Gambar 4 Gambar 5
Longsoran Baji Longsoran Busur
Gambar 6
Longsoran Guling
2.3. PERHITUNGAN KEMANTAPAN LERENG
5
Pada suatu kasus kelongsoran dapat diamati bahwa tanah yang
longsor itu bergerak pada suatu bidang tertentu. Bidang tersebut disebut
bidang gelincir (slip surface) atau bidang geser (shear surface). Bentuk
bidang gelincir bermacam-macam sebagaimana telah diuraikan pada jenis-
jenis longsoran di atas.
Bilamana terjadi tanah longsor, berarti kekuatan geser tanah telah
dilampaui; yaitu perlawanan geser pada bidang gelincir tidak cukup besar
untuk menahan gaya-gaya yang bekerja pada bidang tersebut. Karena itu
untuk menentukan kemantapan suatu lereng harus diketahui kekuatan geser
tanah pada lereng tersebut.
a. Kekuatan Geser
Kekuatan geser tanah dapat dinyatakan secara umum dengan rumus :
s = c + ( - u) tan ( 1 )
dimana :
s = kekuatan geser tanah
= tegangan normal pada bidang geser
c = kemiringan kohesi pada tegangan efektif
= sudut geser pada tegangan efektif
Untuk mengetahui kekuatan geser di suatu tempat, perlu dilakukan
pengambilan contoh tanah asli dari tempat tersebut dan mengukur c dan
di laboratorium. Nilai tegangan air pori (u) dapat ditentukan, misalnya
dengan memasang pipa dan mengukur tinggi air di dalamnya (Gambar 7),
selanjutnya perlu ditentukan tegangan normal ().
6
h
s = c' + ( - u) tan '
u =
w
h
Bidang Gelincir
Tinggi Air
Pipa untuk
mengukur
tegangan air pori
Gambar 7
Sketsa Penentuan Kekuatan Geser pada Bidang Gelincir
Pada suatu tempat tertentu dalam lereng, nilai c dan dapat
dianggap konstan, demikian juga dengan . Tetapi tegangan air pori
biasanya tidak merupakan angka yang konstan. Pada musim kering
mungkin tidak ada tegangan air pori, sedangkan pada musim hujan
tegangan air pori bisa menjadi tinggi.
Dengan demikian cara perhitungan kemantapan lereng harus
dapat memperhitungkan pengaruh tegangan air pori. Satu-satunya cara
untuk maksud ini ialah dengan memakai rumus kekuatan geser
sebagaimana pada persamaan (1). Perhitungan yang dilakukan dengan
menggunakan rumus tersebut disebut effective stress analysis, yaitu
berdasarkan pada tegangan efektif.
Sebelum cara ini dipakai, perhitungan kemantapan lereng
dilakukan dengan memakai rumus kekuatan geser s = c + tan . Di sini
adalah tegangan total dan tidak terdapat nilai tegangan air pori. Cara
ini disebut total stress analysis, yaitu perhitungan berdasarkan pada
tegangan total.
Sekarang telah disetujui secara umum bahwa perhitungan dengan
memakai tegangan efektif lebih dapat dipercaya daripada perhitungan
dengan memakai tegangan total.
b. Metode Keseimbangan Batas
7
Cara yang dipakai untuk menghitung kemantapan lereng ialah
cara keseimbangan batas (limit equilibrium method), yaitu dengan
membandingkan kekuatan geser yang diperlukan untuk
mempertahankan kemantapan dengan kekuatan geser yang ada. Dari
perbandingan ini akan didapatkan Faktor Keamanan.
Perhitungan dimulai dengan menganggap akan terjadi
kelongsoran pada bidang gelincir tertentu, selanjutnya dihitung gaya atau
momen yang menyebabkan kelongsoran pada bidang tersebut (akibat
berat tanah). Ini disebut gaya penggerak (sliding force) atau momen
penggerak (turning moment). Kemudian dilakukan perhitungan gaya atau
momen yang melawan kelongsoran (akibat kekuatan geser tanah), ini
disebut momen melawan (resisting moment). Dengan mempersamakan
kedua momen tersebut akan dapat ditentukan faktor keamanan lereng
pada bidang gelincir yang bersangkutan. Cara ini diulangi pada bidang
gelincir lain sampai tercapai nilai faktor keamanan yang terkecil.
Untuk melakukan perhitungan biasanya lereng perlu dibagi dalam
sejumlah segmen, supaya ketidakseragaman tanah dapat
diperhitungkan, juga supaya gaya normal pada bidang geser dapat
ditentukan (Gambar 8).
8
b
x
R
s
l
W
E
n
X
n
E
n + 1
X
n + 1
W
S
P
ul
P'
P
P
'
u
l
S
c
'l
F
P
'ta
n
'
F
W
X
n
- X
n+1
E
n
- E
n+1
Gaya Pada Segmen
9
Gambar 8
Sketsa Perhitungan Kemantapan Lereng
Momen penggerak segmen = W . x
Dimana W = berat segmen
Momen penggerak seluruhnya = W x
= W R Sin
= R W Sin
Faktor keamanan (F) adalah perbandingan antara kekuatan geser
yang ada dengan kekuatan geser yang diperlukan untuk menahan
kemantapan.
Jadi bila kekuatan geser = s, maka kekuatan geser untuk
mempertahankan kemantapan adalah s/F.
Bilamana S = gaya pada dasar segmen, maka S = s.l / F
Momen melawan segmen =
R
F
sl
Momen melawan seluruhnya =
sl
F
R
R
F
sl
Dengan mempersamakan momen melawan dengan momen
penggerak, maka
sl
F
R
Sin W R
, sehingga
Sin W
sl
F
. ( 2 )
Untuk menyelesaikan perhitungan faktor keamanan, nilai s pada
persamaan (2) harus diganti dengan rumus kekuatan geser sebagaimana
telah diuraikan pada persamaan (1), sehingga menjadi :
10
[ ]
[ ]
+
+
+
Cos ul Sin
F
l c'
) X (X W ul)Cos (P sin
F
' tan
ul P
1 n n
Sehingga :
( )
,
_
+
+
sin
F
' tan
Cos
Cos u Sin
F
c'
l ) X (X W
ul P
1 n n
Pada metode Bishop ini (X
n
X
n+1
) dianggap sama dengan nol,
sehingga:
( )
,
_
sin
F
' tan
Cos
Cos u
F
Sin c'
l W
ul P
Dengan mensubstitusikan persamaan di atas ke persamaan (3),
didapatkan:
[ ]
F
tan ' tan
1
Sec
' tan ul) - W ( l c'
Sin W
1
F
+
.. (5)
Nilai F pada persamaan (5) terdapat di bagian kiri maupun di
bagian kanan persamaan, sehingga untuk menentukan nilai F harus
digunakan cara perulangan (iterative), dengan menggunakan suatu nilai
F tertentu sebagai langkah awal perhitungan; nilai F yang dihasilkan dari
perhitungan, selanjutnya digunakan lagi untuk perhitungan berikutnya.
12
Umumnya diambil nilai F = 1,00 sebagai pedoman awal dalam
perhitungan, dan proses pengulangan (iteration) dilakukan terus hingga
selisih antara nilai F yang dicobakan dan nilai F yang dihasilkan tidak
lebih dari 0,01.
13
BAB III
PEMBUATAN SOFTWARE
3.1. INPUT DATA
Perhitungan faktor keamanan lereng yang dilakukan adalah dengan metode
kesetimbangan batas (limit equilibrium method) dengan cara bishop.
Rumus umum metode ini adalah :
[ ]
F
tan ' tan
1
Sec
' tan ul) - W ( l c'
Sin W
1
F
+
Untuk dapat menentukan faktor keamanan dibutuhkan beberapa data
sebagai input, yaitu :
a. Parameter geoteknik
Parameter geoteknik yang dibutuhkan adalah kohesi, sudut geser dalam
dan bobot isi tanah. Untuk kohesi terdapat dua satuan yang biasa
dipakai yaitu kPa dan kg/cm
2
, demikian juga untuk bobot isi satuan yang
umum dipakai adalah kN/m
3
dan ton/m
3
, sedangkan untuk sudut geser
dalam biasanya dinyatakan dalam derajad.
b. Dimensi Jenjang
Data input untuk dimensi jenjang meliputi ketinggian dan lebar jenjang,
keduanya dinyatakan dalam meter.
c. Jumlah Segmen.
Perhitungan kemantapan lereng didasarkan pada segmen-segmen dari
lereng yang dihitung. Pembagian dalam segmen ini dimaksudkan agar
ketidakseragaman tanah dapat diperhitungkan dan yang lebih penting
lagi adalah agar gaya normal pada bidang gelincir dapat ditentukan.
Secara teoritis, semakin banyak jumlah segmen yang digunakan hasil
perhitungan akan semakin baik, dalam program ini jumlah segmen yang
dianalisis dibatasi maksimal 15 segmen. Pembatasan tersebut
didasarkan pada pertimbangan bahwa biasanya jumlah tersebut telah
mencukupi untuk mendapatkan angka faktor keamanan yang dapat
dipercaya.
14
3.2. LANGKAH PERHITUNGAN
a. Konversi Satuan
Kohesi biasanya dinyatakan dalam satuan kilo Pascal (kPA) atau kg/cm
2
,
dan bobot isi tanah dalam satuan kN/m
3
atau ton/m
3
. Untuk
mengakomodir kedua sistem satuan tersebut (yang umum digunakan di
Indonesia), program ini dilengkapi dengan option button yang
memungkinkan pengguna memasukkan nilai parameter dan meng-click
pilihan satuan yang sesuai. Dengan demikian pengguna tidak perlu
mengkonversikan terlebih dahulu ke satuan yang lain.
b. Perhitungan Kemiringan Lereng
Sudut kemiringan lereng dihitung dengan menggunakan fungi
trigonometri tangen dari tinggi dan lebar lereng yang dimasukkan pada
input.
c. Penentuan Tinggi Muka Air Tanah
Untuk memasukkan data mengenai tinggi muka air tanah (water tabel),
disediakan empat pilihan, yaitu jenuh air, tinggi muka air tanah =
2
/
3
tinggi jenjang, tinggi jenjang dan
1
/
3
tinggi jenjang. Pengguna tinggal
meng-click pilihan yang sesuai pada option button yang disediakan.
d. Penentuan Titik Pusat Lingkar Longsor Kritis
Penelitian Hoek and Bray, 1981, menyatakan bahwa lokasi titik pusat
lingkaran longsor tergantung pada sudut kemiringan lereng dan sudut
geser dalam daripada material pembentuk lereng. Lebih lanjut peneliti
tersebut mempublikasikan grafik lokasi lingkar longsor kritis sebagai
fungsi dari kemiringan dan sudut geser dalam. Lokasi titik pusat lingkar
longsor kritis dinyatakan dalam perkalian (multiplying) ketinggian lereng
pada arah Y (atas) dan arah X (arah mendatar dari toe ke crest)
sebagaimana ditampilkan pada Gambar 9.
Grafik Hoek and Bray tersebut selanjutnya diinterpolasi untuk
mendapatkan titik perpotongan dari semua nilai sudut geser dalam dan
kemiringan lereng yang ada dalam kisaran grafik tersebut, yaitu sudut
geser dalam dari 10 hingga 60 dan sudut kemiringan lereng dari 20
hingga 80. Hasil interpolasi ini digunakan sebagai dasar perhitungan
selanjutnya.
15
0
1
2
3
-3 -2 -1 0 1 2
Distance X
D
i
s
t
a
n
c
e
Y
S 20
S 30
S 40
S 50
S 60
S 70
S 80
F 10
F 20
F 30
F 40
F 50
F 60
Gambar 9
Titik Pusat Lingkar Longsor Kritis
Sebagai Fungsi dari Kemiringan (S) dan Sudut Geser Dalam (F)
e. Penentuan Bidang Gelincir
Bidang gelincir / bidang longsor ditentukan dengan menarik busur
lingkaran yang melalui titik toe jenjang hingga ke permukaan tanah di
belakang crest jenjang (Gambar 10). Busur lingkaran tersebut berpusat
di titik pusat lingkar longsor yang telah ditentukan tahap sebelumnya
(Langkah d).
P u s a t L i n g k a r
L o n g s o r
B
i
d
a
n
g
G
e
l
i
n
c
i
r
R
R
D
i
s
t
a
n
c
e
Y
D i s t . X
K e t e r a n g a n :
D i s t a n c e Y d a n
D i s t a n c e X d i t e n t u k a n
d a r i G r a f i k G a m b a r 9
T o e
C r e s t
Gambar 10. Penentuan Bidang Gelincir
16
f. Penentuan Jari-Jari Lingkar Longsor (R)
Jari-jari lingkar longsor ditentukan dengan rumus segitiga siku-siku
(Phytagoras). Dengan mengasumsikan koordinat pada toe lereng adalah
(0,0) maka koordinat titik pusat lingkaran dapat ditentukan.
Dari koordinat toe lereng dan koordinat titik pusat lingkaran jarak antara
kedua titik itu adalah jari-jari lingkaran (Gambar 10) dapat ditentukan
dengan perasamaan:
2
toe longsor pusat
2
toe longsor pusat
2
toe longsor pusat
2
toe longsor pusat
2
) Y - (Y ) X - (X r
) Y - (Y ) X - (X r
+
+
g. Penentuan Titik Potong Bidang Gelincir
Titik potong bidang gelincir di belakang crest jenjang (Gambar 10)
ditentukan dengan persamaan lingkaran dimana Koordinat Y titik
tersebut adalah sama dengan koordinat Y crest jenjang, sedangkan jari-
jari lingkar longsor (r) adalah tetap dan telah diketahui dari perhitungan
sebelumnya (Langkah f). Dengan demikian koordinat X titik potong
bidang gelincir dapat ditentukan.
toe
2
toe longsor potong titik
2
longsor potong titik
2
toe longsor potong titik
2
toe longsor potong titik
2
toe longsor potong titik
2 2
toe longsor potong titik
2
toe longsor potong titik
2
toe longsor potong titik
2
X ) Y - (Y r X
) Y - (Y r ) X - (X
) Y - (Y r ) X - (X
) Y - (Y ) X - (X r
+
+
h. Perhitungan lebar segmen
Jumlah segmen yang dipergunakan dalam perhitungan tergantung pada
input data segmen yang diisikan oleh pengguna (n).
Dalam perhitungan ini disiapkan satu segmen dengan lebar dari crest
jenjang sampai dengan perpotongan bidang gelincir di belakang crest
jenjang (Gambar 11). Jumlah segmen pada jenjang sendiri didapatkan
dari data lebar jenjang dan jumlah segmen yang diinginkan dengan
persamaan:
1 n
Jenjang Lebar
Segmen Jumlah
.
17
Koordinat X untuk batas segmen {segmen pertama sampai jumlah
segmen yang diinginkan (data input) dikurangi satu} ditentukan dengan
persamaan :
( ) 3,... 2, 1, n 1 n
Segmen Jumlah
Jenjang Lebar
X
toe
1
]
1
) (
) (
P u s a t L i n g k a r
L o n g s o r
B
i
d
a
n
g
G
e
l
i
n
c
i
r
R
R
T o e
C r e s t
T i t i k P o t o n g
B i d a n g G e l i n c i r
B a t a s
S e g m e n
T e n g a h
S e g m e n
`
P
r
o
y
e
k
s
i
Gambar 12. Sketsa Segmen Perhitungan
k. Perhitungan Tinggi Segmen
19
Setelah koordinat Y segmen ditentukan baik Y
atas segmen
dan Y
bawah segmen
,
maka tinggi segmen dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
sederhana yaitu :
Tinggi segmen = Y
atas segmen
Y
bawah segmen
Tinggi segmen ini sangat penting dalam penentuan beratnya massa
tanah pada segmen tersebut.
l. Koordinat Proyeksi Vertikal Pusat Lingkar Longsor
Koordinat pusat lingkar longsor diproyeksikan ke bidang gelincir melalui
bidang proyeksi yang sejejar sumbu X (dengan demikian koorinat X
tetap). Sketsa titik dimaksud dapat dilihat pada Gambar 12. Koordinat Y
hasil proyeksi ditentukan dengan persamaan berikut :
toe
2
toe longsor lingkar Pusat
2
Proyeksi
2
toe longsor lingkar Pusat
2
toe Proyeksi
2
toe longsor lingkar pusat
2 2
toe Proyeksi
longsor lingkar Pusat Proyeksi
2
toe Proyeksi
2
toe Proyeksi
2
Y ) X - (X r Y
) X - (X r ) Y - (Y
) X - (X r ) Y - (Y
X X
) Y - (Y ) X - (X r
+
+
m.Sudut Pusat Lingkar Lonsor ke Dasar Segmen
Sudut yang dibentuk antara titik proyeksi pusat lingkar longsor pada
bidang gelincir (langkah l), titik pusat lingkar longsor (langkah d), dan titik
dasar segmen (langkah j), pada Gambar 12 disimbolkan dengan sudut ,
ditentukan dengan rumus cosinus segitiga sebagai berikut :
- Jarak antara pusat lingkar longsor ke titik proyeksinya pada bidang
gelincir adalah sebesar jari-jari lingkaran (langkah f), demikian juga
jarak pusat lingkar longsor ke titik dasar segmen pada bidang gelincir .
- Jarak antara titik proyeksi ke titik dasar segmen ditentukan dengan
rumus Phytagoras :
2
proyeksi segmen dasar
2
proyeksi segmen dasar
2
proyeksi segmen dasar
2
proyeksi segmen dasar
2
) Y - (Y ) X - (X r
) Y - (Y ) X - (X r
+
+
- Dengan diketahui ketiga jarak sisi segitiga, sudut yang dibentuk dapat
ditentukan dengan persamaan cosinus yang memiliki bentuk umum :
c
2
= a
2
+ b
2
2.a.b.Cos
20
dimana :
c = jarak antara titik proyeksi ke titik dasar segmen
a = jarak titik pusat lingkar longsor ke titik proyeksi
b = jarak titik pusat lingkar longsor ke titik dasar segmen
Pada kondisi ini a = b = jari-jari lingkaran (disimbolkan r).
Degan demikian bentuk umum tersebut dapat disederhanakan
menjadi:
,
_
+
2
2
2
2
2
2 2
2 2 2
2 2 2
2r
c
1 Cos Arc.
2r
c
1
2r
c 2r
Cos
maka r, b a karena
b a 2
c b a
Cos
Cos b a 2 b a c
,
_
,
_
+
F
Tan Tan
1
Se
[ ]
,
_
+
+
F
Tan Tan
1
Se
tan b) u (W b c
,
_
+
F
Tan Tan
1
Se
Catatan : = kolom 5
= sudut geser dalam (input)
F = Faktor keamanan (untuk awal perhitungan
digunakan angka 1)
Kolom (15) =
[ ]
,
_
+
+
F
Tan Tan
1
Se
tan b) u (W b c
+
+
+
+