Anda di halaman 1dari 21

PRATIKUM PETROLOGI Hari, tanggal : Kamis, 18 November 2009 Acara No. Urut No.

Peraga Warna - Segar - Lapuk Tekstur - Kritanilitas - Granulitas - Fabrik Bentuk Relasi Struktur Komposisi Mineral : Euhedral-subhedral : Equigranular : Massive : Jumlah (%) I II III 10% 15% 10% 10% 40% 40% 10% 40% 35% 10% 45% 35% : Holokristalin : Faneritik : Keabu-abuan : Kecoklatan : Batuan Beku : 01 :Nama No. Stb : Ishaq Mz. : D611 08006

Nama Mineral Horblende Biotit Ortoklas Kuarsa Nama Batuan Keterangan

Warna Hitam Hitam Abu-abu Transparan

Bentuk Prismatik Bulat Prismatik Prismatik

Total 11,6% 10% 41,2% 37,2%

: Granit (Fenton, 1940) : Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku plutonik,

memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna keabu-abuan, lapuk berwarna kecoklatan, tekstur kritanilitas holokristalain dimana disusun oleh kristal-kristal yang nampak jelas, granulitas faneritik dicirikan oleh kristal-kristal dari mineral penyusunnya tampak jelas dapat dibedakan dengan mata atau loup, bentuk euhedral-subhedral yaitu bentuk bidang batas dari kristal teratur baik dan tampak jelas sampai bentuk bidang batas dari kristal bervariasi, kombinasi dari bentuk baik dengan bentuk jelek, relasi equigranular menunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan hampir sama. Tekstur batuan ini dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan kristal yang relatif

lambat, sehingga kristal-kristalnya memiliki waktu yang cukup untuk membentuk kristal-kristal yang jelas. Struktur massive/kompak berupa susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan, tidak menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk aliran. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya maka batuan ini memiliki nama Granit (Fenton, 1940). Proses pembentukan batuan ini mengalami proses defrensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dengan komposisi yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Sehingga kristal-kristal yang memiliki berat jenis lebih tinggi akan lebih duluan sampai pada dasar, dimana kristal-kristal terbentuk tidak bersamaan (berdasarkan BRS) setelah itu mengalami proses kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasi. Didahului oleh pembentukan mineral horblende pada suhu sekitar 800o-1000o C, kemudian mineral biotit pada suhu sekitar 700o-800o C, kemudian mineral ortoklas pada suhu sekitar 600o-700o C, dan terakhir adalah mineral kuarsa yang terbentuk pada suhu 375o C yang kemudian membentuk batuan yang dinamakan Granit. Karena proses pembentukan mineral yang relatif lama, sehingga kristal-kristalnya memiliki waktu yang cukup untuk mengkristal dengan baik yang dapat mempengaruhi tekstur dan struktur dari batuan ini. Batuan ini ditemukan berasosiasi dengan batuan beku asam lainnya seperti Pegmatit. Kegunaan dari batuan ini memilki nilai ekonomis dari mineral penyusunnya maupun batuannya, digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan juga sebagai ornamen-ornamen (aksesoris). Referensi :

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York. Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar : HMG FT-UH.

Asisten ( Herni Suryani )

Praktikan ( Ishaq Mz. )

PRATIKUM PETROLOGI Hari, tanggal : Kamis, 18 November 2009 Acara No. Urut No. Peraga Warna - Segar - Lapuk Tekstur - Kritanilitas - Granulitas - Fabrik Bentuk Relasi Struktur Komposisi Mineral : Euhedral-subhedral : Equigranular : Massive : Jumlah (%) I II III 10% 15% 10% 10% 40% 40% 10% 40% 35% 10% 40% 40% : Holokristalin : Faneritik : Merah muda : Kecoklatan : Batuan Beku : 02 :Nama No. Stb : Ishaq Mz. : D611 08006

Nama Mineral Horblende Biotit Ortoklas Kuarsa Nama Batuan Keterangan

Warna Hitam Hitam Merah muda Transparan

Bentuk Prismatik Bulat Prismatik Prismatik

Total 11,6% 10% 40% 38,4%

: Granit (Fenton, 1940) : Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku plutonik,

memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna merah muda, lapuk berwarna kecoklatan, tekstur kritanilitas holokristalain dimana disusun oleh kristal-kristal yang nampak jelas, granulitas faneritik dicirikan oleh kristal-kristal dari mineral penyusunnya tampak jelas dapat dibedakan dengan mata atau loup, bentuk euhedral-subhedral yaitu bentuk bidang batas dari kristal teratur baik dan tampak jelas sampai bentuk bidang batas dari kristal bervariasi, kombinasi dari bentuk baik dengan bentuk jelek, relasi equigranular menunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan hampir sama. Tekstur batuan ini dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan kristal yang relatif

lambat, sehingga kristal-kristalnya memiliki waktu yang cukup untuk membentuk kristal-kristal yang jelas. Struktur massive/kompak berupa susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan, tidak menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk aliran. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya maka batuan ini memiliki nama Granit (Fenton, 1940). Proses pembentukan batuan ini mengalami proses defrensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dengan komposisi yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Sehingga kristal-kristal yang memiliki berat jenis lebih tinggi akan lebih duluan sampai pada dasar, dimana kristal-kristal terbentuk tidak bersamaan (berdasarkan BRS) setelah itu mengalami proses kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasi. Didahului oleh pembentukan mineral horblende pada suhu sekitar 800o-1000o C, kemudian mineral biotit pada suhu sekitar 700o-800o C, kemudian mineral ortoklas pada suhu sekitar 600o-700o C, dan terakhir adalah mineral kuarsa yang terbentuk pada suhu 375o C yang kemudian membentuk batuan yang dinamakan Granit. Karena proses pembentukan mineral yang relatif lama, sehingga kristal-kristalnya memiliki waktu yang cukup untuk mengkristal dengan baik yang dapat mempengaruhi tekstur dan struktur dari batuan ini. Batuan ini ditemukan berasosiasi dengan batuan beku asam lainnya seperti Pegmatit. Kegunaan dari batuan ini memilki nilai ekonomis dari mineral penyusunnya maupun batuannya, digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan juga sebagai ornamen-ornamen (aksesoris). Referensi :

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York. Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar : HMG FT-UH.

Asisten ( Herni Suryani )

Praktikan ( Ishaq Mz. )

PRATIKUM PETROLOGI Hari, tanggal : Kamis, 18 November 2009 Acara No. Urut No. Peraga Warna - Segar - Lapuk Tekstur - Kritanilitas - Granulitas - Fabrik Bentuk Relasi Struktur Komposisi Mineral : Subhedral-Anhedral : Inequigranular : Massive : Jumlah (%) I II III 20% 80% 15% 85% 20% 80% : Hipokristalin : Porfiroafanitik : Abu-abu : Kecoklatan : Batuan Beku : 03 :Nama No. Stb : Ishaq Mz. : D611 08006

Nama Mineral Biotit Massa dasar

Warna Hitam Abu-abu

Bentuk Bulat Gelas

Total 17,3% 82,7%

Nama Batuan Keterangan

: Trakit porphyri : Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku vulkanik,

memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna abu-abu, lapuk berwarna kecoklatan, tekstur kritanilitas hipokristalain dimana disusun oleh sebagian kristal dan sebagian gelas, granulitas pofiroafanitik dicirikan oleh fenokris yang terdapat pada massa dasar kristal yang afanitik, bentuk subhedral-anhedral yaitu bentuk bidang batas dari kristal bervariasi, kombinasi dari bentuk baik dengan bentuk jelek sampai bentuk bidang batas dari kristal jelek dan tidak teratur, relasi inequigranular menunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan tidak sama besar. Tekstur batuan ini dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan kristal yang relatif cepat karena terjadi di permukaan, sehingga kristal-kristalnya memiliki waktu yang sedikit untuk membentuk kristal-

kristal karena interaksi dengan keadaan di sekitar seperti udara . Struktur massive/kompak berupa susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan, tidak menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk aliran. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya maka batuan ini memiliki nama Trakit porphyri. Proses pembentukan batuan ini mengalami proses defrensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dengan komposisi yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Sehingga kristal-kristal yang memiliki berat jenis lebih tinggi akan lebih duluan sampai pada dasar, dimana kristal-kristal terbentuk tidak bersamaan (berdasarkan BRS) setelah itu mengalami proses kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasi yang kemudian mengalmi proses pencampuran magma dimana terjadi erupsi yang cepat dari suatu lubang kepundan. Didahului oleh pembentukan mineral biotit pada suhu sekitar 700o-800o C, yang kemudian membentuk batuan yang dinamakan Trakit porphyri. Karena proses pembentukan mineral yang relatif cepat, sehingga kristal-kristalnya tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengkristal dengan baik yang dapat mempengaruhi tekstur dan struktur dari batuan ini. Batuan ini ditemukan berasosiasi dengan batuan beku asam lainnya seperti Syenit. Kegunaan dari batuan ini memilki nilai ekonomis batuannya yakni dapat dijadikan campuran lantai, digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan juga sebagai ornamen-ornamen (aksesoris). Referensi :

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York. Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar : HMG FT-UH.

Asisten ( Herni Suryani )

Praktikan ( Ishaq Mz. )

PRATIKUM PETROLOGI Hari, tanggal : Kamis, 18 November 2009 Acara No. Urut No. Peraga Warna - Segar - Lapuk Tekstur - Kritanilitas - Granulitas - Fabrik Bentuk Relasi Struktur Komposisi Mineral : Subhedral-Anhedral : Inequigranular : Massive : Jumlah (%) I II III 10% 10% 15% 10% 15% 30% 30% 5% 5% 10% 10% 30% 30% 5% 5% 15% 10% 25% 25% 5% 5% : Hipokristalin : Faneropofiritik : Keabu-abuan : Kecoklatan : Batuan Beku : 04 :Nama No. Stb : Ishaq Mz. : D611 08006

Nama Mineral Piroksin Horblende Biotit Plagioklas Ortoklas Kuarsa Massa dasar Nama Batuan Keterangan

Warna Hitam Hitam Hitam Putih tulang Putih susu Transparan Gelap

Bentuk Prismatik Prismatik Bulat Prismatik Prismatik Prismatik Gelas

Total 11,6% 11,6% 11,6% 27,1% 27,1% 5% 5%

: Granodiorit (Fenton, 1940) : Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku plutonik,

memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna keabu-abuan, lapuk berwarna kecoklatan, tekstur kritanilitas hipokristalain dimana disusun oleh sebagian kristal dan sebagian gelas, granulitas faneroporfiritik dicirikan oleh fenokris yang terdapat pada massa dasar kristal yang fanerik, bentuk subhedral-anhedral yaitu bentuk bidang batas dari kristal bervariasi, kombinasi dari bentuk baik dengan bentuk jelek sampai bentuk

bidang batas dari kristal jelek dan tidak teratur, relasi inequigranular menunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan tidak sama besar. Tekstur batuan ini dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan kristal yang relatif lambat, sehingga kristal-kristalnya memiliki waktu yang cukup untuk membentuk kristal-kristal yang jelas. Struktur massive/kompak berupa susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan, tidak menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk aliran. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya maka batuan ini memiliki nama Granodiorit (Fenton, 1940). Proses pembentukan batuan ini mengalami proses defrensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dengan komposisi yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Sehingga kristal-kristal yang memiliki berat jenis lebih tinggi akan lebih duluan sampai pada dasar, dimana kristal-kristal terbentuk tidak bersamaan (berdasarkan BRS) setelah itu mengalami proses kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasi yang sebelumnya mengalami proses asimilasi yakni proses reaksi atau pelarutan antara magma dengan batuan sekitarnya (wall rocks). Didahului oleh pembentukan mineral piroksin pada suhu sekitar 1000o1200o C, kemudian mineral horblende pada suhu sekitar 800o-1000o C, kemudian mineral biotit pada suhu sekitar 700o-800o C, kemudian mineral plagioklas pada suhu sekitar 800o-900o C, kemudian mineral ortoklas pada suhu sekitar 600o-700o C, dan terakhir adalah mineral kuarsa yang terbentuk pada suhu 375o C yang kemudian membentuk batuan yang dinamakan Granodiorit. Karena proses pembentukan mineral yang relatif lama, sehingga kristal-kristalnya memiliki waktu yang cukup untuk mengkristal dengan baik yang dapat mempengaruhi tekstur dan struktur dari batuan ini. Batuan ini ditemukan berasosiasi dengan batuan beku asam lainnya seperti Tonalite. Kegunaan dari batuan ini memilki nilai ekonomis batuannya yang dijadikan sebagai bahan bangunan, digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan juga sebagai ornamen-ornamen (aksesoris). Referensi :

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York. Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar : HMG FT-UH. Asisten ( Herni Suryani ) Praktikan ( Ishaq Mz. )

PRATIKUM PETROLOGI Hari, tanggal : Kamis, 18 November 2009 Acara No. Urut No. Peraga Warna - Segar - Lapuk Tekstur - Kritanilitas - Granulitas - Fabrik Bentuk Relasi Struktur Komposisi Mineral : Subhedral-Anhedral : Inequigranular : Massive : Jumlah (%) I II III 10% 15% 15% 40% 30% 20% 35% 35% 15% 35% 30% 20% : Hipokristalin : Porfiroafanitik : Keabu-abuan : Kecoklatan : Batuan Beku : 05 :Nama No. Stb : Ishaq Mz. : D611 08006

Nama Mineral Horblende Plagioklas Kuarsa Massa dasar Nama Batuan Keterangan

Warna Hitam Putih tulang Transparan Abu-abu

Bentuk Prismatik Prismatik Prismatik Gelas

Total 13,4% 37,4% 31,6% 28,6%

: Dasit (Fenton, 1940) : Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku vulkanik,

memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna keabu-abuan, lapuk berwarna kecoklatan, tekstur kritanilitas hipokristalain dimana disusun oleh sebagian kristal dan sebagian gelas, granulitas pofiroafanitik dicirikan oleh fenokris yang terdapat pada massa dasar kristal yang afanitik, bentuk subhedral-anhedral yaitu bentuk bidang batas dari kristal bervariasi, kombinasi dari bentuk baik dengan bentuk jelek sampai bentuk bidang batas dari kristal jelek dan tidak teratur, relasi inequigranular menunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan tidak sama besar. Tekstur batuan ini dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan kristal yang relatif sedang, sehingga kristal-kristalnya

tidak memiliki waktu yang cukup untuk membentuk kristal-kristal yang jelas. Struktur massive/kompak berupa susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan, tidak menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk aliran. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya maka batuan ini memiliki nama Dasit (Fenton, 1940). Proses pembentukan batuan ini mengalami proses defrensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dengan komposisi yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Sehingga kristal-kristal yang memiliki berat jenis lebih tinggi akan lebih duluan sampai pada dasar, dimana kristal-kristal terbentuk tidak bersamaan (berdasarkan BRS) setelah itu mengalami proses kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasi yang kemudian mengalami proses pencampuran magma dimana terjadi erupsi yang cepat dari suatu lubang kepundan. Didahului oleh pembentukan mineral horblende pada suhu sekitar 800o-1000o C, kemudian mineral plagioklas pada suhu sekitar 800o-900o C, dan terakhir adalah mineral kuarsa yang terbentuk pada suhu 375o C yang kemudian membentuk batuan yang dinamakan Dasit. Karena proses pembentukan mineral yang relatif sedang, sehingga kristal-kristalnya tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengkristal dengan baik yang dapat mempengaruhi tekstur dan struktur dari batuan ini. Batuan ini ditemukan berasosiasi dengan batuan beku asam lainnya seperti Andesit. Kegunaan dari batuan ini memilki nilai ekonomis batuannya sebagi bahan bangunan, digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan juga sebagai ornamenornamen (aksesoris). Referensi :

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York. Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar : HMG FT-UH.

Asisten ( Herni Suryani )

Praktikan ( Ishaq Mz. )

PRATIKUM PETROLOGI Hari, tanggal : Kamis, 18 November 2009 Acara No. Urut No. Peraga Warna - Segar - Lapuk Tekstur - Kritanilitas - Granulitas - Fabrik Bentuk Relasi Struktur Komposisi Mineral : Subhedral-Anhedral : Inequigranular : Massive : Jumlah (%) I II III 30% 35% 30% 10% 60% 10% 55% 10% 60% : Hipokristalin : Porfiroafanitik : Abu-abu : Kecoklatan : Batuan Beku : 06 :Nama No. Stb : Ishaq Mz. : D611 08006

Nama Mineral Horblende Biotit Massa Dasar Nama Batuan Keterangan

Warna Hitam Hitam Abu-abu

Bentuk Prismatik Bulat Gelas

Total 31,6% 10% 58,4%

: Andesit porphyri (Fenton, 1940) : Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku vulkanik,

memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna abu-abu, lapuk berwarna kecoklatan, tekstur kritanilitas hipokristalain dimana disusun oleh sebagian kristal dan sebagian gelas, granulitas pofiroafanitik dicirikan oleh fenokris yang terdapat pada massa dasar kristal yang afanitik, bentuk subhedral-anhedral yaitu bentuk bidang batas dari kristal bervariasi, kombinasi dari bentuk baik dengan bentuk jelek sampai bentuk bidang batas dari kristal jelek dan tidak teratur, relasi inequigranular menunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan tidak sama besar. Tekstur batuan ini dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan kristal yang relatif cepat, sehingga kristal-kristalnya tidak memiliki waktu yang cukup untuk membentuk kristal-kristal yang jelas.

Struktur massive/kompak berupa susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan, tidak menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk aliran. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya maka batuan ini memiliki nama Andesit porphyri (Fenton, 1940). Proses pembentukan batuan ini mengalami proses defrensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dengan komposisi yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Sehingga kristal-kristal yang memiliki berat jenis lebih tinggi akan lebih duluan sampai pada dasar, dimana kristal-kristal terbentuk tidak bersamaan (berdasarkan BRS) setelah itu mengalami proses kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasi yang kemudian mengalami proses pencampuran magma dimana terjadi erupsi yang cepat dari suatu lubang kepundan. Didahului oleh pembentukan mineral horblende pada suhu sekitar 800o-1000o C, kemudian mineral biotit pada suhu sekitar 700o-800o C, yang kemudian membentuk batuan yang dinamakan Andesit porphyri. Karena proses pembentukan mineral yang relatif cepat, sehingga kristal-kristalnya tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengkristal dengan baik yang dapat mempengaruhi tekstur dan struktur dari batuan ini. Batuan ini ditemukan berasosiasi dengan batuan beku asam lainnya seperti Dasit. Kegunaan dari batuan ini memilki nilai batuannya saebagai bahan bangunan, digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan juga sebagai ornamenorname (aksesoris). Referensi :

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York. Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar : HMG FT-UH.

Asisten ( Herni Suryani )

Praktikan ( Ishaq Mz. )

PRATIKUM PETROLOGI Hari, tanggal : Kamis, 18 November 2009 Acara No. Urut No. Peraga Warna - Segar - Lapuk Tekstur - Kritanilitas - Granulitas - Fabrik Bentuk Relasi Struktur Komposisi Mineral : Anhedral : Inequigranular : Amigloidal : Jumlah (%) I II III 5% 5% 5% 5%4 20% 70% 5% 20% 70% 5% 20% 70% : Holohialin : Afanitik : Abu-abu : Kehitaman : Batuan Beku : 07 :Nama No. Stb : Ishaq Mz. : D611 08006

Nama Mineral Piroksin Horblende Feldspatoid Massa dasar Nama Batuan Keterangan

Warna Hitam Hitam Putih Abu-abu

Bentuk Bulat Prismatik Bulat Gelas

Total 5% 5% 20% 70%

: Basalt amigdaloidal. : Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku vulkanik,

memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna abu-abu, lapuk berwarna kehitaman, tekstur kritanilitas holohialin dimana disusun seluruhnya oleh mineral amorf/gelas, granulitas afanitik dicirikan oleh kristal-kristal dari mineral penyusunnya tidak dapat dibedakan dengan mata atau loup, bentuk anhedral yaitu bentuk bidang batas dari kristal jelek dan tidak teratur, relasi inequigranular menunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan tidak sama besar. Tekstur batuan ini dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan kristal yang relatif cepat, sehingga kristal-kristalnya tidak memiliki waktu yang cukup untuk membentuk kristal-kristal yang jelas. Struktur amigdaloidal

berupa struktur lubang-lubang yang telah terisi mineral. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya maka batuan ini memiliki nama Basalt amigdaloidal. Proses pembentukan batuan ini mengalami proses defrensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dengan komposisi yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Sehingga kristal-kristal yang memiliki berat jenis lebih tinggi akan lebih duluan sampai pada dasar, dimana kristal-kristal terbentuk tidak bersamaan (berdasarkan BRS) setelah itu mengalami proses kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasi yang kemudian mengalami proses pencampuran magma dimana terjadi erupsi yang cepat dari suatu lubang kepundan. Didahului oleh pembentukan mineral piroksin pada suhu sekitar 1000o-1200o C, mineral horblende pada suhu sekitar 800o-1000o C, kemudian mineral feldspatoid pada suhu sekitar + 375o C yang kemudian membentuk batuan yang dinamakan Basalt amigdaloidal. Karena proses pembentukan mineral yang relatif cepat, sehingga kristal-kristalnya tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengkristal dengan baik yang dapat mempengaruhi tekstur dan struktur dari batuan ini. Batuan ini ditemukan berasosiasi dengan batuan beku asam lainnya seperti Andesit. Kegunaan dari batuan ini memilki nilai ekonomis batuannya sebagai bahan bangunan, digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan juga sebagai ornamen-orname (aksesoris). Referensi :

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York. Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar : HMG FT-UH.

Asisten ( Herni Suryani )

Praktikan ( Ishaq Mz. )

PRATIKUM PETROLOGI Hari, tanggal : Kamis, 18 November 2009 Acara No. Urut No. Peraga Warna - Segar - Lapuk Tekstur - Kritanilitas - Granulitas - Fabrik Bentuk Relasi Struktur Komposisi Mineral : Anhedral : Inequigranular : Scoria : Jumlah (%) I II III 5% 5% 5% 5% 20% 70% 5% 15% 75% 5% 20% 70% : Holohialin : Afanitik : Abu-abu : Kehitaman : Batuan Beku : 08 :Nama No. Stb : Ishaq Mz. : D611 08006

Nama Mineral Piroksin Horblende Feldspatoid Massa dasar Nama Batuan Keterangan

Warna Hitam Hitam Putih Abu-abu : Basalt scoria

Bentuk Bulat Prismatik Bulat Gelas

Total 5% 5% 18,3% 71,7%

: Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku vulkanik,

memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna abu-abu, lapuk berwarna kehitaman, tekstur kritanilitas holohialin dimana disusun seluruhnya oleh mineral amorf/gelas, granulitas afanitik dicirikan oleh kristal-kristal dari mineral penyusunnya tidak dapat dibedakan dengan mata atau loup, bentuk anhedral yaitu bentuk bidang batas dari kristal jelek dan tidak teratur, relasi inequigranular menunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan tidak sama besar. Tekstur batuan ini dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan kristal yang relatif cepat, sehingga kristal-kristalnya tidak memiliki waktu yang cukup untuk membentuk kristal-kristal yang jelas. Struktur scoria berupa

struktur yang sangat berpori dan tidak teratur dalam massa dasar gelas. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya maka batuan ini memiliki nama Basalt scoria. Proses pembentukan batuan ini mengalami proses defrensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dengan komposisi yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Sehingga kristal-kristal yang memiliki berat jenis lebih tinggi akan lebih duluan sampai pada dasar, dimana kristal-kristal terbentuk tidak bersamaan (berdasarkan BRS) setelah itu mengalami proses kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasi yang kemudian mengalami proses pencampuran magma dimana terjadi erupsi yang cepat dari suatu lubang kepundan. Didahului oleh pembentukan mineral piroksin pada suhu sekitar 1000o-1200o C, mineral horblende pada suhu sekitar 800o-1000o C, kemudian mineral feldspatoid pada suhu sekitar + 375o C yang kemudian membentuk batuan yang dinamakan Basalt scoria. Karena proses pembentukan mineral yang relatif cepat, sehingga kristal-kristalnya tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengkristal dengan baik yang dapat mempengaruhi tekstur dan struktur dari batuan ini. Batuan ini ditemukan berasosiasi dengan batuan beku asam lainnya seperti Andesit. Kegunaan dari batuan ini memilki nilai ekonomis batuannya sebagai bahan bangunan, digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan juga sebagai ornamen-orname (aksesoris). Referensi :

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York. Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar : HMG FT-UH.

Asisten ( Herni Suryani )

Praktikan ( Ishaq Mz. )

PRATIKUM PETROLOGI Hari, tanggal : Kamis, 18 November 2009 Acara No. Urut No. Peraga Warna - Segar - Lapuk Tekstur - Kritanilitas - Granulitas - Fabrik Bentuk Relasi Struktur Komposisi Mineral : Subhedral-anhedral : Equigranular : Massive : Jumlah (%) I II III 90% 10% 90% 10% 90% 10% : Holokristalin : Faneritik : Hitam : Kecoklatan : Batuan Beku : 09 :Nama No. Stb : Ishaq Mz. : D611 08006

Nama Mineral Piroksin Horblende

Warna Hitam Hitam

Bentuk Prismatik Prismatik

Total 90% 10%

Nama Batuan Keterangan

: Piroksinit (Strakensen) : Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku plutonik,

memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna hitam, lapuk berwarna kecoklatan, tekstur kritanilitas holokristalain dimana disusun oleh kristal-kristal yang nampak jelas, granulitas faneritik dicirikan oleh kristal-kristal dari mineral penyusunnya tampak jelas dapat dibedakan dengan mata atau loup, bentuk subhedral-anhedral yaitu bentuk bidang batas dari kristal bervariasi, kombinasi dari bentuk baik dengan bentuk jelek sampai bentuk bidang batas dari kristal jelek dan tidak teratur, relasi equigranular menunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan hampir sama. Tekstur batuan ini dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan kristal yang relatif lambat, sehingga kristal-kristalnya memiliki waktu yang cukup untuk membentuk

kristal-kristal yang jelas. Struktur massive/kompak berupa susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan, tidak menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk aliran. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya maka batuan ini memiliki nama Piroksinit (Strakensen). Proses pembentukan batuan ini mengalami proses defrensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dengan komposisi yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Sehingga kristal-kristal yang memiliki berat jenis lebih tinggi akan lebih duluan sampai pada dasar, dimana kristal-kristal terbentuk tidak bersamaan (berdasarkan BRS) setelah itu mengalami proses kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasi. Didahului oleh pembentukan mineral piroksin pada suhu sekitar 1000o-1200o C, mineral horblende pada suhu sekitar 800o-1000o C yang kemudian membentuk batuan yang dinamakan Piroksinit. Karena proses pembentukan mineral yang relatif lama, sehingga kristal-kristalnya memiliki waktu yang cukup untuk mengkristal dengan baik yang dapat mempengaruhi tekstur dan struktur dari batuan ini. Batuan ini ditemukan berasosiasi dengan batuan beku asam lainnya seperti Gabro. Kegunaan dari batuan ini memilki nilai batuannya sebagai bahan bangunan, digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan juga sebagai ornamen-ornamen (aksesoris). Referensi :

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York. Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar : HMG FT-UH.

Asisten ( Herni Suryani )

Praktikan ( Ishaq Mz. )

PRATIKUM PETROLOGI Hari, tanggal : Kamis, 18 November 2009 Acara No. Urut No. Peraga Warna - Segar - Lapuk Tekstur - Kritanilitas - Granulitas - Fabrik Bentuk Relasi Struktur Komposisi Mineral : Subhedral-Anhedral : Equigranular : Massive : Jumlah (%) I II III 90% 90% 90% 5% 5% 5% 5% 5% 5% : Holokristalin : Faneritik : Hijau : Kecoklatan : Batuan Beku : 10 :Nama No. Stb : Ishaq Mz. : D611 08006

Nama Mineral Olivin Piroksin Biotit Nama Batuan Keterangan

Warna Hijau Hitam Hitam

Bentuk Bulat Prismatik Bulat

Total 90% 5% 5%

: Dunite (Strakensen) : Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku plutonik,

memiliki ciri-ciri fisik segar berwarna hijau, lapuk berwarna kecoklatan, tekstur kritanilitas holokristalain dimana disusun oleh kristal-kristal yang nampak jelas, granulitas faneritik dicirikan oleh kristal-kristal dari mineral penyusunnya tampak jelas dapat dibedakan dengan mata atau loup, bentuk subhedral-anhedral yaitu bentuk bidang batas dari kristal bervariasi, kombinasi dari bentuk baik dengan bentuk jelek sampai bentuk bidang batas dari kristal jelek dan tidak teratur, relasi equigranular menunjukkan ukuran butir yang menyusun batuan hampir sama. Tekstur batuan ini dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan kristal yang relatif lambat, sehingga kristal-kristalnya memiliki waktu yang cukup untuk membentuk

kristal-kristal yang jelas. Struktur massive/kompak berupa susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan, tidak menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk aliran. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya maka batuan ini memiliki nama Dunite (Strakensen). Proses pembentukan batuan ini mengalami proses defrensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dengan komposisi yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Sehingga kristal-kristal yang memiliki berat jenis lebih tinggi akan lebih duluan sampai pada dasar, dimana kristal-kristal terbentuk tidak bersamaan (berdasarkan BRS) setelah itu mengalami proses kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasi. Didahului oleh pembentukan mineral olivin pada suhu + 1200o C, kemudian mineral piroksin pada suhu sekitar 1000o-1200o C, kemudian mineral biotit pada suhu sekitar 700o-800o C yang kemudian membentuk batuan yang dinamakan Dunite. Karena proses pembentukan mineral yang relatif lama, sehingga kristal-kristalnya memiliki waktu yang cukup untuk mengkristal dengan baik yang dapat mempengaruhi tekstur dan struktur dari batuan ini. Batuan ini ditemukan berasosiasi dengan batuan beku asam lainnya seperti Gabro, Peridotit, dan lain-lain. Kegunaan dari batuan ini memilki nilai ekonomis dari mineral penyusunnya maupun batuannya, digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan juga sebagai ornamen-ornamen (aksesoris). Referensi :

Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York. Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar : HMG FT-UH.

Asisten ( Herni Suryani )

Praktikan ( Ishaq Mz. )

Anda mungkin juga menyukai