Anda di halaman 1dari 28

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN

REFERAT dan LAPSUS September 2013

REFERAT: PSIKOTERAPI LAPORAN KASUS: Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)

Oleh : Ade Irmasari 110 209 0120 Pembimbing : dr. Januarsari Triwaty Supervisior : Dr. dr. Sonny T. Lisal, SpKJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2013

BAB I PENDAHULUAN Saat ini semakin banyak orang yang memiliki masalah dalam hidupnya, beberapa diantaranya adalah masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain, masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma, dan masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang sehari hari. Banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan, tetapi kebanyakan dari mereka mencari psikoterapi karena mereka membutuhkan bantuan untuk masalah masalah yang sangat berat. Kebanyakan orang membicarakan masalahnya kepada teman dan keluarga, tetapi itu tidak mampu memperbaiki keadaan dirinya. Psikoterapi merupakan salah satu cara yang tepat untuk membicarakan masalah dan mendapatkan pemecahannya. Oleh karena itu psikoterapi sangatlah dibutuhkan dalam penyembuhan pada orang-orang yang memiliki masalah terutama masalah kesehatan jiwa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran. Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap gangguan mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan, dan perilaku agar terjadi keseimbangan dalam diri individu tersebut. Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. 1,2,3 Psikoterapi merupakan suatu seni, dan terapis yang baik dapat membuat perbedaan yang bermakna. Secara umum, dalam mencari terapi yang cocok untuk setiap pasien (yaitu, pasien akan merasa nyaman dengan suatu jenis terapi tertentu dan juga terapisnya). Pasien-pasien menolak untuk diberi psikoterapi kecuali mereka merasa mendapat keuntungan dan dapat melakukan toleransi terhadap halhal yang dilakukan; angka gugur (drop out) dapat cukup tinggi. Tetapi individual merupakan yang paling banyak digunakan dan jenisnya sangat bervariasi; terapi kelompok, keluarga dan perkawinan penggunaannya juga cukup luas. 4,5. 2.2. TUJUAN PSIKOTERAPI Tujuan Psikoterapi antara lain:4 1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya, dengan kata lain membuat seseorang itu bahagia dan sejahtera. 2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat seseorang tahu dan mengerti tentang dirinya. 3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.

Dimana terapis harus melihat keadaan pasien, sejauh mana pasien membutuhkan bantuan. Wolberg yaitu:3,6 1. Tingkat Support (Memulihkan Keseimbangan Pasien) Pada terapi suportif, psikoterapi bertujuan untuk memulihkan menjelaskan tiga tingkatan psikoterapi. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas tiga tingkatan

keseimbangan pasien secara cepat dan menghilangkan masalah-masalah neurotik yang ada. Terapi supportif dilakukan pada pasien yang sebenarnya memiliki penyesuaian diri yang baik, namun memiliki masalah akibat tekanan lingkungan yang terlalu berlebihan. Terapi supportif juga ditunjukkan pada pasien yang memiliki mekanisme koping yang terbatas, tidak mampu mengatasi kecemasan, dan yang kurang memiliki motivasi atau intelegensinya. Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok. 2. Tingkat Insight (Tujuan Reedukatif) Terapi tingkatan insight dengan tujuan reedukatif untuk membantu pasien mencapai insight. Menurut Gelso dkk (dalam Kivlighan dkk, 2000). Istilah insight, menunjukkan derajat pemahaman pasien mengenai hal-hal yang digali selama proses terapi, yang bisa berupa pemahaman mengenai hubungan di dalam proses konseling, keberfungsian individu diluar konseling, atau aspek-aspek dinamika dan perilaku pasien. Secara teoritis, insight dialami pasien diduga akan meningkat selama proses psikoterapi dan gejala-gejala akan berkurang seiring dengan peningkatan tersebut. Individu yang mencapai insight selama proses terapi menunjukkan penurunan keluhan yang berkaitan dengan tekanan yang dirasakan. Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll. 3. Tingkat Insight Therapy (Tujuan Rekonstruktif) Level ini bertujuan sebagai rekonstruktif. Level ini mengupayakan tercapainya kesadaran atas konflik-konflik yang tidak disadari dan dengannya dengan mekanisme pertahanan tertentu. Tujuan utamanya adalah merasakan emosional yang berawal dari pemahaman total melalui rekonstruksi kepribadian.

Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik. 2.3 JENIS PSIKOTERAPI Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis, psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Psikoanalisis dimulai dengan pengobatan pasien dengan hipnosis. Di tahun 1881 Anna O, seorang wanita muda neurotik yang menderita gangguan visual dan motorik yang multipel dan perubahan kesadaran, diobati oleh dokter ahli penyakit daiam dari Vienne, Josef Breuer. Ia mengamati bahwa gejala pasien menghilang jika ia mengekspresikannya secara verbal saat dihipnosis. Teknik psikoanalisa juga diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Sesuai dengan teorinya, Freud mencoba menjelajahi alam ketidaksadaran pasiennya melalui wawancara yang dinamakan asosiasi bebas. Tahap penting dari teknik ini adalah jika katarsis, yaitu pasien bisa meluapkan emosinya sehingga menimbulkan perasaan lega. Sigmeun Freud dan Breuer menggunakan tehknik secara bersama, mereka mendorong pasiennya untuk berkonsentrasi dengan mata tertutup pada ingatan masa lalu yang berhubungan dengan gejala mereka. Metoda konsentrasi tersebut akhirnya menjadi teknik asosiasi bebas. Freud menginstruksikan pasiennya untuk mengatakan apa saja yang datang ke dalam pikirannya, tanpa menyensor pikiran mereka. Metoda ini masih sering digunakan sekarang dan merupakan salah satu ciri psikoanalisis, melalui mana pikiran dan perasaan yang berada dalam alam bawah sadar dibawa ke dalam alam sadar. Kelemahan teknik ini adalah bahwa proses penyembuhan bisa berlangsung selama bertahun-tahun.2,7 a. Tujuan Tujuan utama psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman kanak-

2.3.1 PSIKOANALISIS

kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaanperasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman siri lebih penting lagi.7 b. Indikasi Terapi Indikasi utama psikoanalisis adalah konflik psikologis yang berlangsung lama yang telah menimbulkan gejala atau gangguan. Hubungan antara konflik dan gejala rnungkin langsung atau tidak langsung. Psikoanalisis dianggap efektif dalam mengobati gangguan kecemasan tertentu, seperti fobia dan gangguan obsesif-kompulsif, gangguan depresif ringan (gangguan distimik), beberapa gangguan kepribadian, dan beberapa gangguan pengendalian impuls dan gangguan seksual. Tetapi, lebih penting dari diagnosis adalah kemampuan pasien untuk membentuk persetujuan analitik dan mempertahankan komitmen terhadap proses analitik yang semakin dalam yang membawa perubahan internal melalui peningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri. Freud percaya bahwa pasien juga mampu membentuk perlekatan transferensi yang kuat kepada ahli analisis (dinamakan neurosis transferensi), tanpanya analisis tidak dimungkinkan. Hal tersebut mengecualikan sebagian besar pasien psikotik karena kesulitan mereka dalam membentuk ikatan afektif dan realistik yang penting untuk perkembangan dan resolusi neurosis transferensi. Ego pasien dalam analisis harus mampu mentoleransi frustrasi tanpa berespon dengan suatu bentuk penentangan (acting out) yang serius atau pindah dan satu pola patologis ke pola lain. Hal tersebut mengecualikan sebagian besar pasien ketergantungan obat, yang dianggap tidak mampu karena ego mereka tidak mampu menoleransi frustrasi dan kebutuhan emosional dan psikoanalisis.7 c. Kontraindikasi Terapi Berbagai kontraindikasi untuk psikoanalisis adalah relatif, tetapi masingmasingnya harus dipertimbangkan sebelum melakukan terapi, antara lain: 7

Usia. Biasanya, hanyak ahli analisis percaya bahwa sebagian besar orang dewasa yang berusia di atas 40 tahun tidak memiliki fleksibilitas yang cukup untuk perubahan. Tetapi yang lebih penting dari usia adalah kapasitas pasien individual untuk introspeksi secara bijaksana dan keinginan untuk berubah. Calon ideal adalah biasanya dewasa muda, anak anak tidak mampu mengikuti aturan asosiasi bebas.

Pasien juga harus cukup cerdas untuk mengerti prosedur dan untuk bekerja sama dalam proses.

Klinisi dan peneliti percaya bahwa pasien dengan gangguan kepribadian anti social adalah prediktor paling negatif dari respon psikoterapi.

Pada pasien dengan keterbatasan waktu dapat dipertimbangkan terapi lain. Analisis dengan sifat hubungan teman, saudara dan kenalan di kontraindikasikan karena mengganggu transferensi dan objektifitas ahli analisis.

d. Hasil Terapi Analisis membantu menurunkan kekuatan konflik dan membantu menemukan cara yang dapat diterima untuk menghadapi impuls yang tidak dapat diturunkan. Tujuan akhir adalah menghilangkan gejala, dengan demikian meningkatkan kemampuan pasien untuk bekerja, bersenang senang dan mengerti diri sendiri. Psikoanalisis dianggap efektif pada beberapa keadaan untuk banyak gangguan.7 2.3.2 PSIKOTERAPI PSIKOANALITIK Psikoterapi psikoasialitik adalah terapi yang didasarkan pada rumusan psikoanalitik yang telah dimodifikasi secara konseptual dan teknik. Tidak seperti psikoanalisis, yang sebagian permasalahan akhirnya mengungkapkan dan bekerja selanjutnya melalui konflik infantil saat timbul dalam neurosis transferensi, psikoterapi psikonalitik memusatkan perhatian pada konflik pasien sekarang dan pola dinamika sekarang yaitu, analisis masalah pasien dengan orang lain dan dengan dirinya sendiri. Juga tidak seperti psikoanalisis, yang sebagai tekniknya

menggunakan asosiasi bebas dan analisis neurosis transferensi, psikoterapi psikoanalitik ditandai dengan teknik wawancara dan diskusi yang jarang menggunakan asosiasi bebas, Dan sekali lagi tidak seperti psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik biasanya membatasi kerjanya pada transferensi dengan suatu diskusi reaksi pasien terhadap dokter pskiatrik dan orang lain. 7 a. Teknik Terapi Pada psikoterapi psikoanalitik pasien dan ahli terapi biasanya saling bertatap-tatapan satu sama lainnya, yang membuat ahli terapi terlihat nyata dan bukan merupakan kumpulan khayalan yang diproyeksikan. Tipe terapi ini jauh lebih fleksibel dibandingkan. psikoanalisis, dan dapat lebih sering digunakan bersarna-sama dengan medikasi psikotropik dibandingkan psikoanalisis.7 Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara suportif tunggal, memusatkan pada masalah yang sekarang dan menekan, sampai terapi selama bertahun-tahun, dengan satu sampai tiga wawancara dalam seminggu dengan lama yang bervariasi. Berbeda dengan psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik mengobati sebagian besar gangguan yang dalam bidang psikopatologi.7 b. Tipe 1. Psikoterapi berorientasi tilikan Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya dan kepribadiannya. Untuk mencapai tilikan, klinisi harus menyebutkan bidang atau tingkat pengertian atau pengalaman di mana pasien berada, Penekanan dokter psikiatrik pada terapi berorientasi tilikan (juga disebut terapi ekspresif dan psikoterapi psikoanalitik intensif) adalah pada nilai di mana pasien menggali sejumlah tilikan baru ke dalam dinamika perasaan, respon, perilaku sekarang dan khususnya, hubungan mereka sekarang dengan orang lain. Dalam lingkup yang lebih sempit penekanan adalah pada nilai untuk mengembangkan tilikan ke dalam respon pasien terhadap ahli terapi dan respon pada masa anak anak. Terapi berorientasi tilikan adalah terapi yang terpilih untuk seorang pasien yang meniiliki kekuatan ego yang adekuat tetapi, karena satu dan lain alasan, tidak dapat atau tidak boleh menjalani psikoanalisis.7

Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada tilikan yang dikembangkan atau digunakan. Respon terapi pasien juga didasarkan pada faktor faktor tertentu seperti pengungkapan perasaaan dalam suasana yang tidak menghakimi tetapi memiliki batas-batas, identifikasi dengan ahli terapi, dan faktor hubungan lainnya. Hubungan terapetik tidak memerlukan suatu penerimaan tanpa pilih pilih sama sekali terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan pasien. Kadang kadang ahli terapi harus mengintervensi sisi ego yang relatif lemah dengan memberikan bukti-bukti yang tidak dapat disanggah sehingga pasien dapat mencoba untuk mencapai penyesuaian yang lebik baik atau dengan menentukan batas yang realistik untuk perilaku maladaptif pasien.7 2. Psikoterapi suportif Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) ini memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi.7 Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau konbinasi, termasuk : 7

Kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah Pemuasan kebutuhan tergantungan Mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai contohnya, hobi)

Istirahat dan penghiburan yang adekuat Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin Perawatan di rumah sakit jika diindikasikan Medikasi untuk menghilangkan gejala
9

Bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima, terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas. Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Terapi ini

dapat dipilih jika penilaian diagnostic menyatakan bahwa proses kematangan yang bertahap didasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan yang paling menjanjikan untuk perbaikan. Semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis : katarsis, persusi, sugesti, penjaminan kembali, bimbingan dan penyuluhan (konseling). Oleh karena itu, hal ini akan dibicarakan secara singkat di bawah ini:4 1. Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang penyakitnya) berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan anjuran. Jangan terlalu banyak memotong bicaranya (menginterupsi). Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa. 2. Persuasi ialah menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat menganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang. Hal ini dibantu dokter dengan sikap membangun, mengubah dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskan dari impuls yang menggangu secara masuk akal dan sesuai hati nurani. Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang. 3. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan

10

hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional serta menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan. Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadangkadang juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap, karena pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi sugesti harus diikuti dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan inteligensi yang sedikit kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia membesar-besarkan gejalanya. Jangan menganggu rasa harga diri pasien. Pasien harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat kerusakan organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak logis. 4. Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien. 5. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya. 6. Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi

11

suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi. 7. Kerja kasus sosial (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai suatu proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social worker) kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan sosial khusus. Fokusnya ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak (seperti pada psikoterapi) pada gangguan dalam individu itu sendiri. Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola dasar kepribadian, tujuannya ialah hanya hendak menangani masalah situasi pada tingkat realistik (nyata). 8. Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam hal itu dan berguna baginya untuk mencari nafkah kelak. 2.3.3 PSIKOTERAPI KELOMPOK Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok untuk membuat perubahan tersebut. Dalam teknik ini, psikoterapis mengajak beberapa orang dalam proses terapi. Orang-orang itu bisa terdiri atas sesama pasien dengan persoalan yang sejenis, bisa juga pasien dan keluarganya. Tujuannya adalah agar di bawah arahan psikoterapis, orang-orang dalam kelompok itu bisa saling berbagi dan saling mendorong untuk kesembuhan.2,7 Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan dengan terapi individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai orang, mendapatkan berbagai transferensi.7

12

a.

Klasifikasi Banyak klinisi bekerja di dalam kerangka referensi psikoanalitik, Teknik

terapi lain adalah terapi kelompok transaksional, terapi kelompok perilaku, terapi kelompok Gestalt yang diciptakan dan teori Frederic Pens dan memungkinkan pasien untuk mengabreaksikan dan mengekspresikan dirinya sendiri secara penuh, psikoterapi kelompok berpusat klien (client-centered group psychotherapy), yang dikernbangkan oleh Carl Roger dan didasarkan pada ekspresi perasaan yang tidak mengadili dari anggota kelompok.7 b. Pemilihan Pasien Untuk menentukan kecocokan pasien untuk psikoterapi kelompok, ahli terapi memerlukan sejumlah besar informasi, yang digali dan wawancara skrining. Dokter psikiatrik harus menggali riwayat psikiatrik dan melakukkan pemeriksaan.7 Pasien dengan kecemasan kekuasaan mungkin dapat bekerja atau tidak dalam terapi kelompok. Tetapi mereka seringkali mereka menjadi baik di dalam lingkungan kelompok di banding lingkungan individu. Pasien dengan cemas kekuasaan yang cukup besar mungkin terhambat, cemas, menentang, dan tidak mau mengatakan pikiran dan perasaannya di dalam lingkungan individual, biasanya karena meraa takut akan kecaman atau penolakan dan ahli terapi.7 Pasien dengan kecemasan teman sebaya dengan gangguan kepribadian ambang dan skizoid, yang memiliki hubungan destruktif dengan teman sebayanya atau yang terisolasi secara ekstrim dan kontak teman sebaya biasanya beraksi secara negatif atau cemas jika ditempatkan di lain lingkungan kelompok. Tetapi, jika pasien tersebut dapat menghilangkan kecemasannya, terapi kelompok dapat membantu. 7 Diagnosis gangguan pasien juga sangat penting dalam menentukan pendekatan terapi yang terbaik dan dalam menilai motivasi pasien untuk terapi, kapasitas untuk berubah, dan kekuatan dan kelemahan struktur kepnibadian.7 Terdapat beberapa kontraindikasi untuk terapi kelompok. Pasien antisosial biasanya tidak bekerja di dalam lingkungan kelompok heterogen karena mereka tidak dapat mengikuti standar kelompok. Tetapi, jika kelompok terdiri dari pasien

13

antisosial lainnya mereka dapat berespon dengan lebih baik kepada teman sebayanya dibandingkan kepada tokoh yang dirasakan berkuasa. Pasien terdepresi menjadi baik setelah mereka mempercayai ahli terapinya. Pasien yang secara aktif mencoba bunuh diri atau pasien depresi tidak boleh diobati hanya dalam lingkungan kelompok. Pasien manik adalah kacau, tetapi, jika telah di bawah kendali psikofarmakologi, mereka bekerja baik di dalam lingkungan kelompok. Pasien yang delusional dan yang mungkin memasukkan sistem wahamnya ke dalam kelompok harus dikeluarkan, demikian juga pasien yang memiliki ancaman fisik kepada anggota kelompok lain karena ledakan agresif yang tidak dapat dikendalikan.7 Ukuran terapi kelompok telah berhasil dengan anggota sedikitnya 3 orang dan sebanyaknya 15 orang, tetapi sebagian besar ahli terapi merasa bahwa 8 sampai 10 anggota adalah ukuran yang optimal. Pada anggota yang lebih sedikit mungkin tidak cukup interaksi kecuali anggota-anggotanya adalah cukup verbal. Tetapi pada lebih dan 10 anggota interaksi mungkin terlalu besar untuk diikutii oleh anggota atau ahli terapi. Frekuensi sesion. Sebagian besar ahli psikoterapi kelompok melakukan sesion kelompok sekali seminggu. Mempertahankan kontinuitas dalam sesion adalah penting. Jika digunakan sesion berselang kelompok bertemu dua kali seminggu, sekali dengan ahli terapi, sekali tanpa ahli terapi. Panjang sesion. Pada umumnya, sesion kelompok berlangsung kapan saja dan satu sampai dua jam, tetapi pembatasan waktu harus tetap. Peranan Ahli Terapi, Walaupun terjadi perbedaan pendapat tentang seberapa aktifnya atau pasifnya ahli terapi, konsensusnya adalah bahwa peranan ahli terapi terutama adalah sebaga fasilitator. ldealnya, anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan. Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dan sekedar ahli yang menerapkan teknik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik variabel tertentu seperti empati, kehangatan, dan rasa hormat.7 1. Psikoterapi Kelompok Rawat Terapi kelompok adalah bagian penting dari pengalaman terapeutik pasien yang dirawat di rumah sakit. Kelompok dapat disusun di bangsal dengan berbagai

14

cara: dalam pertemuan komunitas, seluruh unit pasien rawat inap bertemu dengan semua anggota staf (sebagai contohnya, dokter psikiatri, ahli psikologi, dan perawat); dalam pertemuan tim, 15 sampai 20 pasien dan anggota staf bertemu; dan suatu kelompok regular atau kecil yang terdiri dan 8 sampai 10 pasien yang bertemu dengan satu atau dua ahli terapi, sebagai terapi kelompok yang tradisional. Walaupun tujuan dan masing-masing tipe kelompok adalah berbeda beda, mereka memiliki tujuan umum: 7

Meningkatkan kesadaran pasien terhadap dirinya sendiri melalui interaksi mereka dengan anggota kelompok lain, yang memberikan umpan balik tentang perilaku mereka

Memberikan pasien dengan keterampilan interpersonal dan sosial yang lebih baik

Membantu anggota beradaptasi dengan lingkungan rawat inap Meningkatkan komunikasi antara pasien dan staf. Di samping itu, satu tipe pertemuan kelompok terdiri hanya staf rumah sakit rawat inap, ini digunakan untuk meningkatkan komunikasi antara anggota staf dan untuk memberikan dukungan dan dorongan yang saling menguntungkan dalam pekerjaan mereka sehari-hari dengan pasien. Pertemuan komunitas dan pertemuan tim, adalah lebih membantu dalam menghadapi masalah terapi pasien dibandingkan yang diberikan oleh terapi berorientasi tilikan, yang memiliki bidangnya dalam pertemuan terapi kelompok kecil.

2.3.4

TERAPI JENIS INDIVIDUAL Psikoterapi wawasan atau genetik dinamik (insight psychotherapy) dibagi

menjadi psikoterapi reedukatif dan psiktoerapi rekonstruktif. a. Psikoterapi reedukatif : Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasikan tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan potensi kreatif yang ada.4 Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain ialah sebagai berikut:4

15

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. b.

Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy) Terapi sikap (attitude therapy) Terapi wawancara (interview therapy) Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf Meyer) Konseling terapetik Terapi case work Reconditioning Terapi kelompok yang reedukatif Terapi somatik Psikoterapi rekonstruktif Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya di alam

tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan perluasan daripada pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.4 Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain ialah sebagai berikut:4 1. 2. 3. Psikoanalisa Freud Psikoanalisa non Freudian Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalysa.

Cara : Asosiasi bebas, analisa mimpi, hipnoanalisa/sintesa, narkoterapi, terapi main, terapi seni, terapi kelompok analitik.4 2.3.5 PSIKOTERAPI KOMBINASI INDIVIDUAL DAN KELOMPOK Dalam psikoterapi kombinasi individual dan kelompok, pasien ditemui secara individual oleh ahli terapi dan juga memiliki bagian dalam sesion kelompok. Ahli terapi untuk kelompok dan untuk sesion individual biasanya adalah orang yang sama.7 Terapi kombinasi adalah suatu modalitas terapi yang khusus. Ini bukan suatu sistem di mana pasien individual dibekali oleh sesion kelompok yang
16

kadang-kadang, dan juga tidak berarti partisipan terapi kelompk bertemu sendiri dengan ahli terapi dari waktu ke waktu. Malahan. ini adalah rencana yang berkelanjutan di mana kelompok mngalami interaksi yang penuh arti dengan sesion individual dan di mana umpan balik timbai balik membantu membentuk pengalaman terapetik yang terintegrasi.7 Hasil Sebagian besar peneliti percaya bahwa terapi kombinasi memiliki keuntungan dari lingkungan individu dan lingkungan kelompok, tanpa mengorbankan kualitas masing masing. Pada banyak kasus, terapi kombinasi tampaknya membawa masalah ke permukaan dan menghilangkannya lebih cepat dibandingkan yang dimungkinkan oleh metoda tersebut masing-masing.7 2.3.6 PSIKODRAMA Psikodrama adalah metoda psikoterapi kelompok yang diciptakan oleh dokter psikiatrik kelahiran Vienna, Jacob Moreno dimana susunan kepribadian, hubungan interpersonal, konflik, dan masalah emosional digali dengan menggunakan metoda dramatik spesifik. Sejumlah pasien dan atau pasien bersama keluarganya, bermain peran seakan-akan mereka mempunyai masalah yang harus diselesaikan bersama. Biasanya dilakukan tukar peran, agar pasien bisa memahami persoalannya dari sudut pandang orang lain sehingga lebih banyak pilihan jalan keluarnya.2,7 Dramatisasi terapetik masalah emosional adalah termasuk: 7 1. 2. Pelaku utama atau pasien, orang yang memerankan masalah dengan bantuan Peran pembantu (auxiliary egos), orang yang memerankan berbagai aspek pasien 3. Sutradara, psikodramatis, atau ahli terapi, orang yang membimbing drama tersebut dalam mencapai tilikan. Teknik Psikodrama dapat memusatkan perhatian pada bidang fungsi tertentu ( suatu mimpi, keluarga atau situasi kominitas ), suatu peranan simbolik, suatu

17

sikap bawah sadar atau bayangan situasi di masa depan. Gejala tertentu seperti waham dan halusinasi juga dapat diperankan di dalam kelompok. Teknik untuk menunjukan proses terapeutik ini adalah percakapan seorang diri (suatu cerita tentang pikiran dan perasaan yang terlihat dan tersembunyi ), pembalikan peran dan ganda multiple (beberapa orang berperan seperti pasien pada keadaan yang bervariasi) dan teknik cermin. Teknik lain adalah menggunakan hipnosis dan obat psikoaktif untuk memodifikasi memerankan perilaku dalam berbagai cara.7 2.3.7 TERAPI KELUARGA Terapi keluarga adalah cukup terkenal sehingga keluarga dengan banyak konflik mungkin memintanya secara khusus. Tetapi, jika keluhan awal adalah tentang anggota keluarga individual, pemeriksaan praterapi mungkin diperlukan. Diperlukan penilaian kelurga awal dan evaluasi keluarga yang menyeluruh. Terapis harus mendapatkan informasi dasar mengenai struktur keluarga dan sifat dari masalah yang di hadapi. Terapis harus memperkenalkan diri, menyambut dan mengenal anggota keluarga. Terapis harus meningkatkan kontak dengan setiap anggota keluarga, menyadari alam perasaan anggota keluarga dan bagaimana nggota keluarga berhubungan dengan terapis serta mengamati hubungan verbal dan nonverbal antar anggota keluarga dan subkelompok keluarga.7 a. 1. 2. Tujuan Tujuan terapi adalah:7 untuk memecahkan atau menurunkan konflik dan kecemasan patogenik di dalam matriks hubungan interpersonal untuk meningkatkan persepsi dan pemenuhan kebutuhan anggota keluarga lain oleh anggota keluarga 3. untuk meningkatkan hubungan peran yang sesuai antara jenis kelamin dan antara generasi 4. untuk memperkuat kemampuan anggota individual dan keluarga sebagai keseluruhan untuk mengatasi tenaga destruktif di dalam dan di luar lingkungan sekitamya

18

5.

untuk mempengaruhi identitas dan nilai-nilai keluarga sehingga anggota terorientasi kepada kesehatan dan pertumbuhan. Tujuan akhir adalah untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam sistem

yang besar di dalam masyarakat, yang termasuk bukan saja keluarga besar (extended family) tetapi juga masyarakat seperti yang diwakili oleh sistem tersebut sebagai sekolah, fasilitas medis, dan badan sosial, rekreasional, dan kesejahteraan sehingga keluarga tidak terisolasi.7 b. Teknik Wawancara Kualitas khusus wawancara keluarga berasal dan dua kenyataan penting:7 (1) Keluarga datang ke terapi dengan riwayat dan dinamikanya yang terlekat kuat. Bagi ahli terapi keluarga, hal tersebut adalah sifat kelompok yang te!ah melekat, lebih dan sekedar gejala, yang berperan dalam masalah klinis. (2) Anggota keluarga biasanya tinggal bersama-sama dan, dengan suatu tingkat, tergantung satu sama lainnya untuk kesehatan fisik dan emosionalnya. c. 1. Teknik Terapi Terapi kelompok keluarga

Terapi kelompok keluarga mengkombinasikan beberapa keluarga ke dalam satu kelompok tunggal. Masalah bersama adalah saling dibagikan, dan keluargakeluarga tersebut membandingkan interaksi mereka dengan keluarga lain di dalam kelompok. Kelompok keluarga yang multipel telah digunakan secana efektif dalam terapi skizofrenia. Orang tua dan anak yang terganggu dapat juga disatukan bersama-sama untuk berbagi situasi mereka.7 2. Terapi jaringan kerja sosial (social network therapy) Terapi jaringan kerja sosial mengumpulkan bersama komunitas atau jaringan kerja sosial pasien yang terganggu, semuanya bertemu di dalam sesion kelompok bersama dengan pasien. Jaringan kerja adalah termasuk beberapa orang yang berkontak setiap harinya dengan pasien, bukan hanya keluarga dekat tetapi juga sanak saudara, teman-teman, pedagang, guru, dan teman kerja.7 3. Terapi paradoksikal Pendekatan ini, yang dikembangkan dari penelitian Gregory Bateson, terdiri atas anjuran di mana pasien dilibatkan secara sengaja dalam perilaku yang tidak

19

diharapkan (dinamakan keputusan paradoksikal ), seperti menghindari objek fobik atau melakukan ritual kompulsif. Walaupun terapi paradoksikal dan pemakaian keputusan paradokikal adalah relatif baru, terapi dapat menciptakan tilikan baru bagi beberapa pasien. Bahaya dan pendekatan ini adalah bahwa dapat digunakan dalam cara yang sewenang wenangnya atau rutin.7 4. Konotasi positif Konotasi positif atau pembingkaian kembali (reframing) adalah pelabelan ulang semua perasaan atau perilaku yang diekspresikan secara negatif menjadi positif. Ahli terapi berusaha untuk menjadikan anggota keluarga memandang perilaku dan bingkai referensi baru sebagai contohnya, Anak ini bandel menjadi Anak ini mati matian mencoba mengalihkan dan melindungi anda dari apa yang dirasakannya sebagai perkawinan yang tidak bahagia.7 d. Frekuensi dan Lama Terapi Sesion biasanya dilakukan tidak lebih dan satu kali dalam Seminggu Tetapi, masing-masing sesion mungkin memerlukan paling lama dua jam. Suatu jadwal yang fleksibel diperlukan jika keadaan geografis dan personal menimbulkan kesulitan fisik bagi keluarga untuk hadir bersama sama. Lama terapi tergantung tidak hanya pada sifat masalah tetapi juga pada model terapetik. Ahli terapi yang menggunakan model memecahkan masalah saja mungkin mencapai tujuannya dalam beberapa sesion, ahli terapi yang menggunakan model beronientasi pertumbuhan mungkin bekerja selama bertahun tahun dalam sesion yang panjang.7 2.3.8 PSIKOTERAPI JENIS PRILAKU Terapi perilaku (behavior therapy) berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien. Burus F. Skinner merupakan seorang yang terkenal dalam bidang ini.4 Ada tiga cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia, yaitu:4 1. Perilaku dapat diubah yang dengan mengubah peristiwa-peristiwa perilaku khusus yang itu. mendahuluinya, membangkitkan bentuk

Umpamanya seorang anak yang tidak berprestasi di sekolah dan nakal di

20

kelas hanya dengan seorang guru tertentu dapat menjadi efektif dan rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain diajar oleh seorang guru yang lain. 2. Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat diubah atau dimodifikasi. Umpamanya seorang anak dapat diajar untuk melihat dirinya sendiri dalam suatu kegiatan kompromi yang konstruktif dan tidak menunjukkan ledakan amarah bila ia menghadapi frustasi. 3. Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian perilaku itu dapat dimodifikasi. Umpamanya ia dihukum bila ia menganggu orang lain, dengan demikian rasa bermusuhan mungkin dapat diganti dengan sikap yang lebih kooperatif. Terapi perilaku dapat dilakukan secara individual ataupun secara berkelompok. Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual (umpamanya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (umpamanya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan impuls (umpamanya gagap, enuresis dan berjudi secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna pada skizofrenia akut, depresi yang hebat dan hipomania.4 2.3.9 TERAPI KOGNITIF Terapi kognitif adalah terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan kerja sama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan terapetik. Terapi ini berorientasi terhadap rnasalah sekarang dan pemecahannya. Terapi biasanya dilakukan atas dasar individual, walaupun metoda kelompok juga digunakan. Terapi juga dapat digunakan bersama-sama dengan obat.7 Terapi kognitif telah diterapkan terutama untuk gangguan depresif (dengan atau tanpa gagasan bunuh din) tetapi, terapi ini juga telah digunakan pada kondisi lain, seperti gangguai panik, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan kepribadian paranoid, dan gangguan somatoform. Terapi depresi dapat berperan sebagai paradigma pendekatan kognitif.7 a. Teori Kognitif Tentang Depresi

21

Teori kognitif tentang depresi menyatakan bahwa disfungsi kognitif adalah inti dari depresi dan bahwa perubahan aktif dan fisik dari ciri penyerta lainnya dan depresi adalah akibat dan disfungsi kognitif. Sebagai contohnya, apati dan nergi yang rendah adalah akibat harapan seseorang tentang kegagalan pada semua bidang. Demikian juga, paralisis kemauan berasal dan pesimisme dan perasaan putus asa seseorang.7 b. Strategi dan Teknik Secara keseluruhan terapi adalah relatif singkat, berlangsung sampai kirakira 25 minggu. Jika pasien tidak membaik pada waktu tersebut, diagnosis harus diperiksa ulang. Terapi pemeliharaan dapat dilakukan selama periode beberapa tahun. Seperti pada psikoterapi lainnya, peranan ahli terapi adalah penting untuk keberhasilan terapi. Ahli terapi harus mampu memancarkan pengalaman hidup yang hangat dan dimengerti dari masing masing pasien, dan benar-benar murni dan jujur dengan dirinya sendiri dan dengan pasiennya. Ahli terapi harus mampu berhubungan secara terampil dan interaktif dengan pasiennya. Ahli terapi kognitif membuat agenda pada awal masing-masing sesion, menyusun tugas ruinah yang harus dikerjakan di antara sesion, dan mengajarkan keterampilan baru. Ahli terapi dan pasien secara aktif bekerja sama. Terapi kognitif memiliki tiga komponen: aspek didaktik, teknik kognitif dan teknik perilaku.7 c. Aspek Didaktik Aspek didaktik termasuk penjelasan kepada pasien tentang trias kognitif, skema, dan logika yang salah. Ahli terapi harus mengatakan kepada pasien bahwa mereka akan menyusun hipotesis bersama-sama dan mengujinya selama perjalanan terapi. Terapi kognitif mengharuskan penjelasan lengkap tentang hubungan antara depresi dan pikiran, afek, dan perilaku dan juga alasan semua aspek terapi. Penjelasan bertentangan dengan ahli terapi berorientasi analitik, yang memerlukan sedikit penjelasan.7 d. Teknik Kogntif Pendekatan kognitif terdiri dan empat proses: 7 1. 2. mendapatkan pikiran otomatis menguji pikiran otomatis

22

3. 4.

mengidentifikasi anggapan dasan yang maladaptif menguji keabsahan anggapan maladaptif. Teknik perilaku bekerja sama dengan teknik kognitif: Teknik perilaku

e. Teknik Perilaku digunakan untuk menguji dan mengubah kognisi maladaptif dan tidak akurat. Tujuan keseluruhan teknik adalah untuk membantu pasien mengerti ketidakakuratan asumsi kognitifnya dan mempelajari strategi dan cara baru tnenghadapi masalah tersebut.7 Di antara teknik perilaku yang digunakan dalam terapi adalah menjadwalkan aktivitas, penguasaan dan kesenangan, menyusun tugas bertahap, latihan kognitif, latihan kepercayaan diri, permainan peran (role playing), dan teknik pengalihan.4,7 f. Manfaat Terapi kognitif dapat digunakan sendiri dalam terapi gangguan depresif ringan sampai sedang atau bersarna-sama dengan medikasi antidepresan untuk gangguan depresif berat. Ini adalah salah satu intervensi psikoterapik yang paling berguna untuk gangguan depresif. Terapi kognitif juga telah dipelajari dalam hubungannya meningkatkan kepatuhan dengan lithium pada pasien gangguan bipolar I dan sebagai pengobatan putus heroin.7 2.3.10 HIPNOTERAPI Pasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada dalam kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat digunakan dalam terapi untuk memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dan dinamika pasien atau memungkinkan pasien menggunakan ingatan tersebut sebagai katalis untuk asosiasi baru.7 Sebelum teknik psikoanalisis diperkenalkan, psikiater menggunakan teknik hipnotis untuk menurunkan ambang kesadaran dan mensugesti pasien untuk sembuh. Teknik ini bisa langsung menghilangkan gejala (instant), tetapi hanya berlangsung sesaat dan akan kambuh lagi jika pengaruh sugesti sudah

23

hilang. Oleh karena itu, sekarang dikembangkan teknik hipnoterapi baru sehingga pasien atau klien bisa mensugesti dirinya sendiri, dan bisa sembuh total tanpa tergantung pada psikoterapis lagi.2 a. Indikasi dan Pemakaian Hipnosis telah digunakan, dengan berbagai tingkat keberhasilan, untuk mengendalikan obesitas dan gangguan berhubungan zat, seperti penyalahgunaan alkohol dan ketergantungan nikotin. Cara ini telah digunakan untuk menginduksi anestesia, dan pembedahan besar telah dilakukan tanpa anestetik kecuali hipnosis. Hipnosis juga ielah digunakan untuk menangani gangguan nyeri kronis, asma, kutil, pruritis, aforia, dan gangguan konversi. Relaksasi dapat dicapai dengan mudah dengan hipnosis, sehingga pasien dapat mengatasi fobia dengan mengendalikan kecemasan mereka. Hipnosis juga telah digunakan untuk menginduksi relaksasi dalam desensitisasi sistematik. 7 b. Kontraindikasi Pasien yang dihipnosis berbeda. dalam keadaan ketergantungan atipikal dengan ahli terapi, sehingga suatu transferensi yang kuat dapat berkernbang, ditandai oleh perlekatan positif yang harus dihormati dan diinterpretasikan. Dalam keadaan lain dapat terjadi transferensi negatif pada pasien yang rapuh atau yang memiliki kesulitan dalam tes realitas. Pasien yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan dasar, seperti pasien paranoid atau yang memiliki masalah pengendalian, seperti pasien obsesif kompulsif, adalah bukan calon yang baik untuk hipnosis. Sistem nilai etik yang kuat adalah penting untuk semua terapi dan khususnya untuk hipnoterapi, di mana pasien (khususnya mereka yang berada dalam trance) adalah sangat mudah disugesti dan ditundukkan. Terdapat pertentangan tentang apakah pasien akan melakukan tindakan selama keadaan trance yang mereka rasakan menjijikan pada keadaan lain atau yang bertentangan dengan kode moral rnereka.7 Hipnosa dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang dapat dicapai dengan hipnosa dalam psikoterapi, dapat juga dicapai dengan cara yang lain tanpa hipnosa. Hipnosa hanya dapat mempercepat pengaruh psikoterapi.4

24

Hal yang penting dalam hipnosa ialah sugesti (bukan kekuatan kemampuan terapis hipnotisir). Kesadaran pasien menyempit dan menurun, akhirnya ia hanya menerima rangsangan dari hipnotisir, ia masuk ke dalam keadaan trance mulai dari ringan sampai ke trance yang dalam dengan kekakuan otot di seluruh badan.7 Dalam hipnosa dapat dilakukan analisa konflik-konflik dan sintesa, atau sintesa dilanjutkan sesudah pasien sadar kembali. Dalam hal ini sugesti dalam waktu hipnosa dan sugesti sesudah hipnosa dapat dipakai.4,7 2.3.11 NARKOTERAPI Secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan efek yang pendek (umpamanya penthothal atau amital natrium). Dalam keadaan setengah tidur pasien diwawancara, konflik dianalisa, lalu disintesa. Bahan yang timbul sewaktu narkoterapi dapat juga dipakai dalam sintesa sesudah pasien sadar kembali.4 Narkoterapi dengan narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu psikoterapi. Pemakaian narkoanalisa di luar bidang pengobatan (umpamanya untuk pengusutan perkara bagi penelitian) tidak dapat dibenarkan, baik atas dasar etik dan moral, maupun teknis-medis (apa yang dikatakan oleh individu dalam keadaan itu tidak selalu benar, tetapi mungkin karena sugesti pemeriksa; jadi obat yang dipakai untuk narkoanalisa bukan merupakan serum kebenaran yang sungguh-sungguh, seperti apa yang pernah dihebohkan oleh surat kabar dan oleh majalah).4 2.4 EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI Dari pelbagai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara sekian banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih unggul daripada yang lain.8 Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor:8 Tujuan yang ingin dicapai Motivasi pasien Kepribadian dan ketrampilan terapis

25

Teknik yang digunakan

BAB III KESIMPULAN Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap gangguan mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan, dan perilaku agar terjadi keseimbangan dalam diri individu tersebut. Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Tujuan Psikoterapi antara lain: 1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya, dengan kata lain membuat seseorang itu bahagia dan sejahtera. 2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat seseorang tahu dan mengerti tentang dirinya. 3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.

26

Di antara sekian banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih unggul daripada yang lain. Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor; Tujuan yang ingin dicapai, motivasi pasien, kepribadian dan ketrampilan terapis, serta teknik yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. Mansjoer A, et al. Kapita selekta kedokteran. Media Aesculapius. 2001 Lestari RD. Pengertian Psikoterapi dan Jenis Psikoterapi. [online]. 1 Apr 2013 [cited 27 Agt 2013]; Available From URL : http://www.psikoterapis.com/?en_apa-itu-psikoterapi-%2C6 3. Mappiare A. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo. 1992 4. Maramis WF. Psikoterapi, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. ed. 7. Airlangga University. 1998 5. An Extension of the Principles of A Course AND in Miracles.

PSYCHOTHERAPY:

PURPOSE,

PROCESS

PRACTICE.

27

http://courseinmiracles.com/acourseinmiracles/acim_supplements/therapy.ht m
6. Level

dan

Tingkatan

dalam

Psikoterapi.

http://www.psychologymania.com/2012/03/level-dan-tingkatan-dalampsikoterapi.html 7. Kaplan, Sadocks. Psikoterapi, Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012 8. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2010

28

Anda mungkin juga menyukai