Anda di halaman 1dari 41

Pembahasan Soal Mata Resume TO UKDI 1-8 1.

2. SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ). menggunakan jari jari yang digerakkan harus dapat dilihat dalam jarak 60 meter. contoh visus = 2/60 pasien hanya dapat melihat pergerakan jari pada jarak 2 meter Untuk gerakan tangan harus tampak pada jarak 300 meter. Jika kemampuannya hanya sampai membedakan adanya gerakan , maka visusnya ialah 1/300. Contoh Visus = 3/300 pasien hanya dapat melihat pergerakan tangan pada jarak 3 meter. Namun jika hanya dapat membedakan antara gelap dan terang maka visus nya 1/~, bila dengan sinar lampu masih belum dapat melihat maka dikatakan visus pasien tersebut adalah nol. Saraf Optikus (N. II) Pemeriksaan meliputi penglihatan sentral (Visual acuity), penglihatan perifer (visual field), refleks pupil, pemeriksaan fundus okuli serta tes warna. Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity). Penglihatan sentral diperiksa dengan kartu snellen, jari tangan, dan gerakan tangan. Kartu Snellen Pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam meter antara pasien dengan tabel, jika tidak terdapat ruangan yang cukup luas, pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan cermin. Ketajaman penglihatan normal bila baris yang bertanda 6 dapat dibaca dengan tepat oleh setiap mata (visus 6/6). Jari tangan Normal jari tangan bisa dilihat pada jarak 3 meter tetapi bisa melihat pada jarak 2 meter, maka perkiraan visusnya adalah kurang lebih 2/60. Gerakan tangan Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi bisa melihat pada jarak 1 meter berarti visusnya kurang lebih 1/310.

3. Hordeolum, kalazion dan blefaritis overview

palpebra merupakan lipatan tipis yang terdiri dari kulit, otot serta jaringan fibrosa, yang berfungsi melindungi struktur bola mata yang sangat rentan. di bawah kulit palpebra terdapat jaringan areolar longgar jadi guys sangat memungkinkan terjadi pengembangan ketika terjadi edema masif/ hebat. Musculus orbikulari oculi adalah otot yang menempel pada kulit palpebra dan di inervasi oleh n. VII alias nervus fasialis yang berfungsi untuk menutup palpebra. nahhhh, jadi jelas yaa ketika terjadi bells palsy salah satu tandanya adalah pasien susah menutup palpebra. otot ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu orbital (menutup mata dengan kuat), praseptal dan pratarsal yang keduanya berfungsi dalam pemompaan air mata. Hordeolum merupakan infeksi kelenjar di palpebra. nahhh apa saja kelenjar di dalam palpebra???di antarany ada kelenjar meiboom, kelenjar moll dan zeis. ada dua macam pembagian hordeolum : ada eksterna ada interna, eksterna adalah peradangan pada kelenjar moll dan zies yang letaknya lebih mengarah ke permukaan kulit sehingga penonjolan biasanya keluar walaupun ada juga yang ke arah dalam. sudah bisa di tebak kan hordeolum interna yang kayak mana??yups, hordeolum interna itu perdangan pada kelenjar meibom yang letaknya lebih ke arah konjungtiva tarsus sehingga sebagian besar pennjolan kearah dalam. hayoooo di ingat ingat lagi 5 tanda peradangan??? ada color (panas), rubor (merah), dolor (nyeri), tumor (bengkak) dan fungsioless. nah karena ini merupakan peradangan/ inflamasi jadi tanda dan gejalanya gak jauh beda : merah, terasa panas, nyeri, bengkak dan spedoptosis karena berat untuk mengaangkat palpebra. bakteri tersering adalah s.aureus. terapi awal dengan mempercepat proses peradangan yaitu di kompres air hangat 3x sehari selama 10 menit, sehingga kadang nanah/ pus nya bisa keluar dari muara rima palpebra dengan cara pengangkatan bulu mata sebagai drainase. bagaimana kalau abses gak bisa keluar??? santai aja bro jangan bingung dan jangan panic karena bisa di insisi kok. hordeolum eksterna di insisi dengan teknik horizontal untuk meminimalisir jaringan parut, sedngkan hordeolum interna dengan insisi vertikal guna menghindari terpotongnya kelenjar meibom. ingat ya, selalu diberi salep antibiotik untuk menghindari infeksi ataupun penyulit berupa selulitis. . Kalazion nah yang satu ini juga gak kalah sering dengan hordeolom, yaitu suatu radang granulomatosa kelenjar meibom kronik dan idiopatik. diawali dengan pembengkakan yang terasa sakit dan berkembang dalam bebrapa minggu tanpa tanda tanda radang akut, hal ini yang membedakan dengan hordeolum. penonjolan sebagian besar kearah konjungtiva sehngga jika terlalu besar akan menekan bola mata dan akan mengakibatkan astigmatisma. jika kalazion terjadi berulang bisa dilakukan pemeriksaan histopatologis untuk menghindari kesalahan diagnosis berupa keganasan pada kelenjar meibom yang hampir mirip dengan kalazion. Blefaritis blefariris anterior radang bilateral kronik di tepi palpebra. ada dua jenis utama yaitu stafilokok/ulseratif dan seborroik/squamous, dimana yang stafilokok disebabkan oleh s.aureus dan s.epidermidis. blefaritis sebrroik biasanya disebabkan oleh pytirosporum ovale.

gejala dan tanda utama berupa iritasi, rasa terbakar, gatal pada tepian palpebra, mata yang terkena bertepi merah, banyak sisik/ granulasi yang terlihat mengantung di bulu mata palpebra. pada tipe stafilokok biasanya sisiknya kering, palpebra merah, terdapat ulkus ulkus kecil disepanjang palpebr dan bulu mata cenderung rontok. pada tipe sebrroik sisik berminyak, tidak terjadi ulserasi serta tepi palpebra tidak begitu merah. nahh tipe apa si yang paling sering ditemukan?? ternyata tipe campuran dari keduanya dimana biasanya kedua jenis sisik ada, dengan tepi palpebra merah dan kadang ber ulkus. blefaritis posterior peradangan palpebra karena disfungsi kelenjar meibom dan terjadi secara bilateral serta kronik.asik neh sahabat, ternyata blefaritis anteror sering juga lho terjadi bersamaan dengan blefaritis posterior. lipase bakteri dapat menimbulkan peradangan pada kelenjar meibom dan konjungtiva serta menyebabkan gangguan film air mata. gejala blefaritis posterior sangat bervariasi baik mengenai palpebra, air mata, konjugntiva dan kornea. pada muara kelenjar meibom dapat terjadi peradangan (meibomianitis), sumbatan muara kelenjar oleh sekret yang sangat kental, pelebaran kelenjar meibom serta keluarnya sekret yang lunak mirip dengan keju apabila dilakukan penekanan/ di pencet. okayyyy guys ternyata saya nemu nih di referensi lain yang membahas tentang blefaritis virus dan jamur...okelah sadaplah, simak broooohhhh blefaritis virus herpes zoster sebagai dasar patokan aja sob, herpes zozter adalah jenis virus yang dapat menyerang ganglion serta dapat mengalami dorman di dalam ganglion saraf. nah, gak terkecuali saraf V alias trigeminus, trigeminus sendiri secara snsoris tersebar ke dalam 3 bagian yaitu : optalmikus, mandibularis dan maksilaris. jadi kalau pas kena yang di ganglion optalmikus akan menimbulkan gejala gejala herpes pada mata dan kelopak mata atas. gejala tidak ada melampaui garis median sesuai dermatom . rasa sakit pada daerah yang terkena dan kadang pasien merasa demam, pada kelopak mata terlihat vesikel merupakan tanda yang penting bagi herpes zozter pada mata. terapi pada herpes zozter tidak memerlukan medikamentosa yang spesifik, steroid superfisialis dapat mengurangi tanda perdangan, analgetik juga dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri. herpes simpleks terdapat vesikel bergeombol yang d kelilingi eritema pada kelopak mata adalah tanda penting bagi herpes simpleks. blefaritis herpes simpleks dapat diberikan asiklovir serta antibiotik topikal atau sistemik tetapi kortikosteroid merupakan kontraindikasi. hal ini dikarenakan jika steroi diberikan dapat terjadi penularan pada kornea. daftar pustaka Ilyas, Sidharta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Vaughan and Asbury. 2010. Oftlmologi Umum. Jakarta : EGC

Definisi Kalazion adalah suatu lipogranuloma yang terjadi akibat sumbatan pada kelenjar Meibom, menyebabkan terbentuknya suatu nodul pada palpebra yang bersifat keras dan tidak nyeri. Anatomi Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang tipis, sedang di bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Pada kelopak terdapat bagian-bagian berupa kelenjar-kelenjar dan otot. Kelenjar yang terdapat pada kelopak mata di antaranya adalah kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus yang bermuara pada margo palpebra. Sedangkan otot yang terdapat pada kelopak adalah m.orbikularis okuli dan m.levator palpebra. Palpebra diperdarahi oleh arteri palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas berasal dari ramus frontal n. V, sedangkan kelopak mata bawah dipersarafi oleh cabang ke II n. V. Patofisiologi Produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzim-enzim bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengalami kebocoran dari jalur sekresinya memasuki jaringan di sekitarnya dan merangsang terbentuknya respon inflamasi. Massa yang terbentuk dari jaringan granulasi dan sel-sel radang ini membentuk kalazion. Hal ini dapat membedakan kalazion dari hordeolum, yang merupakan reaksi radang akut dengan leukosit PMN dan nekrosis disertai pembentukan pus. Namun demikian, hordeolum dapat menyebabkan terbentuknya kalazion, dan sebaliknya. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul tunggal yang tidak lunak yang terdapat di dalam palpebra, berbeda dari hordeolum yang terdapat lebih superfisial. Pada pembalikan kelopak mata mungkin dapat ditemukan pembesaran kelenjar Meibom dan penebalan kronis pada kelenjar yang berkaitan. Etiologi

Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium kelenjar atau karena adanya hordeolum. Kalazion dikaitkan dengan seborrhea, blefaritis kronik, dan akne rosasea. Higiene yang buruk pada palpebra dan faktor stress juga sering dikaitkan dengan terjadinya kalazion. Gejala Klinis Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu. Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa kemerahan pada wajah (facial erythema), teleangiektasis dan spider nevi pada pipi, hidung, dan kulit palpebra.

Hordeolum

DEFINISl Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sabasea kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat. Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses. ANATOMI PALPEBRA Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).

1. Kulit Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan. 2. Muskulus Orbikularis okuli Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis. 3. Jaringan Areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kujlit kepala. 4. Tarsus Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah). 5. Konjungtiva Palpebrae Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior. Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung seratserat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis

okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris. Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. EPIDEMIOLOGI Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran. Insidensitidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Dapat mengenai semua usia, tapi lebih sering padaorang dewasa, kemungkinan karena kombinasi dari beberapa faktor seperti tingginya levelandrogen dan peningkatan insidensi meibomitis dan rosacea pada dewasa. ETIOLOGI Biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus adalah penyebab pada 90 95% kasus). Biasanya dapat dicetuskan oleh stress, nutrisi yang buruk, penggunaan pisau cukur yang sama untuk mencukur rambut disekitar mata dan kumisatau tempat lain. Infeksi ini mudah menyebar, sehingga diperlukan pencegahan terutama mengenai kebersihan individual. Yaitu dengan tidak menyentuh mata yang terinfeksi, pemakaiankosmetik bersama-sama, pemakaian handuk dan washcloth bersama-sama. GEJALA KLINIS Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya. Gejala : - Pembengkakan - Rasa nyeri pada kelopak mata - Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata - Riwayat penyakit yang sama Tanda : - Eritema - Edema - Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata - Seperti gambaran abses kecil PATOFISIOLOGI Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah dalamlumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai kelenjar Zeis dan Moll.

Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dandebris nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom dilempeng tarsal. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING Diagnosis : Hordeolum Eksternum Palpebra Inferior Okulus Sinistra Diagnosis Banding : Hordeolum eksternus adalah hordeolum internus, selulitis preseptal,kalazion, dan karsinoma sel basal. Pada hordeolum eksternus benjolan ikut bergerak dengan pergerakan kulit, benjolan menonjol ke arah kulit, dan bila mengalami supurasi benjolanmemecah sendiri ke arah kulit. Sedangkan pada hordeolum internus benjolan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan karena letaknya dalamtarsus jarang memecah sendiri. PENATALAKSANAAN Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2 minggu. Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral (diminum). Urutan penatalaksanaan hordeolum adalah sebagai berikut: Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari. Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan. Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan. Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan masingmasing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum. Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan sejenisnya. Pada nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar dilakukan insisi. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesia topikal dengan pentokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila : Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik. KOMPLIKASI Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra. PROGNOSIS

Hordeola biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu. Resolusi lebih cepat dengan penggunaan kompres hangat dan ditutup yang bersih. Hordeola Internal terkadang berkembang menjadi chalazia, yang mungkin memerlukan steroid topikal atau intralesi atau bahkan insisi dan kuretase. PENCEGAHAN Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan wajah danmembiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang,dengan mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak, menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman, dan menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu

4. Endoftalmitis, uveitis, ENDOFTALMITIS

I. KONSEP DASAR A. Pengertian endoftalmitis Endoftalmitis adalah peradangan pada seluruh lapisan mata bagian dalam, cairan dalam bola mata (humor vitreus) dan bagian putih mata (sklera). Endoftalmitis adalah peradangan bernanah (supuratif) dalam bola mata. Merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intra okuler disertai dengan terbentuknya abses didalam badan kaca. Penyebab Sepsis, selulitis orbita, trauma tembus, ulkus. Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya. Peradangan supuratif di dalam bola mata akan memberikan abses di dalam badan kaca. B. Klasifikasi Endoftalmitis dapat diklasifikasikan menurut 1. Cara masuknya

a.

Endoftalmitis endogen diakibatkan penyebaran bakteri dari tempat lain di tubuh kita melalui aliran darah. Utamanya jamur. Factor predisposisi yang lazim yaitu status imunokompromais, septikimia atau IV drug abuse.

b.

Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen sangat jarang, hanya 2-15% dari seluruh endoftalmitis. Utamanya bakteri.

2. a. b. c. d. C.

Jenis agensia penyebab Bakteri Jamur Virus Parasit Insiden Seluruh dunia, insiden EPB yang dilaporkan 0,04-4 %. Di india EPB bervariasi : 0,07 -0,3%

D. Penyebab terjadinya endoftalmitis antara lain: 1. 2. 3. Tindakan pembedahan. Luka yang menembus mata.

Etiologi

Bakteri. Penyebab paling banyak adalah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan spesies Streptococcus

4. E.

Jamur. Penyebab paling banyak adalah Aspergilus, fitomikosis dan aktinomises Tanda dan Gejala Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh. Selain itu akan terjadi penurunan tajam penglihatan dan fotofobia (takut cahaya). Endoftalmitis akibat pembedahan biasa terjadi setelah 24 jam dan penglihatan akan semakin memburuk dengan berlalunya waktu. Bila sudah memburuk, akan terbentuk

hipopion,

yaitu

kantung

berisi

cairan

putih,

di

depan

iris.

Gejalanya seringkali berat, yaitu berupa: 1. 2. 3. 4. nyeri mata kemerahan pada sclera fotofobia (peka terhadap cahaya) gangguan penglihatan. Tanda seringkali muncul: 1. 2. 3. 4. Kelopak merah, Bengkak, dan sukar dibuka, Kornea keruh, Bilik mata keruh. Tambahan gejala bervariasi, tergantung pada apa yang menyebabkan infeksi mata: 1. Endophthalmitis pascaoperasi - The umum menyebabkan sebagian besar endophthalmitis adalah infeksi bakteri setelah operasi katarak. Ini masalah serius dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen. Gejala sedikit bervariasi, tergantung pada apakah infeksi tersebut terjadi awal (enam minggu atau kurang) atau akhir (bulan atau tahun) setelah operasi. o Gejala awal dapat termasuk penurunan dramatis dalam visus di mata terkena, sakit mata yang menjadi lebih buruk setelah operasi, mata merah dan kelopak mata bengkak. o Akhir gejala cenderung lebih ringan dari gejala awal dan mungkin termasuk penglihatan kabur, peningkatan kepekaan terhadap cahaya terang (fotofobia) dan sakit mata ringan. 2. Posttraumatic Endophthalmitis - Gejala endophthalmitis disebabkan oleh cedera mata tajam umumnya dramatis - penurunan dramatis dalam visi di mata terkena, sakit mata yang menjadi lebih buruk, mata merah dan kelopak mata bengkak. 3. Hematogenous Endophthalmitis - Bila infeksi menyebar melalui aliran darah dan mengendap di mata, gejala-gejala dapat mengembangkan secara bertahap dan cukup halus. Misalnya, orang tersebut mungkin mengalami penurunan ringan pada visus selama beberapa minggu, bersama dengan munculnya floaters, yang gelap, semi-transparan, bentuk mengambang di bidang visus.

F.

Patofisologi Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif dalam bola mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam tubuh. Peradangan oleh bakteri memberikan gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak, bilik mata depan keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca dapat ditemukan massa putih abu-abu hippion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan kaca.

G. 1.

Pemeriksaan diagnostic Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya. Gejala klinis dapat dikonfirmasi dengan biakan mikroba. Sampel yang paling penting untuk biakan aspirat dari aquous dan kavum vitreus. Kemungkinan mikroba yang diisolasi dari vitreus 56-70% sedangkan dari aquous 36-40%.

2. 3.

Oftalmoskopi untuk melihat bagian dalam mata Sken B ultrasonografi USG merupakan tindakan melihat dan memotret alat atau jaringan dalam mata dengan menggunakan gelombang tak terdengar. Alat ini sangat penting untuk melihat susunan jaringan intraokuler.

H.

Penatalaksanaan Pengobatan tergantung pada apa yang menyebabkan endophthalmitis dan negara penglihatan di mata yang terkena. Untuk Endophthalmitis disebabkan oleh infeksi bakteri, opsi mencakup satu atau lebih hal berikut:

Intravitreal antibiotics Antibiotics are injected directly into the infected eye. antibiotik intravitreal - Antibiotik yang disuntikkan langsung ke dalam mata terinfeksi. Biasanya, beberapa vitreous dikeluarkan untuk tujuan diagnostik dan untuk membuat ruang bagi antibiotik.

Kortikosteroid - Dokter Anda mungkin menyuntikkan kortikosteroid ke dalam mata Anda untuk mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan.

Antibiotik intravena - Antibiotik, diberikan melalui vena, mungkin diresepkan untuk pasien dengan endophthalmitis parah.

Antibiotik topikal - Antibiotik diterapkan pada permukaan mata bila ada infeksi luka di samping endophthalmitis.

Vitrectomy - Bagian dari terinfeksi cairan's vitreous mata dilepas dan diganti dengan larutan garam (saline steril) atau cairan lain yang kompatibel. Ini biasanya dilakukan jika kehilangan penglihatan begitu parah sehingga orang itu hampir buta.

Untuk mengobati Endophthalmitis disebabkan oleh infeksi jamur, dokter biasanya menyuntikkan obat antijamur (seperti amfoterisin B) langsung ke mata terinfeksi. Obat dapat diberikan intravena atau orang dapat menerima obat antijamur oral, seperti flukonazol. Jika infeksi sudah semakin berat, dokter spesialis mata dapat melakukan tindakan bedah yang disebut Vitrectomy untuk mengangkat cairan dan nanah dari dalam mata. I. Pencegahan Jika pernah mengalami operasi katarak, pencegahan resiko terjadinya infeksi dengan cara mengikuti instruksi dokter tentang perawatan mata setelah operasi dan juga kontrol yang teratur ke dokter mata untuk mengetahui perkembangan perbaikan mata setelah operasi. Untuk mencegah endoftalmitis yang disebabkan karena trauma mata, gunakan pelindung mata di tempat kerja dan saat berolahraga berat. Kacamata pelindung atau helm dapat melindungi dari terjadinya trauma pada mata di tempat kerja.

J.

Komplikasi Kebutaan Panoftalmitis Ulkus kornea Orbital selulitis

K.

Prognosis Prognosis endophthalmitis bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi, organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari peradangan dan jaringan parut. Mild cases of endophthalmitis can have excellent visual outcomes. kasus ringan endophthalmitis dapat memiliki hasil visual yang sangat baik. Severe cases may result not only in loss of sight, but eventually in loss of the entire eye. Kasus yang parah dapat mengakibatkan tidak hanya kehilangan penglihatan, tapi akhirnya hilangnya mata seluruh

UVEITIS Batasan Uveitis Suatu keradangan yang terjadi pada jaringan uvea Anatomi Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid yang merupakan jaringan vaskuler di dalam mata, terletak antara retina dan sklera Uvea anterior terdiri dari iris dan badan siliar. Uvea posterior terdiri dari koroid. Iris : mengatur secara otomatis masuknya sinar kedalam bola mata. Reaksi pupil ini juga merupakan indikator untuk fungsi simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Badan siliar merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai sistem eksresi di belakang limbus. Koroid terletak antara retina dan sklera, melekat erat ke posterior ke tepi tepi nervus optikus, ke anterior bersambung dengan korpus siliare. Etiologi Penyebab dapat bersifat spesifik (infeksi) maupun non spesifik (non infeksi) Berdasarkan cara masuknya infeksi: Exogen dapat disebabkan operasi atau trauma dan dapat dikarenakan bakteri, virus dan jamur. Endogen dapat disebabkan karena fokal infeksi di tempat lain organ tubuh atau bisa juga karena reaksi auto imun. Klasifikasi

1. Berdasarkan Anatomis Uveitis Anterior : keradangan pada iris atau badan siliar atau kedua duanya. Uveitis Posterior: keradangan yang terjadi pada koroid. Panuveitis: bila keradangan mengenai ketiga bagian uvea. 2. Berdasar Perjalanan Penyakit Akut: bila serangan timbul hanya 1-2 kali, kemudian sembuh dengan sempurna. Kronis: bila serangan timbul terjadi lebih dari 2 kali, disertai dengan penyembuhan. Residif: bila tidak disertai dengan penyembuhan yang sempurna. 3. Dengan dasar klinis dan patologis Uveitis non granulomatosa : terutama terjadi di bagian anterior (iris dan corpus ciliare). Terdapat reaksi radang dengan adanya infiltrasi sel sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup banyak. Uveitis granulomatosa : dapat mengenai semua bagian uvea namun lebih sering pada uvea posterior. Deposit radang pada permukaan posterior kornea terutama terdiri dari makrofag dan sel epitheloid. 4. Ada tidaknya abses : Purulent : Endoftalmitis, Panoftalmitis Non Purulent : Granilomatosa, non granuloma Patofisiologi Keradangan akut pada jaringan uvea diawali dengan terjadinya dilatasi pembuluh darah kecil pada jaringan uvea, disertai dengan eksudasi sel-sel radang dan fibrin kedalam bilik mata depan. Adanya eksudasi sel-sel radang ke dalam bilik mata depan akan mengakibatkan kekeruhan pada bilik mata depan. Kekeruhan BMD Adanya eksudasi sel sel radang dan fibrin ke dalam bilik mata depan akan mengakibatkan : Flare: Bila kekeruhan masih dalam batas ringan, dimana pada pemeriksaan dengan slit lamp didapatkan adanya partikel partikel kecil pada bilik mata depan. Apabila partikel partikel tersebut lebih besar maka disebut dengan sel. hipopoin : Apabila sel sel radang mengendap pada bilik mata depan atau terlihat seperti adanya pus didalam bilik mata depan. Dan apabila sel sel radang melekat pada endotel kornea disebut KP (keratitik prespitate). Terdapat 2 macam KP yaitu muton fat KP dan Pungtate KP. Mutton fat KP terlihat besar kelabu di permukaan posterior kornea, terdiri atas makrofag dan pigmen pigmen yang difagosit. Pungtate KP berwarna putih kecil kecil yang terdiri dari sel limfosit dan sel plasma. Pada uveitis kadang di temukan : Pupil miosis: otot spingter berkonstraksi Sinekia posterior: bentuk pupil ireguler Terjadinya pupil yang miosis disebabkan keradangan uvea yang merangsang otot spingter pupil berkonstraksi. sinekia posterior :Eksudasi sel sel radang, fibrin dan protein akan menyebabkan iris melekat pada permukaan lensa yang mengakibatkan bentuk pupil menjadi ireguler. Dikarenakan adanya sinekia maka dapat menyebabkan pupil tidak dapat bereaksi terhadap cahaya. Apabila sinekia postrior sudah meliputi seluruh pupil disebut seklusi pupil. Hal ini akan menyebabkan hambatan aliran cairan bola mata dari bilik mata belakang ke bilik mata depan sehingga aquos humor akan bertumpuk di bilik mata belakang dan mendorong iris ke depan yang tampak sebagai iris bombans. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder.

Apabila membran atau fibrin menutupi pupil disebut oklusi pupil. Iris menjadi lebih pucat, bengkak dan reflek pupil terhadap cahaya cenderung menurun, bahkan bisa menjadi negatif. Gambaran Klinis 1. Keluhan subyektif Mata merah disertai air mata. Mata nyeri (kemeng). Silau (fotofobia). Pengelihatan kabur. Terasa ngeres (seperti ada pasir). Palpebra hiperemi. Sekret tidak ada. 2. Pemeriksaan mata Hiperemi perikornea Kornea :Keratitik precipitate, Keruh. BMD keruh dapat berupa flare dan sel (patognomotis) o Flare dan sel dalam jumlah besar akan mengendap di bilik mata depan disebut hipopion. Iris edema Pupil : miosis, reflek cahaya lambat kadang negatif Sinekia posterior. Komplikasi Sinekia Glaukoma Sekunder Katarak komplikata Endoftalmitis Panoftalmitis Ablasio Retina Sinekia o Sinekia anterior perifer dapat menghalangi humor aquos keluar dari sudut kamera anterior. Sinekia posterior dapat memungkinkan berkumpulnya humor aquos di belakang iris, sehingga iris menonjol ke depan (iris bombe). Glaukoma Sekunder o Ditimbulkan karena jalinan trabekular dapat tersumbat oleh sel sel radang dari kamera anterior, disertai edema sekunder, atau kadang kadang terlibat dalam proses peradangan yang secara spesifik diarahkan ke sel sel trabekula (trabekulitis). Seklusi pupil akibat sinekia posterior menyebabkan iris bombe. Katarak komplikata o Dikarenakan radangan yang terjadi akibat sinekia posterior melekat pada lensa. Endoftalmitis o radang supuratif yang disebabkan oleh kuman atau jamur di dalam rongga bola mata dan struktur di dalamnya yang akan memberikan abses di dalam badan kaca. Panoftalmitis o Peradangan seluruh bola mata akibat infeksi baik dari peredaran darah (endogen) atau perforasi bola mata (eksogen), dan juga akibat tukak kornea perforasi. Ablasio Retina o Meskipun frekwensinya jarang namun kadang kadang bisa terjadi akibat tarikan pada retina

oleh benang benang vitreus. Penetalaksanaan Sikloplegik Atropin tetes mata 1% 3 X 1 tetes/hari Hematropin tetes mata 2% 3 X 1 tetes/hari Scopolamin tetes mata 0,2% 3 X 1 tetes/hari Steroid Topikal : tetes mata atau salep mata Sistemik : dosis tunggal seling sehari yang tinggi Antibiotika Lokal : tetes mata yang kadang kadang dikombinasi dengan preparat steroid. Sistemik : peroral chloraphenicol 3 X 2 kapsul per hari. Kompres Hangat Kacamata Hitam Pengobatan Spesifik

5.

6. Konjungtivitis, keratitis, skleritis

Keratitis

Keratitis Punctata

Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrat sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis diklasifikasikan dalam lapisan yang terkena menjadi keratitis superfisial, intertitisial dan profunda.

Gejala klinisnya dapat berupa, mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan. Gejala lainnnya yang mungkin ditemukan adalah mata terasa perih, gatal dan mengeluarkan kotoran.

Tanda patognomonik dari keratitis adalah terdapatnya infiltrat di kornea. Injeksi silier merupakan tanda objektif yang dapat timbul pada keratitis, selain dapat pula terjadinya edema kornea.

Diagnosis Banding Konjungtivitis dan Kertitis Tanda Tajam penglihatan Mata Merah Sakit Silau Sekret Pupil Konjungtivitis Normal Injeksi Konjungtiva Pedes, rasa kelilipan Tidak ada Serous, Mukous, Purulen Normal Menurun Injeksi Siliar Sakit Nyata Tidak ada Mengecil Keratitis

Terapi dapat diberikan, air mata buatan, sikloplegik, dan antibiotika untuk pencegahan infeksi sekunder. Komplikasi dari keratitis dapat terjadi ulkus kornea kemudian terbentuk jaringan parut sehingga dapat mengganggu ketajaman penglihatan. Selain itu, komplikasi yang lain dapat terjadinya uveitis, galukoma, dan endoftalmitis.

SKLERITIS

Skleritis adalah radang kronis granulomatosa pada sklera yang ditandai dengan dekstrusi kolagen , infiltrasi sel dan vaskulitis.Biasanya bilateral dan lebih sering terjadi pada wanita. ETIOLOGI Sebagian besar disebabkan reaksi hipersensivitas tipeIII dan IV yang berkaitan dengan penyakit sistemik. MANIFESTASI KLINIS Rasa sakit yang menyebar ke dahi,alis,dan dagu secara terus menerus,mata merah berair,fotofobia ,dan penglihatan menuru.Terlihat sklera bengkak,konjungtivita kemosis,injeksi sklera profunda, dan terdapat benjolan berwarna sedikit lebih biru jingga. Sering terjadi bersama iritis atau siklitis dan koroiditis anterior. KOMPLIKASI Keratitis perifer,glaukoma,granuloma subretina,uveitis,ablasi terina eksudatif,proptosis katarak,hipermetropia,dan keratitis sklerotikan. PEMERIKSAAN PENUNJANG Dengan penetesan epinefrin 1:1000 atau fenilefrin 10% tidak akan terjadi vasokonstriksi. Pemeriksaan foto rontgen orbita dilakukan untuk menghilangkan kemungkinan adanya benda asing,juga dapat dilakukan pemeriksaan imunologi serum. PENATALAKSANAAN Dengan antiinflamasi nonsteroid sistemik berupa indometasin 50-100 mg/hari atau ibuprofen 300 mg/hari,biasanya terjadi penurunan gejala dengan cepat.Bila tidak ada reaksi dalam 1-2 minggu,harus diberikan terapi steroid sistemik dosis tinggi,misalnya prednisolon 80 mg/hari,dan diturunkan dalam 2 minggu sampai dosis pemeliharaan 10 mg/hari.Dapat pula dipakai obatobatan imunosupresif.Steroid topikal tidak efektif tapi mungkin berguna untuk edema dan nyeri.Jika penyebabnya infeksi,harus di berikan antibiotik yang sesuai.Pembedahan diperlukan bila terjadi perforasi kornea. Episkleritis Episkleritis. Episkleritis didefinisikan sebagai peradangan local sklera yang relatif sering dijumpai. Kelainan ini bersifat unilateral pada dua-pertiga kasus, dan insidens pada kedua jenis kelamin setara. Episklera dapat tumbuh di tempat yang sama atau di dekatnya di jaringan palpebra.Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera.

Keluhan pasien dengan episkleritis berupa mata terasa kering, dengan rasa sakit yang ringan, mengganjal, dengan konjungtiva yang kemotik.Bentuk radang yang terjadi pada episklerisis mempunyai gambaran khusus, yaitu berupa benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di bawah konjungtiva. Bila benjolan itu ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak di atas benkolan, akan memberikan rasa sakit, rasa sakit akan menjalar ke sekitar mata. Pada episkleritis bila dilakukan pengangkatan konjungtiva di atasnya, maka akan mudah terangkat atau dilepas dari pembuluh darah yang meradang. Perjalanan penyakit mulai dengan episode akut dan terdapat riwayat berulang dan dapat berminggu-minggu atau beberapa bulan.

Dikenal adanya dua jenis episkleritis: sederhana dan nodular. Sklera itu sendiri tidak terkena. Sekitar 15% pasien episkleritis akan mengalami iritis ringan.Episkelitis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia petengahan dengan bawaan penyakit rematik. Artritis gout merupakan radang sendi yang timbul yang sangat cepat dalam waktu singkat. Pada waktu tidur pasien tanpa gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Sendi yang terkena, yaitu pergelangan tangan atau kaki serata sendi siku dan lutut. Etiologi dari episkleritis dapat tidak diketahui, tetapi reaksi hipersensitivitas mungkin yang berperan. Penyakit-penyakit sistematik tertentu misalnya arthritis rematoid, sindrom Sjgren, koksidioidomikosis, sifilis, herpes zoster, dan tuberkulosis pernah dilaporkan berkaitan dengan episkleritis. Hubungan yang paling signifikan adalah dengan hiperurisemia dan gout. Dapat juga berupa suatu reaksi toksik, alergik atau merupakan bagian daripada infeksi. Dapat saja kelainan ini terjadi secara spontan dan idiopatik. Patogenesis terlihat mata mera satu sektor yang disebabkan melebarnya pembuluh darah di bawah konjungtiva. Pembuluh darah ini mengecil bila diberi fenil efrin 2,5% topikal.Kadangkadang merupakan kelainan berulang yang ringan. Pada episkleritis jarang terlibat kornea dan uvea, penglihatan tetap normal.Konjungtivitis disingkirkan dengan sifat episkleritis yang lokal dan tidak adanya keterlibatan konjungtiva palpebra.Kelainan ini bersifat jinak dan perjalanan penyakitnya biasanya sembuh sendiri dalam 1-2 minggu. Namun, kekambuhan dapat terjadi selama bertahun-tahun. Terapi awal episkleritis adalah obata anti-inflamasi non-steroid sistemaik. Obat pilihan adalah indometasin 100 mg per hari, atau ibuprofen 300 mg per hari. Pada sebagian besar kasus, nyeri cepat mereda diikuti oleh pengurangan peradangan. Apabila tidak timbul respons dalam 1-2 minggu atau segera setelah tampak penyumbatan vaskular harus segera dimulai terapi steroid sistematik dosis tinggi. Steroid ini biasanya diberikan per oral yaitu prednison 80 mg per hari yang diturunkan dengan cepat dalam 2 minggu sampai dosis pemeliharaan sekitar 10 mg per hari. Kadangkala, penyakit yang berat mengharuskan terapi intravena berdenyut deng metilprednisolon, 1 g setiap minggu. Obat-obat imunosupresif lain juga dapat digunakan. Siklofosfamid sangat bermanfaat tetapi dapat menjadi tambahan untuk terapi sistematik. Episkleritis dapat sembuh sempurna atau bersifat residif yang dapat menyerang tempat yang sama ataupun berbeda-beda dengan lama sakit umumnya berlangsung 4-5 minggu. KESIMPULAN Episkleritis sering muncul pada kasus yang diakibatkan oleh prosesreaksi hipersensitivitas. Penyakit-penyakit sistematik tertentu misalnya arthritis rematoid, sindrom Sjogren,

koksidioidomikosis, sifilis, herpes zoster, dan tuberculosis, dapat juga berupa suatu reaksi toksik, alergik atau merupakan bagian daripada infeksi sebagai faktor resiko terhadap episkleritis. Serta kelainan ini dapat terjadi secara spontan dan idiopatik. Terapi medikamentosa dan konservatif diperlukan pada episkleritis walaupun penyakit ini dapat sebuh sendiri dalam waktu 4-5 minggu. IRIDOSIKLITIS

A. PENDAHULUAN

Uvea terdiri merupakan bagian tengah yang berpigmen, struktur vascular dari mata dan terdiri atas iris, korpus sillier, dan koroid. Uveitis didefinisikan sebagai inflamasi (ie, -itis) dari uvea (berasal dari bahasa Latin uvea, berarti anggur). Studi mengenai uveitis sangat rumit karena disebabkan oleh reaksi inflamasi dibagian dalam mata akibat infeksi maupun noninfeksi(1).

Iridosiklitis merupakan peradangan iris dan badan siliar yang dapat berjalan akut ataupun kronis. Penyebabnya tidak dapat diketahui dengan hanya melihat gambaran kliniknya saja, karena iritis dan iridosiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi imunologik tertunda, dini, maupun yang dimediasi oleh sel, terhadap jaringan uvea anterior. Pada kekambuhan atau rekurensi akan terjadi reaksi imunologik humoral. Bakteriemia ataupun viremia dapat menimbulkan iritis ringan, yang apabila kemudian terdapat antigen yang sama dalam tubuh, maka akan dapat timbul kekambuhan(2).

Uveitis anterior dapat disebabkan spondilitis, sindrom Reiter, infeksi streptococ ataupun suatu sindrom Behcet. Infeksi tertentu dapat menimbulkan iritis seperti toksoplasmosis, tuberkulosis, histoplasmosis, sifilis, sarkoidosis, virus herpes simpleks dan zooster selain akibat suatu trauma. Biasanya erjalanan penyakit ini dimulai dengan gejala iridosiklitis akut, yang dapat

disebabkan oleh suatu reaksi alergi, maupun terjadi bersamaan dengan penyakit sendi, virus, sifilis, sarkoidosis, tuberkulosis, maupun tidak diketahui sama sekali(2).

B. ANATOMI

Uvea terdiri dari iris, korpus siliare dan khoroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini ikut memasukkan darah ke retina(2).

1). IRIS

Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris berupa suatu permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi aqueus humor. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior(2).

Pasok darah ke iris adalah dari sirkulus major iris. Kapiler-kapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang sehingga normalnya tidak membocorkan fluoresein yang disuntikkan secara intravena. Persarafan iris adalah melalui serat-serat di dalam nervus siliares(2).

Gambar 1. Anatomi Mata

Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatis yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatik(2).

Gambar 2. Vaskularisasi Iris

2). KORPUS SILIARIS

Korpus siliaris yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus siliaris terdiri dari suatu zona anterior yang berombakombak,pars plikata dan zona posterior yang datar, pars plana. Prosesus siliaris berasal dari pars plikata. Prosesus siliaris ini terutama terbentuk dari kapiler-kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena vortex. Kapiler-kapilernya besar dan berlobang-lobang sehingga membocorkan floresein yang disuntikkan secara intravena. Ada 2 lapisan epitel siliaris, satu lapisan tanpa pigmen di sebelah dalam, yang merupakan perluasan neuroretina ke anterior, dan lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan dari lapisan epitel pigmen retina. Prosesus siliaris dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk aqueus humor(2).

Gambar 3. Gambaran histologi uvea

3). KHOROID

Khoroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Khoroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah khoroid; besar, sedang dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam khoroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah khoroid dikenal sebagai khoriokapilaris. Darah dari pembuluh darah khoroid dialirkan melalui empat vena vortex, satu di masing-masing kuadran posterior. Khoroid di sebelah dalam dibatasi oleh membran Bruch dan di sebelah luar oleh sklera. Ruang suprakoroid terletak di antara khoroid dan sklera. Khoroid melekat erat ke posterior ke tepi-tepi nervus optikus. Ke anterior, khoroid

bersambung dengan korpus siliare. Agregat pembuluh darah khoroid memperdarahi bagian luar retina yang mendasarinya(2).

C. DEFINISI

Iridosiklitis merupakan peradangan iris dan badan siliar yang dapat berjalan akut ataupun kronis, biasanya tampak mata merah yang unilateral dan nyeri (3,4).

Iridosiklitidis harus dibedakan dengan penyakit yang menyebabkan mata merah lainnya, seperti glaucoma akut sudut tertutup, trauma akibat benda asing, keratitis dan ulkus kornea(3,4).

Gambar 4. Iridosiklitis akut D. EPIDEMIOLOGI(4)

Di Indonesia belum ada data akurat mengenai jumlah kasus uveitis. Di Amerika Serikat ditemukan angka kejadian uveitis anterior adalah 8-12 orang dari 100.000 penduduk per tahun. Insidennya meningkat pada usia 20-50 tahun dan paling banyak pada usia sekitar 30-an.

Menurut American Optometric Association (AOA), berdasarkan etiologinya ada beberapa factor resiko yang menyertai kejadian uveitis anterior antara lain, penderita toxoplasmosis dan yang berhubungan dengan hewan perantara toxoplasma. Beberapa penyakit menular seksual juga meningkatkan angka kejadian uveitis anterior seperti sifilis, HIV, dan sindroma Reiter(3). E. KLASIFIKASI(1,3,5)

Berdasarkan spesifitas penyebabnya uveitis anterior (iridosiklitis) dapat dibagi atas uveitis infeksius, uveitis noninfeksius, dan uveitis tanpa penyebab yang jelas. Uveitis infeksius

dapt disebabkan oleh agen non spesifik (endotoksin dan mediator peradangan lainya), agen spesifik pada mata (oftalmika simpatika, uveitis imbas lensa), dan penyakit sistemik seperti Behcet, sarcoidosis, sindroma Reiter, dll.

Berdasarkan asalnya uveitis anterior dibedakan menjadi, uveitis eksogen dan uveitis endogen. Uveitis eksogen pada umumnya dikarenakan oleh trauma, operasi intra okuler, ataupun iatrogenic. Sedangkan uveitis endogen dapat disebabkan oleh fokal infeksi di organ lain maupun reaksi autoimun.

Secara klinis (menurut cara timbul dan lamanya perjalanan penyakitnya) uveitis anterior dibedakan menjadi uveitis anterior akut dan uveitis anterior kronik. Uveitis anterior akut biasanya timbul mendadak dan perjalanan penyakitnya kurang dari 5 minggu. Sedangkan yang kronik mulainya berangsur-angsur, dan perjalanann penyakitnya ddapat berbulan-bulan maupun tahunan.

Klasifikasi uveitis anterior berdasarkan patologi anatominya terdiri dari tipe granulomatosa dan nongranulomatosa. Tipe granulomatosa infiltratnya terdiri dari sel epiteloid dan makrofag. Sedangkan tipe non granulomatosa infiltratnya terdiri dari sel-sel plasma dan limfosit. F. ETIOLOGI (1,3)

Secara umum uveitis disebabkan oleh reaksi imunitas. Uveitis sering dihubungkan dengan infeksi seperti herpes, toksoplasmosis dan sifilis. Reaksi imunitas terhadap benda asing tau antigen pada mata juga dapat menyebabkan cedera pada pembuluh darah dan sel-sel pada traktus uvealis. Uveitis juga sering dikaitkan dengan penyakit atau kelainan autoimun, seperti

lupus eritematosus sistemik dan artritis reumatoid. Pada kelainan autoimun, uveitis mungkin disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas terhadap deposisi kompleks imun dalam traktus uvealis.

Berikut ini adalah beberapa kelainan yang dapat menyebabkan uveitis anterior: G. PATOFISIOLOGI(5,6)

Peradangan trakturs uvealis banyak penyebabnya dan dapat mengenai satu atau ketiga bagian secara bersamaan. Bentuk uveitis paling sering terjadi adalah uveitis anterior akut (iritis), umumnya unilateral dan ditandai dengan riwayat sakit, fotofobia dan penglihatan kabur, mata merah, pupil kecil serta ireguler.

Penyakit peradangan traktus uvealis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada orang dewasa dan usia pertengahan. Pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak diketahui. Berdasarkan patologi dapat dibedakan dua jenis besar uveitis; yang non granulomatosa (lebih umum) dan granulomatosa.

Uveitis non-granulomatosa terutama timbul di bagian anterior traktus ini, yaitu iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang, dengan terlihatnya infiltrate sel-sel limfosit dan sel plasma dengan jumlah cukup banyak dan sedikit mononuclear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion di kamera okuli anterior.

Badan siliar berfungsi sebagai pembentuk cairan bilik mata (humous aqueus) yang member makanan kepada lensa dan kornea. Dengan adanya peradangan di iris dan badan siliar, maka timbullah hiperemis yang aktif, pembuluh darah melebar, pembentukan cairan bertambah, sehingga dapat menyebabkan glaucoma sekunder. Selain oleh cairan bilik mata, dinding pembuluh darah dapat juga dilalui oleh sel darah putih, sel darah merah dan eksudat yang akan

mengakibatkan tekanan osmose cairan bilik mata bertambah dan dapat mengakibatkan glaucoma. Cairan dengan lain-lainnya ini, dari bilik mata belakang melalui celah antara lensa iris dan pupil ke kamera okuli anterior. Di kamera okuli anterior, oleh karena iris banyak mengandung pembuluh darah, maka suhunya meningkat dan berat jenis cairan berkurang sehingga cairan akan bergerak ke atas. Di daerah kornea karena tidak mengandung pembuluh darah, suhu menurun dan berat jenis cairan bertambah, sehingga cairan disini akan bergerak ke bawah. Sambil turun sel-sel radang dan fibrin dapat melekat pada endotel kornea, membentuk keratik presipitat yang dari depan tampak sebagai segitiga dengan endapan yang makin ke bawah semakin besar. Di sudut kamera okuli anterior cairan melalui trabekula masuk ke dalam kanalis schlemn untuk menuju ke pembuluh darah episklera. Bila keluar masuknya cairan ini masih seimbang maka tekanan bola mata akan berada pada batas normal 15-20 mmHg. Sel radang dan fibrin dapat pula menyumbat sudut kamera okuli anterior, sehingga alirannya terhambat dan terjadilah glaucoma sekunder. Glaucoma juga bisa terjadi akibat trabekula yang meradang atau sakit.

Elemen darah dapat bertumpuk di kamera okuli anterior dan timbullah hifema (bila banyak mengandung sel darah merah) dan hipopion (yang terkumpul banyak mengandung sel darah putih). Elemen-elemen radang yang mengandung fibrin yang menempel pada pupil dapat juga mengalami organisasi, sehingga melekatkan ujung iris pada lensa. Perlengketan ini disebut sinekia posterior. Bila seluruh iris menempel pada lensa disebut seklusio pupil sehingga cairan yang dari kamera okuli posterior tidak dapat melalui pupil untuk masuk ke kamera okuli anterior, iris terdorong ke depan, disebut iris bombe dan menyebabkan sudut kamera okuli anterior menyempit, dan timbullah glaucoma sekunder. Perlengketan-perlengketan iris pada lensa menyebabkan bentuk pupil tidak teratur. Pupil dapat pula diisi oleh sel-sel radang yang

menyebabkan organisasi jaringan dan terjadi oklusi pupil. Peradangan badan siliar juga dapat menyebabkan kekeruhan pada badan kaca, yang tampak seperti kekeruhan karena debu. Dengan adanya peradangan ini maka metabolism pada lensa terganggu dan dapat mengakibatkan katarak. Pada kasus yang sudah lanjut, kekeruhan badan kaca pun dapat mengakibatkan organisasi jaringan yang tampak sebagai membrane yang terdiri dari jaringan ikat dengan neurovaskuler dari retina yang disebut renitis proloferans. Pada kasus yang lebih lanjut lagi dapat mengakibatkan ablasio retina. H. GAMBARAN KLINIS (1,7)

Gejala akut dari uveitis anterior adalah mata merah, fotofobia, nyeri, penurunan tajam penglihatan dan hiperlakrimasi. Sedangkan pada keadaan kronis gejala uveitis anterior yang ditemukan dapat minimal sekali, meskipun proses radang yang hebat sedang terjadi. 1). Uveitis Anterior Jenis Non-Granulomatosa

Pada bentuk non-granulomatosa, onsetnya khas akut, dengan rasa sakit, injeksi, fotofobia dan penglihatan kabur. Terdapat kemerahan sirkumkorneal atau injeksi siliar yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh-pembuluh darah limbus. Deposit putih halus (keratic presipitate/ KP) pada permukaan posterior kornea dapat dilihat dengan slit-lamp atau dengan kaca pembesar. KP adalah deposit seluler pada endotel kornea. Karakteristik dan distribusi KP dapat memberikan petunjuk bagi jenis uveitis. KP umumnya terbentuk di daerah pertengahan dan inferior dari kornea. Terdapat 4 jenis KP yang diketahui, yaitu small KP, medium KP, large KP dan fresh KP. Small KP merupakan tanda khas pada herpes zoster dan Fuchs uveitis syndrome. Medium KP terlihat pada kebanyakan jenis uveitis anterior akut maupun kronis. Large KP biasanya jenis mutton fat biasanya erdapat pada uveitis anterior tipe granulomatosa. Fresh KP atau KP baru

terlihat berwarna putih dan melingkar. Seiring bertambahnya waktu,akan berubah menjadi lebih pucat dan berpigmen. Pupil mengecil dan mungkin terdapat kumpulan fibrin dengan sel di kamera anterior. Jika terdapat sinekia posterior, bentuk pupil menjadi tidak teratur.

2). Uveitis Anterior Jenis Granulomatosa

Pada bentuk granulomatosa, biasanya onsetnya tidak terlihat. Penglihatan berangsur kabur dan mata tersebut memerah secara difus di daerah sirkumkornea. Sakitnya minimal dan fotofobianya tidak seberat bentuk non-granulomatosa. Pupil sering mengecil dan tidak teratur karena terbentuknya sinekia posterior. KP mutton fat besar-besar dapat terlihat dengan slit-lamp di permukaan posterior kornea. Tampak kemerahan, flare dan sel-sel putih di tepian pupil (nodul Koeppe). Nodul-nodul ini sepadan dengan KP mutton fat. Nodul serupa di seluruh stroma iris disebut nodul Busacca. I. DIAGNOSIS(1,3,9,10)

Diagnosis uveitis anterior dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.

1). Anamnesis

Anamnesis dilakukan dengan menanyakan riwayat kesehatan pasien, misalnya pernah menderita iritis atau penyakit mata lainnya, kemudian riwayat penyakit sistemik yang mungkin pernah diderita oleh pasien.

Keluhan yang dirasakan pasien biasanya antara lain:

Nyeri dangkal (dull pain), yang muncul dan sering menjadi lebih terasa ketika mata disentuh pada kelopak mata. Nyeri tersebut dapat beralih ke daerah pelipis atau daerah periorbital. Nyeri tersebut sering timbul dan menghilang segera setelah muncul. Fotofobia atau fotosensitif terhadap cahaya, terutama cahaya matahari yang dapat menambah rasa tidak nyaman pasien Kemerahan tanpa sekret mukopurulen Pandangan kabur (blurring) Umumnya unilateral

2). Pemeriksaan Oftalmologi Visus : visus biasanya normal atau dapat sedikit menurun Tekanan intraokular (TIO) pada mata yang meradang lebih rendah daripada mata yang sehat. Hal ini secara sekunder disebabkan oleh penurunan produksi cairan akuos akibat radang pada korpus siliaris. Akan tetapi TIO juga dapat meningkat akibat perubahan aliran keluar (outflow)cairan akuos. Konjungtiva : terlihat injeksi silier/ perilimbal atau dapat pula (pada kasus yang jarang) injeksi pada seluruh konjungtiva Kornea : KP (+), udema stroma kornea

Gambar 5. Keratik precipitat

Camera Oculi Anterior (COA) : sel-sel flare dan/atau hipopion. Ditemukannya sel-sel pada cairan akuos merupakan tanda dari proses inflamasi yang aktif. Jumlah sel yang ditemukan pada pemeriksaan slitlamp dapat digunakan untuk grading. Grade 0 sampai +4 ditentukan dari: 0 : tidak ditemukan sel +1 : 5-10 sel +2 : 11-20 sel +3 : 21-50 sel +4 : > 50 sel Gambar 6. Flare

Aqueous flare adalah akibat dari keluarnya protein dari pembuluh darah iris yang mengalami peradangan. Adanya flare tanpa ditemukannya sel-sel bukan indikasi bagi pengobatan. Melalui hasil pemeriksaan slit-lamp yang sama dengan pemeriksaan sel, flare juga diklasifikasikan sebagai berikut:

0 : tidak ditemukan flare

+1 : terlihat hanya dengan pemeriksaan yang teliti

+2 : moderat, iris terlihat bersih

+3 : iris dan lensa terlihat keruh

+4 : terbentuk fibrin pada cairan akuos

Hipopion ditemukan sebagian besar mungkin sehubungan dengan penyakit terkait HLA-B27, penyakit Behcet atau penyakit infeksi terkait iritis.

Gambar 7. Gambaran hipopion pada uveitis anterior Iris : dapat ditemukan sinekia posterior Lensa dan korpus vitreus anterior : dapat ditemukan lentikular presipitat pada kapsul lensa anterior. Katarak subkapsuler posterior dapat ditemukan bila pasien mengalami iritis berulang.

3). Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium mendalam umumnya tidak diperlukan untuk uveitis anterior, apalagi bila jenisnya non-granulomatosa atau menunjukkan respon terhadap pengobatan non spesifik. Akan tetapi pada keadaan dimana uveitis anterior tetap tidak responsif terhadap pengobatan maka diperlukan usaha untuk menemukan diagnosis etiologiknya. Pada pria muda dengan iridosiklitis akut rekurens, foto rontgen sakroiliaka diperlukan untuk mengeksklusi kemungkinan adanya spondilitis ankilosa. Pada kelompok usia yang lebih muda, artritis reumatoid juvenil harus selalu dipertimbangkan khususnya pada kasuskasus iridosiklitis kronis. Pemeriksaan darah untuk antinuclear antibody dan rheumatoid factor serta foto rontgen lutut sebaiknya dilakukan. Perujukan ke ahli penyakit anak dianjurkan pada keadaan ini. Iridosiklitis dengan KP mutton fat memberikan kemungkinan sarkoidosis. Foto rontgen toraks sebaiknya dilakukan dan pemeriksaan terhadap enzim lisozim serum serta serum angiotensineconverting enzyme sangat membantu.

Pemeriksaan terhadap HLA-B27 tidak bermanfaat untuk penatalaksanaan pasien dengan uveitis anterior, akan tetapi kemungkinan dapat memberikan perkiraan akan suseptibilitas untuk rekurens. Sebagai contoh, HLA-B27 ditemukan pada sebagian besar kasus iridosiklitis yang terkait dengan spondilitis ankilosa. Tes kulit terhadap tuberkulosis dan histoplasmosis dapat berguna, demikian pula antibodi terhadap toksoplasmosis. Berdasarkan tes-tes tersebut dan gambaran kliniknya, seringkali dapat ditegakkan diagnosis etiologiknya. Dalam usaha penegakan diagnosis

etiologis dari uveitis diperlukan bantuan atau konsultasi dengan bagian lain seperti ahli radiologi dalam pemeriksaan foto rontgen, ahli penyakit anak atau penyakit dalam pada kasus atritis reumatoid, ahli penyakit THT pada ksus uveitis akibat infeksi sinus paranasal, ahli penyakit gigi dan mulut pada kasus uveitis dengan fokus infeksi di rongga mulut, dan lain-lain.

J. DIAGNOSIS BANDING (3)

Berikut adalah beberapa diagnosis banding dari uveitis anterior: Konjungtivitis.

Pada konjungtivitis penglihatan tidak kabur, respon pupil normal, ada kotoran mata dan umumnya tidak ada rasa sakit, fotofobia atau injeksi siliaris. Keratitis atau keratokonjungtivitis.

Pada keratitis atau keratokonjungtivitis, penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simpleks dan herpes zoster dapat menyertai uveitis anterior sebenarnya. Glaukoma akut. Pada glaukoma akut pupil melebar, tidak ditemukan sinekia posterior dan korneanya beruap. K. TERAPI(1,3,9-11)

Tujuan utama terapi uveitis anterior adalah: Mencegah sinekia posterior

Mengurangi keparahan (severity) dan frekuensi serangan atau eksaserbasi uveitis Mencegah kerusakan pembuluh darah iris yang dapat: Mengubah kondisi dari iridosiklitis akut menjadi iridosiklitis kronik (terjadi perburukan diagnosis) Meningkatkan derajat keparahan keadaan yang memang sudah kronik Mencegah atau meminimalkan perkembangan katarak sekunder Tidak melakukan tindakan yang dapat menyakiti atau merugikan pasien.

Untuk uveitis anterior non-granulomatosa o Analgetik sistemik secukupnya untuk mengurangi rasa sakit o Kacamata gelap untuk keluhan fotofobia o Pupil harus tetap dilebarkan untuk mencegah sinekia posterior. Atropine digunakan sebagai pilihan utama untuk tujuan ini. Kemudian setelah reda, dilanjutkan dengan kerja singkat seperti siklopentolat atau homatropin o Tetes steroid lokal cukup efektif digunakan sebagai anti radang o Steroid sistemik bila perlu diberikan dalam dosis tunggal selang sehari yang tinggi dan kemudian diturunkan sampai dosis efektif. Steroid dapat juga diberikan subkonjungtiva dan peribulbar. Pemberian steroid untuk jangka lama dapat menimbulkan katarak, glaukoma dan midriasis pada pupil. o Sikoplegik spesifik diberikan bila kuman penyebab diketahui

Untuk uveitis anterior granulomatosa

Terapi diberikan sesuai dengan penyebab spesifiknya. Atropin 2% diberikan sebagai dilator pupil bila segmen anterior terkena. L. KOMPLIKASI(1,2,10)

Berikut ini adalah beberapa komplikasi dari uveitis anterior: Sinekia anterior perifer.

Uveitis anterior dapat menimbulkan sinekia anterior perifer yang menghalangi humor akuos keluar di sudut iridokornea (sudut kamera anterior) sehingga dapat menimbulkan glaucoma. Sinekia posterior

Dapat menimbulkan glaukoma dengan berkumpulnya akuos humor di belakang iris, sehingga menonjolkan iris ke depan.

Gambar 5. Sinekia Posterior Gangguan metabolisme lensa dapat menimbulkan katarak

Katarak merupakan komplikasi lebih lanjut yang serius, yang dapat dilihat setelah serangan uveitis anterior yang berulang. Hal ini selalu memberikan efek awal pada daerah subcapsular posterior dari lensa dan sayangnya, dapat menganggu penglihatan pada stadium dini. Katarak juga dapat terjadi pada penggunaan steroid topical dan sistemik jangka panjang. Edema kistoid makular dan degenerasi makula dapat timbul pada uveitis anterior yang berkepanjangan.

8.penyakit mata anak Penyakit mata pada anak ternyata tidak sedikit. Sebagian sudah dikenali sejak awal, namun sebagian besar sering luput dari perhatian orang tua. Akibatnya, bisa buruk bagi penglihatan anak di kemudian hari. Berikut 10 penyakit mata anak yang dihimpun oleh dr. Handrawan Nadesul. Penyakit mata pada anak dapat bawaan dapat pula didapat. Yang bersifat, bawaan, bisa turunan bisa juga bukan turunan. Dan karena sebagian penyakit mata memerlukan koreksi dini agar tidak memperburuk penglihatan, perhatian terhadap beberapa kelainan mata anak membutuhkan perhatian lebih besar. Jika dihimpun, sekurang-kurangnya terdapat sepuluh jenis penyakit, gangguan atau kelainan mata yang mungkin terjadi pada anak. Tidak semuanya bisa dikoreksi. Namun bisa buruk akibatnya jika didiamkan atau terlambat dikoreksi. Kesepuluh penyakit tadi bisa Anda simak berikut ini. 1. BUTA WARNA Buta warna jelas penyakit keturunan. Lebih sering pada anak laki-laki dibanding anak perempuan. Dibawa oleh kromosom Y. sampai saat ini belum ada terapi buta warna. Di Jepang baru sedang dicoba untuk mengganti sel-sel keruucut pada retina, penyebab terjadinya buta warna, tapi belum dinyatakan berhasil. Anak buta warna sejak lahir tidak mengenal warna merah, hijau, dan biru secara baik. Yang ringan masih bisa membedakannya, tapi yang berat, hanya berkemampuan dengan bergradasi hitam putih belaka. Sehingga persepsinya terhadap ketiga warna itu menjadi berbeda dengan orang normal. Adakalanya anak tidak sadar, ia mengidap buta warna. Bahkan orang tuanya pun mungkin tidak tahu si anak buta warna. Terutama jika buta warnanya ringan. Sehingga sering kaget ketika masuk perguruan tinggi sebab untuk jurusan teknik elektro dan kedokteran, misalnya, tidak boleh buta warna. Perlu diketahui, di retina terdapat dua jenis sel, yakni sel batang dan sel kerucut. Sel batang untuk kemampuan membedakan terang gelap, sedang sel kerucut untuk membedakan warnawarna. Pada anak buta warna, sel kerucut di retina matanya, abnormal sehingga terganggu kemampuannya membedakan warna merah, hijau dan biru dengan derajat yang berbeda-beda, Dengan melakukan tes membaca ishihara, buta warna didiagnosis. Buku berisi gambar-gambar bertuliskan angka-angka, sedemikan rupa, sehingga orang buta warna tidak bisa tepat membaca angka-angka yang orang normal dapat melihatnya dengan jelas. 2. MATA JULING Mata juling juga bersifat bawaan dari lahir. Ada beberapa jenis kejulingan, dari yang ringan sampai yang berat. Umumnya sebab terdapat kelainan saraf bola mata, sehingga sumbu bola mata tidak normal dan perlu dikoreksi.

Jika tidak dibawa dari lahir, juling didapat sesudahnya. Bisa akibat katarak berat. Pada orang dewasa mendadak juling perlu diwaspadai, sebab dapat merupakan manifestasi dari adanya kelainan di otak atau kenker hidung tenggorokan. Pada anak bisa juga akibat adanya tumor ganas di dalam bola mata. Mata juling perlu segera dikoreksi agar keteajaman penglihatan anak berkembang normal. Jika tidak, anak tidak belajar melihat secara normal. Dan mata anak kemudian bisa menjadi abnormal. 3. GLAUKOMA Penyakot ini penyakit tekanan bola mata yang meninggi, sehingga bsa menimbulkan kerusakan pada sarafmata dan retina. Selain didapat, terutama bagi yang berusia lanjut, glaukoma dapat pula bersifat sejak bawaan yang memang turunan. Sejak lahir tekanan bola mata anak sudah meninggi. Meningginya tekanan bola mata disebabkan adanya gangguan sistem aliran cairan di dalam bola mata yang bisa bersifat bawaan. Akibat bendungan cairan bola mata ini, timbul gejala tekanan bola mata yang meninggi. Penyakit ini menimbulkan rasa nyeri hebat di bola mata adan kepala. Selain itu mata tampak merah. Pada yang sudah berat, timbuk pula gangguan penglihatan. Selain kurang tajam, lapangan pandang pun mendadak berkurang. Ada yang hilang dalam layar penglihatan. Sebelumnya bisa terjadi penderita melihat bayangan mirip pelangi disekitar bola lampu. Jika dengan obat-obatan tidak menolong, biasanya dilakukan tindakan pemmbedahan dengan tujuan agar aliran cairan bola mata menjadi normal dehingga tidak terjadi bendungan dan tekanan bola mata bisa normal. 4. BUFTHALMUS Penyakit ini juga tergolong penyakit mata dengan tekanan bola mata yang meninggi sejak lahir. Akibat tekanan bola mata yang meninggi, ukuran bola mata bayi sangat besar. Keadaan ini mengganggu kornea mata. Anak takut melihat cahaya, timbul gangguan kelopak mata, kornes membengkak, dan warna kornea menjadi keruh. Untu mengurangi bendungan cairan bola mata, yang membuat tekanan bola mata yang meninggi dilakukan operasi sayatan (goniotomy) sesegera mungkin agar perkembangan mata dan ketajaman penglihatan anak tidak sampai terganggu. 5. KATARAK MATA Ya, bukan orang lanjut usia saja yang bisa katarak atau kekeruhan lensa mata, bayi baru lahir pun bisa mengidap katarak juga. Ini kelainan bawaan. Biasanya lahir dari ibu yang mengidap infeksi campak Jerman, toxoplasmosis, atau kencing manis. Selain itu juga disebabkan faktor keturunan. Bayi dengan katarak perlu dilakukan operasi jika refleks fundus mata tidak ada atau kataraknya bersifat total. Maksudnya, agar perkembangan penglihatan anak tidak sampai terhambat. Operasi biasanya dilakukan setelah anak berumur 2 tahun. Jika dibiarkan kemungkinan anak berkembang menjadi juling atau pergerakan bola matanya abnormal (nystagmus).

6. PTOSIS Penyakit ini dijuluki mata ngantuk sebab penderitanya seperti mengantuk terus. Kelopak mata atasnya tidak dapat membuka dengan sempurna, sehingga cenderung rendah dan turun sebab otot-otot pengungkit kelopak matanya lemah. Untuk mengoreksi sendiri, pasien ptosis tampak khas. Dahinya mengernyit dan alis matanya terungkit terus. Penyakit ini bisa sebab kelemahan otot kelopak mata yang didapat, bisa juga sebab penyakit turunan myastenia gravis. Untuk koreksi kelemahan otot ini dilakukan pembedahan sebelum anak berumur setahun. 7. INFEKSI MATA Infeksi mata banyak jenisnya. Paling sering infeksi pada selaput lendir putih mata dan kelopak mata (conjunctivitis) atau dikenal sebagai penyakit mata merah. Penyebab infeksi mata bisa oleh semua jenis bibit penyakit, mulai dari virus, kuman, jamur, sampai parasit. Tidak jarang terjadi karena alergi, baik yang berasal dari luar seperti serbuk sari, zat kimawi, atau dapat juga alergi dari dalam, yaitu pengidap TBC, penyakit darah atau penyakit kelenjar getah bening. Mata merah sejak lahir bisa disebabkan oleh kuman chalamydia yang ibu idap pada kemaluan. Bisa juga oleh kuman kencing nanah dari ibu dengan penyakit yang sama. Tanda dan gejalanya hampir sama. Mata merah membengkak dan banyak kotoran mata yang lebih menyerupai nanah. Pada bayi baru lahir biasanya secara rutin diberikan tetes mata segera setelah lahir sehingga jarang ditemukan kasus infeksi mata sekarang ini. Tapi bayi yang lahir dibantu oleh dukun peraji, infeksi mata bayi masih sering ditemukan. Infeksi mata oleh kencing nanah dari ibu biasanya muncuk pada waktu anak seudah berumur 2 tahun. Mata dan kelopaknya merah meradang. Banyak kotoran mata di sekitar bola mata. Ini bisa dioobati sampai sembuh. Tapi ibu harus diobati juga agar tidak sampai menulari bayinya yang mungkin akan dilahirkannya nanti. Infeksi mata yang didapat banyak jenisnya. Ada yang bersifat wabah sehingga pada musimmusim tertentu banyak orang yang sakit mata merah. Penyakit ini ditularkan lewat udara. Virus dan kuman beredar dalam udara di tempat-tempat umum atau melalui barang yang penderita pakai, seperti saputangan, kacamata, handuk atau sarung bantal, dan lensa kontak. Dengan tetes atau salep mata yang mengandung antibiotika, biasanya penyakit mata merah dapat disembuhkan. Jika berat, mungkin perlu obat antibiotika minum juga. Namun sering dijumpai sakit mata merah infeksi ini, diobati dengan tetes mata yang dapat dibeli bebas di warung. Cara ini bukan saja tidak tepat dan salah alamat, malah bisa jadi penyakit mata bertambah parah sebab bahan obatnya memang bukan jenis yang itu. Obat tetes mata yang dijual bebas hanya untuk gangguan mata akibat kena debu, kotoran atau mata yang lelah. Tak jarang sakit mata merah malah menjadi bengkak sehabis ditetesi obat tetes dari warung.

Infeksi mata juga bisa ditularkan dari kolam renang. Biasanya mewabah pada musim-musim tertentu. Obatnya sama. Jika virus penyebabnya, tentu berbeda penanganannya dengan penyebabnya kuman, jamur, atau parasit. Mata merah pada bayi lebih sering disebabkan oleh infeksi pada kelenjar air mata atau kantung air mata. Setiap hari mata bayi banyak mengeluarkan kotoran matanya, selain matanya tampak merah. Penyakit ini bawaan dari lahir. Sebabnya ada sumbatan dalam saluran air mata dan infeksi bersarang di sanan. Biasanya menahun. Selain diberi tetes atau salep antibiotika, dilakukan pengurutan pada bagian bawah kelopak mata ke arah pangkal hidung yang bisa dilakukan sendiri oleh ibunya. Maksudnya, untuk mengalirkan kotoran mata yang menyumbat di bagian itu. Namun, jika dengan cara-cara itu tidak menolong, dilakukan tindakan perojokan (probing) sehingga sumbatan macam-macam di sana bisa dibebaskan dan infeksi tidak lagi bersarang. Infeksi kelenjar air mata pada anak yang besar sering akibat komplikasi campak, gondong, atau flu. Tak jarang akibat TBC dan penyakit getah bening. Jika penyakit di atas dibiarkan, penyakit dapat berkembang menahun. Kuman tetap bersarang tanpa terusik di kelenjar atau kantung air mata. Infeksi mata menahun sering pula disebabkan oleh penyakit mata trachoma. Banyak diidap di negara yang masih buruk sanitasi dan higienenya. Mudah menular dan sering menahun sebab tidak tuntas diobati. Komplikasinya bisa berat bahkan menimbulkan kebutaan. Infeksi kelenjar minyak mata menimbulkan bintil. Bisul kecil di mulut kelenjar ini perlu segera diobati sebab jika sudah lebih dari dua minggu, obat sudah terlambat dan memerlukan tindakan operasi untu menyayat bisul mata yang sudah mnegeras. Tanpa operasi bisul, bintil tidak hilang, menetap, dan sering kambuh. Bintil sering terjadi pada orang dengan higiene perorangan yang masih rendah. Kebiasaan buruk dalam memperlakukan mata, menggosok-gosok mata, memberrsihkan mata dengan jari, mata direndam air atau rendaman daun sirih atau melati, mata kurang dilindungi dari debu dan kotoran lain. Selain pada putih mata dan selaput lendir kelopak mata, infeksi mata juga dapat menyerang kornea atau hitam mata. Ini jauh lebih berbahaya sebab kornea berhubungan langsung dengan fungsi penglihatan. Infeksi pada kornea berhubungan langsung dengan fungsi penglihatan. Infeksi kornea mata perlu mendapat perhatian lebih besar agar tidak sampai menimbulkan kecacatan sehingga peradangan terganggu sebab kornea menjadi jendela penglihatan kita. Infeksi bisa berkembang pada kornea yang kena luka tusukan. Kornea yangtertusuk akan dimasuki kuman jika tidak dilindungi dengan antibiotika dan tertutup mata. Infeksi kornea bisa buruk akibatnya. Tusukan duri atau serpihan kaca pada kornea pelru dicabut dan perawatan mata perlu sungguh-sungguh agar kornea tetap utuh setelah menyembuh.

Mata merah juga dapat disebabkan glaucoma dan alergi. Bedanya dengan infeksi, pada glaucoma atau alergi biasanya tidak ada rasa nyeri, pedih, atau mengganjal bola mata, tidak pula disertai demam. Biasanya tidak mengeluarkan kotoran mata. Dokter bisa membedakan mana jenis mata merah infeksi, mana pula yang bukan. 8. RETINOBLASTOMA Tumor ganas bola mata yang dibawa sejak lahir. Tidak tahu apa sebabnya. Tumor di retina ini sudah tumbuh sejak lahir. Sering luput dan kerap gejalanya baru muncul ketika tumor sudah telanjur besar. Gejala itu mungkin juling mendadak, glaucoma, mata sering merah, dan visus atau ketajaman penglihatan anak cepat menurun sehingga sering ganti kacamata. 9. KEKURANGAN VITAMIN A Akibat kekurangan vitamin A, bukan saja menimbulkan rabun senja. Begitu matahari mulai terbenam anak sering menabrak-nabrak barang di depannya kalau berjalan. Penglhatannya menjadi kabur di waktu sennja hari. Sebab sel-sel batang di retinanya terganggu fungsinya akibat tidak cukup vitamin A dalam menu hariannya. Jika rabun senja dibiarkan tanpa tambahan vitamin A, maka kelainan mata akan berkembang menadi kelainan pada putih mata yang disebut bercak Tuan Bitot. Pada fase ini mata masih bisa diselamatkan jika vitamin A ditambahkan dalam menu hariannya. Jika kelainan ini pun masih dibiarkan, mata akan menjadi kering dan kornea kemudia rusak. Kornea keriput lalu kisut dan akhirnya pecah. Kondisi kornea yang semacam inilah yang berakibat kebutaan yang sudah tak terkoreksi lagi. Anak dengan menu normal, dari susu, ikan, dan sayuran hijau, mestinya tidak bakal sampai harus kekurangan vitamin A. sepotong wortel sudah mencukupi kebutuhan harian vitamin A tubuh. Tapi vitamin A berkaitan dengan menu lemak. Jika anak urang gizi dan menu lemaknya rendah, biasanya akan kekurangan vitamin A. 10. RABUN JAUH Anak sekarang terancam kena rabun jauh pada usia masih kecil. Penyebabnya, banyak membaca dengan cara yang kurang tepat. Baca sambil tiduran, sebab yang dibaca banyak dan badan lebih oleh banyaknya elajaran dan pekerjaan rumah. Membaca dengan pencahayaan yang kurang. Sedikitnya perlu 60 watt dengan jarak baca 33 cm, posisi duduk tegak, dan obyek baca tidak bergerak. Artinya, yang sehat itu membaca duduk dan obyek bacaan diletakkan di atas meja. Tapi anak sekarang membaca di mana dan kapan saja. Bahkan selama di bus sekolah atau kereta api juga. Kedua, pengaruh radiasi monitor komputer atau televisi sendiri. Jarang nonton yang mestinya sekurang-kurangbya 5 kali lebar diagonal layar televisi sebab kondisi ruangan yang sempit mamaksa anak nonton pada jarak yang sangat dekat. Itu maka anak sekarang banyak yang sudah berkacamata myopia, rabun jauh, pada usia yang maish sangat kecil. Dan keadaan ini sering luput dari pengamatan orang tuanya. Tahu-tahu visusnya sudah buruk waktu dilakukan pemeriksaan.

Kini ada cara koreksi rabun jauh dengan laser. Tapi baru-baru ini diberitakan cara ini tidak aman atau punya efek sampinngan yang tidak dilakukan lagi dibeberapa negara. Agar tidak semakin memburuk, kacamata yang cocok ukurannya perlu dipakai terus. Jika erabunan masih ringan, pemakaian kacamata mungkin memulihkannya, tapi jika kacamata tidak dipakai dan kerabunan sudah tinggi, setiap tahunu tentu perlu pengganti kacamata. Waspada jika kerabunan lekas bertambah, selain berakibat koyaknya retina yang bisa berakibat kebutaan, harus diwaspadai ggejala ini sebagai suatu gejal apenyakit lain yang lebih berbahaya, seperti glaucoma, tumor ganas bola mata, atau adanya kelainan retina lainnya.

Anda mungkin juga menyukai