Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

DI SUSUN OLEH SRI SUPADMI NIM : 05201321048

STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM B STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2013

KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN

A. KASUS ( MASALAH UTAMA ) Perilaku Kekerasan B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan Sundeen, 2006). Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri atau secara destruktif (Yosep Iyus, 2007. dikutip dari Patricia D. Barry. 1998: 140). Kekerasan adalah kekuatan fisik yang digunakan untuk menyerang atau merusak orang lain. Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak adil dan sering menyebabkan cedera fisik. Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara, yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, menentang. Dari tiga cara ini yang pertama adalah kontruktif dan sedangkan dua cara lain destruktif. 2. Etiologi Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu: . Frustasi: Hilangnya harga diri Kebutuhan akan status dan prestise

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor Biologis Instinctual Drive Teory (teori dorongan naluri) Contoh : marah, karena tak dipenuhi kebutuhan sex. Psycomatis Theory Contoh : stress pada masa lampau, cemas dan kecewa.

2) Faktor psikologis Menurut Struart and Sundeen ( 2007) adalah sebagai berikut : Frustation agression theory ( teori agresi frustasi ) Contoh : kehilangan pekerjaan. Behabehavioral theory Contoh : rasa jengkel, rasa tidak sedang. Exintential theory (teori eksistensial) Contoh : bertindak mengamuk, kekerasan. 3) Faktor sosial kultural Social environment theory ( teori lingkungan ) Contoh : menarik diri Sosial learning theory Contoh : bertindak kekerasan, mengejek, berdebat
b. Faktor presipitasi

Menurut Struart and Sundeen (2007), Secara umum marah terjadi karena adanya tekanan / ancaman yang unik atau berbeda-beda. Ada 2 macam yang mengakibatkan terjadi kemarahan, stresor yaitu 1) Eksternal stresor dapat berupa serangan fisik, kehilangan dan kematian 2) Internal stresor dapat berupa putus cinta, kritikan mengarah penghinaan, kehilangan pekerjaan, ketakutan pada penyakit yang di derita. 3. Manifestasi klinik (stuart and sundeen, 2007) Tanda dan gejala, perilaku kekerasan yaitu suka marah, pandangan mata tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, sering pula memaksakan kehendak, merampas makanan dan memukul bila tidak sengaja a. Motor agitation Gelisah, mondar-mandir, tidak dapat duduk tenang, otot tegang, rahang mengencang, pernafasan meningkat, mata melotot, pandangan mata tajam. b. Verbal Memberi kata-kata ancaman melukai, disertai melukai pada tingkat ringan, bicara keras, nada suara tinggi, berdebat. c. Efek Marah, bermusuhan, kecemasan berat, efek labil, mudah tersinggung. d. Tingkat kesadaran Bingung, kacau, perubahan status mental, disorientasi dan daya ingat menurun.

Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya adalah ;
a. Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan

meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
b. Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi

wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.


c.

Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.

4. Mekanisme koping Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis, 2010) a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. d. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih- lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. C. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Core Problem

PERILAKU KEKERASAN

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah keperawatan:

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan b. Perilaku kekerasan / amuk c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji:

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan 1) Data Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2) Data Objektif : Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perilaku kekerasan / amuk 1) Data Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2) Data Obyektif Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang.

c. Gangguan harga diri : harga diri rendah 1) Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. 2) Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup. E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku

kekerasan/amuk.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.

F. Rencana Tindakan

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk
Tujuan Pasien mampu : Mengidentifikasi penyebab dan tanda perilaku kekerasan Menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan Menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan Mengontrol perilaku kekerasannya dengan cara : Fisik Sosial / verbal Spiritual Terapi psikofarmaka (patah obat) Kriteria Evaluasi Intervensi Setelah .x pertemuan, SP I pasien mampu : Identifikasi penyebab, tanda Menyebutkan dan gejala serta akibat perilaku penyebab, tanda, gejala dan kekerasan akibat perilaku kekerasan Latih cara fisik 1 : Tarik nafas Memperagakan cara dalam fisik 1 untuk mengontrol Masukkan dalam jadwal harian perilaku kekerasan pasien Setelah .x pertemuan, SP 2 pasien mampu : Evaluasi kegiatan yang lalu Menyebutkan (SP1) kegiatan yang sudah Latih cara fisik 2 : Pukul dilakukan kasur / bantal Memperagakan cara Masukkan dalam jadwal harian fisik untuk mengontrol pasien perilaku kekerasan Setelah .x pertemuan SP 3 pasien mampu : Evaluasi kegiatan yang lalu Menyebutkan (SP1 dan 2) kegiatan yang sudah Latih secara sosial / verbal dilakukan Menolak dengan baik Memperagakan cara Meminta dengan baik sosial / verbal untuk Mengungkapkan dengan baik mengontrol perilaku Masukkan dalam jadwal harian kekerasan pasien Setelah .x pertemuan, SP 4 pasien mampu : Evaluasi kegiatan yang lalu Menyebutkan (SP1,2&3) kegiatan yang sudah Latih secara spiritual: dilakukan - Berdoa

Memperagakan cara spiritual

- Sholat Masukkan dalam jadwal harian pasien

Setelah .x pertemuan pasien mampu : Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan Memperagakan cara patuh obat

Keluarga mampu : Merawat pasien di rumah

SP 5 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2,3&4) Latih patuh obat : - Minum obat secara teratur dengan prinsip 5 B - Susun jadwal minum obat secara teratur Masukkan dalam jadwal harian pasien Setelah .x pertemuan SP 1 keluarga mampu menjelaskan Identifikasi masalah yang penyebab, tanda dan gejala, dirasakan keluarga dalam merawat akibat serta mampu pasien memperagakan cara Jelaskan tentang Perilaku merawat. Kekerasan : - Penyebab - Akibat - Cara merawat Latih 2 cara merawat RTL keluarga / jadwal untuk merawat pasien Setelah .x pertemuan SP 2 keluarga mampu Evaluasi SP 1 menyebutkan kegiatan yang Latih (simulasi) 2 cara lain sudah dilakukan dan mampu untuk merawat pasien merawat serta dapat Latih langsung ke pasien membuat RTL RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien Setelah .x pertemuan SP 3 keluarga mampu Evaluasi SP 1 dan 2 menyebutkan kegiatan yang Latih langsung ke pasien sudah dilakukan dan mampu RTL keluarga / jadwal keluarga merawat serta dapat untuk merawat pasien membuat RTL Setelah .x pertemuan SP 4 keluarga mampu Evaluasi SP 1,2 &3 melaksanakan Follow Up dan Latih langsung ke pasien rujukan serta mampu RTL Keluarga : menyebutkan kegiatan yang - Follow Up sudah dilakukan - Rujukan

Perencanaan Tujuan Khusus

Kriteria Evaluasi Klien mau membalas salam. Klien mau menjabat tangan Klien mau menyebutkan nama Klien mau tersenyum. Klien mau kontak mata Kien mau mengetahui nama perawat

Intervensi Beri salam/panggil nama.


Klien dapat membina hubungan saling percaya

Klien dapat mendefeni sikan penyebab perilaku kekerasan Klien dapat mengidenti fikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

Klien mengungkapkan perasaannya Klien dapat mengungkapkan perasaan jengkel/kesal (dari sendiri lingkungan atau orang lain) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala jengkel/kesal yang dialaminya

Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan. Jelaskan maksud hubungan interaksi. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat. Beri rasa aman dan sikap empati. Lakukan kontak singkat tetapi sering. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal. Anjurkan klien untuk mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya saat jengkel/marah Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang dialami klien

Klien dapat mengidenti fikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan

Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai

Klien dapat mngidentifi kasi akibat perilaku kekerasan

masalah Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien : akibat pada klien sendiri, akibat pada orang lain, akibat pada lingkungan.

Klien dapat mendemon strasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan

Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara fisik : Tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal dll

Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara pencegahan fisik yang telah dipelajari sebelumnya

Klien mengevaluasi kemampuannya dalam melakukan cara fisik sesuai jadwal yang telah disusun

Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yabg dilakukan oleh klien Tanyakan pada klienApakah Ia ingin mempelajari cara baru yang sehat Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilkukan kegiatan klien Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah perilaku kekerasan yaitu : tarik nafas dalam dan pukul bantal serta kasur. Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan sebanyak lima kali Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik nafas dalam Tanyakan perasaan klien setelah selesai Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah/jengkel Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi jadwal kegiatan harian Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan Berikan pujian atas keberhasilan klien Tanyakan kepeda klienapakah kegiatan cara pencegahan perilaku kekerasan dapat mengurangi perasaan marah Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien Beri contoh cara bicara

Klien dapat mendemon

Klien dapat menyebutkan cara bicara yang baik (verbal) dalam

strasikan cara social untuk mencegah cara perilaku kekerasan

mencegah perilaku kekerasan : meminta dengan baik, menolak dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik, Klien dapat mendemonstrasikan cara verbal yang baik Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara bicara yang baik Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan cara bicara yang sesuai dengan jadwal yang telah disusun

yang baik

Klien dapat mendemon strasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan

Klien dapat menyebutkan kegiatan ibadah yang iasa dilakukan Klien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang dipilih

Minta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik Minta klien mengulangi sendiri Beri pujian atas keberhasilan Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih di ruangan misalnya; meminta obat, baju dll serta menolak ajakan merokok Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik dengan mengisi jadwal kegiatan Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan Berikan pujian atas keberhasilan klien Tanyakan pada klienbagaimana budi setelah latihan bicara yang baik? Apakah kinginan marah berkurang? Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang dapat dilakukan diruang rawat Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih Beri pujian atas keberhasilan klien Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan kegiatan ibadah Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-

Klien mempunyai jadwal untuk melatih kegiatan ibadah

Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan melakukan kegiatan ibadah

evaluation)

Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan Berikan pujian atas keberhasilan klien

Klien dapat mendemon strasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan

Klien dapat menyebutkan jenis, dosis dan waktu minum obat serta manfaat dari obat itu (Prinsip 5 benar : benar orang, obat, dosis, waktu dan cara pemberian)

o o

Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat sesuai jadwal yang ditetapkan

o o o

Klien mengevaluasi kemampuannya dalam mematuhi minum obat

Klien dapat

Klien mengikuti DAK: stimulasi persepsi

Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (nama, warna, besarnya); waktu minum obat (jika 3 kali: pkl. 07.00, 13.00, 19.00); cara minum obat Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara teratur: Beda perasaan sebelum minum obat dan sesudah minum obat Jelaskan bahwa dosis hanya boleh oleh dokter Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur, misalnya: penyakitnya kambuh Diskusikan tentang proses minum obat: Klien meminta obat kepada perawat (jika di rumah) Klien memeriksa obat sesuai dosisnya Klien meminum obat pada waktu yang tepat Susun jadwal minum obat bersama klien Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal kegiatan harian (selfevaluation) Validasi pelaksanaan minum obat klien Beri pujian atas keberhasilan klien Tanyakan kepada klien: Bagaimana perasaan Budi dengan minum obat secara teratur? Apakah keinginan untuk marah berkurang? Anjurkan klien untuk ikut DAK: stimulasi persepsi pencegahan

mengikuti DAK: stimulasi persepsi pencegaha n perilaku kekerasan

pencegahan perilaku kekerasan

Klien mempunyai jadwal DAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan Klien melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan DAK

perilaku kekerasan Klien mengikuti DAK: stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan (kegiatan tersendiri) Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama DAK Fasilitasi klien untuk mempraktikkan hasil kegiatan DAK dan beri pujian atas keberhasilannya Diskusikan dengan klien tentang jadwal DAK Masukkan jadwal DAK kedalam jadwal kegiatan harian klien Klien mengevaluasi pelaksanaan DAK dengan mengisi jadwal kegiatan harian (selfevaluation) Validasi kemampuan klien dalam mengikuti DAK Beri pujian atas kemampuan mengikuti DAK Tanyakan kepada klien: bagaimana perasaan Budi setelah ikut DAK? Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien Jelaskan cara-cara merawat klien: Terkait dengan cara mengontrol perilaku, marah secara konstruktif Sikap dan cara bicara Membantu klien mengenal penyebab marah dan pelaksanaan cara pencegahan perilaku kekerasan Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi Anjurkan keluarga

Klien mendapatk an dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegaha n perilaku kekerasan

Keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat klien

o o o

mempraktikkannya kepada klien selama di Rumah Sakit dan melanjutkannya setelah pulang ke rumah

Anda mungkin juga menyukai