae: Osteochilus hasseltii C.V.) in West Sumatra. Biodiversitas vol.12 (3) : 141-145. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta, Bina Cipta. Strauss, R. E., & Bookstein, F. L. 1982. The truss: body form reconstructions in morphometrics. Systematic Biology, 31(2), 113-135. Susanto, H. 2006. Budidaya Ikan di Pekarangan edisi Revisi. Penebar Swadaya. Turan C, M Oral, B Ozturk, E Duzgunes. 2006. Morphometric and meristic variation between stocks of bluefish (Pomatomus saltatrix) in the Black, Marmara, Aegean and northeastern Mediterranean Seas. Fish. Res. 79: 139-147.

Anda mungkin juga menyukai