Anda di halaman 1dari 3

EKONIMI ISLAM DAN PARADIGMANYA

Dr. Ir. Hidayat Nataatmadja dalam bukunya berjudul Membangun


Ilmu Pengetahuan Berlandaskan Ideologi pada halaman 7
berpendapat tentang paradigma sebagai berikut:
Karena itu paradigma bisa kita beri arti sebagai suatu kesatuan
prinsip prinsip dasar yang dipakai untuk membangun ilmu
pengetahuan, yang harus sudah ada sebelum pengetahuan ilmiah
itu terjadi. Kata kata yang digarisbawahi mencerminkan realisme
bahwa ilmu pengetahuan tidak begitu saja diciptakan dari udara,
melainkan muncul dari pengalaman, dari proses dialektika antara
manusia dengan lingkungannya. Dikaitkan dengan arti lain dari
paradigma, kita bisa melihat bahwa dengan menggunakan
paradigma baru maka segala arti yang melekat pada suatu konsep
ilmiah akan mengalami perubahan. Hal ini berarti bahwa arti suatu
konsep kondisional terhadap paradigma ilmiah yang mendasarinya.
Pendapat pak Hidayat ini bagi penulis, dapat memberi gambaran
yang jelas apa itu paradigma daripada melihat di kamus.
Ekonomi Islam kita singkat dengan IE, sepanjang yang saya
telusuri selama ini belum memiliki paradigma seperti yang
diutarakan pak Hidayat di atas, karena pendekatan analisisnya
selalu menjadikan ekonomi kapitalis sebagai acuan utamanya,
sehingga hasilnya masih berupa sinyalemen dalam bentuk
perbandingan dan lebih jauh lagi hanya berupa cirri cirri.
Ada yang sudah berusaha membuat definisi tetapi definisi ini
masih mengandung kelemahan. Sebuah definisi paling mutakhir
mengatakan sumbernya saja: Ekonomi Islam bersumber pada al
Quran dan Sunnah Nabi Muhammad. Definisi ini lemah karena
kehidupan manusia sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah,
bukan saja berpedoman pada ajaran yang tertulis, tetapi juga dari
ajaran yang tidak tertulis yang bernama Sunnatullah, yang lebih
luas cakupannya. Ilmu apapun yang tidak memakai Sunnatullah
sebagai pertimbangan utama akan menjadi tidak bermakna.
Jika kita ingin mendapatkan dasar EI yang kokoh dan paripurna,
2

Kita harus melibatkan secara penuh sesuatu tang selama ini kita
lupakan bila kita sudah berbicara tentang kehidupan, yaitu Allah,
pemilik seluruh kehidupan itu.
Keunikan EI dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain adalah
sumbernya hanya satu yaitu Allah.
Allah sangat berkepentingan dengan hartanya yang ada di bumi
dan yang ada di langit. Harta ini harus dijaga dan dilestarikan,
karena semua itu dimaksudkan untuk memelihara kesejahteraan
alam semesta milikNya, termasuk manusia di dalamnya.
Untuk tujuan menjaga, melestarikan dan memanfaatkan harta itu
ditunjuklah manusia menjadi khalifatullah fil ard (KFA).
Itu soal harta, sekarang tentang manusia selaku KFA.
Manusia beserta jin, dilhirkan ke muka bumi ini tiada lain, diulangi
tiada lain, hanyalah beribadah kepadaNya.
Bagaimana bentuk ibadah itu?
Ibadah itu ada dua kategori ( bisa didebatkalau tidak setuju)
Ibadah kategori pertama , ialah ibadah yang berhubungan dengan
memenuhi kepentingan Allah, yaitu berupa tugas yang diberikan
Allah kepada manusia sebagai KFA.
Ibadah kategori kedua, adalah ibadah yang berhubungan dengan
kepentingan manusia seperti yang dijelaskan pada Rukun Iman dan
Rukun Islam. Maksud dari ibadah kedua ini, agar manusia menjadi
pantas dan mampu menjadi KFA dan makin pantas dan mampu
karena ada usaha peningkatan.
Kedua ibadah inilah yang diwajibkan untuk kita jalani sepanjamg
hidup kita dan yang akan menentukan kualitas kita sebagai
manusia di hadapan Allah.
Kehidupan dari kacamata manusia, adalah usaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang kita kenal dengan kegiatan ekonomi,
sehingga bagi ummat muslim yang sangat sadar bahwa dirinya
adalah KFA, menjalankan kegiatan ekonomi adalah ibadah.
3

Kesadaran bahwa kegiatan ekonomi adalah ibadah, insya Allah


akan menjadikan manusia sebagai pengusaha pemakmur alam
semesta di muka bumi ini.
Dari uraian diatas tibalah kita pada kesimpulan bahwa paradigma
EI adalah segala usaha yang berkaitan dengan peletarian dan
pemanfaatan harta Allah untuk kesejahteraan alam semesta.
Dari paradigma ini akan lahir cara beribadah dalam bidang
industri, moneter, pelestarian lingkungan, pendidikan, manajemen,
energi terbarukan, bahkan sampai kepada perdagangan karbon.
Tulisan ini, bermaksud untuk mendatangkan sumbangan pikiran
dari semua pihak yang merasa berkepentingan dengan Ekonomi
Islam, baik dalam bentuk persetujuan maupun berbentuk
sanggahan dengan tujuan kesempurnan EI yang kita dambakan
bersama.

Jakarta 18 Juli 2009,

Eddy O.M. Boekoesoe

Anda mungkin juga menyukai