PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2010
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sesuatu akan disebut sebagai makhluk hidup apabila sesuatu itu memenuhi
ciri-ciri hidup. Salah satu dari ciri hidup tersebut adalah melakukan metabolisme. Kita dapat menganggap metabolisme suatu sel sebagai suatu peta jalan yang rumit yang terdiri dari ribuan reaksi kimia yang terjadi dalam sel tersebut. Reaksi kimia ini tersusun dalam jalur jalur metabolisme yang bercabang sedemikian rumitnya untuk mengubah molekul molekul melalui suatu rangkaian tahapan tahapan reaksi. Enzim mengarahkan aliran materi melalui jalur jalur metabolisme dengan cara mempercepat setiap tahapan reaksi secara selektif. Mekanisme yang mengatur enzim enzim menyeimbangkan antara penerimaan dan penawaran metabolis, serta mengalihkan kekurangan dan kelebihan bahan bahan kimiawi (Weistz, 1961). Pada tumbuhan protoplasma sel mempunyai plasma dan pada hewan berupa selaput sel yang mampu mengatur sel secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel atau sebaliknya. Terdapat dua proses fisiokimia yang penting, yaitu difusi dan osmosis, dengan adanya proses osmosis suatu selaput dinyatakan permeabel, semipermiabel, atau impermiabel. Sistem transportasi pada tumbuhan melibatkan proses difusi, osmosis, dan transpor aktif (Sobono, 1992). 1.2 Tujuan Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini antara lain untuk mengetahi proses difusi dan osmosi pada organisme hidup serta memahami penyebabnya, mengetahui proses terjadinya plasmolisis dan deplasmolisis pada sel-sel tumbuhan serta memahami penyebabnya, dan untuk mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya krenasi dan hemolisis sel darah manusia serta penyebabnya.
Untuk keluar dan masuk sel, semua zat makanan dan limbah harus melalui membran plasma. Sel hamper selamanya dikelilingi oleh media air, baik berupa air laut, air tawar, berupa getah jaringan, plasma atau cairan ekstraseluler. Pada umumnya hanya zat-zat yang larut saja yang dapat melewati membran plasma, tetapi tidak semua zat yang larut dapat menembus membran plasma dengan kemudahan yang sama. Ukuran molekul, muatan listrik, jumlah molekul air yang terikat dan daya larutannya dalam zat lemak memegang peranan penting suatu zat dapat melewati membran atau tidak. (Ville, 1984) Protoplasma sel mempunyai dinding atau plasma (pada tumbuhan) dan selaput sel (pada hewan) yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke lingkungan atau ke dalam sel dan sebaliknya. Penyerapan air dan zat-zat terlarut di dalamnya dapat terjadi melalui proses fisiokimia. Ada dua proses fisiokimia yang penting, yaitu difusi dan osmosis. Dengan adanya proses osmosis, suatu selaput dinyatakan permeabel, semi permeabel, dan impermeabel. (Lovelless, 1999) Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan. (Anonim,2009) Difusi dapat terjadi karena gerakan acak kontinu yang menjadi ciri khas semua molekul yang tidak terikat dalam suatu zat padat. Kecepatan difusi zat melalui membrane sel tidak hanya tergantung pada gradient konsentrasi, tetapi juga pada besar muatan dan daya larut dalam lipid dari partikel-partikel. Pada umumnya zat-zat molekul hidrofobik lebih mudah berdifusi melalui membrane daripada molekul
hidrofilik. Dalam keadaan yang sama, molekul kecil lebih cepat berdigusi melalui membrane sel daripada molekul besar.(Kimball, 1983) Difusi air atau larutan melalui suatu membrane disebut Osmosis. (Villee, 1984). Osmosis merupakan suatu proses difusi. Para ahli kimia menyatakan osmosis adalah difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeable secara diferensial. (Kimball, 1983) Osmosis adalah perpindahan air melalui membrane permeable selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi encer. (Anonim, 2009) Apabila semua jenis molekul dalam cairan yang ada disekelilingnya dapat merembes melewati selaput atau plasma tersebut maka selaput dinyatakan permeabel. Suatu selaput dinyatakan semi permeabel jika hanya beberapa jenis molekul dalam cairan yang ada disekelilingnya yang dapat melewatinya. Dan suatu selaput dinyatakan impermeabel jika selaput tersebut sama sekali tidak dapat dilewati oleh molekul dalam cairan yang ada disekelilingnya (Lovelless, 1999). Singkatnya, suatu membrane dikatakan permeable jika zat dapat melewatinya, dikatakan semi permeable/ permeable diferensial jika hanya beberapa zat yang dapat melaluinya dan dikatakan impereabel jika tidak ada zat yang dapat melaluinya. (Villee, 1984). Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Kekurangan air lebih banyak akibat osmosis akan menyebabkan terjadinya plasmolisis. Tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel sehingga menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membrane hingga akhirnya seluruh dinding sel runtuh. Keadaan ini dapat kembali ke keadaan semula apabila lingkungan sel tersebut diganti dengan larutan yang lebih encer dari larutan sel atau disebut denganlarutan hipotonik dan peristiwa ini disebut dengan Deplasmolisis.(Anonim,2009)
Jika sel darah menusia dimasukkan ke dalam air murni, maka molekul air akan berdifusi ke dalamnya. Osmosis ini terjadi karena di luar sel (100%) terdapat konsentrasi air yang lebih tinggi daripada di dalam sel. Air di sekitar sel itu disebut hipotonik terhadap sitoplasma sel. Dinding sel dari sel darah merah sangat dan tidak tahan akan peningkatan tekanan di dalam sel. Akibatnya sel itu pecah. Pecah nya sel darah merah akibat larutan hipotonik disebut Hemolisis. Bila sel darah merah ditempatkan di dalam air laut, maka air akan keluar dari sel dengan cara osmosis dan sel mengkerut karena suatu volume tertentu air laut mengandung jumlah molekul air yang lebih kecil daripada volume yang sama dari sitoplasma sel darah merah. Air laut disebut hipertonik terhadap sitoplasma sel, Sel darah merah yang mengkerut bila berada dalam cairan hipertonik disebut Krenasi. (Kimball, 1983)
3.1
Waktu dan Tempat Praktikum transport materi dan energi pada organisme ini dilaksanakan pada
tanggal 21 Oktober 2010 hari rabu pukul 07.45 - selesai dan dilaksanakan di Laboratorium Dasar Biologi Universitas Lambung Mangkurat. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain gelas kimia 50 mL, pipet tetes, penunjuk waktu, cawan petri, jarum, pengaduk, mikroskop, kaca benda, kaca penutup, silet, blood lanset, air, larutan metilen blue, eosin, Kristal CuSO4, mentimun, kentang, kertas label, daun Rhoe discolor, akuades, larutan sukrosa 0,20 M; kertas saring/pengisap, darah larutan NaCl 0,3 N; HCl 0,1 N; alcohol 70% dann kapas. 3.3 Prosedur Kerja 1. Proses Difusi dan Osmosis A. Proses Difusi Diteteskan larutan metilen blue pada gelas kimia yang telah diisi air, dan kristal CuSO4 dimasukkan pada gelas kimia lainnya. Diamati perubahan yang terjadi, saat penetesan dianggap sebagai waktu To dan saat tercapainya keadaan homogen sebagai T1. Langkah 1-2 diulangi, dan setelah penetesan metilen blue dan Kristal CuSO4 dimasukkan, segera diaduk. Hasil pengamatan tersebut dibandingkan. B. Proses Osmosis Disiapkan larutan garam dapur dengan menambahkan 3 sendok makan garam dapur dalam 10 mL air kemudian dimasukkan ke dalam cawan A dan diberi label (larutan garam). Ke dalam cawan B, air dimasukkan dan diberi labelnya (air). Dibuat irisan mentimun dan umbi kentang setebal 3-4 mm. 2 iris mentimun dan 2 iris
kentang dimasukkan ke dalam masing-masing cawan (A dan B) kemudian dibiarkan selama 15 meit. Irisan diangkat dengan jarum dan diamati perubahan yang terjadi. Setelah diamati, dikembalikan lagi ke dalam cawannya. Diteruskan perlakuan sampai 30 menit. Hasil pengamatan dibandingkan tentang bagaimana kekerasannya yang menunjukkan turgor, kedua macam bahan tersebut dipijit. 2. Proses Plasmolisis dan Deplasmolisis Permukaan bagian bawah (bagian yang berwarna ungu-merah) daun Rhoe discolor disayat. Diletakkan sayatan tersebut pada kaca benda yang telah ditetesi akuades, dan ditutup dengan kaca penutup secara hati-hati. Diamati di bawah mikroskop. Diteteskan larutan sukrosa pada salah satu tepi kaca penutup jika sel-sel daun Rhoe discolor sudah nampak jelas. Ditempelkan kertas saring/pengisap pada tepi yang lain, sehingga akuades akan tertarik dan medium sayatan digantikan oleh larutan sukrosa. Diamati dengan mikroskop selama 5 menit, dicatat semua perubahan yang terjadi, terutama terjadinya palmolisis. Diulangi langkah 3, medium larutan sukrosa diganti dengan akuades. Diamati dan dicatat terjadinya deplasmolisis. 3. Proses Krenasi dan Hemolisis Sel Darah Darah dari jari manis diambil dengan lanset atau jarum Franke. Diteteskan pada dua buah kaca benda masing-masing satu tetes. Ditambahkan 2 tetes larutan NaCl 0,3 N pada kaca benda pertama untuk mengamati proses krenasi. Ditambahkan 2 tetes larutan HCl 0,1 N pada kaca benda kedua, untuk mengamati proses terjadinya hemolisis. Ditutup masing-masing kaca benda dengan kaca penutup, kemudian diamati di bawah mikroskop. Digambarkan beberapa sel darah merah hasil pengamatan dan diberi keterangan.
4.1
Hasil Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Proses Difusi dan Osmosis Tabel 1. Difusi no 1. 2. Zat Terlarut Kristal CuSO4 Metilen Blue Tidak Diaduk T0 = 0 detik T1 = 17 menit 11 detik T0 = 0 detik T1 = 15 menit 13 detik Tabel 2. Osmosis no 1. 2. 3. 4. Perlakuan Kentang + NaCl Kentang + H2O Timun + NaCl Timun + H2O 15 Menit Lunak Keras Lunak Keras 30 Menit Tambah lunak Tetap keras Tambah lunak Tetap keras Diaduk T0 = 0 detik T1 = 24 detik T0 = 0 detik T1 = 12 detik
Perbesaran (10 x 10) a. Protoplasma b. Dinding sel c. Stomata Protoplasma berwarna merah muda keunguan.
c. Stomata Setengah dari protoplasma berwarna merah muda keunguan, setengah nya lagi berwarna putih. Gambar 3. Rhoe discolor + Aquades (Deplasmolisis) Keterangan :
Perbesaran (10 x 10) a. Protoplasma b. Dinding sel c. Stomata Warna protoplasma kembali seperti semula, berwarna merah muda keunguan. 3. Proses Krenasi dan Hemolisis Gambar 1. Darah + NaCl 0,3 N (Krenasi) Keterangan :
4.2 1.
A. Proses Difusi Pada percobaan untuk mengetahui proses difusi, hal pertama yang dilakukan adalah menetesi metilen blue pada gelas kimia berisi air dan memasukkan Kristal CuSO4 ke gelas kimia berisi air lainnya. Saat penetesan, 0 detik dianggap sebagai waktu T0. Hal berikutnya yang dilakukan adalah menghitung waktu yang diperlukan untuk metilen blue dan Kristal CuSO4 menjadi homogen. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan waktu yang diperlukan oleh metilen blue untuk menjadi homogen tanpa pengadukan adalah 15 menit 13 detik, sedangkan dengan pengadukan metilen blue menjadi homogen dalam waktu 12 detik. Waktu yang diperlukan Kristal CuSO4 untuk menjadi homogen tanpa pengadukan adalah 17 menit 13 detik, sedangkan dengan pengadukan Kristal CuSO4 menjadi homogen dalam waktu 24 detik.
Dari hasil yang didapat dapat dikatakan bahwa Kristal CuSO4 lebih lambat homogen daripada metilen blue, baik tanpa pengadukan maupun dengan pengadukan. Dan baik Kristal CuSO4 maupun metilen blue, keduanya lebih cepat menjadi homogen dengan pengadukkan dibandingkan tanpa pengadukkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengadukan yang dilakukan disini dimaksudkan untuk memberikan energi pada larutan untuk mempercepat proses difusi yaitu perpindahan larutan dari potensial air tinggi ke potensial air rendah namun tidak terjadi pada zat dengan tingkat konsentrasi air yang rendah seperti pada padatan kristal CuSO4. B. Proses Osmosis Pada percobaan untuk mengetahui proses osmosis, hal pertama yang dilakukan adalah merendam irisan kentang dan mentimun masing-masing ke dalam larutan garam dan air. Kemudian menunggu selama 15 menit (menghitung waktu dengan stopwatch). Setelah 15 menit, angkat irisan kentang dan mentimun dengan jarum dan membandingkan kekerasan antara irisan kentang dan mentimun pada larutan garam dan pada air. Ternyata setelah 15 menit, irisan kentang dan mentimun yang telah direndam dalam larutan garam menjadi lebih lunak dari sebelum dimasukkan ke dalam larutan, sedangkan irisan kentang dan mentimun yang direndam dalam air tetap keras seperti sebelum direndam. Kemudian letakkan kembali irisan kentang dan mentimun dan melanjutkan perendaman hingga 30 menit. Setelah 30 menit, maka kembali membandingkan. Ternyata, irisan kentang dan mentimun di dalam larutan garam menjadi semakin lunak dan mudah robek sedangkan irisan kentang dan mentimun yang direndam dalam air tetap keras. Hal ini dikarenakan jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi, sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Sel tumbuhan kehilangan air karena mengalami osmosis dimana cairan di dalam sel lebih encer mengalami perpindahan melalui membran permeable selektif ke bagian yang lebih pekat yaitu larutan garam. 2. Proses Plasmolisis dan Deplasmolisis
Terjadinya plasmolisis dan deplasmolisis pada tumbuhan karena perbedaan konsentrasi cairan sel dengan lingkungannya dapat kita ketahui pada tumbuhan Rhoe discolor. Pada awalnya keadaan sel Rhoe discolor dengan protoplasma sel yang berwarna merah muda keunguan mengisi penuh ruang selnya. Selain itu juga terlihat stomata yang besar tersebar banyak di sekitar sel yang berbentuk heksagonal. Tetapi, setelah ditetesi dengan sukrosa dengan mengganti mediun air melalui penyaringan dengan kertas isap, protoplasma sel Rhoe discolor menjadi berkurang sedikit demi sedikit dan warnanya memudar menjadi bening yang berarti protoplasma telah terlepas dari dinding sel. Hal seperti ini dikarenakan bahwa telah terjadi proses plasmolisis akibat konsentrasi cairan di luar sel lebih tinggi dari pada di dalam sel, sehingga cairan protoplasma sel sedikit demi sedikit keluar. Kemudian larutan sukrosa yang telah ditetesi pada daun Rhoe discolor tadi diisap dengan kertas isap dan kembali ditetesi aquades. Ternyata protoplasma yang tadinya keluar kembali masuk ke dalam sel. Hal ini disebabkan karena lingkungan sel diganti dengan larutan yang hipotonik atau lebih encer daripada cairan sel sehingga terjadi deplasmolisis. 3. Proses Krenasi dan Hemolisis Pada percobaan ini dilakukan pengamatan sel darah merah yang telah ditetesi dengan larutan NaCl dan HCl di bawah pengamatan mikroskop cahaya. Hasilnya, apabila eritrosit dimasukkan dalam larutan hipertonik atau lebih besar dari larutan NaCl maka air dalam eritrosit akan mengalir keluar yang menyebabkan pengerutan. Pengerutan eritrosit inilah yang disebut krenasi. Larutan HCl adalah larutan asam yang bersifat hipotonik. Bila sel darah dimasukkan kedalam HCl maka cairan diluar sel akan masuk ke dalam sehingga menyebabkan pembengkakan sampai sel darah pecah dan keluarnya hemoglobin, proses ini disebut hemolisis.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari hasil percobaan kali ini adalah antara lain : 1. Air yang ditetesi metilen blue lebih cepat homogen dibandingkan kristal CuSO4 baik dengan pengadukkan maupun tanpa pengadukkan. Karena metilen blue lebih cepat berdifusi dibandingkan kristal CuSO4 2. Proses pengadukkan mempercepat difusi yaitu perpindahan larutan dari potensial air tinggi ke potensial air rendah. 3. Kentang dan mentimun yang direndam di larutan garam mengalami osmosis, yaitu perpindahan cairan melalui membran permeable selektif ke bagian yang lebih pekat (larutan garam) sehingga melunak. 4. Tumbuhan Rhoe discolor mengalami plasmolisis setelah ditetesi sukrosa dan mengalami deplasmolisis setelah ditetesi akuades. 5. Sel darah merah mengalami krenasi saat ditetesi larutan NaCl dan mengalami hemolisis saat ditetesi larutan HCl.
5.2
Saran Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan pengamatan untuk menghindari
kesalahan dala praktikum. Kekompakan kelompok dalam melakukan pembagian tugas sangat diperlukan demi kelancaran pelaksanaan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Difusi, Osmosis, Plasmolisis. http://wikipedia.org Diakses pada tanggal 31 Oktober 2009 Kimball, J.W. Dkk. 1983. Biologi Jilid 1. Erlangga: Jakarta Lovelles, A. R. 1999. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Sobono. 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta. Villee, Claude A. Dkk. 1984. Zoologi Umum Jilid 1 Edisi Keenam. Erlangga : Jakarta. Weistz, P. B. 1961. Element Of Biology. Mc Graw Hill Book Company Inc : New York.