Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan dan bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis,

keterampilan sosial penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani adalah sangat penting memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat secara langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani. Guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga. Internalisasi nilai-nilai (Sportifitas,jujur,kerjasama). Pelaksanaannya bukan hanya melalui pengajaran didalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah besarnya partisipasi siswa dalam mengambil bagian dalam kegiatan belajar, maka akan berhasil pula kegiatan pembelajaran tersebut. Belajar akan memberikan hasil yang baik apabila disertai dengan aktivitas siswa. Disamping keaktivan peserta didik, guru pendidikan jasmani harus memiliki kemampuan yang luas tentang model pembelajaran, memiliki kreativitas yang tinggi dalam memodifikasi. Dengan

demikian guru dapat menyesuaikan fasilitas yang tersedia sehingga pendidikan jasmani dapat terlaksana dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani sering kali membuat siswa menjadi pasif menunggu giliran atau menunggu mendapat alat pada pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih resmi sering kali waktu habis hanya untuk mengelola kelas. Permainan dan olah raga seperti ini hendaknya dimodifikasi sehingga semua siswa aktif dalam waktu yang sama. Kondisi ini salah satu diantaranya disebabkan karena guru masih menggunakan pendekatan Teacher Centered dan sering kali mengabaikan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Child Centered yang berguna untuk meningkatkan keterampilan anak dalam membuat keputusan belajar dan dapat membuat anak menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan senantiasa dicari, diteliti dan diupayakan melalui kajian berbagai komponen pendidikan. Dalam meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik sebagai salah satu indikator upaya yang langsung dan paling realistis, upaya tersebut diarahkan untuk dapat menghasilkan kualitas pengajar. Sebagai salah satu proses yang diharapkan dapat menghasilkan kualitas belajar para siswa. Hal ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditujukan, untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam mengemban identitas budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang membangun integritas sosial serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional (Susilo,2007:10-11)
2

Akhir-akhir ini pembelajaran kontekstual ( Contextual Teaching and Learning - CTL ) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang banyak dibicarakan orang. Ada yang menganggap bahwa CTL adalah "Mukanya" kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Artinya CTL merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan KBK (Sanjaya,2006:109). Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktifitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. CTL menempatkan siswa sebagai subyek belajar yang mana siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. Semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang mereka peroleh. Pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Dalam konteks CTL, Sanjaya (2006:110) menjelaskan : "Proses belajar pendidikan jasmani tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar sekolah dengan kehidupan nyata. Dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola prilaku siswa seperti pola berfikir, pola bertindak dan kemampuan memecahkan persoalan". Fenomena yang terjadi selama ini dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah peran guru masih sangat mendominasi sehingga siswa hanya menerima pelajaran dan mereka tidak dapat belajar sesuai dengan tahap

perkembangannya. Tidak heran juga bagi sebagian siswa yang kurang senang terhadap pendidikan jasmani yang menganggap bahwa pendidikan jasmani merupakan pelajaran yang membosankan karena apa yang diajarkan oleh sebagian kecil guru sangat monoton. Mereka juga beranggapan bahwa
3

pendidikan jasmani ini hanyalah pendidikan rekreasi, dimana dengan berolahraga mereka dapat memperoleh kesenangan, menghilangkan kejenuhan berolahraga mereka dapat memperoleh kesenangan, menghilangkan kejenuhan waktu yang setiap harinya berhadapan dengan beraneka materi pelajaran kelas yang menguras pikiran. Disitulah muncul problem pengalaman menunjukkan, keterampilan proses kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani belum terlaksana seperti apa yang menjadi tujuan kurikulum. Dengan pembelajaran kontekstual diharapkan guru dapat memahami tipe belajar dalam dunia siswa dan menyesuaikan gaya mengajar tersebut terhadap gaya belajar siswa. Agar proses pembelajaran tidak dianggap sebagai proses pemaksaan kehendak, guru perlu memandang siswa sebagai subyek belajar dengan segala keunikannya, karena siswa adalah organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk membangun

pengetahuannya sendiri.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Adakah pengaruh penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Child Centered terhadap hasil belajar Dribbling Sepak Bola ?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Child Centered terhadap hasil belajar Dribbling Sepak Bola pada siswa putera kelas X MAN 2 Gresik

D. Pentingnya Masalah Untuk Diteliti Dengan adanya penelitian ini diharapkan : 1. Dapat memperluas wawasan guru tentang teori belajar dan model pembelajaran yang efektif. 2. Dapat memperluas wawasan peneliti tentang permasalahan pembelajaran disekolah sehingga kreatif menemukan solusinya.

E. Definisi Operasional, Asumsi dan Keterbatasan 1. Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah penafsiran yang berbeda maka perlu kiranya penulis memberikan definisi sebagai berikut : a. Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Sanjaya (2006:109) diartikan sebagai : "Suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka". b. Pembelajaran Dribbling Sepak Bola menurut Robert Koger (2007:51) diartikan sebagai :
5

"Suatu bentuk pembelajaran dasar permainan Sepak Bola untuk menggiring bola dari satu titik ke titik lain dengan menggunakan kaki yang gerak (teknik) dasarnya dilakukan dengan cara-cara yang benar agar dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dasar tentang permainan ini". 2. Asumsi Dalam penelitian ini di asumsikan bahwa sampel yang dilibatkan adalah sama-sama berada dalam sekolah dan dalam kelas yang sama, mereka juga mendapatkan mata pelajaran pendidikan jasmani yang materinya sama.

3. Keterbatasan Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka penelitian ini dibatasi masalahnya pada Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan Child Centered Terhadap Hasil Belajar Dribbling Sepak Bola pada siswa putera kelas X MAN 2 Gresik dengan jumlah siswa 36 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki kelas X.4 dan 18 siswa laki-laki kelas X.5 dengan tinjauan melalui dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek psikomotor.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Contextual Teaching and Learning 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Sanjaya (2006 :109) diartikan sebagai : "Suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka". 2. Rasional Pembelajaran melalui Contextual Teaching and Learning (CTL) pada dasarnya mendorong agar siswa dapat mengkonstruksikan pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. Pembelajaran CTL merupakan belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. Pengetahuan bukan hasil "Pemberian" dari
7

orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengonstruksi yang dilakukan setiap individu. Sanjaya (2006:111) mengungkapkan bahwa "Pengetahuan hasil dari pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna". (Sanjaya,2006:111). Dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap polapola prilaku manusia seperti pola berfikir, pola bertindak dan kemampuan memecahkan persoalan. CTL sebagai suatu pembelajaran memiliki 7 azas yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran, diantaranya yaitu : 1. Konstruktivisme Adalah proses membangun / menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. 2. Inkuiri Adalah proses pembelajaran di dasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. 3. Bertanya (Questioning) Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. 5. Pemodelan (Modeling) Adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. 6. Refleksi (Reflection) Adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadiankejadian / peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. 7. Penilaian Nyata (Authentic Assesment) Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perorangan belajar yang dilakukan siswa. (Sanjaya, 2006:120)

B. Hakikat Pembelajaran Kata "Pembelajaran" adalah terjemahan dari "Instruction", yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat (Sanjaya,2006:78). Proses belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Perubahan tersebut dapat kita lihat dari adanya gejalagejala perubahan perilaku yang tampak. Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran adalah pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang diberikan disekolah. Sedangkan mata pelajaran itu sendiri adalah pengalaman manusia yang disusun secara sistematis dan logis kemudian diuraikan dalam bukubuku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu yang harus dikuasai siswa. Macam-macam bentuk pengalaman belajar adalah pengalaman mental, pengalaman fisik dan pengalaman sosial. Pengalaman mental dapat berupa membaca buku, mendengarkan ceramah, dan menonton tv atau film. Pengalaman fisik memanfaatkan seluruh indera ketika menggali informasi yang berupa pengamatan, percobaan, penelitian, kunjungan, study tour, pembuatan buku harian. Sedangkan pengalaman sosial dapat berupa wawancara, bermain peran, diskusi, kerja bakti, pameran dan lain-lain. Prinsip-prinsip KBM dalam KBK adalah : a. Belajar berpusat pada siswa

1. Guru harus menyadari bahwa bakat, minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar setiap anak-berbeda-beda. 2. Guru didalam KBM mengorganisasi kelas, memberikan materi pelajaran, mengatur waktu belajar perlu beragam sesuai dengan karakteristik siswa. 3. Siswa perlu didorong untuk mengembangkan potensinya secara optimal. 4. Tanggung jawab guru menciptakan situasi belajar yang kondusif.

b. Belajar dengan melakukan 1. Dalam KBM harus memberikan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. 2. Dalam KBM harus memberikan kesempatan pada siswa untuk memikirkan, menganalisa, melakukan dan menyimpulkan sendiri sebagai hasil belajar. c. Belajar mengembangkan kemampuan sosial 1. Dalam KBM perlu dirancang dalam bentuk diskusi agar siswa saling bertanya dan saling berinteraksi. 2. Dengan diskusi siswa dapat bersosialisasi menghargai perbedaan pendapat, kemampuan, sikap dan prestasi teman dikelas. 3. Dengan diskusi siswa berlatih untuk bekerja sama saling pengertian. d. Belajar mengembangkan keingintahuan 1. Rasa ingin tahu bagi setiap insan adalah fitrah. 2. Rasa ingin tahu bagi setiap siswa adalah model untuk berkreatif.

10

3. Rasa ingin tahu adalah wujud bahwa yang bersangkutan memiliki sikap yang dinamis. e. Belajar mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah 1. KBM hendaknya mampu mendorong siswa untuk mengidentifikasi masalah dan memecahkannya. 2. KBM hendaknya mampu merangsang siswa untuk secara aktif mencari jawaban atas permasalahan yang muncul.

f. Belajar mengembangkan kreatifitas siswa KBM perlu dirancang untuk memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi, berfikir, berimajinasi, mengingat potensi siswa yang berbeda. g. Belajar mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. KBM perlu memberikan kesempatan dan peluang memperoleh informasi dan berbagai multi media. h. Belajar menumbuhkan kesadaran sebagai warga Negara yang baik l. KBM perlu memberikan wawasan nilai-nilai moral dan nilai sosial anak. 2. KBM diharapkan mampu menggugah kesadaran siswa akan kemajemukan bangsa akibat beragamnya latar belakang geografis, Sosbud dan Agama. 3. KBM hendaknya mampu menggugah kesadaran siswa akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara yang baik. i. Belajar sepanjang hayat

11

1. KBM hendaknya mapu menanamkan rasa percaya diri, kemampuan memahami orang lain, mampu berkomunikasi dan bekerja sama. 2. KBM hendaknya mampu mendorong semangat siswa untuk terus belajar kapan saja, dimana saja, dari siapa dan dalam kondisi apa saja. Makna proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Oriented) tidak menganggap siswa sebagai obyek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru. Melainkan siswa ditempatkan sebagai subyek yang belajar sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya, oleh sebab itu materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan guru, akan tetapi memperhatikan setiap perbedaan siswa. Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam kurikulum 2004 yang dikutip pada buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup Melalui Pendidikan Jasmani dan Olahraga dinyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran pendidikan jasmani adalah sebagai berikut : 1. Meletakkan landasan karakter kepribadian yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani; 2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap social dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama; 3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar pendidikan jasmani. 4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan dan olahraga. 5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga seperti : permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri /

12

6.

7. 8. 9.

senam,aktivitas ritmik, akustik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (outdoor education ). Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifar rekreatif. (depdiknas,2004:27-28)

C. Dribbling Sepak Bola Sepak Bola adalah salah satu olahraga paling populer di dunia. Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Sepak bola berkembang dengan pesat dikalangan masyarakat karena permainan ini dapat dimainkan oleh lakilaki dan perempuan ; anak-anak, dewasa dan orang tua. Dalam dunia pendidikan banyak yang merasakan bahwa sepak bola adalah olahraga menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur dan menyehatkan. Mendribble adalah salah satu teknik dasar sepak bola yang pertama diperkenalkan kepada para pemula, karena keterampilan ini sangat penting bagi setiap pemain yang terlibat dalam pertandingan sepak bola. Dribbling adalah metode menggerakkan bola dari satu titik ketitik lain dilapangan dengan menggunakan kaki. karena semua pemain harus mampu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan. Bola harus selalu dekat dengan kaki agar mudah dikontrol, pemain tidak boleh terus menerus melihat bola,mereka juga harus melihat ke sekeliling dengan kepala tegak agar dapat mengamati situasi lapangan dan
13

mengawasi gerak-gerik pemain lainnya. Ketika pemain telah menguasai kemampuan dribbling secara efektif, sumbangan mereka didalam

pertandingan akan sangat besar. Penggunaan dribbling didalam suatu permainan tergantung pada bidang permainan, kedekatan dengan lawan dan teman satu tim, kondisi lapangan dan tentu saja keterampilan serta rasa percaya diri. Prinsip utama yang harus diingat adalah bahwa dribbling digunakan untuk menciptakan ruang. Macam-macam Dribbling menurut Danny Mielke : a. Dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam, memungkinkan seorang pemain untuk menggunakan sebagian besar permukaan kaki sehingga kontrol terhadap bola akan semakin besar. b. Dribbling dengan sisi kaki bagian luar, latihan yang baik melakukan dribbling menggunakan sisi kaki bagian luar adalah melangkah kesamping atau bergeser kesamping, bergerak menyamping dengan tetap menjaga keseimbangan tubuh lalu menggerakkan kaki untuk memulai dribbling dengan sisi kaki bagian luar. c. Dribbling menggunakan kura-kura kaki. Biasanya kura-kura kaki atau bagian punggung sepatu digunakan sebagai bidang tendangan utama untuk melakukan dribbling untuk bergerak cepat di lapangan.

14

BAB III METODE PENELITIAN

A. Perencanaan Penelitian Langkah awal dari proses ini adalah membuat proposal penelitian yang diajukan kedosen pembimbing skripsi yang kemudian proposal diajukan kekomisi skripsi. Adapun langkah selanjutnya adalah : 1. Penelitian dilakukan di MAN 2 Gresik. Peneliti mengajukan ijin penelitian kepada kepala sekolah MAN Negara Bali yang telah ditandatangani oleh Dekan Fik Unesa. 2. Setelah mendapat persetujuan, peneliti berkonsultasi dengan guru pendidikan jasmani dan memberikan penjelasan mengenai proses penelitian. 3. Menemtukan jadwal dan waktu untuk pengambilan data. 4. Menyediakan sarana dan prasarana untuk penelitian. 5. Pengambilan data.

B. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah berupa eksperimen dengan menggunakan Randomized Control group Pretest - Post Test Design , dimana pemasangan subyek berarti pula pemasangan kelompok (X.4 dan X.5) sehingga diperoleh hasil belajar yang seimbang antara kelompok kontrol dan kelompok

15

eksperimen yang berjumlah 36 siswa yang terdiri dari siswa putera kelas X.4 18 orang dan kelas X.5 18 orang. Dalam pelaksanaan penelitian ini kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang diberi Pretest dan Post Test. Hanya kelompok eksperimen yang diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan, adapun desain penelitian sebagai tuntunan kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :

A B

T1 U1

X -

T2 U2

Keterangan : A,B T1 U1 T2 U2 X = Penetapan secara acak = Pretest kelompok eksperimen = Pretest kelompok kontrol = Post Test kelompok eksperimen = Post Test kelompok kontrol = Perlakuan (Maksum, 2006 : 40-41)

C. Variabel Penelitian Nazir (1999:149) mengartikan variabel sebagai "Konsep uang

mempunyai bermacam-macam nilai". Arikunto (2002:96) mengartikan variable sebagai "Objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

16

penelitian". Pada dasarnya variabel ada dua macam, yaitu "Variabel bebas dan variabel terikat" (Arikunto,2002:101). 1. Variabel Bebas : Contextual Teaching and Learning dan Child Centered 2. Variabel Terikat : Hasil Belajar Dribbling Sepak Bola

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,1998:115). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa putera kelas X MAN 2 Gresik, yang berjumlah 7 (tujuh) kelas. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto,1998:117). Mengingat masing-masing kelas populasi jumlah siswanya banyak dan lebih dari 100, maka perlu diambil sebagian saja. Dalam hal ini Arikunto (2002:112) menjelaskan bahwa "Jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau lebih..." Dalam penelitian ini pengambilan sampel kelas berdasarkan teknik Cluster Sampling yang penetapannya dengan cara random. Dalam hal ini Nazir (1999:332) menjelaskan : Populasi dibagi dulu atas kelompok berdasarkan area atau Cluster. Anggota sub populasi tiap cluster tidak perlu homogeny. Beberapa Cluster dipilih dulu sebagai sampel. Kemudian dipilih lagi anggota unit dari sampel Cluster diatas. Dalam memilih anggota unit ini, bisa saja diambil seluruh elementary unit dari Cluster atau sebagian dari unit elementari Cluster. Biasanya randomisasi penarikan sampel hanya dikala memilih Cluster, dan tidak dikala memilih unit elementari.

17

Berdasarkan teknik Cluster Sampling ini maka yang ditetapkan menjadi sampel kelas adalah siswa putera kelas X.4 dan X.5 yang jumlah siswanya 36 orang.

E. Instrument Penelitian Penelitian ini berupa eksperimen, Pre tes dan pos tes yang diberikan dalam dribble Zig Zag.

Gambar 3.1: Tes mendribble bola secara zig zag dari start hingga finish (Mary Jane Hankins, 1972: 121) Pelaksanaan tes : 1. Siswa harus mendribble bola secara zig zag dari start hingga finish, melewati 5 buah pancang, yang jarak tiap pancangnya adalah 10 kaki, jarak dari garis start / finish kepancang pertama adalah 10 kaki. 2. siswa pada saat tes diberikan kesempatan 2 kali untuk melakukan dribble. Diantara 2 tes tersebut diambil waktu yang terbaik. 3. Siswa pada saat mendribble bola dihitung waktunya dari start sampai finish. 4. Poin.
18

Nilai diberikan mengikuti kecepatan waktu. Persentase 100% 95% 90% 8.5% 80% 75% 70% 65% 60% 55% 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 10 7.2 9.9 10.1 10.3 10.5 10.7 10.9 11.1 11.2 11.4 11.5 11.6 17.8 11.9 12.2 12.5 12.8 13.3 13.8 15.8 11 7.4 7.7 8.1 8.6 9.0 9.3 9.6 9.8 10.0 10.1 10.3 10.5 10.6 10.9 11.1 11.3 11.6 12.1 12.9 14.2 12 7.0 7.8 8.2 8.5 8.7 8.8 9.0 9.1 9.3 9.5 9.6 9.8 10.0 10.1 10.3 10.5 10.8 11.1 11.5 2.3 13 6.0 8.0 8.4 8.7 8.8 9.0 9.2 9.3 9.5 9.6 9.7 9.8 10.0 10.2 10.3 10.3 10.8 11.1 11.4 12.1 Umur 14 6.5 8.7 9.0 9.2 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10.0 10.1 10.2 10.4 10.5 10.7 10.9 11.2 11.5 12.0 14.5 15 6.0 7.7 8.0 8.3 8.5 8.6 8.7 8.8 8.9 9.0 9.1 9.2 9.4 9.5 9.6 9.9 10.1 10.3 10.6 11.5 20.0 16 6.0 7.7 8.0 8.4 8.6 8.7 8.8 8.9 9.0 9.1 9.3 9.4 9.5 9.7 9.9 10.1 70.3 10.6 11.2 12.2 7.0 17-18 6.0 8.4 8.7 8.8 8.9 9.0 9.1 9.2 9.3 9.4 9.6 9.7 9.8 9.9 10.1 10.3 10.5 10.9 11.4 12.1 15.0

0% 24.0 5.0 19.0 20.0 Sumber: Mary Jane Hankins, 1972: 129

Perlengkapan yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian ini adalah :


19

a. Peluit b. Bola sepak bola c. Tiang pancang (Cone) d. Stopwatch

F. Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 31 januari 2009 s/d 7 Maret 2009 di MAN 2 Gresik. 1. Jadwal pelaksanaan Pre tes (tes awal) untuk kelompok eksperimen Hari / Tanggal Pukul Tempat Kegiatan : Sabtu, 31 Januari 2009 : 07.00 08.30 : MAN 2 Gresik : Pengambilan data tes Dribble zig zag

2. Jadwal pelaksanaan pemberian perlakuan ( Treatment) Hari/Tanggal Pukul Tempat Kegiatan : Sabtu, 7 Februari - 28 Februari 2009 : 07.00 - 08.30 : MAN 2 Gresik : Treatment teknik dasar dribble sepak bola

3. Jadwal pelaksanaan Pos tes (Test Akhir) Hari / Tanggal Pukul Tempat Kegiatan : Sabtu, 7 Maret 2009 : 07.00 08.30 : MAN 2 Gresik : Pengambilan data tes dribble zig zag

G. Teknik Pengumpulan Data

20

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tes Dribble Zig-zag dan Formatif Class Evaluation (FCE) l . Data tes dribble zig-zag diambil dengan memberikan pre tes dan pos tes. Nilai yang diambil diklasifikasikan berdasarkan tabel poin dribbling atau menggiring antara siswa laki-laki dan perempuan berbeda. Penilaian tes diambil dalam detik dan diklasifikasikan berdasarkan umur, jenis kelamin dan persentil. 2. Data Formatif Class Evaluation (FCE) diberikan untuk diisi siswa setiap selesai proses pembelajaran berlangsung. Siswa diminta untuk memberi tanda pada pilihan jawaban sesuai dengan butir pernyataan yang diajukan dalam kuesioner tersebut. Lembar kuesioner FCE yang dikembangkan Takahashi yang dikutip dalam Tesis Wijaya dan Astono terdiri dari Sembilan pertanyaan. Kesembilan pertanyaan tersebut memuat empat komponen pokok yaitu: hasil, kemauan, metode dan kerjasama. Hasil dijabarkan dalam pertanyaan nomor 1,2,3; kemauan dijabarkan dalam pertanyaan nomor 4,5; metode dijabarkan dalam pertanyaan 6,7 dan kerjasama dijabarkan dalam pertanyaan 8, 9. Tabel 3.2. Kategori skor Lembar FCE SKOR 2,77 ke atas 2,58 2,76 2,34 2,57 2,15 2,33 2,14 ke bawah NILAI 5 4 3 2 1 KATEGORI Sangat Baik Baik Sedang Kurang Kurang Sekali

(WiSumber: Wijaya & Astono (2006: 14) H. Teknik Analisis Data


21

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul maka digunakan rumus sebagai berikut : 1. Rata-rata hitung (Mean) M=

X
N

(Hadi, 1989:37)

Keterangan: M = rata-rata X = jumlah nilai N 2. = jumlah individu

Standart deviasi Standar deviasi adalah penyimpangan suatu nilai dari mean. Standar deviasi merupakan akar dari jumlah deviasi kuadrat dibagi banyaknya individu dalam distribusi. Rumus standar deviasi adalah sebagai berikut: SD =
nX 2 (X ) 2 n(n - 1)

Keterangan: SD X2 n = Standar deviasi = Jumlah kuadrat nilai X = Sampel atau jumlah subjek

(Sudjana, 1996: 94) 3. Mencari pembeda atau Uji-t .

22

a. Uji t untuk kelompok yang sama Uji daya pembeda atau Uji-t adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji siginifikansi perbedaan dua buah mean yang berasal dari satu kelompok yang sama adalah:
Md

x 2 d ( 1)

Md

= X2 X1

X 2 d = d 2

( d ) 2

Keterangan : t Md Xd = Uji beda rata rata = Mean dari dua perbedaan. = Deviasi masing-masing subyek (d-Md)

X2d = Jumlah kuadrat deviasi


X1 X2 d n = Rata-rata jumlah variabel X1 = Rata-rata jumlah variabel X2 = Selisih rata-rata = Subyek pada sempel

Kriteria : thitung > ttabel adalah signifikan thitung < ttabel adalah tidak signifikan (Arikunto, 1997: 275) b. Uji-t untuk kelompok yang berbeda

23

Untuk mengetahui perbandingan hasil efektifitas antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, maka data diolah menggunakan uji daya pembeda atau uji-t, yaitu:
M X MY

x 2 + y 2 1 1 (Arikunto Suharsimi, 2002: 280) + N X + N Y 2 N X N Y

Dimana: x2 = X2 dan y2 = Y2 (Y ) 2 n1

(X ) 2 N

(Arikunto Suharsimi, 2002: 281)

(Arikunto Suharsimi, 2002: 281)

24

Anda mungkin juga menyukai