Anda di halaman 1dari 27

MODUL GERONTOLOGI MEDIK Ny.

Siti 65 tahun dibawa oleh anak perempuannya ke UGD karena di rumah sering menangis
KELOMPOK IV
030.08.101 FEMBRIYA TENNY UTAMI 030.08.136 KARTIKA SEPTYANINGRUM S 030.08.138 KRISNA HERDIYANTO 030.09.168 NANDA ANESSA MINANTI 030.09.169 NENENG MAYA 030.09.170 NI MADE RAI WAHYUNI SETIA 030.09.207 RINOKA WIRA PRAJA PUTRA 030.09.209 RIYAN BUDIANOR 030.09.210 RIYAN SANTOSA 030.09.245 SUSI INDRAWAN 030.09.247 SYAFINA WARDAH 030.09.248 SYAHRIAR MUHAMMAD 030.09.274 YENNI SUSANTY

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti


Jakarta, 18 Juni 2012

BAB I PENDAHULUAN

BAB II LAPORAN KASUS Ny. Siti 65 tahun dibawa oleh anak perempuannya ke UGD tempat sdr sedang tugas jaga karena di rumah sering menangis, tidak mau makan dan berulang kali menyatakan keinginannya untuk mengakhiri hidupnya. Menurut keterangan anaknya, ibunya hampir setiap malam tidak tidur. Dari anamnesis lebih lanjut diperoleh informasi bahwa Ny. Siti memiliki 5 orang anak yang sudah menikah semua. Kondisi ekonomi keluarga Ny. Siti cukup bagus, demikian juga dengan anak-anaknya, kecuali anaknya yang sulung, laki-laki 45 tahun, baru saja di PHK dari kantornya, kondisi ekonominya kurang, sedangkan istrinya selalu menuntut suaminya memenuhi anggaran rumah tangganya untuk menjaga penampilan agar tidak kalah dengan adik-adiknya dan tetangganya. Sejak suaminya meninggal setahun yang lalu, Ny. Siti tinggal di rumahnya dengan anak perempuannya yang bungsu yang juga sudah berkeluarga. Kondisi kesehatan Ny. Siti selama ini baik-baik saja, kecuali sebulan belakangan ini, terlihat menurun. Sebulan setelah suaminya meninggal, Ny. Siti memanggil semua anaknya dan membagi adil warisan yang ditinggalkan suaminya, dengan tujuan agar ia bisa hidup tenang di usia tuanya. Belakangan ini, Tn. Garang, anaknya yang sulung sering datang ke rumahnya marah-marah, merasa diperlakukan tidak adil dan selalu merongrong minta uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, bahkan tidak segan mengancam ibunya apabila permintaan ditolak. Pada awalnya, permintaan Tn. Garang selalu dipenuhi ibunya karena ibunya takut terjadi keributan, tetapi belakangan ini, uang simpanannya sudah habis, sedangkan Tn. Garang tidak mau tahu, terus mengancam ibunya, bahkan minta ibunya menjual rumah tangganya, anak-anaknya yang lain sering memberi nasihat agar ibunya tidak takut pada Tn. Garang, bahkan menganjurkan untuk melaporkan ke polisi dan minta perlindungan. Ny. Siti tidak pernah mengikuti nasihat anaknya karena kuatir akan membuka aibnya keluarga sendiri. Sejak peristiwa ini, Ny. Siti terlihat sering murung, kadang menangis sendiri dan sering menolak makan, tidurnya juga sulit dan kalau tertidur, mudah sekali terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Dalam tidurnya, sering kali bermimpi bertemu suami dan ayah ibunya yang sudah meninggal, mereka selalu mengajaknya tinggal bersama mereka agar terlebas dari masalah yang dihadapinya. Ny. Siti mengatakan bahwa ia seringkali mendengar bisikan mereka dan menyatakan keinginannya untuk mengakhiri hidupnya,

karema merasa hidupnya sudah tidak berguna lagi bahkan membuat anak-anaknya menjadi susah semua. Takut kalau kondisi ibunya menjadi lebih buruk, anaknya membawa Ny. Siti ke rumah sakit.

Pada pemeriksaan ditemukan: Seorang wanita, 65 tahun, penampilan tampak lebih tua dari usianya, kurus, kulitnya agak kering. Wajahnya terlihat murung, seperti mau menangis. Bicaranya pelan, monoton, bibirnya bergetar. Kesadaran neurologi dan sosialnya baik, kesadaran psikologi terganggu. Tensi/nadi/pernapasan: normal. Jantung dan paru-parunya: normal. Abdomen: soepel. Hepar/lien tak teraba. Ekstremitas: tidak ada kelainan. Refleks fisiologis +/+, reflex patologis: -/Pada pemeriksaan status psikogeriatri: Ekspresi fasial: murung, seperti mau menangis. Mood: hipotim. Expresi afektif: tidak stabil, pengendalian kurang, echt, dalam, adekuat, dapat dirabarasakan, serasi, dengan skala diferensiasi terbatas. Halusinasi auditorik +, waham nihilistic, waham tuduh diri, ada ide bunuh diri. Fungsi intelektual: perhatian dan konsentrasinya agak terganggu. Tidak ada gangguan orientasi. Daya ingat jangka panjang, menengah dan sesaat cukup baik. Pikiran abstrak: baik, tidak ada defisit kognitif. Inteligensi: di atas rata-rata. Tidak ditemukan kenunduran fungsi intelektual. Status fungsional: cukup baik, ADL dan IADL: masih baik Pemeriksaan lab rutin: tidak ada kelainan

BAB III PEMBAHASAN IDENTITAS Nama Usia Jenis Kelamin Jumlah Anak Alamat Pekerjaan Status Pernikahan : : : : : : : Ny. Siti 65 tahun Wanita 5 orang Sudah Menikah Anak perempuan pasien yang bungsu

Dibawa ke UGD oleh :

KELUHAN UTAMA Pasien datang karena sering menangis, tidak mau makan dan berulang kali menyatakan keinginannya untuk mengakhiri hidupnya.

HIPOTESIS

Masalah Usia 65 tahun

Hipotesis Lanjut usia

Interpretasi Termasuk usia lanjut sehingga sudah terjadi penurunan yang bermakna pada fisiologi tubuh akibat proses degenerasi.

Sering menangis, tidak mau Depresi makan, dan berulang kali mengatakan hidupnya mengakhiri

Merupakan dari gejala depresi lain yang bukan utama tapi sekurang-kurangnya terdapat dua dari tujuh kriteria seperti yang terdapat pada pasien ini tidak mau makan, hidupnya. Sering menagis merupakan gejala depresi pada umumnya. dan ingin mengakiri

Hampir tiap malam tidak Insomnia, depresi tidur

Ketidak mampuan untuk memulai tidur keadaan pengaruh sendiri. Tidak tidur juga merupakan gejala depresi yang lainnya. atau mempertahankan tidur yang dan untuk

disebabkan pada pasien ini karena lingkuangan psikofisiologi pada pasien itu

Sebulan

belakangan

ini Depresi, malnutrisi

Merupakan gejala utama dari depresi yang lebih menurun ke aktivitas pada pasien itu sendiri, salah satunya seperti energi dari makanan berkurang akibat efek dari depresi itu sendiri. Sebulan kronis. menunjukkan bahwa

terlihat menurun

gejala pada pasien ini menuju

Suami meninggal,merongrong

Stress

Stres merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya depresi pada

Pada pasien pada umumnya mengalami gejala depresi hal ini terlihat dari gejala-gejala pada pasien seperti sering menangis, tidak tidur yang merupakan gejala depresi juga,tidak mau makan bahkan ingin mengniatkan untuk bunuh diri, dan sebulan terlihat menurun(1,2)

Anamnesis Tambahan Riwayat Penyakit Sekarang o Apakah ada keluhan penyakit lain? o Bagaimana mood nya saat bertemu orang lain? o Bagaimana kehidupan sosial dengan orang lain? o Bagaimana aktivitas fisik kesehariannya? o Bagaimana pola makannya? Riwayat Penyakit Dahulu o Apakah pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya? o Apakah ada penyakit lain yang diderita pasien? o Apakah pernah trauma? Riwayat Keluarga o Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti pasien? Riwayat Pengobatan o Obat apa saja yang sudah diminum? o Adakah obat lain yang diminum? Riwayat Kebiasaan o Apakah pasien merokok, minum alkohol? o Bagaimana olah raga nya? Pemeriksaan Fisik 1. Seorang wanita, 65 tahun Penampilan tampak lebih tua dari usianya Menunjukan bahwa usia biologisnya jauh lebih tua dibandingkan usia kronologisnya, selain itu ini merupakan suatau tanda depresi

2. Kurus, kulit agak kering

seperti seperti ini terjadi karena asupan gizi kurang, tidak mau makan, salah satu gejala dari sindrom depresi

3. Wajah terlihat murung, seperti mau menangis Menunjukan bawhwa pada pasien ini terdapat mood hipotim

4. Bicara pelan, monotom, bibirnya bergetar Kemungkinan karena adanya gangguan cemas, ketakutan sehingga menimbulkan gejala gejala seperti ini

5. Kesadaran neurologi dan sosialnya baik Menunjukan bahwa pada pasein tidak ada demensia 6. Kesadaran psikologi terganggu -> depresi

7. Tensi/nadi/pernapasan : normal 8. Jantung dan paru-paru : normal 9. Abdomen : soepel 10. Hepar/lien: tak teraba 11. Ekstremitas : tidak ada kelainan 12. Refleks fisiologis +/+ 13. Refleks patologis -/14. Tanda fisik didapatkan normal, tidak ada kelainan Dari hasil data pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien menunjukan bahwa pasien tidak mengalami gangguan mental organik

Pemeriksaan status psikogeriatri: Ekspresi facial : murung, seperti mau nangis Mood : hipotim Ekspresi afektif (respon emosional eksternal yang tampak saat wawancara) : tidak stabil tidak bisa dikendalikan, pengendalian kurang, Ecth emosi yang ditampilkan, dalam, adekuat, dapat dirabarasakan, serasi dengan skala diferensiasi banyak sedikitnya afek yang diperlihatkan pasien terbatas sedih,. Halusinasi auditorik = waham nihilisric, waham tuduh diri, ad aide bunuh diri.

Fungsi intelektual : perhatian dan keonsentrasi agak terganggu akibat depresi Tidak ada gangguan orientasi fungsi kognitif normal Daya ingat jangka panjang, menengah dan sesaat cukup baik. Pikiran abstrak : baik, tidak ada deficit kognitif. Intlegensi : di atas rata-rata. Tidak ditemukan kemunduran fungsi intelektual.

Status fungsional : cukup baik. ADL dan IADL: masih baik untuk menilai kemampuan aktifitas sehari-hari disini masih baik yang berarti pada pasien tidak ada ketergantungan kepada orang lain (mandiri)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tidak ada kelainan. Artinya kelainan pada pasien bukan disebabkan oleh gangguan organic.

PATOFISIOLOGI
1. Wanita usia 65 tahun 2. Memikirkan anak sulungnya yang PHK serta

menantunya yang sering menuntut 3. Kematian suaminya 1 bulan yang lalu 4. Tuntutan dan ancaman anak sulung terhadap dirinya

STRESSOR

Gangguan tidur, murung, menangis sendiri , menolak makan, halusinasi auditorik +, waham nihilistik, waham tuduh diri, ide ingin bunuh diri,

DEPRESI

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik, seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi (Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai

gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010). Disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan Aksis neuroendokrin, neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi menimbulkan perubahan pada amin biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak diteliti menerima input neuron yang mengandung aksis HypothalamicPituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak diteliti. Hipersekresi CRH (corticotropin releasing hormone) merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limpik atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH . Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH. Pada orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen. Estrogen berfungsi melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap neurotoksin seperti MPTP, 6 OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama dengan antioksidan juga merusak monoamine oxidase. Kehilangan saraf atau penurunan neurotransmiter. Sistem saraf pusat mengalami kehilangan secara selektif pada sel sel saraf selama proses menua. Walaupun ada kehilangan sel saraf yang konstan pada seluruh otak selama rentang hidup, degenerasi neuronal korteks dan kehilangan yang lebih besar pada sel-sel di dalam lokus seroleus, substansia nigra, serebelum dan bulbus olfaktorius. Bukti menunjukkan bahwa ada ketergantungan dengan umur tentang penurunan aktivitas dari noradrenergik, serotonergik, dan dopaminergik di dalam otak. Khususnya untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada umur 80-an tahun dibandingkan dengan umur 60-an tahun.(8,9)

Diagnosis Kerja

Kriteria diagnostik klinis gangguan depresi mayor menurut DSM IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th edition, text revision) adalah adanya suatu keadaan mood yang terdepresi baik yang dirasakan sendiri atau yang diamati oleh orang lain dan menghilangnya atau berkurangnya minat dan kesenangan pada hampir semua aktivitas yang dikerjakan. Kedua kondisi tersebut berlangsung hampir setiap hari selama sekurangnya dua minggu berturutturut. Kedua kondisi tersebut diikuti dengan sekurangnya 3 dari kondisi berikut yang juga berlangsung selama sekurangnya dua minggu berturut-turut dan nyaris berlangsung tiap hari: 1. Berkurangnya berat badan secara dratis walaupun tidak sedang diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (kenaikan berat badan lebih dari 50% dalam satu bulan) akibat penurunan atau peningkatan nafsu makan. 2. Insomnia atau hipersomnia. 3. Agitasi atau retardasi psikomotor. 4. Merasa lesu atau hilang tenaga. 5. Merasa tidak berharga atau adanya rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai dengan kondisinya. 6. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi dan ketidakmampuan untuk memutuskan sesuatu. 7. Adanya pikiran berulang mengenai kematian, atau pikiran berulang mengenai ide-ide bunuh diri tanpa rencana yang spesifik, atau percobaaan bunuh diri, atau rencana bunuh diri yang spesifik. Gejala-gejala tersebut harus menyebabkan suatu penderitaan atau gangguan fungsi yang signifikan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang lain yang penting dalam fungsi hidup sehari-hari. Gejala yang muncul juga bukan akibat langsung dari penggunaaan zat (contoh: penggunaan obat dalam jangka waktu lama) atau kondisi medis tertentu (contoh:hipotiroid). Gejala yang muncul juga bukan reaksi yang muncul akibat suatu reaksi berduka akibat kehilangan orang yang dicintai.

Berdasarkana hal diatas, menurut kelompok kami hal tersebut berarti, bahwa telah terpenuhinya criteria MDD secara definisi maupun 3 dari hal yang telah disebutkan diatas, seperti, adanya insomnia (kesulitan tidur), agitasi, merasa lesu dan hilang tenaga, berkurangnya kemampuan berpikir dan konsenterasi, bahkan disertai pikiran berulang untuk bunuh diri. Dan kondisi tersebut terjadi hampir setiap hari dalam kurun waktu 2 minggu berturut-turut. Kriteria penentu tingkat keparahan/psikotik/remisi dari Episode Depresi Mayor: Ringan: adanya beberapa gejala diagnostik yang menyebabkan hambatan minor pd fungsi okupasional, aktifitas sosial atau hubungan dengan sesama. Sedang: gejala dan hambatan yg ada berada diantara ringan dan berat. Berat tanpa gambaran psikotik: adanya sejumlah gejala diagnostik (lebih dari ringan dan sedang) dimana nyata menggangu fungsi okupasional, aktifitas sosial atau hubungan dengan sesama. Berat dgn gambaran psikotik: terdapat waham atau halusinasi, jika memungkinkan tentukan: -gambaran psikotik sesuai mood: waham dan halusinasi yg menetap bertema khas depresi yaitu ketidak mampuan, rasa bersalah, penyakit, kematian, nihilistik atu berhak menerima hukuman. Berdasarkan hal tersebut maka kami menyimpulkan bahwa pasien ini, sedang berada pada Dda tingkat Depresi Berat dengan gambaran psikotik, karena telah didapatkan waham, halusinasi, dan perasaan bersalah.(10) PENATALAKSANAAN Tujuan utama terapi adalah untuk mencegah relaps, rekuren, dan kronisitas. Depresi pada geriatri dapat lebih efektif diobati dengan kombinasi terapi psikologis dan farmakologi disertai pendekatan interdisiplin yang menyeluruh(4). Terapi pada pasien ini kami bagi menjadi terapi nonmedikamentosa dan terapi medikamentosa. Non Medikamentosa Hospitaliasai Hal ini diperlukan karena salah satu indikasi perwatan di RS adalah ide bunuh diri yang disampaikan oleh pasien.

Informasi dan edukasi pada keluarga Informasi dan edukasi diberikan kepada keluarga pasien tentang bagaimana keadaan pasien yang sebenar-benarnya, apa yang menjadi faktor resiko sehingga pasien didiagnosis depresi, apa saja hal yang harus dilakukan (terapi) terhadap pasien, informasikan pada anak-anaknya agar tidak menjadi stressor bagi pasien, informasikan juga bahwa pada pasien depresi khususnya lansia memerlukan perhatian dan pendekatan psikologis lebih, edukasi bagaimana pemenuhan gizi untuk pasien, dan edukasikan bahwa pasien perlu melakukan aktivitas di siang hari agar ia dapat tertidur di malam hari.

Psikoterapi Dalam psikoterapi, pasien akan berinteraksi dengan trainer profesional untuk menangani depresi, ide bunuh diri, dan masalah lainnya. Penelitian mengatakan kombinasi terapi farmakologis dan psikoterapi memberikan banyak keuntungan, 80 % pasien depresi pulih dan berkurang relapsnya dengan terapi kombinasi ini. (5)

Sosial terapi Pendekatan aspek sosial dalam penangan pasien depresi meliputi antara lain diikutkan dalam lembaga sosial kemasyarakatan yang berperan dalam mendukung sosialisasi dan mengatasi beberapa masalah sosial ekonomi seperti day care centres, senior club, self help groups, domiciliary care, dan lain sebagainya. Selain itu diperlukan keterlibatan keluarga pada saat yang tepat. (4)

Terapi kognitif dan perilaku Mungkin bermanfaat untuk pasien agar dapat berfikir lebih realistik dan mengatasi pikiran-pikiran yang membuat pasien depresi. (7)

Home care Jika dirasa keadaan pasien telah membaik, mungkin diperlukan asuhan rumah karena terdapat resiko untuk relaps , namun pada pasien ini akan diobservasi lebih lanjut untuk kebutuhannya terhadap home care. Pelayanan kesehatan asuhan rumah bagia lansia

adalah salah satu unsur pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk kesehatan perorangan atau kesehatan keluarga di tempat tunggal mereka dalam segi promotif rehabilitatif, kuratif, dalam upaya mempertahankan kemampuan individu untuk mandiri secara optimal selama mungkin. Idealnya home care dilaksanankan oleh suatu tim yang melibatkan dokter keluarga, dokter spesialis (bila diperlukan), ahli gizi, paramedis, care giver, relawan usia lanjut, dan lain-lain untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.(4) Medikamentosa Antidepresi Saat ini golongan SSRI merupakan obat antidepresi yang dianjurkan sebagai lini pertama pengobatan depresi pada lanjut usia. Dari golongan SSRI, sitalopram dan sertalin dianggap paling aman karena kedua obat ini sangat sedikit dimetabolisme oleh isoenzim cytochrom P450, sehingga mengurangi resiko interaksi obat yang merugikan. Pengobatan dibedakan atas tiga fase, yaitu: Fase akut, berlangsung 6-12 minggu diberikan dosis optimal untuk memperbaiki gejala depresi diharapkan telah tercapai. Fase lanjutan, berlangsung 4 sampai 9 bulan dengan dosis optimal untuk mencegah relaps. Teapi rumatan, bisa berlangsung hingga lebih dari 1 tahun. Antipsikotik Terapi pilihan depresi dengan gejala psikosis pada lansia adalah dengan kombinasi pemberian antidepresi dan antipsikotik. Antipsikotik yang menjadi pilihan antara lain Risperidone 1,24 3 mg perhari dan Olanzapine 5-15 mg perhari.(7)

DIAGNOSA BANDING

Gangguan depresi-cemas campuran A. Mood disforik terus menerus atau berulang berlangsung setidaknya 1 bulan. B. Mood disforik disertai setidaknya 1 bulan empat atau lebih gejala berikut. Kesulitan untuk berkonsentrasi atau pikiran kosong Gangguan tidur Kelelahan atau kehilangan tenaga Irritabilitas Worry Mudah menangis Waspada berlebihan Mengantisipasi hal-hal Perasaan tidak ada harapan Perasaan tidak berharga

C. Gejala menyebabkann penderitaan secara klinis yang bermakna atau gangguan fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi bidang penting lainnya. D. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari zat atau suatu kondisi medis umum E. Semua dari hal berikut : 1. Kriteria tidak memenuhi Gangguan Depresi Mayor, Gangguan Distimik, Gangguan Panik atau Gangguan Cemas Menyeluruh. 2. Kriteria tidak memenuhi gangguan mood atau cemas yang lain 3. Gejala tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lainnya.(3) Prognosis

Depresi pada geriatri sering berlanjut kronis dan kambuh-kambuhan, ini berhubungan dengan komorbiditas medis, kemunduran kognitif, dan faktor- faktor psikososial. Hal-hal pada pasien yang mengarah pada prognosis yang lebih baik antara lain tidak ada riwayat episode berulang, onset pada usia dibawah 70 tahun, memiliki keluarga yang mendukung, tidak ada riwayat distimia, tidak ada penyakit fisik. Sedangkan hal-hal yang mengarahkan pada prognosis yang lebih buruk pada pasien ini antara lain ada ide bunuh diri (menunjukkan depresi yang sudah berat), keluarga sebagai stressor (anak pasien), dan ada gejala psikosis. Prognosis keseluruhan pada pasien ini adalah sebagai berikut: Ad Vitam Ad Fungsionam Ad Sanantionam : ad bonam : ad bonam : dubia ad bonam

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA DEPRESI PADA LANSIA Definisi Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga menyebabkan hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas ( Reality Testing Ability/RTA masih baik), kepribadian yang utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ spliting of personality, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam batas-batas normal.

Manifestasi Klinis Mengenali depresi pada usia lanjut memerlukan suatu keterampilan dan pengalaman, karena manifestasi gejala-gejala depresi klasik (perasaan sedih, kurang semangat, hilangnya minat/hobi atau menurunya aktivitas) sering tidak muncul. Sangat tidak mudah untuk membedakan sekuele gejala psikologik akibat penyakit fisik dari gangguan depresi atau gejala somatik depresi dari efek sistemik penyakit fisik. Keduanya bisa saja terjadi pada seorang individu usia lanjut pada saat yang sama. Usia lanjut yang mengalami depresi bisa saja mengeluhkan mood yang menurun, namun kebanyakan menyangkal adanya mood depresi, yang sering terlihat adalah gejala hilangnya tenaga/energi, hilangnya rasa senang, tidak bisa tidur, atau kehilangan rasa sakit/nyeri). Gejala yang sering muncul adalah anxietas atau kecemasan, preokupasi gejala fisik, perlambatan motorik, kelelahan, mencela diri sendiri, pikiran bunuh diri, dan insomnia. Sedangkan gejala depersonalisasi, rasa bersalah, minat seksual menurun agak jarang. Sebagai petunjuk kearah depresi perlu diperhatikan tanda-tanda berikut, seperti rasa lelah yang terus menerus bahkan juga sewaktu beristirahat, kehilangan kesenangan yang biasanya dapat ia nikmati (tidak merasa senang lagi jika dikunjungi oleh cucu-cucunya), dan mulai menarik diri dari kegiatan dan interaksi sosial. Gambaran klinis depresi pada usia lanjut dibandingkan dengan pasien yang lebih muda berbeda, usia lanjut cenderung meminimalkan atau menyangkal mood depresinya dan lebih banyak menonjolkan gejala somatiknya, disamping mengeluh tentang gangguan memori.

Diagnosa Depresi Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnosis gangguan Jiwa di Indonesia III) yang merujuk pada ICD 10 (International Classification of Deseases 10). Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang, dan berat sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap kehidupan seseorang. Pedoman diagnostik lainnya adalah DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV). Depresi berat menurut DSM IV jika ditemukan 5 atau lebih gejala-gejala berikut dibawah ini, yang terjadi hampir setiap hari selama 2 minggu dan salah satu dari gejala tersebut adalah mood terdepresi atau hilangnya rasa senang/minat. Gejala-gejala tersebut : 1. Mood depresi hampir sepanjang hari 2. Hilang minat/rasa senang secara nyata dalam aktivitas normal 3. Berat badan menurun atau bertambah 4. Insomnia atau hipersomnia 5. Agitasi atau retardasi psikomotor 6. Kelelahan dan tidak punya tenaga 7. Rasa tidak berharga atau perasaan bersalah berlebihan 8. Sulit berkonsentrasi 9. Pikiran berulang tentang kematian, percobaan/ide bunuh diri. Menurut ICD X, pada gangguan depresi, ada tiga gejala utama yaitu : 1. Mood terdepresi 2. Hilang minat/semangat 3. Hilang tenaga/mudah lelah. Disertai gejala lain : 1. Konsentrasi menurun 2. Harga diri menurun 3. Perasaan bersalah 4. Pesimis memandang masa depan 5. Ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri

6. Pola tidur berubah 7. Nafsu makan menurun Pedoman Pengelompokan Berat Ringannya Depresi Gejala utama minimal 2 2 3 Gejala lain minimal 3 3 atau 4 4

Depresi Ringan Sedang Berat

Fungsi Baik Terganggu Sangat terganggu

Keterangan Distres Berlangsung minimal 2 minggu Intensitas gejala berat

Menurunnya perawatan diri, perubahan kebiasaan makan, turunnya berat badan, dapat merupakan tanda awal depresi tapi dapat juga merupakan tanda-tanda demensia. Oleh karena itu perlu dilakukan juga pemeriksaan fungsi kognitif dengan Mini Mental State Examination (MMSE) atau Abbreviated Mental Test (AMT). Pemeriksaan Pasien Depresi Salah satu langkah penting dalam penatalaksanaan depresi adalah mendeteksi atau mengidentifikasi. Sampai saat ini belum ada suatu konsensus atau prosedur khusus untuk penapisan/skrining depresi pada populasi usia lanjut. Salah satu instrumen yang dapat membantu adalah Geriatric Depression Scale (GDS) yang terdiri dari 30 pertanyaan yang harus dijawab oleh pasien sendiri. GDS ini dapat dimampatkan menjadi 15 pertanyaan saja dan ini mungkin lebih sesuai untuk dipergunakan dalam praktek umum sebagai alat penapis depresi pada lanjut usia. Ada beberapa pertanyaan pokok yang harus diajukan dalam proses pemeriksaan yaitu : 1. Apakah pada dasarnya anda merasa puas dengan kehidupan anda ? 2. Apakah hidup anda terasa kosong ? 3. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri anda ? 4. Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu anda ? Pertanyaan tersebut dapat dilengkapi dengan mengeksplorasi hal-hal berikut : 1. Apakah pasien mempunyai riwayat depresi ? 2. Apakah pasien terisolasi secara sosial ? 3. Apakah pasien menderita penyakit kronik ?

4. Apakah pasien baru saja berkabung ? Bila ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada depresi harus dilakukan lagi pemeriksaan lebih rinci tentang 1) Riwayat klinis/anamnesis, 2) pemeriksaan fisik, 3) Pemeriksaan kognitif, 4) Pemeriksaan status mental, 5) pemeriksaan lain (memerlukan rujukan ke pelayanan yang lebih spesialistik). Penatalaksanaan Depresi Pada Usia Lanjut Penatalaksanaan yang adekuat menggunakan kombinasi terapi psikologis dan farmakologis disertai pendekatan multidisiplin yang menyeluruh. Terapi diberikan dengan memperhatikan harus diobati. Terapi fisik 1. Obat (Farmakologis) Secara umum semua jenis obat antidepresan sama efektivitasnya. Pengobatan dimulai dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala. Beberapa kelompok anti depresan adalah Trisiklik, SSRI's (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitors), MAOI's (Monoamine Oxidase Inhibitors) dan Lithium. 2. Terapi Elektrokonvulsif (ECT) Terapi Psikologik 1. Psikoterapi : Psikoterapi Individu dan kelompok paling efektif dilakukan bersama-sama dengan pemberian anti depresan. Perlu diperhatikan teknik psikoterapi dan kecocokan antara pasien dengan terapis sehingga pasien merasa lebih nyaman, lebih percaya diri dan lebih mampu mengatasi persoalannya sendiri. 2. Terapi Kognitif : bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mapu, dsb) ke arah pola pikir yang netral atau yang positif. 3. Terapi Keluarga : problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga dukungan/support terhadap pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominasi menjadi dependen aspek individual harapan-harapan pasien, martabat (dignity) dan otonomi/kemandirian pasien. Problem fisik yang ada bersama-sama dengan penyakit mental

pada orang usia lanjut. Tujuan dari terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan frustrasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki sikap/struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien. 4. Penanganan ansietas : teknik yang umum dipakai adalah program relaksasi progresif baik secara langsung dengan infrastruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) Bentuk-Bentuk KDRT Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga bisa dikategorikan dalam beberapa kelompok berikut ini : 1. Kekerasan Fisik

Kekerasan Fisik Berat, berupa penganiayaan berat seperti menendang; memukul, menyundut; melakukan percobaan pembunuhan atau pembunuhan dan semua perbuatan lain yang dapat mengakibatkan : cedera berat; Tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari; Pingsan; Luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan atau yang menimbulkan bahaya mati; Kehilangan salah satu panca indera; Mendapat cacat: Menderita sakit lumpuh.; Terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih; Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan; Kematian korban.

Kekerasan Fisik Ringan, berupa menampar, menjambak, mendorong, dan perbuatan lainnya yang mengakibatkan : cedera ringan; rasa sakit dan luka fisik yang tidak masuk dalam kategori berat;

Melakukan repitisi kekerasan fisik ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis kekerasan berat.

2. Kekerasan Psikis

Kekerasan Psikis Berat, berupa tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina;

penguntitan; kekerasan dan atau ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis; yang masing-masingnya bisa mengakibatkan penderitaan psikis berat berupa salah satu atau beberapa hal berikut :

Gangguan tidur atau gangguan makan atau ketergantungan obat atau disfungsi seksual yang salah satu atau kesemuanya berat dan atau menahun. Gangguan stress pasca trauma. Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau buta tanpa indikasi medis) Depresi berat atau destruksi diri Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti skizofrenia dan atau bentuk psikotik lainnya Bunuh diri

Kekerasan Psikis Ringan, berupa tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan, dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina; penguntitan; ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis;yang masing-masingnya bisa mengakibatkan penderitaan psikis ringan, berupa salah satu atau beberapa hal di bawah ini:

Ketakutan dan perasaan terteror Rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak Gangguan tidur atau gangguan makan atau disfungsi seksual Gangguan fungsi tubuh ringan (misalnya, sakit kepala, gangguan pencernaan tanpa indikasi medis) Fobia atau depresi temporer

3. Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Berat, berupa:

Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba, menyentuh organ seksual, mencium secara paksa, merangkul serta perbuatan lain yang menimbulkan rasa muak/jijik, terteror, terhina dan merasa dikendalikan. Pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban atau pada saat korban tidak menghendaki. Pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan dan atau menyakitkan. Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan pelacuran dan atau tujuan tertentu. Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan posisi ketergantungan korban yang seharusnya dilindungi. Tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau tanpa bantuan alat yang menimbulkan sakit, luka,atau cedera.

Kekerasan Seksual Ringan, berupa pelecehan seksual secara verbal seperti komentar verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan atau secara non verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh atau pun perbuatan lainnya yang meminta perhatian seksual yang tidak dikehendaki korban bersifat melecehkan dan atau menghina korban.

Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis kekerasan seksual berat.

4. Kekerasan Ekonomi

Kekerasan Ekonomi Berat, yakni tindakan eksploitasi, manipulasi dan pengendalian lewat sarana ekonomi berupa:

Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif termasuk pelacuran. Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya. Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban, merampas dan atau memanipulasi harta benda korban.

Kekerasan Ekonomi Ringan, berupa melakukan upaya-upaya sengaja yang menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mayo Staff.depression.Available at: http://www.mayoclinic.com/health/depression/DS00175/DSECTION=symptoms Acessed on June 12th 2012 2. Anonim.Wahan.Available at:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3393/1/10E00570.pdf Acessed on June 12th 2012 3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan and Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. New York: Lippincott Williams and Wilkins; 2007. 4. Buku IPD

5. NIMH. Older Adults: Depression and Suicide Facts (Fact Sheet). Available at : http://www.nimh.nih.gov/health/publications/older-adults-depression-and-suicide-factsfact-sheet/index.shtml. Acessed on june, 16th 2012 6. The Royal Collage on psychiatrists. Depresion on older adult. Available at: http://www.rcpsych.ac.uk/mentalhealthinfoforall/problems/depression/depressioninoldera dults.aspx. Acessed on june, 16th 2012 7. AlexopoulosGS, StreimJ, CarpenterD, Docherty JP. Using antipsychotic agents in older patients available at : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14994733. Acessed on june, 16th 2012. 8. Alexopoulos G.S. Mood disorders. In Sadock B.J., Sadock V.A., eds. Kaplan & Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry, 7th ed. Philadelphia: Lippincott. Williams & Wilkins, 2000; p.3060-8. 9. Dunkin J.J., Kasl-Godley J.E.: Psychological Changes with Normal Aging. In Sadock B.J., Sadock V.A. Eds. Kaplan & Sadock: Comprehensive Textbook of Psychiatry, 7th Ed Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 2000; p. 30. 10. Kaplan & Sadocks Pocket Handbook. Kriteria diagnostik DSM-IV-TR. Available at: http://psikiatri-fds.blogspot.com. Acessed on june, 16th 2012.

Anda mungkin juga menyukai