Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
= l d . H F (2.3)
Dimana:
H = Kuat medan magnet
dl = Elemen panjang integral keliling (meter)
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
18
Apa bila didalam suatu rangkaian magnetik terdapat dua macam lintasan
yaitu:
a. Lintasan inti besi
b. Lintasan udara
Maka persamaan dapat ditulis sebagai berikut:
1
1
1
A o
L
R
= (2.4)
0
0
0
A o
L
R
= (2.5)
Maka persamaannya menjadi:
( )
0 1
R R i . N + = (2.6)
Dimana:
= Fluks (webber)
R
1
= Reluktansi inti besi
R
0
= Reluktansi celah udara
1
= Permeabilitas celah udara
0
= Permeabilitas inti besi
L
1
= Panjang inti besi
L
0
= Panjang celah udara
Dari persamaan diatas dapat ditulis kembali seperti berikut oleh karena
pada umumnya
1
jauh lebih besar dari
0
atau permeabilitas inti besi lebih besar
dari permeabilitas celah udara maka persamaan dapat dibuat:
( )
0 1
R R F + = (2.7)
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
19
0
0
0
0 0
0
L
A . o . F
A . / Lo
F
R
F
=
= =
o
weber
L
A . o
i . N
0
0
0
= (2.8)
Dimana:
0
= Fluks didalam celah udara
Untuk rapat fluks dalam celah udara dapat juga dihitung sebagai berikut :
tesla
A
B
0
0
0
= (2.9)
Dimana:
B
0
= Rapat fluks dalam celah udara (tesla)
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.7. menyatakan bahwa bentuk
gelombang gaya gerak magnetnya. Gelombang gaya gerak magnet frekwensi
dasar yang timbul akibat adanya arus stator. Maka harga puncak dari GGM nya
adalah:
lm . kr .
P
Nph
.
4
Fa
1
= (2.10)
Dimana:
Fa
1
= Harga puncak komponen frekwensi dasar GGM
Nph = Jumlah belitan perphasa
P = Jumlah phasa
Im = Arus puncak
Sama juga halnya belitan terbagi pada rotornya yang jumlah kutub (p)
dapat dinyatakan dalam jumlah keseluruhan:
lr .
P
Nph
Kr .
4
Fa
1
= (2.11)
Dimana:
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
20
Nr = Jumlah belitan rotor
Kr = Faktor belitan
Ir = Arus belitan
P = Jumlah kutub
F = Gelombang frekwensi dasar
II.7. Tegangan Internal Yang Dibangkitkan Pada Generator Sinkron.
Besarnya tegangan induksi yang dibangkitkan pada stator, dinyatakan
pada persamaan :
(volt) f . . Kd . Kp . Nph . . 2 E = (2.12)
Persamaan tersebut diturunkan dari Hukum Faraday yang menyatakan
bahwa gaya gerak listrik induksi:
dt
d
N - e
= (2.13)
Dimana :
e = Gaya gerak listrik induksi
N = Jumlah kumparan kawat
Ke = Faktor langkah (faktor kisar)
Kd = Faktor distribusi
F = Frekwensi (Hz)
m = Fluks (weber)
dt
d
= Laju fluks magnet (weber/detik)
Persamaan (2.8) dapat diturunkan menjadi :
cos . m
dt
d
N - e = =
( )
t jika
dt
cos . m d
N - e
= =
( )
dt
t cos d
m N e =
Derivatif: cos = - sin
sin = cos
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
21
( ) ( ) t sin m N e = (2.14)
t sin m N e =
Bila kumparan berputar 90
0
maka:
t = 90
0
sin = sin 90
0
=1
= 2f
E
m
= . N . m
E
m
= 2 . f . N . m (2.15)
Untuk mendapatkan harga rms maka:
2
E
E
m
rms
=
Harga rms adalah diperoleh dengan integrasi kuadrat kemudian diambil
akarnya, maka diperoleh sebagai berikut:
=
2
0
2 2.
m
d sin e
1
E
=
2
0
2.
m
d
2
2 cos - 1
2
e
E
( )
=
2
0
2.
m
d 2 cos - 1
1
2
1
2
e
E
=
2
0
2
0
2.
m
d 2 cos - d
1
4
e
E
2
0
m
2 sin
2
1
-
1
4
e
E
(
(
|
.
|
\
|
=
|
.
|
\
|
|
.
|
\
|
= sin
2
1
4 sin
2
1
- 2
1
2
e
E
m
( ) - 2
1
2
e
E
m
=
2
2
e
E
m
=
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
22
2
2
1
e E
m
=
m
e .
2
1
E =
m
e . 0.707 E =
Maka harga dari E
rms
:
N f
2
. 2
E
rms
=
m rms
e .
2
1
E =
2
e
E
m
rms
=
2
N f . 2
E
rms
=
N f 4,44 E
rms
=
Besarnya tegangan yang dibangkitkan, tergantung pada besarnya fluksi
pada mesin, kecepatan putaran dan konstruksi mesin. Dalam hal menyelasaikan
masalah pada mesin sinkron, adakalanya persamaan diatas disedaerhanakan
dimana semua konstantanya digabung, menjadi :
E
A
=K . . (2.16)
Dimana K menyatakan konstruksi mesin, sedangkan menyatakan dalam
satuan elektrikal radian perdetik. Yang dinyatakan dalam :
K
2
k . k . N
P P P
= (2.17)
Dan bila dinyatakan dalam satuan mekanikal radian per detik, maka
persamaannya akan menjadi :
K
2
k . k . P . N
P P P
= (2.18)
Tegangan internal yang dibangkitkan E
a
sebanding dengan fluksi dan
putaran. Sedangkan fluksi itu sendiri sebanding dengan arus medan pada
rangkaian rotor. Hubungan antara arus medan I
f
dengan fluksi ditunjukkan seperti
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
23
Gambar 2.8.a, dan hubungan antara tegangan induksi E
a
dengan arus medan I
f
seperti Gambar 2.8.b plot dari karakteristik ini disebut juga dengan kurva
magnetisasi atau karakteristik beban nol.
E
A
=
sync
(konstan)
I
F
I
F
(a) (b)
Gambar 2.8 a. karakteristik fluksi dengan arus medan b. kurva magnetisasi.
II.8. Faktor Kisar
Faktor kisar atau langkah kumparan dalam keadaan langkah penuh maka
besar langkah tersebut sama dengan langkah kutub atau sama dengan 180
0
listrik,
dapat dilihat pada Gambar 2.9. dibawah ini :
(c)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2 Ea
0
Ea Ea
(a)
(b)
a a'
Langkah penuh
Langkah diperpendek
0
Ec
Ea
Ea
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
24
Gambar 2.9. (a). Penampang Kumparan langkah Penuh dan Diperpendek,
(b).Vector Tegangan dalamKumparan Langkah Penuh,
(c). Vector Kumparan yang Diperpendek
J ika kumparan ditempatkan pada alur 1 dan alur 9 kumparan tersebut
disebut langkah penuh, tetapi jika diempatkan pada alur 1 dan 9 maka langkah
kumparannya sudah diperpendek atau sama dengan 8/9 langkah penuh seperti
terlihat pada Gambar 2.9.
J ika kumparan diperpendek sebesar
0
Listrik seperti yang terlihat pada
Gambar maka:
E
c
=E
a
+E
a
=2E
a
E
c
=2 E
a
cos /2
penuh langkah kumparan
pendek langkah kumparan
K
c
=
Maka:
a
a
c
E 2
2
cos E 2
K =
2
cos K
c
=
Dimana :
= Sudut perpendekan
II.9. Faktor Distribusi
Setiap belitan phasa, sisi kumparan tidak ditempatkan dalam satu alur
tetapi didistribusikan dalam sejumlah alur dibawah kutub membentuk grup kutub
seperti yang terlihat pada Gambar 2.10 dibawah ini:
Oleh karena kumparan didistribusikan masing kumparan berbeda phasa
sebesar . Dari Gambar diatas, OAa dan Oab, berturut-turut adalah:
|
.
|
\
|
=
|
.
|
\
|
=
|
.
|
\
|
=
|
.
|
\
|
=
2
m sin 2
AD
2
m sin
AD
OA
2
sin
AB
2
sin
Aa
OA
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
25
Dengan menyamakan kedua harga OA tersebut didapat:
|
.
|
\
|
|
.
|
\
|
=
2
sin
2
m sin
AB AD
J ika (m) adalah jumlah alur /kutub/phasa maka:
( )
|
.
|
\
|
|
.
|
\
|
= =
2
sin m
2
m sin
AB m
AD
Kd
Dimana :
M = Jumlah alur /kutub/phasa
= Perbedaan sudut antara alur
Sehingga didapat persamaan yaitu tegangan induksi yang dihasilkan oleh
generator:
E =4,44 . Kc . Kd . Nph . f . m (volt) (2.19)
II.10. Daya Keluaran Generator Sinkron
Bila ketiga kumparan armatur tidak dihubungkan atau saling terpisah
maka tiap phasa atau rangkaian membutuhkan dua konduktor sehingga jumlah
konduktor enam, artinya setiap kabel transmisi enam konduktor. Sistem ini
menjadi rumit dan mahal tidak sesuai dengan keadaan untuk penghematan
konduktor. Metode hubungan kumparan ini meliputi antara lain:
a. Hubungan Bintang (Y)
Pada hubungan ini ujung coil dihubungkan bersama ke titik netral.
Tegangan yang diinduksikan tiap belitan disebut tegangan phasa dan arusnya arus
phasa. Sedangkan antara dua terminal disebut tegangan line (V
L
) dan arus
mengalir adalah arus line (I
L
), maka daya keluar generator adalah:
Daya total (P
t
) =3 x daya phasa
P
phasa
=V
ph
x I
L
cos
P
t
=3 x V
ph
x I
L
cos
Dimana:
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
26
3
V
V
L
ph
=
Maka daya total menjadi:
cos I
3
V
3. P
L
L
t
=
cos I V 3 P
L L t
=
b. Hubungan Delta ()
Daya Total (P
t
) = 3 x V
L
x I
ph
cos
Daya perphasa (P
ph
) =V
L
x I
ph
cos
Dimana :
3
I
I
L
ph
=
cos V
3
I
3. P
L
L
t
=
cos V I 3 P
L L t
=
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
27
BAB III
PEMANASAN PADA GENERATOR SINKRON
III.1. Prinsip Kerja Generator Sinkron
Generator sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan
kumparan medan pada rotor, kumparan jangkarnya berbentuk sama dengan mesin
induksi, sedangkan kumparan medan mesin sinkron dapat berbentuk sepatu
(saliet) atau kutub dengan celah udara sama rata (rotor silinder).
Arus searah untuk menghasilkan fluks pada kumparan medan dialirkan ke
rotor melalui cincin.
Bila kumparan medan diberi arus penguat DC dan diputar dengan
kecepatan n maka akan timbul emf induksi pada stator sebesar:
Eo =C n (3.1)
Dimana :
Eo = Tegangan induksi (volt)
C = konstanta mesin
n = putaran mesin
= fluks yang dihasilkan oleh I
f
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator,
karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar, fluks hanya dihasilkan arus
medan (I
f
). Apabila arus medan diubah ubah harganya, maka akan diperoleh
harga Eo seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Pada celah udara kurva
pemagnetan merupakan garis lurus.
Eo
R X
V
a b
Eo (V)
If (amp)
I
(b) Rangkaian Ekivalen Generator
(a) Kurva Pemagnetan
Gambar 3.1. Karakteristik Rangkaian dan Rangkaian Ekivalen Generator
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
28
Dimana :
a-b =tegangan arus medan yang diperlukan untuk daerah jenuh
Ra =tahanan stator
Xs =fluks bocor
Eo =tegangan (tanpa beban)
III.2. Diagram Fasor Generator Sinkron
Tegangan yang dibangkitkan pada generator sinkron adalah tegangan arus
bolak balik, maka dinyatakan dalam bentuk fasor yang digambarkan pada gambar
3.2. Menunjukkan bahwa generator melayani beban dengan faktor daya satu,
semua tegangan dan arus direferensikan terhadap V ( V =| V | 0 ).
Diagram fasor ini dapat diperbandingkan dengan diagram fasor untuk
generator yang melayani beban Induktif atau Kapasitif (Lagging PF atau Leading
PF). Dimana diagram fasor untuk kedua beban yang terakhir ini masing-masing
diperlihatkan pada gambar 3.3 a dan b. untuk arus jangkar dan tegangan fasa yang
diberikan, E
A
yang dibutuhkan untuk beban lagging lebih besar dibandingkan
dengan E
A
yang dibutuhkan beban Kapasitif. Oleh karena itu arus medan yang
besar dibutuhkan untuk beban lagging untuk mendapatkan tegangan terminal yang
sama.
Pada kenyataannya dalam kondisi normal, pada generator sinkron yang
sebenarnya reaktansi sinkron jauh lebih besar bila dibandingkan dengan resistan
jangkar R
A
, sehingga harga resistan ini seringkali diabaikan.
III.3. Torsi dan Daya Generator Sinkron
Generator sinkron adalah mesin sinkron yang bekerja dengan
mengkonversikan daya mekanis ke daya listrik tiga fasa. Sumber daya mekanis ini
disebut dengan pengerak mula yang mempunyai putaran konstan. Bila hal ini
tidak dipenuhi dapat menyababkan frekwensi yang dihasilkan generator tidak
sesuai dengan yang diinginkan.
Secara teori, bahwa semua daya mekanis yang dihasilkan oleh pengerak
mula oleh generator sinkron diubah menjadi daya elektrik. Perbedaan antara daya
output dengan daya input mesin sinkron dinyatakan sebagai rugi-rugi mesin.
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
29
Rugi-rugi ini di perlihatkan pada gambar 3.4. daya input melkanis pada poros
generator (P
in
) :
P
in
=
app
.
m
(3.2)
Dan daya yang dikonversikan dari mekanikal menjadi elektrikal yang
prosesnya terjadi dalam mesin:
P
conv
=
ind
.
m
(3.3)
P
conv
=3. E
A
I
A
Cos (3.4)
Dimana adalah sudut antara E
A
dengan I
A
. Perbedaan antara daya input
ke generator dan daya yang dikonversikan dalam generator dinyatakan sebagai
rugi-rugi mekanis dan rugi-rugi inti dan rugi sasar (stray) pada generator.
Daya mekanik (Pin)
Pin mekanis pada poros generator
Pout
Rugi Tembaga
Rugi Inti
Rugi gesek
dan Angin
Rugi sasar
(Stray)
Pconv
Gambar. 3.4. DiagramAliran Daya Generator Sinkron
Dan besar daya output yang sebenarnya dapat ditulis dalam bentuk
persamaan :
Untuk tegangan jala-jala P
out
=3 . V
T
. I
L
. Cos (3.5)
Untuk tegangan pasa P
out
=3 . V
.
I
A
. Cos (3.6)
Output daya reaktif Q
out
=3 . V
T
. I
L
. Sin (3.7)
Atau Q
out
=3 . V
. I
A
. Sin (3.8)
Bila tahanan jangkar R
A
diabaikan (R
A
<<X
S
), maka diagram fasornya
diperlihatkan pada gambar 3.5. dalam gambar garis vertical bc diekspersikan
sebagai E
A
Sin , atau X
S
. I
A
Cos dengan demikian :
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
30
A
X
Sin E
I
S
A
A
=
dan bila disubtitusikan kepersamaan 3.6. akan diperoleh :
S
A
X
sin E V . 3
P
= (3.9)
Dalam hal tahanan jangkar dianggap nol pada persamaan 3.9, maka tak
ada rugi-rugi elektrikal pada generator.
Persamaan 3.9 menunjukkan bahwa daya yang dihasilkan oleh generator
sinkron tergantung pada . Dan dikenal sebagai sudut beban pada mesin. Jadi
daya maksimum yang dapat disuplai generator terjadi pada saat =90, atau saat
sin =1 dan pada saat ini :
S
A
max
X
E V . 3
P = (3.10)
Daya maksimum yang diindikasikan oleh persamaan diatas disebut juga
sebagai batas stabilitas statis pada generator. Dalam kondisi normal, generator
tidak akan pernah mencapai harga batas tersebut., biasanya sudut torsi ini antara
15 sampai 20 derajat.
Bila V
ind
=k . B
R
B
S
(3.11)
atau sebagai:
ind
=k . B
R
B
net
(3.12)
sedangkan besarannya:
ind
=k . B
R
B
net
. Sin (3.13)
Dimana sudut magnetik antara rotor dengan medan magnet net (sudut
torsi). Bila B
R
menghasilkan tegangan E
A
, dan B
net
menghasilkan V
, maka
antara E
A
dengan V
= (3.14)
Peryataan persamaan ini menyatakan torsi induksi dalam bentuk besaran
listrik, sedangkan persamaan
ind
=k . B
R
B
net
. dinyatakan dalam bentuk
besaran mekanik
III.4. Faktor yang Mempengaruhi Pemanasan
Suhu kerja dari suatu generator sangat erat hubungannya dengan usia,
karena keausan dari isolasinya merupakan fungsi waktu dan suhu. Keausan
merupakan gejala kimiawi yang melibatkan adanya oksidasi lambat dan
pengerapuhan yang menyebabkan terjadinya penyusutan mekanis dan kekuatan
listrik. Kenaikan suhu juga disebabkan oleh rugi rugi yang merupakan faktor
utama dalam menentukan usia pada generator. Oleh sebab itu pemanasan pada
generator harus dibatasi, dan tidak boleh melampaui batas batas yang telah
ditentukan agar usia generator menjadi panjang.
Secara garis besar faktor yang mempengaruhi pemanasan atau kenaikan
temperatur pada generator sinkron yang sedang beroperasi dapat dipisahkan
menjadi tiga bagian adalah:
a. Faktor yang menimbulkan panas, diantaranya rugi rugi tembaga, rugi
rugi besi dan rugi rugi gesek (angin)
b. Faktor pendingin antara lain, volume udara dari lubang pendingin dan
ruang atau celah melalui pada belitan.
c. Faktor perpindahan panas antara lain ketebalan isolasi belitan terselubung
dan belitan akhir serta konduktifitasnya.
III.5. Batas Rugi rugi Penyebab Pemanasan
Pertimbangan terhadap rugi rugi mesin merupakan hal yang sangat
penting, karena rugi rugi dapat menentukan :
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
32
a. Rugi rugi dapat menentukan efisiensi mesin dan cukup berpengaruh
terhadap biaya pemakaiannya.
b. Rugi rugi menentukan pemanasan mesin sehingga menentukan keluaran
daya atau ukuran yang dapat diperoleh tanpa mempercepat keausan isolasi.
c. Jatuhnya tegangan atau komponen arus yang bersangkutan dengan rugi-
rugi yang dihasilkan harus diperhitungkan dengan semetinya dalam
penampilan mesin.
Dengan mengetahui batas temperatur maksimum suatu isolasi yang
digunakan dalam sebuah generator sinkron akhirnya dapat diketahui daya
keluaran yang dapat dicatu oleh generator sinkron secara kontinu.
III.6. Rugi Rugi Total
Rugi rugi total yang terjadi pada generator sinkron terdiri dari rugi rugi
tembaga, rugi besi dan rugi mekanik.
Rugi total =rugi variabel +rugi konstan
P
t
=rugi tembaga armatur +P
c
(3.15)
III.6.1. Rugi Listrik
Rugi listrik dikenal juga dengan rugi tembaga yang terdiri dari kumparan
armatur, kumparan medan.
Rugi rugi tembaga ditemukan pada semua belitan pada mesin, dihitung
berdasarkan pada tahanan dc dari lilitan pada suhu 75
0
C dan tergantung pada
tahanan efektif dari lilitan pada fluks dan frekuensi kerjanya.
Rugi kumparan armatur ( P
ar
=I
a
2
. R
a
) sebesar sekitar 30 sampai 40%
dari rugi total pada beban penuh. Sedangkan rugi kumparan medan shunt ( P
sh
=
I
sh
2
. R
sh
) bersama sama dengan kumparan medan seri ( P
sr
=I
sr
) sebesar sekitar
20 sampai 30% dari rugi beban penuh.
Sangat berkaitan dengan rugi I
2
R adalah rugi rugi kontak sikat pada
cincin slip dan komutator, rugi ini biasanya diabaikan pada mesin induksi dan
mesin serempak, dan pada mesin dc jenis industri tegangan jatuh pada sikat
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
33
dianggap tetap sebesar 2V keseluruhannya jika dipergunakan sikat arang dan
grafit dengan shunt.
III.6.2. Rugi Besi
Rugi besi disebut juga rugi magnetik yang terdiri dari histerisis dan rugi
arus pusar atau arus eddy yang timbul dari perubahan kerapatan fluks pada besi
mesin dengan hanya lilitan peneral utama yang diberi tenaga pada generator
sinkron rugi ini dialami oleh besi armatur, meskipun pembentukan pulsa fluks
yang berasal dari mulut celah akan menyebabkan rugi pada besi medan juga,
terutama pada sepatu kutub atau permukaan besi medan. Rugi ini biasanya data
diambil untuk suatu kurva rugi rugi besi sebagai fungsi dari tegangan armatur
disekitar tegangan ukuran. Maka rugi besi dalam keadaan terbebani ditentukan
sebagai harga pada suatu tegangan yang besarnya sama dengan tegangan ukuran
yang merupakan perbedaan dari jatuhnya tahanan ohm armatur pada saat
terbebani.
Rugi histerisis (P
h
) dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan empiris
yang besarnya adalah :
P
h
=
h
. B
max
1.6
. f . v (watt) (3.16)
Dimana :
h
= koefisien steinmetz histerisis. Perhatikan tabel 3.1 tentang nilai
h
dari bermacam macam bahan baja .
B = kerapatan flux (Wb/m
2
),
v = volume inti (m
3
)
f = frekuensi
Tabel 3.1 Nilai Koefisien Steinmentz Histerisis
Bahan
h
(joule / m3)
Sheet steel 502
Silicon steel 191
Hard Cast steel 7040
Cast steel 750 3000
Cast iron 2700 4000
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
34
Dari persamaan 3.1, besar koefisien steinmentz histerisis, kerapatan flux
dan volume inti adalah konstan sehingga nilai rugi histerisis adalah merupakan
fungsi dari frekuensi atau ditulis ;
P
h
=F (f) (3.17)
Jadi makin besar frekuensi sinyal tegangan output makin besar rugi
histerisis yang diperoleh.
Adapun rugi arus pusar atau rugi arus eddy tergantung kuadrat dari
kerapatan fluks, frekuensi dan ketebalan dari lapisan pada kedaan mesin normal
besarnya adalah:
P
e
=k . B
max
2
. f
2
. t
2
. V (3.18)
Dimana : k = konstanta arus pusar yang tergantung pada ketebalan
laminasi masing-masing lempengan dan volume inti armatur. Oleh karena nilai k
dan b adalah konstan, maka besar kecilnya rugi arus pusar adalah tergantung pada
nilai frekuensi kuadrat atau ditulis :
P
e
=F (f)
2
(3.19)
Besar rugi besi adalah sekitar 20 sampai 30% dari rugi total pada beban
penuh.
III.6.3. Rugi Mekanik
Rugi mekanik terdiri dari :
a. Rugi gesek yang terjadi pada pergesekan sikat dan sumbu. Rugi ini dapat
diukur dengan menentukan masukan pada mesin yang bekerja pada
kecepatan yang semestinya tetapi tidak diberi beban dan tidak diteral.
b. Rugi angin (windageloss) atau disebut juga rugi buta (stray loss) akibat
adanya celah udara antara bagian rotor dan bagian stator.
Besar rugi mekanik sekitar 10 sampai 20% dari rugi total pada beban
penuh.
III.6.4. Rugi rugi Beban Tersebar
Rugi rugi ini terdiri atas rugi rugi yang timbul karena pembagian arus
tak seragam pada tembaga dan rugi rugi inti besi tambahan yang dihasilkan pada
besi karena gangguan pada fluks magnet oleh arus beban. Rugi rugi ini sulit
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
35
ditentukan secara tepat. Untuk mesin dc rugi rugi ini dapat diambil 1% dari
keluarannya, sedangkan untuk mesin sinkron dan induksi rugi rugi ini dapat
dicari dengan percobaan. Meskipun rugi rugi beban tersebar hanya mempunyai
persentase kurang dari satu dari keluarannya tetapi sangat penting dalam
perencanaan mesin.
III.7. Arus Stator
Rugi rugi belitan akhir dan belitan terselubung maksimum per satuan
volume didapatkan besaran rugi rugi maksimum tembaga :
s
s
2
S CU,
R I 3 P = (3.20)
s
S CU,
s
2
R . 3
P
I = (3.21)
s
S CU,
s
R . 3
P
I = (3.22)
Dimana :
P
CU,S
=Rugi rugi tembaga stator (watt)
I
s
=Arus stator maksimum (ampere)
R
S
=Resistansi belitan stator (ohm)
III.8. Arus Rotor
Oleh karena pemanasan rotor sama dengan pemanasan stator maka
persamaan pembatasnya pun mempunyai bentuk yang sama dimana:
r
2
r CU,
R I P = r (3.23)
r
r CU,
r
2
R
P
I = (3.24)
r
r CU,
r
R
P
I = (3.25)
Dimana :
P
CU,r
=Rugi rugi belitan maksimum belitan rotor (watt)
I
r
=Arus rotor maksimum (ampere)
R
r
=Resistansi belitan rotor (ohm)
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
36
III.9. Efisiensi
Pada umumnya yang disebut efisiensi adalah perbandingan antara daya
output dengan daya input.
Dalam hal ini ada tiga macam efisiensi yaitu :
% 100 =
in
o
P
P
(3.26)
Dimana:
P
in
=P
o
+ P
loss
P
loss
=untuk generator adalah :
(I
f
2
. R
f
+I
a
2
. R
a
+I
L
2
. R
sr
+rugi gesek +rugi inti)
I
f
2
. R
f
=rugi kumparan medan
I
a
2
. R
a
=rugi kumparan jangkar
I
L
2
. R
sr
=rugi kumparan medan
Rugi gesek =rugi sikat +rugi angin +rugi sumbu
Rugi sikat =I
a
. V
si
Rugi angin yaitu rugi rugi karena adanya celah antara bagian rotor
dan stator ( 1% )
Rugi sumbu =rugi rugi yang timbul pada benda berputar
Rugi inti =rugi histerisis +rugi arus pusar
Maka :
P
in
=Ts x m
% 100
) sikat Rugi C Rugi ( P
P
listrik
u o
o
+ +
= (3.27)
Dimana:
P
o
=V
t
. I
L
(watt) =daya output generator
P
in
=T
s
x
m
(watt) =daya total yang diterima mesin
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
37
III.10. Sistim Ventilasi
Banyak masalah dalam teknologi tenaga listrik, yang dihubungkan dengan
alat dan mesin pendingin. Ini membutuhkan pengetahuan mekanik dengan cara
panas dialirkan dari satu benda ke benda yang lain. Disini dapat dijelaskan cara
perpindahan panas pada generator sinkron.
Sistem pendingin pada generator sinkron tergantung dari ukuran
mesin sebab semakin besar mesin semakin sulit masalah penginginannya. Luas
permukaan dari panas yang dibuang bertambah besar menurut kuadrat dari
dimensinya, sedangkan panas yang dihasilkan oleh rugi rugi berbanding lurus
dengan volumenya. Karenanya kira kira bertambah besar menurut pangkat tiga
dari dimensinya.
Pendingin dilakukan dalam dua cara yaitu :
a. Pendingin secara Radial
Pendingin secara radial yaitu dilakukan dengan memasukkan udara atau
gas melalui saluran celah udara yang ada didalam inti stator dan keluar
melalui celah udara yang ada disekitar poros.
b. Pendingin secara Aksial
Pendingin secara aksial yaitu udara mengalir dari satu ujung mesin
keujung lainnya melalui celah udara yang ada didalam inti stator. Seperti
yang terlihat pada Gambar 3.6. dibawah ini.
Udara keluar
Udara masuk
Gambar 3.5. SistemPendingin
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
38
III. 11. Percobaan Beban Nol
Percobaan beban nol dilakukan untuk menentukan dan mengambarkan
hubungan tegangan induksi sebagai fungsi arus penguat (I
f
) dari generator sinkron
yang berputar pada putaran nominal dalam keadaan tidak berbeban, dan
mengambarkan karakteristik V =f (I
f
), n =konstan I
f
=0.
Pada percobaan ini mesin sinkron akan bekerja sebagai generator dan
sebagai pengerak mulanya digunakan motor DC. Dengan memberikan putaran
pada rotor generator sinkron serta diputar pada kecepatan sinkron dan rotor diberi
arus I
f
, maka tegangan akan terinduksi dengan kumparan jangkar yang terdapat di
stator. Bila generator dalam keadaan tanpa beban maka arus tidak akan mengalir
pada Belitan jangkarnya. Oleh karena itu pada beban nol pengaruh reaksi jangkar
tidak ada.
Dalam teori seharusnya kurva dimulai dari titik nol, namun dalam
kenyataan kurva bukan dimulai dari titik nol hal ini akibat pengaruh remanensi,
sebelum generator diberikan tegangan, telah ada tegangan pada generator itu.
Tegangan ini harganya kecil seperti yang terdapat pada gambar 3.7 dibawah ini.
praktek
teori
If
V
Gambar 3.6 kurva perbandingan karakteristik beban nol antara teori dan praktik
Daya masukan generator sinkron terdiri dari daya masukan elektrik dan
daya masukan mekanis. Daya masuk elektrik adalah daya untuk menghasilkan
fluks. Sedangkan daya masuk mekanik adalah daya yang diberikan oleh pengerak
mula sehingga terjadi kopel pengerak pada poros mesin
III.12. Percobaan Hubung Singkat
Percobaan hubung singkat bertujuan untuk menentukan dan
menggambarkan arus hubung singkat sebagai fungsi arus medan dari generator
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
39
sinkron yang berputar pada putaran nominal dalam keadaan terminal generator
dihubung singkat.
Grafik dari percobaan hubung singkat merupakan fungsi linier, dan
seharusnya dimulai dari titik nol, namun dalam kenyataannya kurva karakteristik
ini dimulai dari suatu harga tertentu, bukan dari nol, hal ini diakibatkan karena
adanya tegangan remanensi pada generator sinkron sebelum arus medan diberikan
dari tegangan ini mengalirlah arus yang kecil yang disebut arus remanensi,
sehingga kurva karakteristik tidak dimulai dari nol, sehingga harga yang didapat
diteori dengan praktek berbeda karena adanya pengaruh remanensi.
III.13. Percobaan Berbeban
Percobaan berbeban dilakukan untuk mempelajari karakteristik
perbebanan dari generator sinkron antar tegangan terminal sebagai fungsi arus
medan I
f
dimana I
a
, n, dan cos konstan. Karakteistik V =f (I
f
) adalah linear
tetapi pada prakteknya tidak, karena pengaruh kejenuhan inti, pada saat ini grafik
akan melengkung. Untuk cos lagging, leading dan unity dapat digambarkan
pada gambar 3.9 dibawah ini.
If
V leading
unity
lagging
Gambar 3.7. kurva karakteristik berbeban untuk cos lagging, leading dan unity.
Pada gambar 3.9 digambarkan pembebanan generator sinkron dapat
dibandingkan bahwa tegangan terminal untuk jenis beban induktif (cos lagging)
lebih kecil dari pada tegangan terminal untuk beban resistif (cos leading) pada
arus medan yang sama.
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
40
BAB IV
STUDI ANALISA DAYA KELUARAN GENERATOR SINKRON TIGA
FASA DENGAN ROTOR SILINDER
IV.1. Data Hasil Percobaan
Didalam bab ini akan menguraikan tentang perhitungan daya generator
sinkron 3 phasa dengan rotor silinder, dengan data data yang didapat dari
percobaan pada laboratorium mesin mesin listrik. Datanya adalah sebagai
berikut :
IV.1.1. Data Umum
Tegangan jepit : 220 V
Kapasitas daya : 5 kW
Arus jangkar (I
a
) : 9 A
Arus medan (I
f
) : 5.7 A
Factor daya : 0.8
Frekwensi : 50 Hz
Kecepatan putar (n) : 1500 rpm
Phasa : 3
IV.1.2. Data Percobaan Beban Nol ( E =f(I
f
), n konstan, I
a
=0 )
Dengan melakukan percobaan sesuai dengan prosedur yang digambarkan
pada Gambar 4.1 dibawah ini. Sehingga didapat data hasil percobaan dan
karakteristik percobaan beban nol didapat seperti pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.2.
Gambar 4.1 Rangkaian Percobaan Beban Nol.
Tabel 4.1. Data Percobaan Beban Nol
P
T
D
C
1
V1
A1
M G
V
A
B
C
A2 If
PTDC 2 PTDC 3
If
n
T
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
41
Dik : n =1500 rpm
I
a
=0
f =50 Hz
Cos =0.8
No. I
f
(A) V T (N.m)
P
in
(W)
1 0.2 38 0.12
184.91
2 0.3 58 0.13
200.32
3 0.5 102 0.15
231.14
4 1 194 0.21
323.59
5 1.5 284 0.26
400.64
6 2 350 0.31
477.69
7 2.5 397 0.36
554.74
8 3 437 0.41
631.78
9 3.5 465 0.46
708.83
10 4 487 0.51
785.88
Maka didapat karakteristik beban nol yang ditampilkan pada Gambar 4.2 dibawah
ini.
karakteristik Beban Nol
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
If (amp)
v
o
l
t
Gambar 4.2. Grafik Karakteristik Beban Nol
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
42
IV.1.3. Data Percobaan Hubung Singkat ( I
a hs
=f(I
f
), n konstan, V =0 )
Dengan melakukan percobaan sesuai dengan prosedur yang digambarkan
pada Gambar 4.3 dibawah ini. Sehingga didapat data hasil percobaan dan
karakteristik percobaan hubung singkat didapat seperti pada Tabel 4.2 dan
Gambar 4.4.
P
T
D
C
1
V1
A1
M G
A2 If
PTDC 2 PTDC 3
If
Ia
V
Ia
n
T
Gambar 4.3. Rangkaian Percobaan Hubung Singkat.
Tabel 4.2. Data Percobaan Hubung Singkat
Dik : n =1500 rpm
f =50 Hz
Cos =0.8
No. I
a
(A) I
f
(A) T
(N.m) P
in
(W)
1 0,0 0,20 0.12 184.91
2 0,2 0,78 0.14 215.733
3 0,4 1,33 0.16 246.55
4 0,6 1,90 0.18 277.37
5 0,8 2,51 0.2 308.19
6 1,0 3,02 0.23 354.41
7 1,2 3,58 0.3 462.28
8 1,4 4,20 0.31 477.69
9 1,6 4,80 0.38 585.56
10 1,8 5,36 0.45 693.42
11 2,0 5,85 0.53 816.70
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
43
Maka didapat karakteristik hubung singkat yang ditampilkan pada Gambar 4.4
dibawah ini.
Karakteristik Hubung Singkat
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5
If (Amp)
I
a
(
A
m
p
)
Gambar 4.4. Grafik Karakteristik Hubung Singkat
IV.1.4. Data Percobaan Berbeban ( V =f(I
f
), n konstan, I
a
=konstan )
Dengan melakukan percobaan sesuai dengan prosedur yang digambarkan
pada Gambar 4.5 dibawah ini. Sehingga di dapat data hasil percobaan dan
karakteristik percobaan berbeban didapat seperti pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.6.
P
T
D
C
1
V1
A1
M G
V
A2 If
PTDC 2 PTDC 3
A
B
C
If
n
T
Gambar 4.5. Rangkaian Percobaan Berbeban.
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
44
Tabel 4.3. Data Percobaan Berbeban
Dik : n =1500 rpm
I
a
=9 Amp
f =50 Hz
Cos =0.8
No. I
f
(A) V (V) T (N.m) P
in
(W)
1 0,30 105 0.16 246.55
2 0,53 199 0.22 339.01
3 0,80 277 0.3 462.28
4 1,00 339 0.45 693.42
5 1,15 391 0.61 939.97
6 1,25 422 0.82 1263.57
7 1,34 452 0.89 1371.44
8 1,40 475 0.94 1448.49
Maka didapat karakteristik berbeban yang ditampilkan pada Gambar 4.6 dibawah
ini.
Karakteristik Berbeban
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00
If (Amp)
V
(
V
o
l
t
)
Gambar 4.6. Grafik Karakteristik Berbeban
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
45
IV.1.5. Data Percobaan Resistansi Belitan Jangkar (R
a
)
Begitu pula pada percobaan resistansi belitan jangkar dengan melakukan
percobaan sesuai dengan prosedur. Maka data hasil percobaan resistansi belitan
jangkar didapat seperti pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Data Percobaan Resistansi Belitan Jangkar
No. I
dc
(A) V
dc
(V) R
dc
(ohm)
1 8.0 16.0 1.0
2 8.5 17.2 1.01
3 9.0 18.0 1.0
4 9.5 19.2 1.01
5 10.0 20.0 1.0
Rata-rata 9.0 18.08 1.004
IV.1.6. Data Percobaan Resistansi Belitan Medan (R
f
)
Begitu pula pada percobaan resistansi belitan medan dengan melakukan
percobaan sesuai dengan prosedur. Maka data hasil percobaan resistansi belitan
medan didapat seperti pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Data Percobaan Resistansi Belitan Medan
No. I
dc
(A) V
dc
(V) R
dc
(ohm)
1 5.0 29.90 2.99
2 5.5 32.87 2.98
3 5.7 34.10 2.99
4 6.0 35.89 2.98
5 6.5 38.90 2.99
Rata-rata 5.74 34.33 2.98
IV.4. Perhitungan Rugi Rugi Pada Percobaan Beban Nol
Dari data yang ada maka dapat dihitung daya keluaran generator sinkron 3
phasa dengan rotor silinder, dengan mengetahui rugi rugi yang dihasilkan dari
generator tersebut. Rugi rugi pada generator tersebut dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut.
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
46
Pada percobaan beban nol. Rotor dari generator diputar dengan kecepatan
tetap oleh mesin pengerak. Kumparan medan diberi penguatan arus searah,
sedangkan terminal generator tidak dihubungkan sehingga Ia =0 dan N =konstan.
Dengan tidak adanya arus jangkar maka rugi rugi tembaga pada stator tidak
dapat dihitung karena slip nya kecil.
P
cu stator
=I
f
2
R
f
=5,7
2
A . 2,99 ohm
=97,145 watt
Rugi inti besi dapat diperoleh pada percobaan ini pada tegangan terminal
(terbuka) sama dengan tegangan nominal. Daya mekanis yang disalurkan melalui
poros untuk menjalankan generator sinkron pada putaran nominal adalah untuk
menutupi rugi beban nol. Rugi ini terdiri dari rugi gesekan bantalan dan rugi
gesekan angin dan rugi besi yang terkait pada fluks beban nol. Rugi gesekan dan
angin adalah konstan sedangkan rugi besi merupakan fungsi dari fluks yang
berbanding lurus dengan tegangan rangkaian terbuka.
Tanpa penguatan fluks daya poros hanya diperlukan untuk menutupi rugi
besi, gesekan dan angin. Dengan mengurangkan rugi rugi ini dari rugi beban nol
maka diperoleh rugi besi pada rangkaian terbuka. Lengkungan rugi besi rangkaian
terbuka sebagai fungsi dari tegangan rangkaian terbuka diperlihatkan pada
Gambar 4.7. dibawah ini.
Jadi dari grafik perbandingan tegangan terbuka 220 V dengan rugi rugi
pada percobaan beban nol didapat ; rugi rugi 1,2 kW atau 1200 watt.
Rugi gesek dan angin (P
fw
) didapat dari rumus:
P
in
=P
inti
+P
fw
+I
f
2
R
f
(4.1)
IV.5. Perhitungan Rugi Rugi Pada Percobaan Hubung Singkat
Percobaan hubung singkat generator sinkron dilakukan pada putaran
nominal dengan terminal dihubung pendek dengan arus hubung pendek sebesar
arus nominal. Daya yang dimasukkan melalui poros adalah jumlah rugi gesekan
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
47
bantaran, rugi gesekan angin, rugi tembaga karena adanya arus hubung singkat
dan rugi besi yang kecil jumlah rugi rugi ini disebut rugi beban hubung singkat
rugi tembaga dapat diperoleh dengan mengurangi rugi hubung singkat dengan
rugi gesek bantalan dan angin.
Dengan mengurangkan rugi tahanan arus searah dari rugi tahanan arus
tukar diperoleh selisihnya yaitu rugi karena gejala kulit (skin effect) rugi arus
putar dalam penghantar jangkar dan rugi besi karena medan fluks bocor. Selisih
antara rugi beban hubung pendek dan rugi tahanan tembaga as adalah rugi beban
tambahan (stay load loss ).
Besarnya rugi percobaan berbeban ini diperhitungkan sama besar pada
setiap keadaan beban seperti pada hubung singkat. Jalannya rugi hubung singkat
dan rugi beban tambahan sebagai fungsi dari arus armatur diperlihatkan pada
gambar 4.3 pada umummya tahanan jangkar dapat dihitung dari
2
a
pendek) hubung jangkar (arus
pendek hubung beban rugi
r = (4.2)
Dalam persamaan tersebut diatas telah dimisalkan bahwa rugi beban
tambahan hanya tergantung pada arus jangkar saja. Dengan diketahuinya rugi
beban hubung singkat dalam watt perphasa dan arus dalam ampere perphasa
diperoleh tahanan efektif dalam ohm per phasa.
Rugi rugi tembaga pada medan atau rugi tembaga pada rotor:
P
cu
=3 I
f
2
. R
f
=3. 5,7
2
A . 2,98 ohm
=290,46 watt
Rugi rugi hubung singkat adalah:
I
a
=P
hs
/I
a
2
I
a
2
=R
a
. (P
hs
)
P
hs
=I
a
2
/R
a
=9
2
A / 1,004 ohm =80,677 watt
P
besi
pada percobaan hubung singkat dengan I
a
=9 A didapat angka yang
sangat kecil atau mendekati nol dari grafik perbandingan arus jangkar dengan rugi
rugi inti.
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
48
Rugi gesek dan angin didapat dengan pengurangan rugi hubung singkat
dengan rugi tembaga jangkar
P
cu
=P
hs
P
fw
P
fw
=P
hs
P
cu
P
fw
=80,67 watt 290,46 watt =209,78 watt
IV.6. Perhitungan Rugi-rugi pada Percobaan Berbeban
Pada saat generator diberi beban pembagian ruang dari kerapatan fluks
sangat berubah oleh agm dari arus beban. Rugi rugi inti yang sebenarnya dapat
bertambah besar. Misalnya harmonisa agm akan menyebabkan rugi rugi yang
cukup besar pada besi didekat permukaan celah udara. Perbedaan rugi rugi inti
keseluruhan dimasukkan sebagai bagian dari rugi rugi beban tersebar.
Dari data percobaan berbeban maka didapat perhitungan rugi tahanan
medan pada tembaga rotor yaitu:
P
cu rotor
=I
f
2
. R
f
=5,7
2
x 2,98
=96,82 watt
Rugi tahanan jangkar pada stator yaitu:
P
cu stator
=3 I
a
2
. R
a
=3 . (9)
2
x 1,004
=243,97 watt
Arus nominalnya dapat dihitung dengan:
A I
I
I
5 . 6
84 , 304
1980
8 , 0 . ) 220 ( . 3
1980
=
=
=
Maka:
V
t
I
a
R
a
=
3
220
- 6.5 (0,8 +j 0,6) (1,0)
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
49
=127,61 (6.5 36,87)
=70,51V
= 70,51 V/phasa =122,12 V
Dari grafik pada Gambar 4.2 perbandingan percobaan berbeban dengan
rugi rugi inti didapat P
inti
=0,34 kW =340 watt
IV.7. Perhitungan Rugi Rugi Total
Pada percobaan beban nol daya keluaran dari generator tidak ada atau nol,
semua daya masukan ke generator menjadi rugi rugi. Sehingga data dari
percobaan beban nol yang diperlukan untuk perhitungan daya keluaran generator
adalah rugi rugi angin dan gesek (P
fw
) karena ditimbulkan dari daya mekanis
yang disalurkan melalui poros untuk menjalankan generator sinkron pada putaran
nominal. Rugi rugi gesek dan angin juga disebut rugi rugi mekanis.
Untuk perhitungan rugi rugi total dipakai rugi rugi pada percobaan
berbeban karena pada percobaan hubung singkat generator berjalan pada putaran
nominal dengan terminal dihubung pendek dengan arus hubung pendek sebesar
arus nominal, arus hubung pendek dan rugi besi relatif kecil. Percobaan berbeban
mempunyai nilai yang besar sehingga dapat dihitung rugi total dan akhirnya dapat
dicari keluaran daya dari generator tersebut. Data yang diperlukan untuk
perhitungan rugi rugi total adalah :
P
cu stator
=243,97 watt
P
cu rotor
=96,82 watt
P
inti
=340 watt
Dari data di atas maka didapat rugi total dengan menjumlahkan semua rugi
rugi tersebut :
P
total
=P
cu stator
+P
cu rotor
+P
inti
P
total
=243,97 watt +96,82 watt +340 watt =680,79 watt
IV.8. Perhitungan Daya Keluaran Generator Sinkron
Daya masuk merupakan jumlah dari masukan ac pada jangkar dan
masukan dc pada medan sehingga didapat daya masukan total :
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
50
P
in total
=4583.62 watt
Daya keluaran merupakan daya masukan total dikurangi jumlah rugi rugi
total :
P
out
=P
in
(P
cu stator
+P
cu rotor
+P
inti
)
P
out
=4583.62 watt (680.79 watt)
=3902.83 watt
Maka dari perbandingan daya keluaran dan daya masukan didapat efisiensi
dari generator sinkron tiga phasa rotor silinder sebesar :
% 100
P
P
Efisiensi
in
out
=
% 100
62 , 4583
83 , 3902
= Efisiensi
% 14 . 85 = Efisiensi
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
51
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan perhitungan dengan memasukan data yang diambil dari
percobaan mesin sinkron ini didapat output nya adalah 3902.83 watt dan
efisiensi mesin sinkron tiga fasa ini adalah 85,14 %
2. Dari perbandingan antara data umum (name plate) dengan hasil percobaan
didapat perbedaan daya keluaran yang sangat jauh ini disebabkan karena
factor usia dari generator tersebut sehingga dengan usia tersebut membuat
kemampuan komponen dari generator seperti isolasi dari belitan kumparan
itu tidak mampu lagi menghasilkan daya maksimal
3. Pada daya keluaran dibawah atau maksimal 3,9 kW, mesin sinkron rotor
silinder ini berjalan dengan normal dengan panas yang di hasilkan mesin
masih dengan batas wajar dan perpindahan panas dialirkan keluar mesin
melalui celah udara pada mesin tersebut.
4. jika generator dipaksa mengeluarkan daya melebihi 3,9 kW maka mesin
menjadi panas dan tegangan menjadi turun secara tiba-tiba (drop
tegangan).
5. Rugi rugi total yang terjadi pada generator sinkron ini adalah 680.79
watt yang terdiri dari rugi rugi tembaga, rugi besi dan rugi mekanik.
V.2. Saran saran
Diusahakan beban harus dibawah kemampuan daya keluaran generator
atau rata rata 3,9 kW, karena factor usia generator ini yang sudah tua tidak mampu
lagi menghasilkan daya maksimal 5 kW. jika beban melebihi kapasitas keluaran
daya generator, akan terjadi kenaikan suhu yang disebabkan oleh rugi rugi yang
semakin besar sehingga generator menjadi drop.
Eduward Aliansyah : Studi Analisa Daya Keluaran Generator Sinkron Tiga Phasa Dengan Rotor Silinder, 2008.
USU Repository 2009
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Chapman, Stephen J, Electric Machinery Fundamentals, McGraw-Hill Book
Company, New York, 1985.
2. D. William, Stevenson, Ir., Analisa Sistim Tenaga Listrik, Edisi IV, Erlangga,
Jakarta, 1984.
3. Fitzgerald,A.E., Charles Kingsley,Jr. and Alexander Kusko, Electric
Machinery, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. Tokyo, 1971.
4. Hayt jr, Wiliam H., Liong, The Houw., Elektromagnetik Teknologi, Edisi VI,
J ilid 1, Erlangga, Jakarta, 1982.
5. Kadir, Abdul, Mesin Serempak, Djembatan, Jakarta, 1983.
6. Lister, Mesin dan Rangkaian Listrik, Edisi VI, Erlangga, 1988.
7. Marappung, Muslimin, Teori Soal Penyelesaian Teknik Tenaga listrik,
Armico, Bandung 1979.
8. Rijono, Yon, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Edisi Revisi, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2004.
9. Theraja, B.L., A Text Book of Electrical Technology, S. Chandand Company
Ltd, New Delhi, 1977.
10. Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektonika Daya, Gramedia, Jakarta,
1990.