Anda di halaman 1dari 9

MUHAMMAD PRIBADI WICAKSONO 3A

SISTEM INTEGUMEN 2

STRUKTUR HISTOLOGI PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAAN PADA PROSES PENUAAN KULIT Kulit merupakan sebuah organ kompleks yang melindungi host-nya dari lingkungan, dan di saat yang sama memungkinkan interaksi dengan lingkungan. Kulit ini lebih dari sekedar perisai statis yang tidak dapat ditembus untuk gangguan-gangguan luar. Justru, kulit adalah sebuah tatanan sel, jaringan dan elemen-elemen matriks yang kompleks dan padu yang memperantarai berbagai fungsi: kulit menjadi pembatas permeabilitas fisik, melindungi dari agen penginfeksi, termoregulasi, sensasi, perlindungan dari sinar ultraviolet, perbaikan dan regenerasi luka, dan penampilan fisik luar. Berbagai fungsi kulit ini diperantarai oleh satu atau lebih daerahdaerah utama yang terdapat dalam kulit yaitu eoidermis, dermis dan hipodermis. Lapisan-lapisan ini merupakan unit-unit fungsional yang saling tergantung; setiap daerah kulit bergantung pada dan terhubung dengan jaringan di sekitarnya untuk regulasi dan modulasi struktur dan fungsi normal pada tingkat molekuler, seluler, dan jaringan. Meskipun epidermis dan stratum korneum terluarnya mewakili sebagian besar pembatas fisik oleh kulit, namun integritas struktural ulit secara keseluruhan sebagian besar diberikan oleh dermis dan hipodermis. Aktivitas-aktivitas antimikroba diberikan oleh sistem kekebalan alami dan sel-sel dendritik penampil antigen pada epidermis, sel-sel imun bersirkulasi yang bermigrasi dari demis, dan sel-sel penampil antigen dari dermis. Perlindungan dari sinar UV sebagian besar diberikan oleh sel-sel permukaan yang paling superfisial dari epidermis. Inflamasi dimulai dengan keratinosit-keratinosit epidermis atau sel-sel imun dermis, dan perangkat sensoris yang berasal dari saraf-saraf yang pada awalnya melintasi hipodermis ke dermis dan epidermis, dan berujung pada orga-organ reseptir khusus atau ujung-ujung saraf bebas. Pembuluh darah yang paling besar pada kulit ditemukan dalam hipodermis, yang berfungsi untuk mentransport gizi dan sel-sel imigran. Perjalanan limfatik kutaneous dalam dermis dan hipodermis, berfungsi utnuk menyaring debris dan meregulasi hidrasi jaringan. Apendase epidermal memberikan fungsi protektif dan sensoris khusus. Kulit juga menentukan kenampakan fisik seseorang, yang dipengaruhi oleh pigmentasi yang dihasilkan melanosit, dengan kontur-kontur tubuh, penampilan usia, dan kerusakan aktinik yang dipengaruhi oleh dermis, epidermis, dan hipodermis. Kulit

mulai terorganisir selama embriogenesis, dimana sinyal-sinyal interseluler dan intraseluler, serta hubungan resiprok antara laposan-lapisan jaringan berbeda, bersifat sebagai instrumen dalam mengatur pematangan akhir dari berbagai komponen kulit. Berikut adalah pemaparan terpadu tentang sifat-sifat struktural utama kulit dan bagaimana struktur-struktur ini mencapai fungsi utamanya, diikuti dengan sebuah review tentang asal-usul embriologinya. Juga disinggung penyakit-penyakit kutaneous ilustratif yang terjadi ketika fungsi-fungsi ini terganggu. Pemahaman basis genetika dan molekuler penyakit kulit telah menguatkan dan mengungkap banyak faktor dan elemen-elemen regulatory yang memegang peranan penting dalam fungsi kulit. EPIDERMIS Salah satu komponen kulit yang paling penting dan paling tampak adalah epidermis. Epidermis merupakan sebuah struktur yang terus memperbaharui diri sehingga menghasilkan struktur-struktur turunan yang disebut apendase (unit-unit pilosebsea, kuku, dan kelenjar keringat). Epidermis memiliki ketebalan yang berkisar antara 0,4 sampai 1,5 mm, berbanding dengan 1,5 sampai 4,0 mm ketebalan seluruh kulit. Kebanyakan sel dalam epidermis adalah keratinosit yang diorganisir menjadi empat lapisan, yang diberi nama sesuai posisi atau sifat struktural dari sel. Sel-sel ini secara progresif berdiferensiasi dari sel-sel basal proliferatif, melekat pada membran dasar epidermal, juga melekat pada stratum korneum yang berdiferensiasi secara terminal dan berkeratin, lapisan terluar dan pembatas kulit. Keratinosit ini disela-selai pada berbagai tingkatan oleh sel-sel residen imigran melanosit, sel Langerhans, dan sel Merkel. Sel-sel lain, seperti limfosit, adalah penghuni sementara dari epidermis dan sangat jarang pada kulit normal. Ada banyak perbedaan antara epidermis dan apendasenya, beberapa dari perbedaan ini tampak secara kasar, seperti ketebalan (seperti kulit palmoplantar dan kulit trunkus, sedangkan perbedaan lainnya hanya dapati diamati dengan mikroskop). Perubahan-perubahan patologik pada epidermis bisa terjadi sebagai akibat dari beberapa stimuli: trauma mekanis yang berulang, inflamasi, infeksi, aktivitas sistem imun dan kelainankelainan sitokin, autoantibodi, atau cacat-cacat genetik yang mempengaruhi diferensiasi atau protein-protein struktural.

Lapisan-Lapisan Epidermis Lapisan basal. Keratinosit merupakan sebuah sel terbentuk secara ektodermal dan merupakan tipe sel utama dalam epidermis, mewakili sekurang-kurangnya 80 persen total sel. Peran akhir dari sel-sel ini adalah memberikan kontribusi bagi komponen untuk pembatas epidermal seperti stratum korneum. Sehingga, banyak dari fungsi epidermis yang bisa diperoleh dari kajian terhadap struktur dan perkembangan keratinosit. Diferensiasi keratinosit (keratinisasi) merupakan serangkaian perubahan morfologi dan kejadian metabolik yang kompleks, teregulasi, dan terprogram yang hasil akhirnya adalah keratinosit mati yang berdiferensiasi secara terimal yang mengandung protein matriks berfilamen, dan sebuah membran plasma yang diperkuat protein dengan lipid yang terkait permukaan. Keratin adalah famili dari filamen-filamen intermediet dan merupakan penanda dari semua sel eipdermal, termasuk keratinosit. Mereka memilik peraan struktural dalam sel. Lapisan basal (stratum germinativum) mengnadung keratinosit-keratinosit yang berbentuk kolumnar dan aktif secara mitotik yang melekat melalui filamen-filamen keratin (K5 dan K14) ke zona membran dasar pada hemidesmosom, yang melekat ke sel lain di sekelilingnya melalui desmosom, yang menghasilkan sel dari lapisan epidermal berdiferensiasi yang lebih ke permukaan. Analisis ultrastruktural menunjukkan keberadaan vakuola-vakuola terikat membran yang mengandung melanosom-melanosom berpigmen yang ditransfer dari melanosit melalui fagositosis. Pigmen dalam melanosom memberikan kontribusi bagi pigmentasi kulit secara keseluruhan yang dapat dilihat secara makroskopis. Lapisan basal adalah lokasi utama untuk selsel epidermis yang aktif secara mitotik. Kajian kinetika sel menunjukkan bahwa sel-sel lapisan basal menunjukkan potensial-potensial proliferatif berebda (sel-sel batang, sel-sel

pengamplifikasi sementara, dan sel-sel postmitotik), dan penelitian in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa ada sel-sel batang epidermal yang hidup lama. Karena sel-sel basal bisa berekspansi dalam kultur jaringan dan digunakan untuk merekonstitusi epidermis yang cukup untuk menutupi seluruh permukana kulit dari pasien yang mengalami luka bakar, maka dianggap mengandung sel-sel batang berumur lama dengan potensi proliferatif yang ekstensif.

Banyak data yang medukung eksistensi sel-sel batang epidermal multipotensial dalam daerah bulge folikel rambut berdasarkan sifat-sifatnya. Sel-sel dari dari daerah ini mampu berkontribusi bagi pembentukan tidka hanya seluruh unit pilosebasea, tetapi juga berkontribusi bagi epidermis folikular. Eksistensi sebuah populasi progenitor tambahan dari sel, dalam lapisan basal epidermal permukaa, juga didukung oleh beberapa bukti, baik in vitro maupun in vivo. Sel-sel badant basal putatif ini tampaknya klobogenik, berkembang dengan cepat melalui fase-S dari siklus sel, dan membelah tidak sering selama pembaharuan sendiri yang stabil. Disamping itu, mereka mampu melakukan pembelahan sel sebagai respon terhadap agen-agen eksogen dan endogen. Banyak eksperimen yang telah mengidentifikasi bahwa keratinosit terorganisir ke dalam kolom-kolom vertikal dari sel-sel yang berdiferensiasi dengan progresif, yang disebut unit proliferasi epidermal. Tipe kedua dari sel, sel pengamplifikasi sementara dari lapisan basal, muncul sebaai sebuah sub-kelompok sel saudara yang dihasilkan dengan pembelahan sel-sel batang yang tidak sering. Sel-sel ini memberikan banyak pembelahan sel yang diperlukan untuk pembaharuansendiri yang stabil dan merupakan sel paling umum dalam bagian basal. Setelah mengalami beberapa pembelahan sel, sel-sel ini melahirkan kelompok sel basal epidermal ketiga, sel-sel postmitotik yang mengalami diferensiasi terminal. Walaupun telah lama diyakini terlepas dari lamina basal untuk bermigrasi ke posisi yang lebih dangkal dalam epidermis, namun bukti terbaru telah menunjukkan bahwa pembelahan sel-sel basal asimetris yang relatif terhadap membran dasar bisa secara langsug melahirkan sel saudara yang berdiferensiasi suprabasal. Pada manusia, waktu transit normal untuk sebuah sel basal, mulai sejak kehilangan kontak dengan lapisna basal sampai memasuki stratum korneum, adalah sekurang-kurangnya 14 hari. Transit melalui stratum korneum dan deskuamasi selanjutnya memerlukan 14 hari lagi. Periode-periode waktu ini bisa berubah pada keadaan-keadaan hiperproliferatif atau keadaan-keadaan yang tertunda pertumbuhan. Lapisan spinous. Bentuk, struktur, dan sifat subseluler sel-sel spinous terkait dengan posisinya dalam epidermis-tengah. Disebut lapisan spinous karena kenampakannya batas-batasn selnya yang mirip jarum pada pemeriksaan histologis. Sel spinous suprabasal berbentuk

polihedral dengan nukleus yang bulat. Ketika sel-sel ini berdiferensiasi dan bergerak ke atas epidermis, mereka menjadi lebih datar dan melahirkan organel-organel yang disebut lamellar granules. Sel-sel spinous juga mengandung banyak filamen keratin, yang terorganisir di sektiar nukleus dan disisipkan kedalam desmosom secara perifer. Sel-sel spinous mempertahakan keratin K5/K14 stabil yang dihasilkan dalam lapisan basal tetapi tidak mensintesis mRNA baru untuk protein-protein ini, kecuali pada penyakitpenyakit hiperproliferatif. Sebagai gantinya, sistesis baru pasangan keratin K1/k10 terjadi pada lapisan epidermal ini. Keratin-keratin ini adalah ciri khas pola diferensiasi epidermal sehingga disebut sebagai keratin spesifik-diferensiasi atau keratin spesifik-keratinisasi. Pola diferensiasi normal ini berubah menjadi jalur alternatif dalam keadaan hiperproliferatif. Pada kondisi-kondisi seperti psoriasis, keratosa aktinik, dan penyembuhan luka, sintesis mRNA K1 dan K10 dan protein dikurangi, dan sintesis dan translasi pesan untuk K6 dan K16 ditingkatkan. Yang berkorelasi dengan perubahan ekspresi keratin ini adalah gangguan diferensiasi normal dalam lapisan epidermal granular dan cornified selanjutnya. mRNA untuk K6 dan K16 normalnya terdapat dalam epidermis, tetapi pesan ini hanya ditranslasi apada stimulasi proliferasi. Jarum dari lapisan spinous merupakan desmosom yang melimpah jumlahnya, modifikasi-modifikasi permukaan sel dependen-kalsium yang mempromosikan adhesi sel-sel epidermal dan resistensi terhadap stress mekanis. Dalam masing-masing sel terdapat plak desmosomal, yang mengandung polipeptida plakoglobin, desmoplakin I dan II, keratokalmin, desmoyokin, dan plakophilin. Glikoprotein transmembran desmogelin 1 dan 3 dan desmokolin I dan II, anggota dari famili cadherin memberikan sifat-sifat adhesif pada bagian ekstraseluler dari desmosom, yang dikenal sebagai inti. Sedangkan domain ekstraseluler dari cadherin membentuk bagian inti, domain intraseluler masuk ke dalam plak, menghubungkannya dengan sitoskeleton filamen intermediet (keratin). Walaupun desmosom terkait dengan sambungansambungan adheren, yang terakhir ini terkait dengan mikrofilamen aktin pada interfase sel sel, melalui sebuah kumpulan achderin yang berbeda (misalnya E-cadherin) dan molekul pengadaptasi katenin intraseluler. Regenerasi Kulit

Dalam regenerasi ini ada 3 lapisan yang diperhitungkan, yaitu epidermis, dermis dan subcutis. Regenerasi kulit dipengaruhi juga oleh faktor usia, dimana semakin muda, semakin bagus regenerasinya.

PROSES PENUAAN KULIT terbagi atas 2 proses, yaitu : A. Penuaan kronologi (chronological aging) B. 'Photo aging'. A. Penuaan Kronologis Tanda nya : Adanya perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis; Munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot). B. 'photo aging'. Proses yg menunjukkan berkurangnya jumlah kolagen dan serat elastindari kulit elastin kulit aki bat dari paparan sinar UV matahari. -KolagenKomponen utama lapisan kulit dermis (bagian bawah epidermis) yang dibuat oleh sel fibroblast. Merupakan senyawa protein rantai panjang tersusun atas asam amino alanin,arginin, lisin, glisin, prolin, serta hiroksiproline. -Hal-hal yang mempengaruh penuaan- Faktor internal, yaitu:

a. Keturunan (genetik), pada orang tertentu cenderung berjenis kulitkering dan mengalam i penuaan lebih awal. b. Ras, kulit putih cenderung lebih mudah terbakar matahari, lebih mudahterjadi kulit me nua dini, maupun terjadinya pra kanker atau kankerkulit dibanding kulit berwarna. c. Hormonal, hormon sangat erat hubungannya dengan usia, pada wanita yang memasuki menopause, fungsi ovariumnya menurun sehingga estrogen yang di produksi berkuran g. d. Penyakit kronis seperti diabetes, kanker, penyakit autoimun dan lain lain dapat memud ahkan terjadinya proses penuaan dini. e. Kurang gizi (malnutrisi), misalnya kekurangan protein dan vitaminmenyebabkan reaksi b iologis tubuh menjadi terganggu sehinggaproses penuaan menjadi lebih awal. Faktor eksternal Pengaruh sinar matahari. Dianggap patologis karena paparan sinar matahari (photodamage). Daerah yang sering terkena terutama wajah, leher dan punggung tangan.Perubahan yang tampak adalah kombinasi proses penuaan ekstrinsik maupun intrinsik. Dikatakan 80% penuaan pada dini (Uitto, 1997). Efek berbahaya sinar UVA dan UVB pada kulit adalah terjadinya kerusakan sel, jaringan dan enzim- enzim tertentu oleh karena pembentukan radikal bebas. TANDA KLINIS PENUAAN a.Kulit kering b.Permukaan kulit kasar dan bersisik c.Bercak pigmentasi yang tidak merata di permukaan kulit d.Pembentukan tumor baik jinak maupun ganas wajah merupakan tanda photoaging, walaupun faktor seperti merokok,alcohol, stres dan lain lainnya berperan pula pada proses timbulnya kerut wajah terjadi kerusakan jaringan akibat

STRUKTUR KULIT (PADA PERSARAFAN DAN TERMOREGULATOR) Permukaan kulit mengandung saraf-saraf yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda. Ujung saraf tersebut yaitu sebagai berikut :

Paccini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap rangsangan berupa tekanan, letaknya di sekitar akar rambut. Ruffini, merupakan ujung saraf pada kulit yang peka terhadap rangsangan panas. Meisner, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap sentuhan. Krause, merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap rangsangan dingin. Lempeng Merkel, merupakan ujung perasa sentuhan dan tekanan ringan, terletak dekat permukaan kulit. Ujung saraf tanpa selaput, merupakan ujung saraf perasa nyeri

TERMOREGULASI PADA MANUSIA Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan.Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Mausia menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam termoregulasi Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu tubuh inti telah melewati

batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37C. apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan terangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.. Tubuh kita dilengkapi berbagai sistem pengaturan canggih, termasuk pengaturan suhu tubuh. Manusia memiliki pusat pengaturan suhu tubuh (termostat), terletak di bagian otak yang disebut dengan hipotalamus. Pusat pengaturan suhu tubuh itu mematok suhu badan kita di satu titik yang disebut set point. Hipotalamus bertugas mempertahankan suhu tubuh agar senantiasa konstan, berkisar pada suhu 37C. Itu sebabnya, di mana pun manusia berada, di kutub atau di padang pasir, suhu tubuh harus selalu diupayakan stabil, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang mampu beradaptasi. Termostat hipotalamus bekerja berdasarkan asupan dari ujung saraf dan suhu darah yang beredar di tubuh. Di udara dingin hipotalamus akan membuat program agar tubuh tidak kedinginan, dengan menaikkan set point alias menaikkan suhu tubuh. Caranya dengan mengerutkan pembuluh darah, badan menggigil dan tampak pucat. Sedangkan di udara panas, hipotalamus tentu saja harus menurunkan suhu tubuh untuk mencegah heatstroke. Caranya dengan mengeluarkan panas melalui penguapan. Pembuluh darah melebar, pernapasan pun menjadi lebih cepat. Karena itu, pada saat kepanasan, selain berkeringat, kulit kita juga tampak kemerahan (flushing). Organ Pengatur Suhu Tubuh -Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah Hypothalamus, Hipothalamus ini dikenal sebagai thermostat yang berada dibawah otak. -Hipothalamus anterior berfungsi mengatur pembuangan panas -Hipothalamus posterior berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas -Mekanisme pengaturan suhu -Kulit --> Reseptor ferifer --> hipotalamus (posterior dan anterior) --> Preoptika hypotalamus --> Nervus eferent --> kehilangan/pembentukan panas

Anda mungkin juga menyukai