Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY S DENGAN HALUSINASI DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT JIWA DR.

SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA

Di Susun Oleh : 1. NOVITA AMRI, S.Kep 3. SUTARJO, S.Kep 4. YAYAT SUGIYAT, S.Kep (0807 0000 90) (0904 0000 06 (0905 0000 12)

2. SRI PURWANINGSIH, S.Kep (0905 0000 11)

PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pengaruh modernisasi, globalisasi, industrialisasi, kemjuan IPTEK, mengakibatkan perubahan social yang cepat sehingga kehidupan masyarakat semakin trumit dan kompleks. Komleksisitas dan kerumitan ini mnegakibatkan proses adaptasi menjadi semakin sulit. Kehidupan yang serba kompetiif, penuh persingan dan riacalitas serta diwarnai prilaku yang tidak wajar dan merugikan orang, menimbulkan kekuatan keckemasan dan keteganggan padainduvidu. Pada akihirnya prevalensi gangguan jiwa pada masyarakat diduania semakin meningkat, tidak terkecuali diindonesia. Pemahaman tentang kesehatan dari waktu kewaktu terus berkembang pengertian tentang sehat yang sering digumnakan adalah pengertian sehat menurut WHO dimana sehat didefinisikan sebagai keadaan ssejahtera secara tubuh, jiwa dan social tidak hanaya sekedar keadaan bebas daria cacad dan kelemahan ( UU No 23 1992 ) . UU Kesehatan jiwa no 3 th 1996 yang mengidentitivikasi sehat jiwa adalah sewaktu yang mungkin perkembangan fisik mental spiritual dan soisl bila induvidu tidak dapat beradaptqasi terhadap perubahan yang terjadi maka akan menimbulkan gaangguan kesehatan baik fisik mapun psikosial ( Ayub sani ibarahim ). Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk meninkatan dan mempertahannkan prilaku yang mengkontribusikan pada fungsi yng terintergrasi . pasien atau system klien dapat berupa individu keluarga kelompok organisasi atau komunitas.proses keperawatan jiwa membantu individu secara utuh bukan hanya merawat plenyakitnya tetapi lengkap pada semua aspek bio,psiko social spiritual. Krisis multi dimensi telah mengakibatkan tekanan yang berbiat terhadap sebagian besar masyarakat dunia umumnya dan Indonesia khususnya . masyarakat yang mengalami krisis ekomoni tidak saja akan mengalami gangguan kesehatan fisik berupa gangguan gizi, terserang berbagai jenis penyakit infeksi , tetapijuga dapat mengalami gangguan kesehatan mental psikiatri ( rasmun , 2001 )

Bila individu tidak dapat beradeaptasi terhjadap prubahan yang terjadi, maka akan menimbulkan gangguan kesehatan diberbagai bidang, seperti mengamuk, mondar mandir, tanpa tujuan dan merusak barang. Menurut town 1998 Halusinasi adalah suatu keakdaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola stimulus yang mendekat atau diprakarsai secara internal atau external.disertai dengan pengurangan, distorsi yang berlebihan atau kelainan dalam berespon terhadap stimulus. Komunikasi yang umum terjadi pada klien dengan gangguan sensori persepsi : Halusinasi adalah kecendrungan yang besar terahadap resiko mencedrai diri sendiri orang lain dan lingkungan, dimana llien sudah berada pada tahap prilaku dikendalikan oleh halusinasi. Pada pase ini klien tidak mampu menolak halusinasi .situasi ini adalah mengancam, an perlu menempati prioritas masalah, sehingga menurunkan resiko mencedrai diri sendiri orang lain dan lingknngan . Prilaku halusinasi sebagian besar dapat dilihat diruang mawar , karakteristik, maslah klien diruang Mawar dari tanggal 06 april s/d17 april 2009 jumlah pasien gangguan jiwa 9 orang jumlah gangguan pasien pada jiwa sebanyak 57orang dan didapatkan data klien yang mengalami gangguan sensori persepsi: halusinasi berjumlah 50 orang (90%), HDR berjumlah 2 orang (3,5%), isolasi social berjumlah 2 orang (3,5%), waham 1 orang (1,7%), dan perilaku kekerasan 2 orang (3,5%). Dari jumlah klien yang terdapat di ruang mawar adalah kasus halusinasi dengan presentase paling besar disbanding dengan kasus lain, sehingga penulis tertarik mengangkat kasus halusinasi sebagai prioritas kasus utama disbanding dengan kasus lain dan penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang halusinasi. Perawat harus mampu memutuskan tindakan yang tepat dan segera terutama jika klien berada pada fase dikendalikan oleh halusinasi. Kemampuan perawat berkomunikasi secara terapeutik dan membina hubungan saling percaya sangat diperlukan dalam penanganan halusionasi pada semua fase halusinasi. Engan dasar ini perawata akan mempunyai kesempatan untuk menghadirkan realita agar lien mampu membedakan agai nerika antara persepsi yang palsu dan actual, dan melatih kemampuan klien secara efektif dalam memgendalikan halusinasi. Berdasarkan uraian diatas maka kelompok tertarik untuk mengangkat masalah keperawatan untuk halusinasi, dengan judul makalah : Asuhan Keperawatan Pada

Ny. S Dengan GSP: Halusinasi Dengar Di Ruang Mawar RSJ. Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta 2009

B. Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan persepsi: Halusinasi dengar di ruang mawar RS Jiwa Dr Soeharto Heedjan. b. Tujuan khusus 1. Mampu melakuakan pengkajian pada klien dengan gangguan persepsi : halusinasi dengar. 2. Mampu merumuskan masalah dang diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi. 3. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi demhar 4. mampu melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan sensori persepsi: halisinasi dengar. 5. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdap[at antara kasus dengan terori pada klien dengan gaguan sensori persepsi halusinasi dengar. 6. Mampu mengidentifikasi factor pendukung, penghambat, serta dapat mencari solusinya. 7. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi. C. Proses Pembuatan makalah Kelompok berjumlah 4 orang praktek diruang mawar selama 2 minngu dari tanggal mahasiswa bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan semua klien yang dirawat diruang tersebut dengan cara membagi habis pasien yang ada di ruang mawar saat mahasiswa praktek.Jumlah pasien dari sampai dengan berjumlah

Dengan alasan halusinasi menempati urutan pertama dan kelompok merasa tertarik untuk mengangkat kasus halusinasi merupakan masalah keperawatan yang unik dan menjadi tanggung jawab perawat untuk membantu klien untuk mengatasinya, karena untuk mengatasi halusinasi tidak hanya diperlukan terapi psikofarmaka. Apa yang di butuhkan klien dengan masalah halisinasi adalah motivasi yang kotinyu untuk membantu mengontrol halusiansi klien tersebut dan sehingga peran perawat sangat Di perlukan. Berdasarkan data tersebut diatas, maka kelompok tertarik untuk mengambil judul makalah Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien Ny.N dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran di ruang mawar rumah sakit jiwa dr.soeharto Herdjan. Dikarenakan selain merupakan kasus kelolaan, proses pengocokan kasus dengan ruangan lain juga dikarenakan halisinasi merupakan hal yang paling rentan dengan kejadian isolasi social, harga diri rendah, deficit perawatan diri dan perilaku kekerasan. Asuhan keperawatan pada NY.n di awali oleh satu orang mahasiswa yang melakukan pendekatan secara itensif sebagai klien kelolaan.Selanjutnya kelompok mengadakan interaksi secara bergantian dengan pasien untuk membina hubungan saling percaya. Strategi yang dilakukan kelompok pada tahap kerja dilakukan oleh satu anggota kelompok melakukan implementasi sesuai dengan masalah yang ditemukan pada pasien.Pada tahap evaluasi mahasiswa melakukan koordinasi antar mahasiswa terutama dalam rencana yang akan dating sehingga kesinambungan antar anggota kelompok satu dengan yang lain. Kolaborasi terhadap intervensi yang di lakukan oleh mahasiswa juga melibatkan perawat diruang mawar, khususnya di pagi hari.Mahasiswa melakukan pendokumentasian dan mengkonsultasikannya dengan pembimbing,

BAB II GAMBARAN KASUS A. Pengkajian Ny. S berusia 30 tahun, alamat : Jl. Hos Cokroaminoto No.16 RT 03/010 kelurahan Larangan Utara Ciledug Tangerang, klien anak ketiga dari lima bersaudara , sudah menikah mempunyai anak dua orang, anak yang pertama adalah laki-laki dan anak yang kedua meninggal dunia waktu dilahirkan, klien tinggal dengan tante Nana dan keluarga lainnya, kedua orang tua klien sudah meninggal dunia, klien beragama Islam. Klien diantar oleh keluarga ke RSJ Dr. Soeharto Heerdjan dengan alasan : klien mendengar suara-suara dari seorang perempuan yang menyuruhnya untuk membakar bajunya, klien marah-marah dan tidak mau mandi. Sebelumnya klien pernah dirawat empat kali di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan, pada tahun 2001, 2002, 2003 dan 2004. tetapi klien jarang datang berobat dan tidak mau minum obat. Dan pada akhirnya klien dirawat untuk yang kelima kalinya pada tanggal 23 Januari 2009 di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan. Dari hasil wawancara dengan klien pada tanggal 06 April 2009 kelompok melakukan pengkajian dan mendapatkan data : klien mengatakan mendengar suara-suara dari seorang perempuan yang menyuruhnya untuk membakar bajunya, klien mengatakan kesal dengan suara tersebut, klien mengatakan kesal karena dirumahnya banyak laki-laki yang melihatnya, klien mengatakan pernah diancam dengan menggunakan pisau oleh laki-laki yang tidak dikenalnya karena klien takut dengan ancamannya klien mengikuti apa yang di bilang oleh laki-laki tersebut (diperkosa), klien mengatakan pernah membakar bajunya karena kesal. Klien mengatakan pernah membakar bajunya, klien mengatakan kesal dengan Tante Nana karena dia ingin menguasai rumahanya. Klien terlihat marah karena ada yang ingin menguasai rumahnya, tatapan mata klien terlihat tajam.

Klien mengatakan malu dan trauma terhadap kejadian pemerkosaan tersebut, klien mengatakan belum menceritakan kejadian tersebut kepada suaminya, dank lien mengatakan ingin mati saja karena tidak bias merawat anak dam suaminya. Klien terlihat malu dan trauma terhadap kejadian tersebut, klien terlihat ketakutan bila mendengar kejadian tersebut lagi. Klien mengatakan bergaul dengan lingkungan sekitar tetapi klien merasa diabaikan dan setiap perkataannya tidak pernah ditanggapi oleh teman bicaranya. Klien terlihat menyendiri dan suka melamun. Klien mengatakan belum dikunjungi oleh keluarganya,klien mengatakan ingin pulang kerumah, selama klien dirawat oleh kelompok keluarga klien tidak pernah mengunjungi klien. Klien terlihat gelisah dan mondar-mandir. Klien mengatakan sudah lima kali dirawat di Rumah Sakit. Klien mengatakan jarang datang berobat karena tidak ada biaya, klien mengatakan malas meminum obat. Dari catatan keperawatan klien sudah dirawat selama empat kali pada tahun 2001, 2001, 2003 dan 2004. Sekarang klien dirawat untuk yang kelima kalinya dari tanggal 23 Januari 2009 sampai saat ini. Hasil yang didapt dari keterangan keluarga pada saat kunjungan rumah didapatkan data, keluarga klien mengatakan klien sakit sejak klien duduk dibangku Sekolah Menengah Atas, awalnya klien sepulang dari sekolah terlihat melamun sendiri dan kemuadian bicara sendiri. Keluarga mengatakan bahwa klien pernah dibawa berobat ke pesantren dan paranormal. Keluarga mengatakan bahwa klien malas minum obat secara teratur bahkan tidak mau meminum obat. Dari keterangan status klien Diganosa medis adalah Skizoafektif dan mendapat terapi medis Trihexperidol 2mg tiga kali sehari, Chlorpromazine 100 mg satu kali, dan Haloperidol 3 mg satu kali sehari. Dari hasil pengkajian keperawatan masalah utama pada Ny. S adalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar. Karena berdasarkan data subjektif dan objektif klien mengatakan sering mendengar suara-suara dari seorang perempuan yang menyuruhnya untuk membakar bajunya, klien mengatakan klien sangat marah dan kesal saat suara-suara itu muncul dan respon klien saat itu ingin membakar bajunya, tetapi klien tidak pernah terlihat membakar baju dihadapan perawat. B. Masalah Keperawatan 1. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar

2. Isolasi sosial 3. Harga Diri Rendah 4. Koping Keluarga Inefektif 5. Regimen terapeutik 6. Resiko Perilaku Kekerasa C. Pohon Masalah dan Diagnosa Keperawatan sesuai Prioritas Resiko Perilaku Kekerasan Regiment terapeutik In efektif GSP : Halusinasi Dengar Isolasi Sosial Koping Keluarga Inefktif D. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar 2. Isolasi sosial 3. Harga Diri Rendah 4. Koping Keluarga Inefektif 5. Regimen terapeutik 6. Resiko Perilaku Kekerasan Harga Diri Rendah

BAB IV PELAKSANAAN TINDAKAN Selama proses interaksi yang dilakukan sejak tanggal 06 April 2009, kelompok telah malakukan tindakan keperawatan yang ditemukan pada Ny. S adalah Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi dengar, isolasi sosial, harga diri rendah, koping keluarga inefektif, regimen terapeutik inefektif dan resiko perilaku kekerasan. Dari enam masalah keperawatan yang ditemukan hanya satu yang diimplementasikan yaitu Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi dengar. A. Tujuan Umum : Klien dapat Mengontrol HAlusinasi yang dialami. B. Tindakan keperawatan: Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah pada Ny. S dalam mengatasi masalah gangguan sensori persepsi : halusinasi dengar adalah menggunakan Strategi Pelaksanaan (SP) Tindakan Keperawatan. Sesuai dengan SP I, tindakan keperawatan yang dilaksanakan pada Ny. S adalah mendiskusikan jenis, isis, waktu, frekuensi, situasi yang emnimbulkan halusinasi dan respon klien ketika halusinasinya timbul, mengajarkan klien cara menghardik halusinasi dan menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian. Setelah SP I berhasil dilaksanakan tindakan keperawatan dilanjutkan ke SP II, yaitu dengan mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien mengendalikan halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain dan menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Pada hari berikutnya setelah klien mampu mempraktekkan cara bercakapcakap dengan orang lain saat halusinasinya muncul, secara mandiri kelompok melanjutkan dengan tindakan keperawatan sesuai SP III, yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian, melatih klien mengendalikan halusinasinya dengan

melakukan kegiatan ( kegiatan yang biasa dilakukan klien), menganjurkan lien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Setelah SP III tindakan keperawatan pada Ny. S dilanjutkan dengan Sp IV, yaitu dengan mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur dan menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Pada kunjungan rumah dilakuan tindakan keperawatan pada keluarga Ny. S yaitu sesuai dengan SP I Keluarga, SP II Keluarga dan sampai SP III keluarga.dia Tindakan keperawatan pada keluarga sesuai SP I Keluarga yaitu mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawata pasien, mengajarkan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya. Tindakan keperawatan pada keluarga dilanjutkan sesuai SP II K, yaitu dengan melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan halusinasi dan melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada klien Ny. S dengan halusinasi. Tindakan keperawatan pada keluarga untuk mengatasi masalah gangguan sensori persepsi: Halusinasi dengar Ny. S diakhiri sesuai dengan SP III K, yaitu membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning), dan menjelaskan follow up klien setelah pulang. C. Evaluasi : Klien mampu membina hubungan saling percaya,klien mampu mengenal halusinasinya, klien mampu mengontrol halusinasinya, klien mampu memanfaatkan dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya dan klien mampu memanfaatkan penggunaan obat dengan baik. D. Rencana tindaka Lanjut: Diharapkan klien dan keluarga mampu mengontrol halusinasi yang dialami.

BAB V PEMBAHASAN Pada BAB ini kelompok akan membahas tentang keberhasilan tindakan yang telah dilakukan selama melakukan implementasi. Akan diungkap pula hambatan kelompok dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa pada Ny. S dan menyelesaikannya dengan berpedoman pada teori yang telah didapat baik dari studi perpustakaan dan bimbingan dari pembimbing lapangan, pembimbing praktek profesi keperawatan jiwa, bantuan dari kepala ruangan dan para perawat pelaksana di ruang Mawar. Telah disebutkan sebelumnya bahwa masalah keperawatan yang muncul pada pengkajian Ny. S adalah sebagai berikut : 1. GSP : Halusinasi Dengar 2. Isolasi Sosial 3. Harga Diri Rendah 4. Koping keluarga inefektif 5. Regimen terapeutik Kelompok melakukan satu masalah keperawatan dari lima masalah keperawtan yang dialami oleh Ny. S yaitu gangguan sensori persepsi: Halusinasi dengar dikarenakan gangguan persepsi sensori halusinasi adalah core Problem. Hal ini disebabkan karena kelompok memprioritaskan berdasarkan sifat yang mengancam jiwa pasien, bersifat dominan dan yang bisa oleh kelompok saat sekarang dan disini. Pembahasan akan dilakukan sesuai dengan prioritas masalah dan tindakan yang dilakukan. Pada saat pengkajian kelompok tidak mengalami kesulitan dalam berinteraksi, kontak mata terjalin klien mau berjabat tangan, namun klien terlihat marah melamun dan bicara sendiri.

Untuk mengatasi masalah ini, kelompok menyiapkan laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan dengan pertanyaan terbuka agar klien lebih leluasa menyampaikan perasaanya. Kelompokmenyiapkan diri untuk lebih bersabar, memahami persoalan klien dan berempati terhadap klien. Pada saat emmulai interaksi di pagi hari, kelompok memotivasi klien untuk memenuhi personal hiegine, menemani klien merapikan tempat tidur, dan melakukan kontrak dengan klien sering teapi singkat. Setelah terbina hubungan saling percaya antar kelompok dengan klien, klien mulai mampu menceritakan masalahnya, tetapi ketika klien sudah muai bosan, dengan tampak dari ekspresi wajahnya dan mulai tampak gelisah, kelompok segera mengakhiri percakapan dengan tidak lupa melakukan kontrak lagi. Dengan cara ini klien tampak lebih nyaman berinteraksi dengan kompok. Untuk membina hubungan saliang percaya kelompok berinisiatif utnuk masing-masing membuka diri dengan emnceritakan tentang identitas, asal, tujuan dan ketertarikan berkenalan dengan klien. Strategi pelaksanaan sesuai dengan SP baik untuk klien maupun untuk keluarga klien. Kelompok terlebih dahulu menanyakan perasaan yang klien alami saat ini dan menanyakan jadwal kegiatan harian klien. Setelah melakukan kesepakatan maka topik percakapan dilanjutkan dengan tahap kerja. Kelompok menanyakan tentang halusinasi yang dialaminya. Klien menjawab dengan lancar. Pada pertemuan berikutnya secara bertahap kelompok mengajarkan pada klien cara mengontrol halusinasinya. Kelompok selalu memberikan reinforcement positif atas udsaha yang dilakukan. Tidak hambatan yang berari ketika kelompok melakukan kunjungan rumah. Keluarga kooperatif mau berdiskusi dan mau mempraktekkan cara mengontrol halusinasinya.

PENUTUP A. Kesimpulan Tahap pengakajian memerlukan waktu yang cukup lama yaitu membutuhkan kesetaraan, keterampilan berkomunikasi, membina hubungan saling percaya, komunikasi yang baik,serta memperdalam pengetahuan tentang halusinasi pendengaran. Dari data yang ada penyususn memprioritaskan 5 diagnosa yaitu: Gangguan Sensori persepsi: Halusinasi pendengaran isolasi sosial menarik diri, hargadiri rendah, deficit perawatan diri dan resiko prilaku kekerasan. Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya, klien denga haliusinasi pendengaran perlu dilakukan tindakan awal dengan membina hubungan saling percaya, mengenal halusinasi serta cara mengontrol halusinasinya . Selain itu peranan terapi psikofarmaka juga tidak kalah pentingnya dalam pencapaian keberhasilan klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran. Dalam evaluasi semua masalah atau diagnosa keperawtanan yang diambil dapat teratasi dengan baik. B. Saran Untuk mengatasi hambatan yang ditemukan dalam merawat klien Ny. S dengan gangguan sensori Persepsi halusinasi dengar, diperlukan perhatian dari : 1. Klien Klien harus punya motivasi yang kuat untuk dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan kemampuan klien secara bertahap, salah satunya dengan cara klien harus melakukan jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan selama di Rumah Sakit.

2. Keluarga Keluarga dapat melanjutakan peratan klien dirumah dengan memanfaatkan support system keluarga dan memodifikasi leingkungan utnuk mencegah kekambuhan klien. Keluarga harus selalu memberikan motivasi dan reinforcemen positif terhadap klien setiap kali klien dapat melakukan aktivitan atau kegiatan yang positif. 3. Mahasiswa Diharapkan pada mahasiswa yang akan melaksanakan praktek keperawatan kesehatan jiwa telah mempersiapkan diri secara kognitif dengan penguasaan konsep asuhan keperawtan jiwa yang lebih matang sehingga tidak banyak mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan dilapangan atau dilahan praktek. Dihapkan kepdamahasiswa harus dapat memanfaatkan waktu sebaikbaiknya pada saat tidak berinterasi dengan klien digunakan untuk melengkapi dokumentasi asuha keprawatan.

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. 1997. Dianosa Keperawatan Aplikasi Pada

Praktik Klienis. Jakarta: EGC Keliat, BA. 1998. Proses Keperawatan KEsehatan Jiwa. Jakarta : EGC Stuart& Sundeen. 1998. Buku Saku Kesehatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatn Pada Psikiatri Edisi 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai