1
Sebuah refleksi yang disampaikan para acara peringatan maulid nabi 1429 H,/ Pengajian Yayasan
Bakti VII Koto Talago, Minggu 30 Maret 2008
2
ﻪ ﻮﻝﱠ ﹶﻓِﺈﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ ﺘﻳ ﻦ ﻣ ﻭ ﺮ ﻡ ﺍﻟﹾﺂ ِﺧ ﻮ ﻴﺍﹾﻟﻪ ﻭ ﻮ ﺍﻟﻠﱠﺮﺟ ﻳ ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻤ ﻨ ﹲﺔ ِﻟﺴ
ﺣ ﻮ ﹲﺓ ﺳ ﻢ ﹸﺃ ﻢ ﻓِﻴ ِﻬ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ ﹶﻟ ﹶﻘ
( 6 : 60/)ﺍﳌﻤﺘﺤﻨﺔ . ﺪ ﺤﻤِﻴ
ﺍ ﹾﻟﻐِﻨﻲ ﻮ ﺍﹾﻟ ﻫ
Artinya :
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik
bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari
kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang
Maha Kaya lagi terpuji. (Al-Mumtahanah/60 : 6)
Kata uswah berarti idealisasi, bukan imitasi. Bedanya adalah, imitasi berarti
menjadikan sesuatu sebagai idola, ia ditiru karena sedang menjadi trendi, nilainya
musiman, sifatnya sesaat, sifatnya sementara dan fisikal.
Sedangkan idealisasi, berarti menjadikannya sebagai panutan, menjadikannya
sebagai cita-cita yang ingin diraih, atau diwujudkan. Nilainya abadi, bahkan
mungkin menjadi sakral/suci. Yang dicari adalah nilai keagungan dari kepribadi-
annya.
Jika kita coba mencermati ketiga ayat di atas maka akan dapat kita tangkap
beberapa makna simbolik dari kata uswah tersebut.
Pertama : Kita harus dapat membangun dan mengembangkan sesuatu yang
bersifat kejiwaan, moralitas, dan bathiniyah sehingga tidak mudah terpukau
dengan hal-hal yang bersifat lahiriyah.
Kedua : Kita harus mampu menembus rasa cinta, rasa sayang, dan rasa kagum
yang hanya didasarkan pada hal-hal nyata, yang dapat dilihat dan dapat diraba,
menuju sesuatu yang hanya dapat dirasakan dalam kalbu, tertanam dalam jiwa
kita, akan tetapi sangat sulit untuk diceritakan. Itulah “mahabbah”.
Ketiga : Kita jangan mudah terjebak dengan hijau dan rimbunnya pepohonan
di pegunungan, akan tetapi rasakanlah ketenangan, kedamaian dan
kekukuhannya.
Keempat : Kita jangan mudah terkecoh oleh keindahan cover, apiknya lay out
dan luxnya kertas yang digunakan oleh sebuah buku, akan tetapi perhatikanlah
kepadatan dan kearifan isinya.
Kelima : Kita jangan cepat terpesona dan kagum serta mengukur kesalehan
seseorang dengan tanda hitam di keningnya, peci putih yang dipakainya dan
3
tasbih yang selalu berada di tangannya, akan tetapi lihatlah prilaku sehari-harinya
dan kepeduliannya terhadap sesama.
1. Rasulullah selalu peduli terhadap duka cita orang lain, beliau sangat peduli
(care) terhadap penderitaan orang lain, keluh kesah umat selalu ditanggapi-
nya, yang susah selalu ditolongnya.
2. Rasulullah selalu membalas kebajikan orang lain dengan kebajikan pula
dan tidak pernah membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan akan
tetapi selalu dibalasnya dengan kebajikan.
3. Rasulullah tidak pernah mau diistimewakan, beliau selalu berupaya
menghapuskan sikap diskriminasi dan penghormatan yang berlebihan
terhadap dirinya. Ada satu kisah yang patut kita simak, ketika suatu hari
Rasulullah melakukan perjalanan bersama para sahabat, ketika datang
waktu makan, maka para sahabat bermaksud untuk menyembelih seekor
domba. Satu dan dan lainnya saling berebutan untuk menunjukan peran
dan partisipasinya, ada yang mengatur dan mengomandoi ada yang
menguliti, ada yang memotong dan ada pula yang akan membakarnya.
Tiba-tiba Rasulullah berkata : “biarlah aku yang mencari kayu bakarnya”. Para
sahabat merasa keberatan, mereka menjawab : biarlah kami saja yang
bekerja. Rasul berkata : “Aku tidak suka jika aku diistimewakan melebihi
kalian. Allah sangat membenci hamba-Nya diistimewakan sendiri melebihi
teman-temanya yang lain”.
4. Rasululllah selalu mendengar dengan seksama setiap keluhan umatnya, ia
dengan senang hati meladeni seorang badui kelana yang datang dengan
kaki telanjang, meskipun Rasulullah memilki kekuasaan yang sangat besar
5. Rasulullah tak mau mengganggu ketenangan orang lain, termasuk
ketenangan istrinya sendiri. Dalam satu kisah diceritakan : suatu kali
Rasulullah pulang agak larut malam sehabis melakukan dakwah. Ia dapati
istrinya A’isyah r.a telah terlelap tidur dengan nyenyak. Rasulullah tidak
membangunkannya dan beliau memilih tidur di teras rumah ketimbang
mengganggu tidur istrinya.
4
Ini semua menunjukan kepada kita betapa agungnya kepribadian beliau, dan
itu pulalah yang patut kita jadikan contoh, kita jadikan sebagai suri tauladan. Kita
idealisasikan untuk diri kita, untuk keluarga kita, untuk persyarikatan kita dan
untuk masyarakat kita, karena kita sadar betul bahwa beliau adalah contoh pribadi
yang paling sempurna.
Itu pulalah yang membedakan antara kita dengan beliau, itu pulalah yang
menyebabkan kenapa Allah memilih beliau menjadi rasul terakhir, dan
memerintahkan kepada kita supaya mengikuti dan meneladani beliau. Firman
Allah :
ﻧﺠِﻴ ِﻞﺍ ﹾﻟِﺈﺍ ِﺓ ﻭﻮﺭ ﻢ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘ ﻫ ﺪ ﻨ ﺎ ِﻋﻮﺑﻣ ﹾﻜﺘ ﻪ ﻧﻭﺠﺪ
ِ ﻳ ﺍﻟﱠﺬِﻱﻲ ﺍﹾﻟﹸﺄﻣِﺒﻲﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﻨﺳﻮ ﹶﻥ ﺍﻟﺮِﺒﻌﻳﺘ ﻦ ﺍﻟﱠﺬِﻳ
ﻊ ﻀ
ﻳﻭ ﺚ
ﺎِﺋ ﹶﺨﺒ
ﻢ ﺍﹾﻟ ﻴ ِﻬ ﻋ ﹶﻠ ﻡ ﺤﺮ
ﻳﻭ ﺕ
ِ ﺎﺒﻢ ﺍﻟﻄﱠﻴ ﻬ ﺤ ﱡﻞ ﹶﻟ
ِ ﻳﻭ ﻨ ﹶﻜ ِﺮ ﻤ ﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟ ﻢ ﻫ ﺎﻨﻬ ﻳﻭ ﻑ
ِ ﻭﻌﺮ ﻤ ﻢ ﺑِﺎﹾﻟ ﻫ ﺮ ﻣ ﻳ ﹾﺄ
ﺭ ﻮﻮﺍ ﺍﻟﻨﺒﻌﺍﺗﻩ ﻭ ﻭﺼﺮ
ﻧﻭ ﻩ ﻭﺭﻋﺰ ﻭ ﻮﺍ ِﺑ ِﻪﻣﻨ ﻦ ﺀَﺍ ﻢ ﻓﹶﺎﻟﱠﺬِﻳ ﻴ ِﻬ ﻋ ﹶﻠ ﺖ
ﻧﺍ ﹾﻟﹶﺄ ﹾﻏﻠﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟﱠﺘِﻲ ﻛﹶﺎﻢ ﻭ ﻫ ﺮ ﺻ
ﻢ ِﺇ ﻬ ﻨ ﻋ
( 157 : 7/)ﺍﻻﻋﺮﺍﻑ. ﻮ ﹶﻥﻤ ﹾﻔ ِﻠﺤ ﻢ ﺍﹾﻟ ﻫ ﻚ
ﻪ ﺃﹸﻭﹶﻟِﺌ ﻌ ﻣ ﻧ ِﺰ ﹶﻝﺍﻟﱠﺬِﻱ ﹸﺃ
Artinya :
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma`ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah
orang-orang yang beruntung.
ﻪ ﺽ ﻟﹶﺎ ِﺇﹶﻟ
ِ ﺭ ﺍﹾﻟﹶﺄﺕ ﻭ
ِ ﺍﻤﻮ ﻚ ﺍﻟﺴ
ﻣ ﹾﻠ ﻪ ﺎ ﺍﻟﱠﺬِﻱ ﹶﻟﺟﻤِﻴﻌ ﻢ ﻴ ﹸﻜ ﻮ ﹸﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ِﺇﹶﻟﺭﺳ ﻲﺱ ِﺇﻧ
ﺎﺎ ﺍﻟﻨﻬﺎﹶﺃﻳﹸﻗ ﹾﻞ ﻳ
ﻩ ﻮِﺒﻌﺍﺗﺎِﺗ ِﻪ ﻭﻭ ﹶﻛ ِﻠﻤ ﻦ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ ﺆ ِﻣ ﻳ ﺍﻟﱠﺬِﻱﻲ ﺍﹾﻟﹸﺄﻣِﺒﻲﻮِﻟ ِﻪ ﺍﻟﻨﺭﺳ ﻭ ﻮﺍ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪﺖ ﻓﹶﺂ ِﻣﻨ
ﻳﻤِﻴﻭ ﺤﻴِﻲ
ﻳ ﻮ ﻫ ِﺇﻟﱠﺎ
( 158 : 7/)ﺍﻻﻋﺮﺍﻑ ﻭ ﹶﻥﺘﺪﻬ ﺗ ﻢ ﻌﻠﱠ ﹸﻜ ﹶﻟ
Artinya :
Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka
berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman
5
Kalau kita dapat meniru dan meneladani beliau pastilah kita akan menjadi
seorang muttaqin. Kata taqwa dengan segala derivasinya dalam al-Quran
disebut lebih kurang sebanyak 246 kali.
A.Fattah Thabarah seorang Ulama kontemporer dari Mesir memaknai
kata taqwa itu dengan :
ﺍﻥ ﻳﺘﻘﻰ ﺍﻻﻧﺴﺎﻥ ﻣﺎ ﻳﻐﻀﺐ ﺭﺑﻪ ﻭﻣﺎ ﻓﻴﻪ ﺿﺮﺍﺭ ﻟﻨﻔﺴﻪ ﻭﺍﺿﺮﺍﺭ ﻟﻐﲑﻩ: ﺍﻟﺘﻘﻮﻯ
Artinya :
Taqwa itu adalah dimana manusia merasa takut :
- terhadap hal-hal yang dapat mendatangkan kemarahan/murka Allah Tuhan-
nya,
- melakukan sesuatu yang dapat mencelakakan/merusak diri sendiri
- melakukan sesuatu yang dapat mencelakakan orang lain.
Jadi taqwa itu adalah berkaitan dengan kualitas hidup. Imam al-Ghazaly
dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub menjelaskan tentang watak orang
bertaqwa :
1. Lidahnya terpelihara dari bohong, mencela dan menghasut
2. Hatinya bebas dari sifat dengki dan dendam
3. Matanya terhindar dari yang terlarang
4. Perutnya terhindar dari makanan yang haram
5. Tangannya tak pernah menjangkau yang dialarang
6. Kakinya tak pernah melangkah ke tempat maksiat
7. Ketaatannya ikhlas hanya kepada Allah
Jika kita dapat meraih sikap, sifat dan watak taqwa itu, pasti :
- Allah akan mencintai kita : ( ﺍﻥ ﺍﷲ ﳛﺐ ﺍﳌﺘﻘﲔ7 : ) ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ
- Allah akan menunjuk solusi bagi setiap persoalan yang kita hadapi :
( ﻭﻣﻦ ﻳﺘﻖ ﺍﷲ ﳚﻌﻞ ﻟﻪ ﳐﺮﺟﺎ3 : )ﺍﻟﻄﻼﻕ
6
- Allah akan selalu memberikan kemudahan kepada kita : ﻭﻣﻦ ﻳﺘﻖ ﺍﷲ
( ﳚﻌﻞ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺍﻣﺮﻩ ﻳﺴﺮﺍ4 : )ﺍﻟﻄﻼﻕ
- Allah akan memberikan kemampuan untuk melakukan pilihan-pilihan
yang strategis : ﺍﻥ ﺗﺘﻘﻮﺍ ﺍﷲ ﳚﻌﻞ ﻟﻜﻢ ﻓﺮﻗﺎﻧﺎ ( 29 : )ﺍﻻﻧﻔﺎﻝ
- Allah akan memberikan kesuksesan hidup : ( ﺍﻥ ﺍﳌﺘﻘﲔ ﻣﻔﺎﺯﺍ31 : )ﺍﻟﻨﺒﺎﺀ