Anda di halaman 1dari 19

CARSINOMA COLON

ANATOMI FISIOLOGI Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkoknan ( esofagus ), lambung, usus halus (duodenum, yeyunum, ileum ), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari kolon dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri dari kolon sebelah kanan ( kolon asenden ), kolon sebelah tengah atas ( kolon transversum ) dan kolon sebelah kiri ( kolon desenden ). Setelah kolon, barulah rektum yang merupakan saluran diatas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus disebut caecum , sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid. Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

DEFINISI Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu). Di negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga yang paling sering terjadi, dan menjadi penyebab kematian yang utama di dunia barat. Untuk menemukannya diperlukan suatu tindakan yang disebut sebagai kolonoskopi, sedangkan untuk terapinya adalah melalui pembedahan diikuti kemoterapi.

FAKTOR RESIKO Siapa saja yang bisa terkena kanker kolon ini ? Berikut adalah faktor-faktor yang meningkatkan resiko seseorang terkena kanker kolon : 1. Usia. Resiko meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus terjadi pada usia 60 70 an, dan jarang di bawah usia 50 kecuali dalam sejarah keluarga ada yang terkena kanker kolon ini. 2. Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Dengan dihilangkannya polip pada saat ditemukan turut mengurangi resiko terjadinya kanker kolon di kemudian hari.

3. Riwayat kanker. Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap atau pernah dirawat untuk kanker kolon beresiko untuk mengidap kanker kolon di kemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium (indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena kanker kolorektal. 4. Faktor keturunan : a. Sejarah adanya kanker kolon khususnya pada keluarga dekat. b. Penyakit FAP (Familial Adenomatous Polyposis) Polip adenomatosa familial (terjadi dalam keluarga); memiliki resiko 100% untuk terjadi kanker kolorektal sebelum usia 40 tahun, bila tidak diobati. c. Penyakit lain dalam keluarga, seperti HNPCC (Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer) penyakit kanker kolorektal non polip yang menurun dalam keluarga, atau sindroma Lynch d. Penyakit kolitis (radang kolon) ulseratif yang tidak diobati. e. Kebiasaan merokok. Perokok memiliki resiko jauh lebih besar untuk terkena kanker kolorektal dibandingkan bukan perokok. f. Kebiasaan makan. Pernah di teliti bahwa kebiasaan makan banyak daging dan sedikit buah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal. g. Sedikit beraktivitas. Orang yang beraktivitas fisik lebih banyak memiliki resiko lebih rendah untuk terbentuk kanker kolorektal. h. Inveksi Virus. Virus tertentu seperti HPV (Human Papilloma Virus) turut andil dalam terjadinya kanker kolorektal. PATOFISIOLOGI Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menysusp serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).

TINGKATAN / STAGING / STADIUM KANKER KOLON Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi TNM, klasifikasi Dukes, namun yang akan saya jabarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut (mirip dengan klasifikasi Dukes) : Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain

GEJALA Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala umum keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran yang bermakna di usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya makin banyak. Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran (metastasis). 1. Gejala lokalnya adalah : Perubahan kebiasaan buang air Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare) Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin tapi sudah tidak bisa keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses). Keduanya adalah ciri khas dari kanker kolorektal Perubahan wujud fisik kotoran/feses Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat buang air besar Feses bercampur lender Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya perdarahan di saluran pencernaan bagian atas Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih (timbul darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau, muncul lendir berlebihan, dll). Gejalagejala ini terjadi belakangan, menunjukkan semakin besar tumor dan semakin luas penyebarannya

2. Gejala umumnya adalah : Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling umum di semua jenis keganasan) Hilangnya nafsu makan Anemia, pasien tampak pucat Sering merasa lelah Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang

3. Gejala penyebarannya (Metastasis) adalah : Penyebaran ke Hati, menimbulkan gejala : Penderita tampak kuning Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter Timbul suatu gejala lain yang disebut paraneoplastik, berhubungan dengan peningkatan kekentalan darah akibat penyebaran kanker.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Kanker kolorektal dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk berkembang, sehingga deteksi dini sangat berpengaruh terhadap kemungkinan sembuhnya. Bila Anda termasuk seseorang yang beresiko untuk terkena, ada baiknya Anda melakukan pemeriksaan screening. Pemeriksaan itu adalah :
1.

Pemeriksaan rektal dengan jari (Digital Rectal Exam), di mana dokter memeriksa keadaan dinding rektum sejauh mungkin dengan jari; pemeriksaan ini tidak selalu menemukan adanya kelainan, khususnya kanker yang terjadi di kolon saja dan belum menyebar hingga rektum.

2. 3.

Pemeriksaan darah dalam tinja. Endoskopi. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat karena selain melihat keadaan dalam kolon juga bisa bertindak, misalnya ketika menemukan polip endoskopi ini dapat sekaligus mengambilnya untuk kemudian dilakukan biopsi.

4. 5. 6. 7. 8.

Pemeriksaan barium enema dengan double contrast. Virtual Colonoscopy. CAT Scan. Pemeriksaan kadar CEA (Carcino Embryonic Antigent) darah. Whole-body PET Scan Imaging. Sementara ini adalah pemeriksaan diagnostik yang paling akurat untuk mendeteksi kanker kolorektal rekuren (yang timbul kembali).

9.

Pemeriksaan DNA Tinja.

KOMPLIKASI 1. Obstruksi usus persial atau lengkap 2. Ulserasi yang menyerang pembuluh darah 3. Hemoragi 4. Perforasi yang mengakibatkan abses 5. Peritonitis

PENATALAKSANAAN 1. Pembedahan Tindakan ini dibagi menjadi Curative, Palliative, Bypass, Fecal diversion, dan Open-and-close. Bedah Curative dikerjakan apabila tumor ditemukan pada daerah yang terlokalisir. Intinya adalah membuang bagian yang terkena tumor dan sekelilingnya. Pada keadaan ini mungkin diperlukan suatu tindakan yang disebut TME (Total Mesorectal Excision), yaitu suatu tindakan yang membuang usus dalam jumlah yang signifikan. Akibatnya kedua ujung usus yang tersisa harus dijahit kembali. Biasanya pada keadaan ini diperlukan suatu kantong kolostomi, sehingga kotoran yang melalui usus besar dapat dibuang melalui jalur lain. Pilihan ini bukanlah suatu pilihan yang enak akan tetapi merupakan langkah yang diperlukan untuk tetap hidup, mengingat pasien tidak mungkin tidak makan sehingga usus juga tidak mungkin tidak terisi makanan / kotoran; sementara ada bagian yang sedang memerlukan penyembuhan. Apa dan bagaimana kelanjutan dari kolostomi ini adalah kondisional dan individual, tiap pasien memiliki keadaan yang berbeda-beda sehingga penanganannya tidak sama. Bedah

Paliatif dikerjakan pada kasus terjadi penyebaran tumor yang banyak, dengan tujuan membuang tumor primernya untuk menghindari kematian penderita akibat ulah tumor primer tersebut. Terkadang tindakan ini ditunjang kemoterapi dapat menyelamatkan jiwa. Bila penyebaran tumor mengenai organ-organ vital maka pembedahan pun secara teknis menjadi sulit, sehingga dokter mungkin memilih teknik Bedah Bypass atau Fecal Diversion (pengalihan tinja) melalui lubang. Pilihan terakhir pada kondisi terburuk adalah Open-and-Close, di mana dokter membuka daerah operasinya, kemudian secara de facto melihat keadaan sudah sedemikian rupa sehingga tidak mungkin dilakukan apa-apa lagi atau tindakan yang akan dilakukan tidak memberikan manfaat bagi keadaan pasien, kemudian di tutup kembali. Tindakan ini sepertinya sudah tidak pernah dilakukan lagi mengingat sekarang sudah banyak tersedia laparoskopi dan radiografi canggih untuk mendeteksi keberadaan dan kondisi kanker jauh sebelum diperlukan operasi.

2. Terapi Non Bedah Kemoterapi dilakukan sebagai suatu tindakan untuk mengurangi terjadinya metastasis (penyebaran), perkembangan sel tumor, mengecilkan ukurannya, atau memperlambat pertumbuhannya. Radioterapi jarang digunakan untuk kanker kolon karena memiliki efek samping dan sulit untuk ditembakkan ke bagian yang spesifik pada kolon. Radioterapi lebih sering pada kanker rektal saja. Imunoterapi sedang dikembangkan sebagai terapi tambahan untuk kanker kolorektal. Terapi lain yang telah diujicoba dan memberikan hasil yang sangat menjanjikan adalah terapi Vaksin. Ditemukan pada November 2006 lalu sebuah vaksin bermerek TroVax yang terbukti secara efektif mengatasi berbagai macam kanker. Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan sistem imun penderita untuk melawan penyakitnya. Fase ujicobanya saat ini sedang ditujukan bagi kanker ginjal dan direncanakan untuk kanker kolon. Terapi lainnya adalah pengobatan yang ditujukan untuk mengatasi metastasisnya(penyebaran tumornya). Nah selain dari terapi non bedah di atas, yang juga tak kalah pentingnya adalah Terapi Suportif. Diagnosis kanker sangat sering menimbulkan pengaruh yang sangat besar pada kejiwaan penderitanya. Karenanya dorongan dari rumah sakit, dokter, suami/istri, kerabat, keluarga, social support group sangat penting bagi penderitanya. Sebuah Nasehat :

3. Perawatannya Perawatan penderita tergantung pada tingkat staging kanker itu sendiri. Terapi akan jauh lebih mudah bila kanker ditemukan pada stadium dini. Tingkat kesembuhan kanker stadium 1 dan 2 masih sangat baik. Namun bila kanker ditemukan pada stadium yang lanjut, atau ditemukan pada stadium dini dan tidak diobati, maka kemungkinan sembuhnya pun akan jauh lebih sulit. Di antara pilihan terapi untuk penderitanya, opsi Operasi masih menduduki peringkat pertama, dengan ditunjang oleh kemoterapi dan/atau radioterapi (mungkin diperlukan).

PENCEGAHAN Deteksi dini berupa skrining untuk mengetahui kanker kolorektal sebelum timbul gejala dapat membantu dokter menemukan polyp dan kanker pada stadium dini. Bila polyp ditemukan dan segera diangkat, maka akan dapat mencegah terjadinya kanker kolorektal. Begitu juga pengobatan pada kanker kolorektal akan lebih efektif bila dilakukan pada stadium dini. Untuk menemukan polyp atau kanker kolorektal dianjurkan melakukan deteksi dini atau skrining pada orang diatas usia 50 tahun , atau dibawah usia 50 tahun namun memiliki faktor resiko yang tinggi untuk terkena kanker kolorektal. EPIDEMIOLOGI Kanker rektum atau kanker usus besar atau kolorektal termasuk penyakit ganas urutan ke-10 tersering di dunia, termasuk Indonesia. Kanker rektum biasanya ditemukan pada pria dan wanita berusia di atas 50 tahun. Seiring dengan perubahan gaya hidup, pada saat ini, 50% penderita kanker kolon berusia di bawah 40 tahun. Kanker kolon tergolong fatal karena diperkirakan 50% penderitanya meninggal akibat penyakit ini. ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian: Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah: 1. Aktivitas/istirahat: Gejala: Kelemahan, kelelahan/keletihan Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.

2. Sirkulasi: Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas Tanda: Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.

3. Integritas ego Gejala: Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual) Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat,

pembedahan) Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi. Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah.

4. Eliminasi Gejala: Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

5. Makanan/cairan Gejala: Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet) Anoreksia, mual, muntah

Intoleransi makanan

Tanda: Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot

6. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala: Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit

7. Keamanan Gejala: Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika. Tanda: Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia

8. Interaksi social Gejala: Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan) Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

9. Penyuluhan/pembelajaran Riwayat kanker dalam keluarga Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika. Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

Diagnose Keperawatan: 1. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi 2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

3. Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia 4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia Rencana tindakan: 1. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi Tujuan: tidak terjadi komplikasi Intervensi: a. Mempertahankan eliminasi b. Pantau frekuensi dan konsistensi defekasi c. Laksatif dan enema di berikan sesuai resep

2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi Tujuan: nyeri berkurang atau hilang Intervensi: a. Pantau tanda-tand fital dalam batas normal b. Ajarkan tehnik distraksi c. Ajarkan tehnik relaksasi d. Berikan analgesic sesuai resep e. Lingkungan di buat kondusif

3. Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia Tujuan: klien kembali semangat dan tidak ada keletihan fisik Intervensi: a. Toleransi aktivitas klien di kaji b. Aktivitas klien sehari-hari di ubah c. transfuse darah di berikan sesuai indikasi d. terapi komponen darah diberikan sesuai resep bila pasien menderita anemia berat e. pemberian obat penambah napsu makan f. berikan makanan yang dapat menambah darah

4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia. Tujuan: nutrisi terpenuhi Intervensi: a. Diet tinggi kalori tinggi protein dan karbohidrat b. Mempertahankan keseimabangan cairan dan elektrolit c. Nutrisi parenteral total diberikan pada beberapa pasien untuk menggantikan penipisan nutrien, vitamin dan mineral d. Kaji kemampuan makan pasien e. Berikan makanan yang dapat membantu memenuhi kekurangan nutrisi f. Penimbangan berat badan harian g. Kolaborasi dalam pemberian obat anti mual Evaluasi: 1. Pola eliminasi dalam batas normal 2. Tidak terjadi nyeri karena konstipasi 3. Aktivitas kembali normal tanpa adanya keluhan keletihan 4. Nutrisi kembali terpenuhi

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Tema Sub Tema Sasaran Tempat Hari/Tanggal Waktu

: Penyakit carsinoma colon : Perawatan carsinoma colon : Bapak H : Bangsal Di rumah sakit : Rabu, 14 Oktober 2011 : 20 Menit

A. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Bapak H dapat menjelaskan carsinoma colon.

B. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Klien Dapat: 1. Menjelaskan pengertian penyakit carsinoma colon dengan benar 2. Menjelaskan patofisiologi carsinoma colon 3. Menyebutkan faktor penyebab yang dapat menimbulkan penyakit carsinoma colon 4. Menyebutkan tanda/gejala dari penyakit carsinoma colon 5. Menjelaskan penatalaksanaan carsinoma colon

C. Materi 1. Pengertian carsinoma colon 2. Patofisiologi penyakit carsinoma colon 3. Faktor penyebab dari carsinoma colon 4. Tanda/gejala penyakit carsinoma colon 5. Penatalaksanaan penyakit carsinoma colon

D. Metode 1. Ceramah 2. Tanya jawab

E. Kegiatan Penyuluhan No Kegiatan 1. Pembukaan Penyuluh Salam pembuka Menyampaikan tujuan penyuluhan Peserta Menjawab salam Menyimak, Mendengarkan, menjawab pertanyaan 2. Kerja/ isi Penjelasan pengertian, penyebab, gejala, penatalaksanaan dan patofisiologi penyakit carsinoma rektum Memberi kesempatan peserta untuk Mendengarkan dengan perhatian Menanyakan hal-hal belum jelas Memperhatikan jawaban penceramah Menjawab pertanyaan dari yang 10 menit penuh 5 Menit Waktu

bertanya Menjawab pertanyaan Evaluasi

3.

Penutup

Menyimpulkan Salam penutup

Mendengarkan Menjawab salam

Menit

F. Media 1. Leaflet : Tentang penyakit carsinoma colon 2. Poster tentang penyakit carsinoma colon

G. Sumber/Referensi 1. Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta. 2. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta. 3. FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta. 4. Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.

H. Evaluasi Formatif :

Klien dapat memahami penyakit carsinoma colon Sumatif :

1. Klien dapat menjelaskan pengertian carsinoma colon 2. Klien mampu menjelaskan faktor penyebab dari penyakit carsinoma colon 3. Klien dapat menjelaskan tanda/gejala penyakit carsinoma colon 4. Klien mampu menjelaskan penatalaksanaan carsinoma colon

Yogyakarta, 02 Desember 2011 ` Pembimbing Penyuluh

(Ignatia Yunita S,.Kep. Ns)

(Ketut Sanjaya)

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2. Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. 3. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 4. Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 5. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai