Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat tergantung kepada keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan secanggih apapun sistem kendali yang dipakai akan sangat tergantung kepada sensor maupun transduser yang digunakan.. Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis. Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer. B. RUMUSAN MASALAH Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Pengertian Transducer, Signal Conditioner, dan system display. 2. Prinsip kerja dari Transducer, Signal Conditioner, dan system display. 3. Aplikasi dari Transducer, Signal Conditioner, dan system display. C. TUJUAN 1. Dapat menyebutkan definisi dan perbedaan dari Transducer, Signal Conditioner, dan system display. 2. Mampu menyebutkan persyaratan umum dalam memilih Transducer, Signal Conditioner, dan system display. 3. Mengerti tentang klasifikasi Transducer, Signal Conditioner, dan system display.secara umum.

Eka Surya Lesmana

Page 1

BAB II TRANSDUSER
A. 1) TRANSDUSER Pengertian Transduser Transducer berasal dari kata traducere dalam bahasa Latin yang berarti mengubah. Bagian masukan dari transduser disebut sensor , karena bagian ini dapat mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang lain. William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas). Sehingga definisi transducer adalah alat yang biasa pada elektonika, kelistrikan, mekanik elektronik, elektromagnetik, digunakan mengubah energi dari satu energi ke bentuk energi yang lain untuk berbagai pengukuran atau transfer informasi. Contoh umum termasuk mikrofon, pengeras suara, termometer, posisi dan sensor tekanan, dan antena. Meskipun umumnya tidak dianggap sebagai transduser, fotosel, LED (dioda pemancar cahaya), dan bahkan bola lampu umum adalah transduser. Ada beberapa macam dari pembagian tranducer, yaitu : a. Menurut daya yang diperlukan ( William D.C, 1993 ) Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri) Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber energi. Contoh: piezoelectric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb. Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan. External power transduser (transduser daya dari luar) External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah energi dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran. Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb. b. Menurut pengubahan bentuk energi : Input Tranducers. Electric-Input Tranducers mengubah energy non-listrik seperti suara, cahaya menjadi energi listrik. Output Tranducers. Electric-Output Tranducers merupakan kebalikan dari Electric-Input Tranducers. c. Menurut pola aktivasinya : Transduser pasif, yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari luar. Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.
Eka Surya Lesmana Page 2

Efisiensi adalah suatu pertimbangan penting dalam suatu transduser. Efisiensi transduser didefinisikan sebagai rasio output daya dalam bentuk yang diinginkan ke input daya total. Secara matematis, jika P merupakan masukan daya total dan Q merupakan output daya dalam bentuk yang diinginkan, maka E efisiensi, sebagai rasio antara 0 dan 1, maka: E=Q/P Jika% E merupakan efisiensi dalam persentase, maka: E % = 100 Q / P Tidak ada transduser yang 100% efisien dalam penggunaannya, beberapa daya selalu hilang dalam proses konversi. Biasanya kerugian ini diwujudkan dalam bentuk panas. Sebagai contoh di antara transduser terburuk dalam hal efisiensi adalah lampu pijar. Bola 100-watt memancarkan hanya beberapa watt dalam bentuk cahaya tampak. Sebagian besar daya berubah menjadi energi panas. Tabel berikut menyajikan prinsip kerja serta pemakaian transduser berdasarkan sifat kelistrikannya.

Tabel 1. Kelompok Transduser. Parameter listrik dan Prinsip kerja dan sifat alat kelas transduser Transduser Pasif Potensiometer Strain gage Perubahan nilai tahanan karena posisi Tekanan, kontak bergeser pergeseran/posisi Perubahan nilai tahanan akibat Gaya, torsi, posisi perubahan panjang kawat oleh tekanan dari luar selisih Tegangan selisih dua kumparan Tekanan, primer akibat pergeseran inti trafo pergeseran gaya, Pemakaian alat

Transformator (LVDT) Gage arus pusar

Perubahan induktansi kumparan akibat Pergeseran, ketebalan perubahan jarak plat

Transduser Aktif Sel fotoemisif Emisi elektron akibat radiasi yang Cahaya dan radiasi masuk pada permukaan fotemisif

Eka Surya Lesmana

Page 3

Photomultiplier

Emisi elektron sekunder akibat radiasi Cahaya, radiasi dan yang masuk ke katoda sensitif cahaya relay sensitif cahaya Pembangkitan ggl pada titik sambung Temperatur, dua logam yang berbeda akibat panas, radiasi dipanasi aliran

Termokopel

Generator kumparan Perputaran sebuah kumparan di dalam Kecepatan, getaran putar (tachogenerator) medan magnit yang membangkitkan tegangan Piezoelektrik Sel foto tegangan Pembangkitan ggl bahan kristal piezo Suara, getaran, akibat gaya dari luar percepatan, tekanan Terbangkitnya tegangan pada sel foto Cahaya matahari akibat rangsangan energi dari luar

Termometer (RTD)

tahanan Perubahan nilai tahanan kawat akibat Temperatur, panas perubahan temperatur Tahanan sebuah strip konduktif Kelembaban relatif berubah terhadap kandungan uap air Penurunan nilai tahanan logam akibat Temperatur kenaikan temperatur Tekanan suara mengubah kapasitansi dua buah plat nilai Suara, musik,derau

Hygrometer tahanan

Termistor (NTC) Mikropon kapasitor Pengukuran reluktansi

Reluktansi rangkaian magnetik diubah Tekanan, pergeseran, dengan mengubah posisi inti besi getaran, posisi sebuah kumparan

Sumber: William D.C, (1993) 2) Pemilihan Transduser Pemilihan suatu transduser sangat tergantung kepada kebutuhan pemakai dan lingkungan di sekitar pemakaian. Untuk itu dalam memilih transduser perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini: 1. Kekuatan, maksudnya ketahanan atau proteksi pada bebanlebih. 2. Linieritas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik masukan-keluaran yang linier. 3. Stabilitas tinggi, yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan. 4. Tanggapan dinamik yang baik, yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan bentuk dan besar yang sama.
Eka Surya Lesmana Page 4

5. Repeatability, yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama ketika digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan yang sama. 6. Harga. Meskipun faktor ini tidak terkait dengan karakteristik transduser sebelumnya, tetapi dalam penerapan secara nyata seringkali menjadi kendala serius, sehingga perlu juga dipertimbangkan. Diantara beberapa karakteristik transduser di atas, akan dibahas lebih mendalam tentang linieritas. 3) Linieritas Transduser Linieritas adalah suatu sifat yang penting dalam suatu transduser. Bila suatu transduser adalah linier, maka bila masukan menjadi dua kali lipat, maka keluaran misalnya menjadi dua kali lipat juga. Hal ini tentu akan mempermudah dalam memahami dan memanfaatkan transduser tersebut. Ketidaklinieran setidaknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu ketidak-linieran yang diketahui dan yang tidak diketahui. Ketidaklinieran yang tidak diketahui tentu sangat menyulitkan, karena hubungan masukan keluaran tidak diketahui. Seandainya transduser semacam ini dipakai sebagai alat ukur, ketika masukan menjadi dua kali lipat, maka keluarannya menjadi dua kali lipat atau tiga kali lipat, atau yang lain, tidak diketahui. Sehingga untuk transduser semacam ini, perlu dilakukan penelitian tersendiri untuk mendapatkan hubungan masukan keluaran, sebelum memanfaatkannya. Adapun untuk ketidaklinieran yang diketahui, maka transduser yang memiliki watak semacam ini masih dapat dimanfaatkan dengan menghindari ketidaklinierannya atau dengan melakukan beberapa transformasi pada rumusrumus yang menghubungkan masukan dengan keluaran. Contoh ketidaklinieran yang diketahui misalnya: daerah mati, saturasi, logaritmis, kuadratis dan sebagainya. Perinciannya adalah sebagai berikut: 1. Daerah mati (dead zone) artinya adalah ketika telah diberikan masukan, keluaran belum ada. Baru setelah melewati nilai ambang tertentu, ada keluaran yang proporsional terhadap masukan. Gambar 13. Daerah Mati (dead zone) 2. Saturasi maksudnya adalah, ketika masukan dibesarkan sampai nilai tertentu, keluaran tidak bertambah besar, tetapi hanya menunjukkan nilai yang tetap. Gambar 14. Saturasi (saturation) 3. Logaritmis, maksudnya adalah sesuai dengan namanya, bila masukan bertambah besar secara linier, keluarannya bertambah besar secara logaritmis. 4. Kudratis, maksudnya adalah sesuai dengan namanya bila masukan bertambah besar secara linier, keluarannya bertambah besar secara kuadratis Pada kondisi riil, transduser yang linier dalam jangkau yang luas sangat jarang ditemui. Bahkan banyak transduser yang memiliki sifat tidak linier yang merupakan gabungan dari beberapa sifat tidak linier. Oleh karena itu, perlu kiat-kiat yang tepat untuk memanfaatkan fenomena tersebut. B. SENSOR D Sharon, dkk (1982), sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya. Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik menjadi besaran listrik sehingga
Eka Surya Lesmana Page 5

dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu. Sensor biasa digunakan untuk mengukur magnitude sesuatu. Sensor merupakan jenis transducer yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan / arus listrik. Sensor dikategorikan melalui pengukur dan memegang peranan penting dalam pengendalian proses pabrikasi modern. Sensor memberikan ekivalen mata, pendengaran, hidung, lidah untuk menjadi otak mikroprosesor dari system otomatisasi industri. Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat sesuai kemajuan teknologi otomasi, semakin komplek suatu sistem otomasi dibangun maka semakin banyak jenis sensor yang digunakan. Robotik adalah sebagai contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks, disini sensor yang digunakan dapat dikatagorikan menjadi dua jenis sensor yaitu: (D Sharon, dkk, 1982) a. Internal sensor. Sensor internal diperlukan untuk mengamati posisi, kecepatan, dan akselerasi berbagai sambungan mekanik pada robot, dan merupakan bagian dari mekanisme servo b. External sensor. Sensor eksternal diperlukan karena dua macam alasan yaitu: 1). Untuk keamanan dan 2). Untuk penuntun. Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan meng-informasikan sinyal tersebut ke sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh transduser. Karena keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka pemilihan transduser yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan. Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapat dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu: a. b. c. sensor thermal (panas) sensor mekanis sensor optik (cahaya) Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu. Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda, photo multiplier, photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer, dsb. Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level dsb. Contoh; strain gage, linear variable deferential transformer (LVDT), proximity, potensiometer, load cell, bourdon tube, dsb. Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda atau ruangan. Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier, pyrometer optic, dsb.
Eka Surya Lesmana Page 6

a.

Sensor Thermal ( Panas ). AC. Srivastava, (1987), mengatakan temperatur merupakan salah satu dari empat besaran dasar yang diakui oleh Sistem Pengukuran Internasional (The International Measuring System). Lord Kelvin pada tahun 1848 mengusulkan skala temperature termodinamika pada suatu titik tetap triple point, dimana fase padat, cair dan uap berada bersama dalam equilibrium, angka ini adalah 273,16 oK ( derajat Kelvin) yang juga merupakan titik es. Skala lain adalah Celcius, Fahrenheit dan Rankine dengan hubungan sebagai berikut:
o o o

F = 9/5 oC + 32 atau C = 5/9 (oF-32) atau R = oF + 459,69

Yayan I.B, (1998), mengatakan temperatur adalah kondisi penting dari suatu substrat. Sedangkan panas adalah salah satu bentuk energi yang diasosiasikan dengan aktifitas molekulmolekul dari suatu substrat. Partikel dari suatu substrat diasumsikan selalu bergerak. Pergerakan partikel inilah yang kemudian dirasakan sebagai panas. Sedangkan temperatur adalah ukuran perbandingan dari panas tersebut. Pada aplikasi pendeteksian atau pengukuran tertentu, dapat dipilih salah satu tipe sensor dengan pertimbangan : 1. Penampilan (Performance) 2. Kehandalan (Reliable) dan 3. Faktor ekonomis ( Economic) Ada 4 macam sensor suhu yang sering digunakan, yaitu : a.1. Thermocouple Thermocouple pada pokoknya terdiri dari sepasang penghantar yang berbeda disambung las dilebur bersama satu sisi membentuk hot atau sambungan pengukuran yang ada ujungujung bebasnya untuk hubungan dengan sambungan referensi. Pembuatan termokopel didasarkan atas sifat thermal bahan logam. Jika sebuah batang logam dipanaskan pada salah satu ujungnya maka pada ujung tersebut elektron-elektron dalam logam akan bergerak semakin aktif dan akan menempati ruang yang semakin luas, elektron-elektron saling desak dan bergerak ke arah ujung batang yang tidak dipanaskan. Dengan demikian pada ujung batang yang dipanaskan akan terjadi muatan positif. Kerapatan electron untuk setiap bahan logam berbeda tergantung dari jenis logam. Jika dua batang logam disatukan salah satu ujungnya, dan kemudian dipanaskan, maka elektron dari batang logam yang memiliki kepadatan tinggi akan bergerak ke batang yang kepadatan elektronnya rendah, dengan demikian terjadilah perbedaan tegangan diantara ujung kedua batang logam yang tidak disatukan atau dipanaskan. a. Contoh penggunaan Thermocuple

b.

Thermocouple dan simbol Thermocouple. a.2. Resistant Thermal Detector ( RTD )


Eka Surya Lesmana Page 7

RTD dibuat dari bahan kawat tahan korosi, kawat tersebut dililitkan pada bahan keramik isolator. Bahan tersebut antara lain; platina, emas, perak, nikel dan tembaga, dan yang terbaik adalah bahan platina karena karena kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas, serta dapat digunakan untuk menyensor suhu sampai 1500o C. Tembaga dapat digunakan untuk sensor suhu yang lebih rendah dan lebih murah, tetapi tembaga mudah terserang korosi. a. Detektor suhu tahanan b. Simbol RTD RTD memiliki keunggulan dibanding termokopel yaitu: 1. Tidak diperlukan suhu referensi 2. Sensitivitasnya cukup tinggi, yaitu dapat dilakukan dengan cara mem-perpanjang kawat yang digunakan dan memperbesar tegangan eksitasi. 3. Tegangan output yang dihasilkan 500 kali lebih besar dari termokopel 4. Dapat digunakan kawat penghantar yang lebih panjang karena noise tidak jadi masalah 5. Tegangan keluaran yang tinggi, maka bagian elektronik pengolah sinyal menjadi sederhana dan murah. a.3. Thermistor Adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu negatif. Karena suhu meningkat, tahanan menurun dan sebaliknya. Thermistor sangat peka (perubahan tahanan sebesar 5 % per C) oleh karena itu mampu mendeteksi perubahan kecil di dalam suhu. Termistor terbuat dari campuran oksida-oksida logam yang diendapkan seperti: mangan (Mn), nikel (Ni), cobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe) dan uranium (U). Rangkuman tahanannya adalah dari 0,5 W sampai 75 W dan tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Ukuran paling kecil berbentuk mani-manik (beads) dengan diameter 0,15 mm sampai 1,25 mm, bentuk piringan (disk) atau cincin (washer) dengan ukuran 2,5 mm sampai 25 mm. Cincin-cincin dapat ditumpukan dan di tempatkan secara seri atau paralel guna memperbesar disipasi daya. a. Thermistor b. Simbol Thermistor a.4. Sensor Suhu Rangkaian Terpadu ( IC ) Sensor suhu dengan IC ini menggunakan chip silikon untuk elemen yang merasakan (sensor). Memiliki konfigurasi output tegangan dan arus. Meskipun terbatas dalam rentang suhu (dibawah 200 C), tetapi menghasilkan output yang sangat linear di atas rentang kerja. a. b. Sensor suhu IC b. Simbol Sensor suhu IC Sensor Mekanis Semua gerak mekanis tersebut pada intinya hanya terdiri dari tiga macam, yaitu gerak lurus, gerak melingkar dan gerak memuntir. Gerak mekanis disebabkan oleh adanya gaya aksi yang dapat menimbulkan gaya reaksi. Banyak cara dilakukan untuk mengetahui atau mengukur gerak mekanis misalnya mengukur jarak atau posisi dengan meter, mengukur kecepatan dengan tachometer, mengukur debit air dengan rotameter dsb. Tetapi jika ditemui gerakan mekanis yang berada dalam suatu sistem yang kompleks maka diperlukan sebuah sensor untuk mendeteksi atau

Eka Surya Lesmana

Page 8

mengimformasikan nilai yang akan diukur. Berikut akan dijabarkan beberapa jenis sensor mekanis yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari. b.1. Sensor Posisi Pengukuran posisi dapat dilakukan dengan cara analog dan digital. Untuk pergeseran yang tidak terlalu jauh pengukuran dapat dilakukan menggunakan cara-cara analog, sedangkan untuk jarak pergeseran yang lebih panjang lebih baik digunakan cara digital. Hasil sensor posisi atau perpindahan dapat digunakan untuk mengukur perpindahan linier atau angular. Teknis perlakuan sensor dapat dilakukan dengan cara terhubung langsung ( kontak ) dan tidak terhubung langsung ( tanpa kontak ). b.1.1. Strain Gauge Strain gauge adalah komponen elektronika yang dipakai untuk mengukur tekanan (deformasi atau strain) pada alat ini. Alat ini ditemukan pertama kali oleh Edward E. Simmons pada tahun 1938, dalam bentuk foil logam yang bersifat insulatif (isolasi) yang menempel pada benda yang akan diukur tekanannya. Jika tekanan pada benda berubah, maka foilnya akan ter deformasi, dan tahanan listrik alat ini akan berubah. Perubahan tahanan listrik ini akan dimasukkan ke dalam rangkaian Jembatan Wheatstone. Besarnya tekanan akan dinyatakan dalam bentuk faktor gauge, GF yang didefinisikan sebagai di mana RG adalah tahanan sebelum ada deformasi, R adalah perubahan tahanan listrik yang terjadi, dan adalah tekanannya. Secara konstruksi SG terbuat dari bahan metal tipis (foil) yang diletakkan diatas kertas. Untuk proses pendeteksian SG ditempelkan dengan benda uji dengan dua cara yaitu: 1. Arah perapatan/peregangan dibuat sepanjang mungkin (axial) 2. Arah tegak lurus perapatan/peregangan dibuat sependek mungkin (lateral) a. Contoh penggunaan strain gauge. b.1.2. LVDT b. Strain gauge

Memanfaatkan perubahan induksi magnit dari kumparan primer ke dua kumparan sekunder dalam keadaan setimbang, inti magnet terletak ditengah dan kedua kumparan sekunder menerima fluks yang sama dalam keadaan tidak setimbang, fluks pada satu kumparan naik dan yang lainnya turun tegangan yang dihasilkan pada sekunder sebading dengan perubahan posisi inti magnetic hubungan linier bila inti masih disekitar posisi kesetimbangan. Komponen LVDT terdiri dari : Inti besi yang bergerak Kumparan primer Sepasang kumparan sekunder Kumparan Primer, terhubung dengan tegangan AC sebagai tegangan acuan Kumparan Sekunder, Berjumlah 2 buah, terletak di samping kiri dan kanan kumparan primer saling terhubung secara seri satu sama lain. Prinsip kerja
Eka Surya Lesmana Page 9

Inti berada di tengah-tengah maka : o Flux S1 = S2 o Tegangan induksi E1 = E2 o Enetto = 0 Inti bergerak ke arah S1 maka : o Flux S1 > S2 o tegangan induksi E1 > E2, o Enetto = E1 - E2 Inti bergerak ke arah S2 maka : o Flux S1 < S2 o Tegangan induksi E1 < E2 o Enetto = E2 E1 Skema dan gambar LVDT b.1.3. Potensiometer Potensiometer adalah resistor tiga terminal dengan sambungan geser yang membentuk pembagi tegangan dapat disetel. Jika hanya dua terminal yang digunakan (salah satu terminal tetap dan terminal geser), potensiometer berperan sebagai resistor variabel atau Rheostat. Potensiometer biasanya digunakan untuk mengendalikan peranti elektronik seperti pengendali suara pada penguat. Potensiometer yang dioperasikan oleh suatu mekanisme dapat digunakan sebagai transduser, misalnya sebagai sensor joystick. Potensiometer jarang digunakan untuk mengendalikan daya tinggi (lebih dari 1 Watt) secara langsung. Potensiometer digunakan untuk menyetel taraf isyarat analog (misalnya pengendali suara pada peranti audio), dan sebagai pengendali masukan untuk sirkuit elektronik. Sebagai contoh, sebuah peredup lampu menggunakan potensiometer untuk menendalikan pensakelaran sebuah TRIAC, jadi secara tidak langsung mengendalikan kecerahan lampu. Potensiometer yang digunakan sebagai pengendali volume kadang-kadang dilengkapi dengan sakelar yang terintegrasi, sehingga potensiometer membuka sakelar saat penyapu berada pada posisi terendah. Potensiometer dan Simbol Potensiometer b.1.4. Piezoelektrik Transduser piezoelektrik bekerja pada prinsip efek piezoelektrik. Ketika stres mekanis atau kekuatan diterapkan untuk beberapa bahan bersama pesawat tertentu, mereka menghasilkan tegangan listrik. Tegangan listrik ini dapat diukur dengan mudah oleh alat ukur tegangan, yang dapat digunakan untuk mengukur tegangan atau kekuatan. Jumlah fisik seperti stres dan memaksa tidak dapat diukur secara langsung. Dalam kasus seperti material menunjukkan transduser piezoelektrik dapat digunakan. Tegangan atau kekuatan yang harus diukur diterapkan di sepanjang bidang tertentu untuk bahan-bahan tersebut. Tegangan output yang diperoleh dari bahan-bahan akibat efek piezoelektrik adalah sebanding dengan tegangan atau kekuatan.
Eka Surya Lesmana Page 10

Tegangan output dapat dikalibrasi terhadap tegangan atau kekuatan sehingga nilai terukur dari tegangan output secara langsung memberikan nilai tegangan atau kekuatan. Bahkan skala dapat ditandai secara langsung berupa tegangan atau kekuatan untuk memberikan nilai langsung. Tegangan output yang diperoleh dari bahan akibat efek piezoelektrik sangat kecil dan memiliki impedansi tinggi. Untuk mengukur output beberapa amplifier, sirkuit dan bantu menghubungkan kabel diperlukan. Ada berbagai bahan yang menunjukkan efek piezoelektrik seperti yang disebutkan di atas. Bahan yang digunakan untuk tujuan pengukuran harus memiliki sifat-sifat yang diinginkan seperti stabilitas, output yang tinggi, tidak sensitif terhadap suhu ekstrim dan kelembaban dan kemampuan yang akan dibentuk atau mesin dalam bentuk apapun. Tapi tak satu pun dari materi yang menunjukkan efek piezoelektrik memiliki semua properti. Kuarsa, yang merupakan kristal alami, sangat stabil, tetapi output yang diperoleh dari itu sangat kecil. Ia juga menawarkan keuntungan sangat lambat pengukuran parameter bervariasi karena mereka memiliki kebocoran sangat rendah bila digunakan dengan amplifier impedansi masukan yang tinggi. Karena stabilitas, kuarsa digunakan biasanya dalam transduser piezoelektrik. Hal ini biasanya dipotong menjadi bentuk persegi panjang atau persegi piring dan diadakan antara dua elektroda. kristal ini terhubung ke sirkuit elektronik yang tepat untuk mendapatkan hasil yang memadai. Garam Rochelle, kristal sintetis, memberikan output tertinggi di antara semua bahan menunjukkan efek piezoelektrik. Namun, harus dilindungi dari kelembaban dan tidak dapat digunakan pada suhu di atas 115 derajat F. Secara keseluruhan kristal sintetis lebih sensitif dan memberikan output lebih besar dari kristal alami. Contoh penggunaan piezoelektrik. b.2. Sensor Kecepatan ( Motion Sensor ) Pengukuran kecepatan dapat dilakukan dengan cara analog dan cara digital. Secara umum pengukuran kecepatan terbagi dua cara yaitu: cara angular dan cara translasi. Untuk mengukur kecepatan translasi dapat diturunkan dari cara pengukuran angular. Yang dimaksud dengan pengukuran angular adalah pengukuran kecepatan rotasi (berputar), sedangkan pengukuran kecepatan translasi adalah kecepatan gerak lurus beraturan dan kecepatan gerak lurus tidak beraturan. b.2.1. Tacho Generator Sensor yang sering digunakan untuk sensor kecepatan angular adalah tacho generator. Tacho generator adalah sebuah generator kecil yang membangkitkan tegangan DC ataupun tegangan AC. Dari segi eksitasi tacho generator dapat dibangkitkan dengan eksitasi dari luar atau imbas elektromagnit dari magnit permanent. Tacho generator DC dapat membangkitkan tegangan DC yang langsung dapat menghasilkan informasi kecepatan, sensitivitas tacho generator DC cukup baik terutama pada daerah kecepatan tinggi. Tacho generator DC yang bermutu tinggi memiliki kutub-kutub magnit yang banyak sehingga dapat menghasilkan tegangan DC dengan riak gelombang yang berfrekuensi tinggi sehingga mudah diratakan. Keuntungan utama dari tacho generator ini adalah diperolehnya informasi dari arah putaran. Sedangakan kelemahannya adalah :
Eka Surya Lesmana Page 11

1. Sikat komutator mudah habis 2. Jika digunakan pada daerah bertemperatur tinggi, maka magnet permanent akan mengalami kelelahan, untuk kasus ini, tacho generator sering dikalibrasi. 3. Peka terhadap debu dan korosi Tacho generator AC berupa generator singkron, magnet permanent diletakkan dibagian tengah yang berfungsi sebagai rotor. Sedangkan statornya berbentuk kumparan besi lunak. Ketika rotor berputar dihasilkan tegangan induksi di bagian statornya. Tipe lain dari tacho generator AC adalah tipe induksi, rotor dibuat bergerigi, stator berupa gulungan kawat berinti besi. Medan magnet permanent dipasang bersamaan di stator. Ketika rotor berputar, terjadi perubahan medan magnet pada gigi yang kemudian mengimbas ke gulungan stator. Kelebihan utama dari tacho generator AC adalah relatif tahan terhadap korosi dan debu, sedangkan kelemahannya adalah tidak memberikan informasi arah gerak. b.2.2. Pengukuran Kecepatan Cara Digital. Pengukuran kecepatan cara digital dapat dilakukan dengan cara induktif, kapasitif dan optik. Pengukuran dengan cara induksi dilakukan menggunakan rotor bergerigi, stator dibuat dari kumparan yang dililitkan pada magnet permanen. Keluaran dari sensor ini berupa pulsa-pulsa tegangan. Penggunaan cara ini cukup sederhana, sangat praktis tanpa memerlukan kopling mekanik yang rumit, serta memiliki kehandalan yang tinggi, tetapi kelemahannya tidak dapat digunakan untuk mengukur kecepatan rendah dan tidak dapat menampilkan arah putaran. Tipe lain sensor kecepatan adalah cara Optik. Rotor dibuat dari bahan metal atau plastik gelap, rotor dibuat berlubang untuk memberi tanda kepada sensor cahaya. Bila diinginkan informasi arah kecepatan, digunakan dua buah sensor yang dipasang berdekatan. Informasi arah gerah dapat diperoleh dengan cara mendeteksi sensor mana yang lebioh dahulu mendapat sinar (aktif). Sensor cahaya sangat peka terhadap pengotor debu, olej karena itu keselurujan bagian sensor (stator dan rotor) harus diletakkan pada kemasan tertutup. Kelebihan sensor ini memiliki linearitas yang sangat tinggi untuk daerah jangkauan yang sangat luas. Kelemahannya adalah masih diperlukan adanya kopling mekanik dengan sistem yang di sensor. Sensor kecepatan digital lain adalah menggunakan kapsitf, yaitu rotor dibuat dari bahan metal, bentuknya bulat. Rotor berputar dengan poros tidak sepusat atau bergeser kepinggir sedikit. Stator dibuat dari bahan metal dipasang dengan melengkung untuk memperbesar sensitivitas dari sensor. Ketika rotor diputar maka akan terjadi perubahan kapasitansi diantara rotor dan stator karena putaran rotor tidak simetris. Penerapan dari sensor ini teruatama jika diperlukan pemasangan sensor kecepatan yang berada dilingkungan fluida. b.3. Sensor Tekanan Transduser tekanan dan gaya (load cell) terdiri dari bahan elastis dan sensor perpindahan (displacement) besaran ukur (i) strain atau (ii) displacement pengelompokan: tipe absolute gauge dan diferensial Sensor tekanan dengan diafragma reliable, sukar dibuat, reproducible besaran ukur strain dengan strain gauge atau displacement dengan kapasitansi pengukuran dengan kapasitansi dalam rangkaian jembatan sangat sensitif dan mahal
Eka Surya Lesmana Page 12

Penempatan dan rangkaian sensor b.4. Sensor Aliran Fluida ( Flow Sensor ) Pengukuran aliran mulai dikenal sejak tahun 1732 ketika Henry Pitot mengatur jumlah fluida yang mengalir. Dalam pengukuran fluida perlu ditentukan besaran dan vektor kecepatan aliran pada suatu titik dalam fluida dan bagaimana fluida tersebut berubah dari titik ke titik. Pengukuran atau penyensoran aliran fluida dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Pengukuran kuantitas Pengukuran ini memberikan petunjuk yang sebanding dengan kuantitas total yang telah mengalir dalam waktu tertentu. Fluida mengalir melewati elemen primer secara berturutan dalam kuantitas yang kurang lebih terisolasi dengan secara bergantian mengisi dan mengosongkan bejana pengukur yang diketahui kapasitasnya. Pengukuran kuantitas diklasifikasikan menurut : a. b. c. 2. Pengukur gravimetri atau pengukuran berat Pengukur volumetri untuk cairan Pengukur volumetri untuk gas Pengukuran laju aliran Laju aliran Q merupakan fungsi luas pipa A dan kecepatan V dari cairan yang mengalir lewat pipa, yakni: Q = A.V tetapi dalam praktek, kecepatan tidak merata, lebih besar di pusat. Jadi kecepatan terukur ratarata dari cairan atau gas dapat berbeda dari kecepatan rata-rata sebenarnya. Gejala ini dapat dikoreksi sebagai berikut: Q = K.A.V di mana K adalah konstanta untuk pipa tertentu dan menggambarkan hubungan antara kecepatan rata-rata sebenarnya dan kecepatan terukur. Nilai konstantaini bisa didapatkan melalui eksperimen. Pengukuran laju aliran digunakan untuk mengukur kecepatan cairan atau gas yang mengalir melalui pipa. Pengukuran ini dikelompokkan lagi menurut jemis bahan yang diukur, cairan atau gas, dan menurut sifat-sifat elemen primer sebagai berikut: a. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Pengukuran laju aliran untuk cairan: jenis baling-baling defleksi jenis baling-baling rotasi jenis baling-baling heliks jenis turbin pengukur kombinasi pengukur aliran magnetis pengukur aliran ultrasonic pengukur aliran kisaran (vorteks) pengukur pusaran (swirl)
Eka Surya Lesmana Page 13

b. 1) 2) 3) 3.

Pengukuran laju aliran gas jenis baling-baling defleksi jenis baling-baling rotasi jenis termal Pengukuran metoda diferensial tekanan Jenis pengukur aliran yang paling luas digunakan adalah pengukuran tekanan diferensial. Pada prinsipnya beda luas penampang melintang dari aliran dikurangi dengan yang mengakibatkan naiknya kecepatan, sehingga menaikan pula energi gerakan atau energi kinetis. Karena energi tidak bisa diciptakan atau dihilangkan ( Hukum perpindahan energi ), maka kenaikan energi kinetis ini diperoleh dari energi tekanan yang berubah.. Lebih jelasnya, apabila fluida bergerak melewati penghantar (pipa) yang seragam dengan kecepatan rendah, maka gerakan partikel masing-masing umumnya sejajar disepanjang garis dinding pipa. Kalau laju aliran meningkat, titik puncak dicapai apabila gerakan partikel menjadi lebih acak dan kompleks. Kecepatan kira-kira di mana perubahan ini terjadi dinamakan kecepatan kritis dan aliran pada tingkat kelajuan yang lebih tinggi dinamakan turbulen dan pada tingkat kelajuan lebih rendah dinamakan laminer. Pengukuran aliran metoda ini dapat dilakukan dengan banyak cara misalnya: menggunakan pipa venturi, pipa pitot, orifice plat (lubang sempit), turbine flow meter, rotameter, cara thermal, menggunakan bahan radio aktif, elektromagnetik, ultar sonic dan flowmeter gyro. Cara lain dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan proses. Yang dibahas dalam buku ini adalah sensor laju aliran berdasarkan perbedaan tekanan. b.5. Sensor Level Pengukuran level dapat dilakukan dengan bermacam cara antara lain dengan: pelampung atau displacer, gelombang udara, resistansi, kapasitif, ultra sonic, optic, thermal, tekanan, sensor permukaan dan radiasi. Pemilihan sensor yang tepat tergantung pada situasi dan kondisi sistem yang akan di sensor. c. Sensor Optik Elemen-elemen sensitive cahaya merupakan alat terandalkan untuk mendeteksi energi cahaya. Alat ini melebihi sensitivitas mata manusia terhadap semua spectrum warna dan juga bekerja dalam daerah-daerah ultraviolet dan infra merah. Energi cahaya bila diolah dengan cara yang tepat akan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk teknik pengukuran, teknik pengontrolan dan teknik kompensasi. Penggunaan praktis alat sensitif cahaya ditemukan dalam berbagai pemakaian teknik seperti halnya : Tabung cahaya atau fototabung vakum (vaccum type phototubes), paling menguntungkan digunakan dalam pemakaian yang memerlukan pengamatan pulsa cahaya yang waktunya singkat, atau cahaya yang dimodulasi pada frekuensi yang relative tinggi. Tabung cahaya gas (gas type phototubes), digunakan dalam industri gambar hidup sebagai pengindra suara pada film. Tabung cahaya pengali atau pemfotodarap (multiplier phottubes), dengan kemampuan penguatan yang sangat tinggi, sangat banyak digunakan pada pengukuran fotoelektrik dan alatalat kontrol dan juga sebagai alat cacah kelipan (scientillation counter).
Eka Surya Lesmana Page 14

Sel-sel fotokonduktif (photoconductive cell), juga disebut tahanan cahaya (photo resistor) atau tahanan yang bergantung cahaya (LDR-light dependent resistor), dipakai luas dalam industri dan penerapan pengontrloan di laboratorium. Sel-sel foto tegangan (photovoltatic cells), adalah alat semikonduktor untuk mengubah energi radiasi daya listrik. Contoh yang sangat baik adalah sel matahari (solar cell) yang digunakan dalam teknik ruang angkasa. b.1. Light-emitting Dioda ( LED ) Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (light-emitting diode) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju. Sebuah LED adalah sejenis dioda semikonduktor istimewa. Seperti sebuah dioda normal, LED terdiri dari sebuah chip bahan semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk menciptakan sebuah struktur yang disebut p-n junction. Pembawa-muatan - elektron dan lubang mengalir ke junction dari elektroda dengan voltase berbeda. Ketika elektron bertemu dengan lubang, dia jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah, dan melepas energi dalam bentuk photon. b.2. Sel Photovoltaik Efek sel photovoltaik terjadi akibat lepasnya elektron yang disebabkan adanya cahaya yang mengenai logam. Logam-logam yang tergolong golongan 1 pada sistem periodik unsurunsur seperti Lithium, Natrium, Kalium, dan Cessium sangat mudah melepaskan elektron valensinya. Selain karena reaksi redoks, elektron valensilogam-logam tersebut juga mudah lepas olehadanya cahaya yang mengenai permukaan logam tersebut. Diantara logam-logam diatas Cessium adalah logam yang paling mudah melepaskan elektronnya, sehingga lazim digunakan sebagai foto detektor. Proses pengubahan atau konversi cahaya matahari menjadi listrik ini dimungkinkan karena bahan material yang menyusun sel surya berupa semikonduktor. Lebih tepatnya tersusun atas dua jenis semikonduktor; yakni jenis n dan jenis p. Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif). Sedangkan semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga disebut dengan p ( p = positif) karena kelebihan muatan positif. Caranya, dengan menambahkan unsur lain ke dalam semkonduktor, maka kita dapat mengontrol jenis semikonduktor tersebut, sebagaimana diilustrasikan pada gambar di bawah ini. Pada awalnya, pembuatan dua jenis semikonduktor ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat konduktifitas atau tingkat kemampuan daya hantar listrik dan panas semikonduktor alami. Di dalam semikonduktor alami (disebut dengan semikonduktor intrinsik) ini, elektron maupun hole memiliki jumlah yang sama. Kelebihan elektron atau hole dapat meningkatkan daya hantar listrik maupun panas dari sebuah semikoduktor. Misal semikonduktor intrinsik yang dimaksud ialah silikon (Si). Semikonduktor jenis p, biasanya dibuat dengan menambahkan unsur boron (B), aluminum (Al), gallium (Ga) atau Indium (In) ke dalam Si. Unsur-unsur tambahan ini akan menambah jumlah hole. Sedangkan semikonduktor jenis n dibuat dengan menambahkan nitrogen (N), fosfor (P) atau arsen (As) ke dalam Si. Dari sini, tambahan elektron dapat diperoleh. Sedangkan, Si intrinsik sendiri tidak mengandung unsur tambahan. Usaha menambahkan unsur tambahan ini disebut dengan doping yang jumlahnya tidak lebih dari 1 % dibandingkan dengan berat Si yang hendak di-doping.
Eka Surya Lesmana Page 15

Dua jenis semikonduktor n dan p ini jika disatukan akan membentuk sambungan p-n atau dioda p-n (istilah lain menyebutnya dengan sambungan metalurgi / metallurgical junction) yang dapat digambarkan sebagai berikut. Semikonduktor jenis p dan n sebelum disambung. Sesaat setelah dua jenis semikonduktor ini disambung, terjadi perpindahan elektron-elektron dari semikonduktor n menuju semikonduktor p, dan perpindahan hole dari semikonduktor p menuju semikonduktor n. Perpindahan elektron maupun hole ini hanya sampai pada jarak tertentu dari batas sambungan awal. Elektron dari semikonduktor n bersatu dengan hole pada semikonduktor p yang mengakibatkan jumlah hole pada semikonduktor p akan berkurang. Daerah ini akhirnya berubah menjadi lebih bermuatan positif. Pada saat yang sama. hole dari semikonduktor p bersatu dengan elektron yang ada pada semikonduktor n yang mengakibatkan jumlah elektron di daerah ini berkurang. Daerah ini akhirnya lebih bermuatan positif. Daerah negatif dan positif ini disebut dengan daerah deplesi (depletion region) ditandai dengan huruf W. Baik elektron maupun hole yang ada pada daerah deplesi disebut dengan pembawa muatan minoritas (minority charge carriers) karena keberadaannya di jenis semikonduktor yang berbeda. Dikarenakan adanya perbedaan muatan positif dan negatif di daerah deplesi, maka timbul dengan sendirinya medan listrik internal E dari sisi positif ke sisi negatif, yang mencoba menarik kembali hole ke semikonduktor p dan elektron ke semikonduktor n. Medan listrik ini cenderung berlawanan dengan perpindahan hole maupun elektron pada awal terjadinya daerah deplesi (nomor 1 di atas). Adanya medan listrik mengakibatkan sambungan pn berada pada titik setimbang, yakni saat di mana jumlah hole yang berpindah dari semikonduktor p ke n dikompensasi dengan jumlah hole yang tertarik kembali kearah semikonduktor p akibat medan listrik E. Begitu pula dengan jumlah elektron yang berpindah dari smikonduktor n ke p, dikompensasi dengan mengalirnya kembali elektron ke semikonduktor n akibat tarikan medan listrik E. Dengan kata lain, medan listrik E mencegah seluruh elektron dan hole berpindah dari semikonduktor yang satu ke semiikonduktor yang lain. Pada sambungan p-n inilah proses konversi cahaya matahari menjadi listrik terjadi. Untuk keperluan sel surya, semikonduktor n berada pada lapisan atas sambungan p yang menghadap kearah datangnya cahaya matahari, dan dibuat jauh lebih tipis dari semikonduktor p, sehingga cahaya matahari yang jatuh ke permukaan sel surya dapat terus terserap dan masuk ke daerah deplesi dan semikonduktor p. Pada umumnya, untuk memperkenalkan cara kerja sel surya secara umum, ilustrasi di bawah ini menjelaskan segalanya tentang proses konversi cahaya matahari menjadi energi listrik.

Eka Surya Lesmana

Page 16

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING


2.1 Pendahuluan
Process Cmax Sensor Cmin ymin ymax Signal Conditioning bmax

Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol.

bmin

Bentuk bentuk Analog Signal Conditioning : o Perubahan Level Sinyal. Misalnya dengan menguatkan atau melemahkan level tegangan. Faktor yang penting dalam pemilihan amplifeier : Impedansi input. o Linearisasi. Ada rangkaian analog yang berfungsi untuk melinearkan sinyal. o Konversi. ASC berfungsi untuk mengubah bentuk perubahan elektris tertentu ke bentuk lain. Misalnya banyak sensor yang menghasilkan perubahan resistansi akan diubah ke bentuk sinyal arus atau tegangan melalui rangkaian jembatan. o Filtering dan Impedance Matching. ASC berguna untuk menghilangkan sinyalsinyal yang tidak diinginkan pada frekuensi tertentu. ASC juga berguna untuk menghilangkan error akibat impedansi internal transducer atau impedansi line (kabel).

Hal penting yang harus diperhatikan dalam ASC ialah terjadinya loading atau pembebanan suatu rangkaian oleh rangkaian yang lain.

Eka Surya Lesmana

Page 17

RX VX X VY RL

Element

Vy

Vx

Persamaan : 2.2 Rangkaian Pasif 2.2.1 Rangkaian Pembagi Rangkaian ini dapat digunakan untuk mengkonversi perubahan resistansi menjadi perubahan tegangan. o Impedansi ouput rendah, harus berhati-hati dengan efek pembebanan. o Akan terjadi disipasi daya pada kedua resistor (termasuk sensor), sehingga power rating dari resistor dan sensor harus diperhatikan. 2.2.2 Rangkaian Jembatan Berguna untuk mengkonversi perubahan impedansi menjadi perubahan tegangan. Keuntungannya ialah tegangan yang dihasilkan berada di sekitar nilai 0 volt, sehingga hanya dengan menguatkan tegangan akan menambah sensitivitas terhadap perubahan impedansi. Untuk sistem kontrol dimana sensor terletak pada posisi yang jauh dari control room, penggunaan kabel yang panjang dikhawatirkan akan memberi kontribusi pada perubahan resistansi sensor. Hal itu dapat diatasi dengan penggunaan rangkaian jembatan.

Penggunaan rangkaian ini akan menimbulkan nonlinearitas yang besar jika kisaran perubahan resistansi besar. Namun jika perubahan resistansi kecil dan berada di sekitar nol (seperti respon sensor pada umumnya), maka respon outputnya cenderung linear.

Eka Surya Lesmana

Page 18

2.2.3 RC Filter Bertujuan untuk menghilangkan sinyal noise yang tidak diinginkan dengan menahan/ mengeblok kisaran frekuensi tertentu. Critical frequency ialah frekuensi dimana rasio tegangan output dan input sebesar 0.707. Low Pass RC Filter mengeblok frekuensi tinggi dan melewatkan frekuensi rendah. High Pass RC Filter mengeblok frekuensi rendah dan melewatkan frekuensi tinggi. Hal-hal yang perlu diperhatikan o Pemilihan nilai tahanan harus tinggi (dalam k) dan nilai kapasitor harus kecil (dalam F) untuk menghindari terjadi arus yang besar sehingga menyebabkan efek pembebanan besar. o LPF dan HPF bisa dikombinasikan untuk mendapatkan band pass filter. Masingmasing LPF dan HPF juga bisa disusun seri untuk menambah kisaran frekuensi

2.3 Operational Amplifier (Op-Amp) Ideal Op Amp o Jika V1 V2 ialah positif, maka V0 tersaturasi positif. Jika selisihnya negatif, maka V0 tersaturasi negatif. Pada dasarnya, op-amp hanya punya 2 output : + Vsat dan Vsat. o Memiliki impedansi antar input op-amp yang besarnya tak terbatas. o Memiliki impedansi output sebesar 0. Ideal Inverting Amplifier o Tidak ada perbedaan antara tegangan input op-amp, V+ = V- . o Tidak ada arus yang mengalir melalui terminal input op amp karena diasumsikan impedansi inputnya tidak terbatas. Sehingga jumlah arus yang mengalir pasti nol : I1 + I2 = 0

Efek Nonideal (Kondisi nyata op-amp)


Page 19

Eka Surya Lesmana

o Impedansi input yang terbatas, sehingga ada tegangan dan arus yang melintasi terminal input op-amp. o Impedansi output yang tidak nol, meskipun hanya beberapa ohm saja.

2.4 Rangkaian Op Amp dalam Instrumentasi 2.4.1 Voltage follower Mempunyai unity gain (besarnya gain ialah satu), dan impedansi input yang sangat tinggi (lebih dari 100 M). Sering digunakan untuk menaikkan impedansi input op-amp lain. 2.4.2 Noninverting Amplifier Dapat digunakan untuk menaikkan level tegangan, tetapi tidak bisa menurunkannya karena input noninverting mempunyai impedansi input tinggi dan impedansi output rendah. 2.4.3 Differential Instrumentation Amplifier Differential amplifier ideal memberikan selisih dari dua tegangan input yang dikalikan dengan nilai gain tertentu. o Vout = A ( V1 V2) Karena diff. Amp di atas mempunyai impedansi input rendah. Dengan menambahkan rangkaian voltage follower dapat diberikan impedansi input tinggi dan impedansi output rendah. Kombinasi rangkaian ini dinamakan : instrumentation amplifier. 2.4.4 Voltage to Current Converter Karena sinyal dalam dunia industri sering berupa arus standar 4 20 mA, berikut rangkaian yang diperlukan untuk mengubah tegangan menjadi arus. Gambar dan persamaan : ..

2.4.5 Current to Voltage Converter

Eka Surya Lesmana

Page 20

2.4.6 Integrator o Jika tegangan input konstan, Vin = K , sehingga persaman di atas menjadi : Vout = - (K/RC) .t Mekanisme reset dengan mendischarge capacitor harus dipersiapkan, sebab jika tidak Vout akan naik dan berada pada nilai saturasi output untuk beberapa waktu. 2.4.7 Linearization Dilakukan dengan menambahkan elemen nonlinear pada feedback loop op-amp (misal: dioda)

BAB III display system


system display adalah system dimana hasil dari signal conditioner ditampilkan, terdiri dari printer, layar monitor, jarum, dan LCD. Spektrum berkisar display teknologi dari kecil, grafis panel diterangi, untuk display panel datar dan pada iklan LED besar. Apakah dalam mobil atau pesawat, di telepon seluler atau pemutar MP3, pada layar LCD atau di sebuah stadion sepak bola, kita sekarang melihat aplikasi Tampilan di setiap jalan kehidupan. Pasar untuk aplikasi ini berkembang pesat, dan begitu juga adalah teknologi yang terkait. Perkembangan dramatis teknologi ini pada gilirannya memerlukan instrumentasi pengukuran canggih baik di R & D dan manufaktur. Dalam dunia ini kaya aplikasi, Sistem Instrumen mengkhususkan diri dalam persyaratan untuk menampilkan dalam industri otomotif dan dirgantara. Kami menawarkan jangkauan terluas sistem pengujian dan pengukuran tersedia untuk high-end multi-fungsi menampilkan dan grafis panel. Keahlian kami dalam bidang ini telah membentuk Sistem Instrumen sebagai pemimpin pasar selama bertahun-tahun. Akibatnya, semua produsen otomotif utama dan tier 1 pemasok komponen berhasil menggunakan instrumentasi kami.

Eka Surya Lesmana

Page 21

Sistem

Instrumen

menawarkan

dua

teknologi

pengukuran

terpisah

untuk

mengkarakterisasi parameter optik display seperti pencahayaan, nilai Kromatisitas dan rasio kontras: Sistem untuk Pengujian Tampilan didasarkan pada kombinasi dari spektrometer dan optik pencitraan. Sistem ini mengukur satu tempat pada layar dan karakteristik menghasilkan akurasi pengukuran yang sangat tinggi. Pencitraan Fotometer dan colorimeters alternatif dapat menangkap seluruh tampilan dalam pengukuran tunggal, meskipun dengan kompromi tertentu dalam keakuratan pengukuran. Kedua teknologi dapat digunakan dengan DTS500 5-sumbu uji positioning system untuk mengotomatisasi pengukuran baik homogenitas dan sudut-tergantung sifat optik sesuai dengan Standar VESA. Khusus high-end varian dari sistem display uji DTS140 dan DTS320 seri spectroradiometers tambahan memungkinkan pengujian menampilkan NVIS kompatibel dan grafis panel sesuai dengan MIL-L-85762A dan MIL-STD-3009, masing-masing. Untuk Sistem Instrumen aplikasi spesifik adalah sistem pengukuran pemasok yang memenuhi syarat untuk produsen aviasi dan tambahan kepada angkatan bersenjata seperti US Air Force dan US Navy.

Eka Surya Lesmana

Page 22

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis. Transducer adalah alat yang biasa pada elektonika, kelistrikan, mekanik elektronik, elektromagnetik, digunakan mengubah energi dari satu energi ke bentuk energi yang lain untuk berbagai pengukuran atau transfer informasi. Di dalam transducer terdapat sensor yang berfungsi untuk mengubah energi masukan menjadi energi keluaran dalam bentuk yang lain. Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai dengan sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor, yaitu lineraitas, sensitivitas, dan tanggapan waktu. Ada berbagai macam sensor dalam elektronika dan pengukuran, namun yang umum diketahui hanya 3 macam sensor, yaitu sensor thermal, sensor mekanik, dan sensor optic. Aplikasi dari masing masing sensor telah banyak kita ketahui. Sebagai contoh dari sensor thermal ialah thermocouple, thermistor, RTD, dll. Sensor mekanik diantaranya adalah strain gauge, piezoelektrik, potensiometer, dll. Sedangkan contoh dari sensor optic adalah sel photovoltaic, LED, dll. Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. system display adalah system dimana hasil dari signal conditioner ditampilkan, terdiri dari printer, layar monitor, jarum, dan LCD

Eka Surya Lesmana

Page 23

Anda mungkin juga menyukai