Pengantar
Lumpur Pemboran (Drilling Fluid, Drilling Mud) merupakan salah satu sarana penting
dalam operasi pemboran sumur-sumur minyak dan gas bumi untuk mencapai target yang
direncaanakan. Ia berupa larutan (suspensi) berbagai bahan kimia dan mineral didalam air
atau minyak dengan komposisi tertentu, sehingga nampak seperti lumpur dan karena itu
diberi nama lumpur pemboran. Lumpur bor ini bekerja dengan jalan disirkulasikan meng-
gunakan pompa lumpur (Mud Pump) yang kuat, masuk kedasar lubang melalui pipa bor
dan naik kepermukaan melalui annulus (ruang antara pipa bor dan dinding sumur) sambil
membawa tahi bor (cuttings). Dipermukaan terdaapat tangki-tangki pengendap dan alat-
alat pemisah (Solid Control Equipment) untuk memisahkan dan membersihkan lumpur
dari cuttings, untuk kemudian disrkulasikan kembali kedalam lubang bor. Tekanan dari
pompa oleh lumpur ditransformasikan menjadi energi hydraulik yang dipakai untuk men-
jalankan fungsi fungsi external seperti mengankut cutting, membersihkan bit, memutar
mud motor dalam pemboran berarah. Disamping itu lumpur juga memiliki potensi energi
yang berasal dari bahan-bahan kimia dan mineral yang dikandungnya (potensi fisiko-
kimia) untuk menjalankan fungsi internal seperti menigkatkan kekentalan, berat jenis
(tekanan hydrostatis), enkapsulasi (mencegah disinegrasi), gel strength (mencegah
pengendapan cutting) dsb.
Sesuai dengan lithologi dan stratigrafi yang berbeda-beda untuk setiap lapangan, serta
tujuan pemboran yang berbeda-beda (eksplorasi, pengembangan, kerja ulang) kita
mengenal type/ sistim lumput yang berbeda-beda pula.seperti:
Seperti kita ketahui, berbagai aditif berupa bahan kimia (baik yang diproduksi khusus
untuk keperluan lumpur pemboran maupun bahan kimia umum) dan mineral dibutuhkan
untuk memberikan karakeristik pada lumpur pemboran. Bahan-bahan tesebut dapat
diklasifikasi sebagai berikut:
Majalah World Oil setiap beberapa sekali tahun menerbitkan edisi khusus “Drilling
Fluids Products Files” yang memuat nama perusahaan, nama bahan kimia lumpur yang
diproduksi serta fungsinya masing-masing dari seluruh Dunia. Dalam Edisi tahun 2000
tercatat lebih dari 100 perusahaan dengan ribuan merk dagang produk-produknya.
Di Indonesia sebagian produk-produk itu diimport dan sebagian diproduksi dalam negeri.
Nampak dari uraian diatas bahwa untuk membuat program, formulasi serta pengelolaan
serta evaluasi performance lumpur pemboran diperlukan pengetahuan dan keahlian
tersendiri.
Mud Engineering adalah keahlian rekayasa dibidang lumpur pemboran yang berbasis
ilmu-ilmu geologi, kimia, mekanikan fluida dan perminyakan. Cabang Engineering ini
telah tumbuh bersama dengan keahlian-keahlian lain dalam industri pemboran minyak
dan gas bumi dan proses alih teknologinya ke Indonesia sudah berjaalan sejak tahun tujuh
puluhan. Disamping harus merekrut dan mendidik Mud Engineers, prusahaan lumpur
juga harus memiliki laboratorium baik untuk penyiapan program lumpur menggunakan
pilot testing, monitoring kwalitas lumpur dilapangan maupun untuk meneliti kwalitas
produk-produk yang akan dipakai.
Pengetahuan tentang lumpur pemboran bukan hanya harus dikuasai oleh perusahaan
Lumpur (Service Company) tetapi juga oleh Oil Company serta Drilling Contractor. Perlu
diketahui bahwa meskipun Mud Company memiliki tangggung jawab yang besar,
peralatan seperti Mud Pump, Solid Control Equipment adalah milik dan dioperasikan
oleh Drilling Contractor. Program Lumpur dapat gagal apabila kedua pihak tersebut tidak
memberikan kerjasama yang cukup.
Dibandingkan dengan jumlah biaya keseluruhan sebuah sumur, biaya lumpur hanyalah
berkisar sekitar 8 – 10%. Biaya-biaya lain diantaranya:Sewa Menara Bor (Rig Rental
Cost), Pemakaian Pahat (Bit Cost), Pemakaian Pipa Serubumbung (Casing & Tubing
Cost), Biaya Semen (Cementing Cost), Logging Cost dsb.
Namun demikian lumpur dapat memberikan pengaruh sampai 60 – 70% terhadap jumlah
biaya tersebut. Formulasi dan penanganan lumpur yang tidak benar dapat mengakibatkan
biaya keseluruhan membengkak. Sebagai contoh, kadar padatan (solid content) yang tak
terkontrol menyebabkan kendala-kendala sbb:
Performance Lumpur yang rendah bahkan dapat berakibat fatal, misalnya bila sampai
terjadi blow-out, atau pori-pori formasi tersumbat sehingga sumur tidak dapat diproduksi.