Anda di halaman 1dari 16

Hubungan Pre Menstrual Syndrome dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja Herwinda Octaviana Presti1, Warih Andan Puspitosari2

Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI

Pre Menstrual Syndrome adalah sekumpulan perubahan fisik serta mental yang dimulai setiap waktu antara 2-14 hari sebelum menstruasi dan mereda hampir seketika pada saat menstruasi itu datang. Pre Menstrual Syndrome cenderung dimulai dan juga meningkat dalam kehidupan wanita yang sedang mengalami perubahan level hormon, contohnya pada saat pubertas. Pre Menstrual Syndrome masih merupakan gangguan yang kontroversional. Belum ada kesepakatan bersama tentang diagnosis Pre Menstrual Syndrome. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa Pre Menstrual Syndrom berhubungan dengan gangguan mood. DSM IV (Diagnostic and statistical manual for mental disorders IV) menyebutkan 11 gejala Pre Menstrual Syndrome. Kecemasan sebagai salah satu gejala utama Pre Menstrual Syndrome. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Pre Menstrual Syndrome dengan tingkat kecemasan pada remaja. Penelitian ini melibatkan 84 responden dari SMAN 11 Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi tertentu, yang diminta untuk mengisi kuisioner Shortened Premenstrual Assesment Form (SPAF) untuk menegakkan Pre Menstrual Syndrome dan kuisioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) untuk mengetahui skor kecemasan responden. Analisis uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan positif sangat lemah (r = +0,016) yang signifikan dengan nilai p=0,263 (p<0,05) antara Pre Menstrual Syndrome dangan tingkat kecemasan pada remaja. Sehingga penderita Pre Menstrual Syndrome mempunyai resiko mengalami kecemasan.

Kata kunci : Pre Menstrual Syndrome, Kecemasan, Remaja

The Correlation Between Pre Menstrual Syndrome and Anxiety in Aldolescence Herwinda Octaviana Presti1, Warih Andan Puspitosari2
1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT Pre Menstrual Syndrome is a collection of physical and mental changes that started at any time between 2-14 days before menstruation and subside almost immediately at the time of menstruation is coming. Pre Menstrual Syndrome start and also increase in the life of women who are experiencing changes in hormone levels, for example at puberty. Pre Menstrual Syndrome is a disorder that still kontroversional. There is no consensus concerning the diagnosis of Pre menstrual Syndrome. Some studies reveal that the Pre Menstrual Syndrome associated with mood disorders. DSM IV (Diagnostic and statistical manual for mental disorders IV) mention that there are 11 symptoms in Pre Menstrual Syndrome. And anxiety as one of the main symptoms of Pre Menstrual Syndrome. The purpose of this research is to determine the corellation Pre Menstrual Syndrome with levels of anxiety in adolescents. This research involved 84 respondence from SMAN 11 Yogyakarta that would be included at inclusion and exclusion criteria for certain, who were given and fill out the questionnaire about pre menstrual Shortened Assessment Form (SPAF) to establish Pre Menstrual Syndrome and questionnaire Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) to assess their anxiety score. Analysis of Pearson Correlation Test showed that there is a significant very weak positif correlation between Pre menstrual Syndrome with anxiety level in adolescence with p value is 0,263 (p<0,05) and coefficient correlation is +0,016. Thus the Pre Menstrual Syndrome patient have a risk of experiencing anxiety.

Keywords : Pre Menstrual Syndrome, Anxiety, Aldolescence

Pendahuluan Masa aldolescence remaja adalah atau suatu masa fase

juta orang. Di Indonesia pada tahun yang sama, wanita yang mengalami Pre Menstrual Syndrome dilaporkan berjumlah 35.767.942 orang.4 Sekitar Syndrome 95,59% pelajar di

perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa remaja terjadi lebih dini pada remaja putri dibanding remaja putra, dan kemungkinan terjadinya perbedaan ini dikarenakan remaja putri lebih cepat matang dalam hal psikologikal dan emosionalnya.1 Pre Menstrual Syndrome

Etiophia mengalami Pre Menstrual dalam berbagai siklus menstruasi 12 bulan terakhir. Gejala yang umumnya muncul adalah gejala fisik seperti mudah lelah (70,2%), perubahan nafsu makan (61,9%) dan perubahan pola tidur (60,3%). Gejala psychobehavioral timbul meliputi yang umumnya mood gangguan

adalah sekumpulan perubahan fisik serta mental yang dimulai setiap waktu antara 2-14 hari sebelum menstruasi dan mereda hampir seketika pada saat menstruasi itu datang.2 Pre Menstrual Syndrome cenderung dimulai dan juga meningkat dalam kehidupan wanita yang sedang mengalami perubahan level hormon, contohnya pada saat pubertas.3 Berdasarkan data statistic

(59,9%), mudah kacau (52,5%) dan iritabilitas tersebut (49,6%). menimbulkan Gejala-gejala penurunan

aktifitas sehari-hari, seperti penurunan minat belajar, kuliah, pertemanan dan melakukan hobi.5 Sepanjang periode menstruasi awal, gejala yang sering dialami remaja putri adalah sakit kepala, sakit punggung, kejang,dan sakit perut yang diiringi pingsan, emesis, gangguan kulit, pembengkakan tungkai kaki dan pergelangan kaki. Akibatnya timbul

tahun 2004, diperoleh bahwa satu dari enam wanita di USA mengalami Pre Menstrual Syndrome, atau sekitar 40,8

rasa lelah, tertekan, cemas, dan mudah marah.6 Syndrom gangguan Beberapa berhubungan mood. DSM penelitian dengan IV mengungkapkan bahwa Pre Menstrual

Syndrome pada otak

dapat

mempengaruhi dengan

penurunan kadar monoamine oksidase dihubungkan depresi sehingga dan terjadinya serotonin penurunan

menimbulkan

(Diagnostic and statistical manual for mental disorders IV) menyebutkan 11 gejala Pre Menstrual Syndrome. Kecemasan sebagai salah satu gejala utama Pre Menstrual Syndrome. Kecemasan keadaan perasaan yang ketakutan adalah ditandai yang suatu dengan disertai

perubahan mood.7 Pre Menstrual Syndrome

merupakan salah satu bentuk stressor fisiologis dan psikologis yang dapat menyebabkan kerapuhan fisik/mental sehingga dapat dikatakan bahwa Pre Menstrual syndrome dapat memicu kecemasan pada remaja.8 Sehubungan untuk melakukan dengan penelitian hal yang

dengan tanda somatic yaitu terjadinya hiperaktivitas system saraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan seringkali merupakan suatu emosi yang normal. Remaja yang mengalami pubertas akan lebih cepat murung, khawatir, cemas, marah dan menangis hanya karena hasutan yang sangat kecil. Selama masa Pre Menstrual dan awal menstruasi, sensitivitas emosi dan suasana hati yang negatif ini sering terjadi.6 Hal ini dapat diperkuat dengan pernyataan bahwa Pre Menstrual

tersebut, maka peneliti merasa perlu bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Pre Menstrual Syndrome dan tingkat kecemasan pada remaja. Metode Penelitian Penelitian menggunakan analitik ini dilakukan peneltian

rancangan

non-eksperimental dengan

pendekatan cross-sectional (potong lintang) yang diadakan pada bulan Januari. Sampel penelitian ini adalah siswi SMAN 11 Yogyakarta dengan

kriteria inklusi berusia 15-18 tahun, dan bersedia ini bekerjasama dengan dalam mengisi penelitian

60).Sedangkan skor kecemasan diukur dengan Anxiety menggunakan Scale (TMAS). instrumen Instrumen berupa kuesioner Taylor Manifest Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

kuisioner yang di bagikan untuk menjadi responden. Instrumen Syndrome Premenstrual yang digunakan Shortened Form

terdiri dari lembaran untuk mengisi identitas petunjuk subyek, yang penjelasan terdiri dari atau 50

untuk mengukur skor Pre Menstrual yaitu Assesment

pernyataan yang disajikan kepada subyek penelitian dimana subyeksubyek akan menjawab YA atau TIDAK sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda silang (x) pada setiap pernyataan. Kemudian hasil jawaban subyek dicocokkan dengan kuncinya. Setiap jawaban yang cocok diberi nilai 1 sehingga skornya antara 0-50. Makin tinggi skor maka makin tinggi tingkat kecemasannya. Skor yang diperoleh ringan) dan kemudian 21 > 21 digolongkan menjadi 2 yaitu (kecemasan

(SPAF) yaitu instrumen pengukur Pre Menstrual Syndrome yang terdiri dari 10 butir kuesioner singkat penilaian gejala pre menstrual. SPAF sendiri merupakan dipercaya instrumen dan yang telah Subyek divalidasi.

penelitian diminta untuk menilai setiap gejala premenstrual yang dialami dari 10 gejala yang tercantum di kuesioner dengan skala 1-6 dari tidak ada perubahan penjumlahan 60. Pre (1) sampai nilai Menstrual score munculnya gejala Syndrome dikategorikan gejala yang mengganggu (6). Hasil premenstruasi akan meliputi nilai 10Assessment

(kecemasan sedang). Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil dari pengujian ini adalah signifikansi hubungan antar kedua variabel serta koefisien korelasi yang didapatkan.

menjadi tidak ada gejala ( total nilai 10), sedang (11-35), gejala parah (36-

Hasil

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia Subyek Penelitian Usia 15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun Total Frekuensi 0 10 57 17 84 Presentase (%) 0% 12% 68% 20% 100%

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pre Menstruasi Syndrom subyek

Tingkat Pre Menstruasi Syndrom Tidak ade gejala Gejala sedang Gejala berat Total

Frekuensi 1 68 15 84

Presentase (%) 1,2 % 81% 17,8% 100%

Tabel 4.3 Frekuensi Tingkat Cemas Subyek

Tingkat Cemas Cemas ringan Cemas sedang

Frekuensi 14 70

Presentase (%) 17% 83%

Total

84

100%

Karakteristik

sampel

pada

Dalam menstrual kecemasan

penelitian Syndrome sebagai

ini

Pre

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1. Jumlah responden sebanyak 84 siswi kelas XI SMAN 11 Yogyakarta sebagian besar berusia 17 tahun (68%). Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa 68 orang (81%) siswi SMAN 11 Yogyakarta mengalami Pre Menstrual Syndrom gejala sedang. Sedangkan pada tabel 3 diketahui sebesar 17% (14 orang) dari subyek yang merupakan Siswi SMAN 11 Yogyakarta mengalamai cemas ringan dan sebanyak 83% (70 orang) mengalami cemas sedang. Perhitungan frekuensi tingkat mean Pre untuk

ditetapkan veriabel

sebagai variabel bebas dan tingkat tergantung. Hasil analisis uji korelasi pearson menunjukkan nilai p untuk hubungan Pre menstrual Syndrome dengan tingkat kecemasan pada remaja adalah 0,263 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara Pre Menstrual Syndrome dengan tingkat kecemasan (hipotesis hubungan adalah hubungan diterima). (correlation 0,016 positif dimana sangat Kekuatan coefficient) terdapat lemah

Menstrual

diantara kedua variabel. Hubungan positif menunjukkan bahwa semakin besar tingkat Pre Sehingga Menstrual penderita Syndrome, makin besar pula tingkat kecemasannya. Pre Menstrual Syndrome mempunyai resiko mengalami kecemasan. Diskusi Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara Pre Menstrual Syndrome dengan kecemasan pada

Syndrome pada subyek menunjukkan angka 28,06 dengan standar deviasi 8,851 yang berarti rata rata responden mengalami Pre Menstrual Syndrome gejala sedang. Sedangkan rerata skor kecemasan pada subyek secara keseluruhan didapatkan skor 25,88 dengan standar deviasi 3,648 yang berarti subyek termasuk mengalami cemas sedang.

remaja. adalah

Responden 84 siswi

yang

diambil 11 kadar

Pada hormone)

awal dan

masa LH FSH

pubertas, (luteinizing (follicle-

SMAN

hormon

Yogyakarta, dengan asumsi usia 15-18 tahun. Dari data diatas, diperoleh 68% dari 84 siswi SMAN 11 Yogyakarta yang menjadi responden berusia 17 tahun. Dimana usia 17 tahun merupakan masa remaja pertengahan. Pada fase ini remaja masuk ke dalam tahap pubertas. Dimana pada masa pubertas terjadi berbagai macam perubahan dalam diri remaja, baik perubahan fisik maupun perubahan emoasional. Pregnancy Aldolescence secara
9

stimulating hormone) akan meningkat, sehingga merangsang pembentukan hormon seksual. Pada remaja putri, peningkatan kadar hormon tersebut menyebabkan pematangan payudara, ovarium, rahim, dan vagina serta dimulainya menstruasi pertama (menarche). Beberapa saat sebelum menstruasi dimulai, atau bisa pada hari-hari menstruasi, sejumlah gadis dan perempuan biasanya mengalami rasa tidak nyaman. Mereka biasanya merasakan satu atau beberapa gejala yang disebut sebagai kumpulan gejala sebelum menstruasi atau Pre Menstrual Syndrome.10 Dari data penelitian diatas, di dapatkan hampir 100% responden mengalami Pre Menstrual Syndrome, dimana sebanyak 81% atau 68 siswi mengalami Pre Menstrual Syndrome derajat sedang. Dari data responden di dapatkan gejala gejala yang umumnya muncul adalah payudara terasa nyeri dan kencang, merasa tertekan (stress),

WHO and

Meeting abortion

on in

mendefinisikan remaja angsur

sebagai kurun waktu ketika seseorang berangsur memperlihatkan perubahan perubahan (morfologis maupun fungsional) dari saat timbulnya tanda tanda kelamin sekunder sampai kepada kematangan seksual. Masa remaja terjadi lebih dini pada remaja putri dibanding remaja putra, dan kemungkinan terjadinya perbedaan ini di karenakan remaja putri lebih cepat matang dalam hal psikologikal dan emosionalnya. 1

mudah tersinggung atau marah, dan nyeri punggung,otot atau kaku sendi. Salah satu teori menyebutkan bahwa Pre Menstrual Syndrome kemungkinan disebabkan oleh : a. Ketidakseimbangan estrogen-

d. Kurangnya nutrisi seperti defisiensi vitamin B6 atau hipoglokemia karena fluktuasi kadar glukosa dan insulin.12 (Reeder & Griffin,1997). Hipoglikemia menyebabkan makan.3 e. Opiat normal, dinorphin endogen, peptida akan pada opiat keadaan endogen meningkat kemungkinan sakit kepala,

progesteron yang terjadi selama fase luteal. Estrogen meningkatkan efektivitas endhorpin, wanita dengan Pre Menstrual Syndrome mengalami hipoestrogenik sehingga mengalami vasomotor gejala seiring disfungsi dengan

lemah/letih dan peningkatan nafsu

seperti endorphin, encephalin, dan konsentrasinya pada fase luteal dan menurun pada saat menstruasi. Tetapi pada wanita dengan Pre Menstrual Syndrome menurun. mempengaruhi dapat konsentrasinya Endhorpin mood seseorang. 8 Pre Menstrual Syndrome cenderung di mulai dan juga meningkat dalam kehidupan wanita yang sedang mengalami perubahan level hormon, contoh nya pada saat pubertas.3 Tipe dan gejala Pre Menstrual Syndrome bermacam-macam. Abraham (2003) ahli kandungan dan kebidanan dari

peningkatan progesterone pada fase luteal, suhu tubuh basal juga ikut meningkat 11 b. Interaksi progesteron, Penurunan aldosteron antara dan kadar ikut estrogen, aldosteron. estrogen dan

progesteron dan peningkatan kadar mempengaruhi terjadinya retensi Na dan edema.7 c. Penurunan dengan kadar monoamine depresi dan

oksidase pada otak dihubungkan terjadinya penurunan mood.


7

serotonin

sehingga

menimbulkan perasaan perubahan

Fakultas

Kedokteran

UCLA,

AS,

100% respondennya yang terdiri dari mahasiswi mengalami gejala Pre Menstrual ringan dengan gejala yang umum nya muncul meliputi gejala fisik seperti pegal-pegal, lelah, payudara nyeri, peningkatan nafsu makan,masalah kulit dan mengantuk. Sedangkan gejala emosi yang timbul adalah seperti badmood, mudah tersingung dan cemas. Beberapa Syndrom berhubungan penelitian dengan

membagi Pre Menstrual Syndrome menurut gejalanya yakni premenstrual syndrome tipe A (anxiety), H dan (hyperhydration), C(craving),

D(depression). Delapan puluh persen gangguan Pre Menstrual Syndrome termasuk tipe A. Pre Menstrual Syndrome tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat menstruasi. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Hormon estrogen terlalu tinggi hormon periode dibandingkan progesteron. dengan Sepanjang

mengungkapkan bahwa Pre Menstrual gangguan mood. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada salah satu gejala emosi yang timbul yaitu kecemasan. DSM IV ( Diagnostic

and statistical manual for mental disorders IV) menyebutkan 11 gejala Pre Menstrual Syndrome. Kecemasan sebagai salah satu gejala utama Pre Menstrual (14 orang) Syndrome. dari Siswi 83% Dari data yang 11 orang) responden, didapatkan sebesar 17% subyek SMAN (70 merupakan dan

menstruasi awal, gejala yang sering dialami remaja putri adalah sakit kepala, sakit punggung, kejang,dan sakit perut yang diiringi pingsan, emesis, pembengkakan gangguan tungkai kaki kulit, dan

pergelangan kaki. Akibatnya timbul rasa lelah, tertekan, cemas, dan mudah marah.6Penelitian lain yang di lakukan oleh Aida (2003) melaporkan bahwa

Yogyakarta mengalamai cemas ringan sebanyak mengalami cemas sedang.

Menurut Roan etiologi meliputi : terjadinya

cit

Rohmat

Perubahan mood yang cepat pada remaja terkait dengan kecemasan yang mungkin terbentuk. Remaja yang mengalami pubertas akan lebih cepat murung, khawatir, cemas, marah dan menangis hanya karena hasutan yang sangat kecil. dan Selama awal masa Pre Menstrual menstruasi,

kecemasan

bermacam-macam atau multifaktorial ,

a. Faktor genetik, biasanya wanita lebih banyak daripada pria dan lebih dari satu anggota keluarga yang terkena. b. Faktor organik, kecemasan bisa timbul pada orang-orang yang menderita infeksi lainnya. Teori biologik yang di cetuskan oleh Stuart and Laraia (2001) menyebutkan bahwa di dalam otak terdapat reseptor spesifik kecemasan. terhadap benzodiazepin, (1997) reseptor ini dapat mengatur timbulnya Soewardi mengungkapkan bahwa umur yang lebih muda akan mengalami tingkat stress dan kecemasan yang lebih tinggi daripada yang berusia tua. tiroksikosis, arteri trauma

sensitivitas emosi dan suasana hati yang negatif ini sering terjadi.6 Koefisien dapatkan dalam relasi yang di hasil

kepala, menopause, menstruasi, akut, asklerosis serebri dan gangguan saraf pusat

analisis

penelitian ini adalah positif, yang menunjukkan adanya hubungan positif antara pre menstrual syndrome dengan tingkat kecemasan pada remaja yang diteliti. Hal tersebut berarti bahwa semakin besar tingkat Pre Menstrual Syndrome, makin besar pula tingkat kecemasan nya. Sehingga penderita Pre Menstrual Syndrome mempunyai resiko mengalami kecemasan. Besar koefisien korelasi antara dua variabel adalah 0,016 yang berarti terdapat kekuatan hubungan sangat lemah diantara kedua variabel. Hal ini dapat terjadi karena penyebab

terjadinya kecemasan adalah sangat multifaktorial, khususnya pada remaja. Dimana pada masa remaja biasanya terdapat keinginan yang besar untuk mencoba banyak hal, hal ini dapat di tetapkan sebagai pemicu utama kecemasan pada remaja di samping faktor faktor lain nya. Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan dalam penelitian ini antara lain meliputi riwayat keluarga, pengalaman yang tidak menyenangkan semasa awal kanak-kanak, stres pada kehidupan, serta penggunaan alkohol dan tembakau. Kesimpulan Hasil pada penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara Pre Menstrual Syndrome (p = dengan 0,263). tingkat kecemasan

Saran 1. Prevalensi Pre Menstrual

Syndrome yang berbeda-beda pada tiap penelitian disebabkan belum adanya tentang kesepakatan kriteria bersama diagnostik.

Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kriteria Pre Menstrual Syndrome. 2. Pada penelitian ini subyek kurang mewakili semua usia produktif karena terbatas pada siswi SMA saja. Hal ini dilakukan untuk mempermudah megontrol variabel perancu sederhana. dengan subyek/sampel heterogen dan karena penelitian ini yang perlu menggunakan metodologi Sehingga

dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan yang lebih menggunakan

Semakin besar tingkat Pre Menstrual Syndrome pada remaja, makin besar pula tingkat kecemasannya. Sehingga penderita Pre Menstrual Syndrome mempunyai kecemasan. resiko mengalami

metode yang lebih baik dan teliti, misal nya metode experimental untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih baik. 3. Perlu diberikan penyuluhan bagi remaja putri mengenai pentingnya

mengetahui khususnya

siklus Pre

menstruasi Menstrual

mahasiswi program A PSIK FK UGM (skripsi). Yogyakarta : program study ilmu keperawatan fk ugm. Tidak di publikasikan 5. Tenkir, A. Fisseha, N. ayele, B. (2002). Pre menstrual syndrome : prevalence and effect on academic & social performance of student in Jimma university Ethiopia. Ethiopia journal health dev. Vol 17 no.3. page 181-188. Available on : www.ajol.info/view article.php 6. Al -mighwar, Muhammad.(2006). Psikologi Remaja (Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua). Bandung : Pustaka Setia. 7. Luckmann, J., 1997, manual of Nursing care, 1st ed., W.B Saunders Company, Philaelphia. 8. Aida , Yanni.(2003).Daya tahan stress & Premenstrual syndrome pada mahasiswi program A PSIK FK UGM. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Gajah Mada: Yogyakarta

Syndrome dan kaitannya dengan penyakit psikologi yang dialami selama fase tersebut, dalam hal ini kecemasan. Sehingga remaja putri mengetahui bagaimana menghadapi fase Pre Menstrual Syndrome tersebut. Daftar Pustaka 1. Salomon,MD, Philiph.,D.patch, MD., Vernon.(1971). Handbook of psychiatry 2nd edition.Lange medical publication. Loss altos, california. 2. Hincliff, S., alih bahasa hartono, andry.(1999).Kamus keperawatan. edisi 17.Jakarta : EGC 3. Dalton, Katharina. (1984). The Premenstrual William Syndrome and Medical Progesterone Therapy, 2nd edition, Heinermann Books Ltd, London 4. Nurlaila, eva.(2005). Hubungan aktifitas olahraga dengan kejadian premenstrual syndrome pada

9. Madjikoen, P., (1983) Fertilitas dan kehamilan dan makalah remaja, pencegahan panel UGM, permasalahan nya.Kumpulan Fakultas Yogyakarta. 10. Octaria, Sherly.(2008). Siklus haid dalam masa Jurusan

Approach. 4th ed., W.B Saunders Company, Philadelphia.


12.

Reeder,

Martin,

Koniak, Maternity

forum kesehatan jiwa masyarakat, Kedokteran

Griffin,

1997,

Nursing, Family, Newborn and Womens Health Care, 18th ed., J.B Lippincott-Raveb Publisher, Philadelphia.

haid, sindrome pra-haid, serta gangguan reproduksi, Politeknik Makalah Kesehatan, kesehatan,

kebidanan, Padang 11. Black, Joyce M., Matassarinmedical-Surgical

jacobs, Esther, 1993, Luckman & Soresnsens Nursing : a Psychophysiologic

Anda mungkin juga menyukai