Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Mikroba Azospirillum sp Azospirillum merupakan bakteri tanah penambat nitrogen nonsimbiotik.

Bakteri ini hidup bebas di dalam tanah, baik di sekitar maupun dekat dengan perakaran. Bisa digunakan sebagai biofertilizer. Selain mampu menambat nitrogen, mengahsilkan hormon pertumbuhan, juga mampu merombak bahan organik di dalam tanah, misalnya karbohidrat. Hidup berasosiasi dengan perakaran tanaman di daerah rizosfer, terutama rumput-rumputan dan serealia. Peran menguntungkan bagi tanaman antara lain menyrbabkan perubahan morfologi akar seperti peningkatan jumlah rambut akar, perpanjangan akar, dan luas permukaan akar yang disebabkan oleh produksi asam indol asetat (IAA), meningkatkan kecepatan penyerapan air dan nutrisi dari tanah, mengikat N2 dari udara, meningkatkan N,P, dan K serta akumulasi bahan kering pada tanaman jagung, sorgum, gandum, dan setaria, dapat memproduksi auksin, sitokinin, dan giberelin, memproduksi allelopati, bakteriosin, atau antibiotik. Azospirillum memiliki bentuk vibroid atau batang lurus, panjangnya 0,9-1,2 m, merupakan kelompok bakteri Gram negatif, mengandung poli--hidroksibutirat, bersifat motil dengan karakteristik gerakan bergetar di dalam media cair dengan rata-rata flagella polar tunggal. Bakteri ini menghasilkan pigmen melanin yang berasosiasi dengan produksi PHB. Suhu pertumbuhan optimum 34-37C, tumbuh baik pada pH 7 atau pH asam. Kelompok bakteri ini merupakan pemfiksasi nitrogen dan pertumbuhannya tergantung pada kondisi sedikit oksigen atau tumbuh baik pada udara yang banyak mengandung N2. Di bawah kondisi keterbatasan oksigen, beberapa galur ada yang tidak dapat mengubah NO3- menjadi NO2- atau N2O dan N2 . Beberapa spesies hidup bebas di tanah dan ada juga berasosiasi dengan akar tanaman sereal, rumput-rumputan dan umbi-umbian. Spesies ini tidak menginduksi nodul akar (Holt, 1994 dikutip dari Fadiluddin, 2009). Bakteri Azospirillum sp mampu menyediakan unsur N dan P bagi pertumbuhan tanaman, serta sekaligus sebagai bakteri pemantap agregat tanah. Bakteri ini juga dapat merombak bahan organik kelompok karbohidrat, seperti selulosa dan amilosa, serta bahan organik yang mengandung sejumlah lemak dan protein di dalam tanah. Hidupnya dalam habitat rizosfer tanaman dapat berasosiasi dan berinteraksi dengan perakaran sehingga berperan dalam mengubah morfologi akar, seperti bertambahnya jumlah akar rambut, akar semakin panjang, dan permukaannya semakin luas. Perubahan tersebut berdampak terhadap pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, sehingga bakteri Azospirillum sp dimasukkan ke dalam kelompok Rhizobacteria. Formulasi Pupuk Hayati Pemfiksasi N Tunggal dalam Bentuk Padat Berdasarkan hasil penelitian Nana dan Tualar (2011) bahwa bakteri Azospirillum mampu bertahan hidup pada media pembawa gambut dan kompos ditambah dengan pemberian nutrisi yang meningkatkan sumber energi dan hara bagi bakteri. Azospirillum sp yang digunakan merupakan koleksi peneliti yang di seleksi dari rizosfer tanaman padi sawah, Media Okon (5 g Asam malat, 0,6 g K2HPO4, 0,4g K2HPO4, 0,2 g MgSO4, 0,1 g NaCl, 20 mg

CaCl2 , 0,5 g Yeast Extract, 16,6 mg FeCl3 .6HO2, 2 mg Na2MoO4, 3 g NaOH dan 1000 ml air destilasi) dalam bentuk cair dan agar, dan media pembawa pupuk hayati. Setelah bahan pembawa yang dikemas menggunakan alumunium foil berukuran 100 g disterilisasi, setiap bahan pembawa diinokulasi dengan bakteri dengan perbandingan 3 : 1 dengan cara menyuntikan kultur murni pada bahan pembawa tersebut. Kultur murni dibuat dengan cara memperbanyak biakan murni dari agar miring ke media cair media Okon untuk A. Irakense . Kemudian kultur tersebut dinkubasikan di atas mesin pengocok pada suhu kamar dan dipanen setelah berumur 72 jam. Setelah proses produksi, pupuk hayati disimpan di ruangan dengan suhu kamar dan setiap periode tertentu dilakukan pengamatan populasi bakteri. Pengamatan yang dilakukan adalah populasi Azospirillum sp pada setiap komposisi media pembawa pupuk hayati menggunakan metode pengenceran plat pada media selektif untuk masing-masing bakteri (Anas, 1989). Pengamatan dilakukan secara berkala yaitu 1, 2, 6, 10, 14, 18, 30 dan, 42 minggu setelah produksi. Bahan pembawa gambut dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 tampak lebih baik dalam mempertahankan populasi yang tinggi dari Azospirillum sp. Tingginya viabilitas dan stabilitas populasi pada bahan pembawa gambut dan kompos karena kompos merupakan sisa dekomposisi aerob dalam waktu yang lebih pendek dibandingkan gambut dan mengandung senyawa sintesis baru yang kaya hara dan energi bagi bakteri (Premono dan Widyastuti, 1994). Bersama dengan bertambahnya waktu terjadi penurunan populasi pada seluruh formulasi pupuk hayati. Populasi tertinggi pada minggu ke 20 terdapat pada formulasi 0.5% nutrisi dan 35% kultur A. irakense. Populasi pada seluruh formulasi pupuk hayati masih memenuhi populasi standar berdasarkan Peraturan Menteri pertanian Nomor 28/Permentan/SR.130/5/2009 yaitu sebesar 107 cf ug-1. Berdasarkan data populasi secara berkala dan uji beda terlihat bahwa pupuk hayati dengan formulasi (0.5% nutrisi dan 35% kultur A. Irakense ) dan (1% nutrisi dan 30% kultur A. Irakense ) lebih stabil dan lebih tinggi dibandingkan formulasi pupuk hayati lainnya. Media Perbanyakan Inokulan Cair Perbanyakan untuk skala besar, Azospirillum dapat ditumbuhkan dalam medium cair yang mengandung ammonium klorida. Biomassa sel dapat dipanen untuk inokulasi setelah inkubasi selama 3 hari pada suhu 35C dalam penggojokan. Komposisi medium yang dapat digunakan untuk pertumbuhan Azospirillum disajikan pada Tabel 1. Larutan kedua juga disterilkan, selanjutnya dicampur dengan larutan pertama. Jika akan digunakan medium padat maka perlu ditambahkan agar sebanyak 1,5 2,0 % dan bromothymol blue (dalam larutan alkohol 0,5 %) sebanyak 2 ml untuk setiap liter larutan medium. Tabel 1. Komposisi medium untuk Azospirillum(Sumber: Rao, 1982 dikutip dari Nana, 2011) Komponen Berat/Volume K2HPO4 6g

K2HPO4 Akuades Larutan tersebut

4g 500 ml

disterilkan secara terpisah dari larutan kedua dibawah ini : MgSO4 NaCl CaCl2 NH4Cl Asam malat NaOH Yeast extract Na2MoO4 MnSO4 H3BO3 Cu(NO3)2 ZnSO4 FeCl3 Akuades 0,2 g 0,1 g 0,02 g 1,0 g 5,0 g 3,0 g 0,05 g 0,002 g 0,001 g 0,0014 g 0,0004 g 0,0021 g 0,002 g 500 ml

Inokulan Azospirillum dapat dibuat dengan menggunakan beberapa macam bahan pembawa, misal gambut, pupuk kandang, arang dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketahanan hidup Azospirillum paling baik dicapai jika digunakan pupuk kandang (farm yard manur e) yang dicampur tanah dengan perbandingan 1:1 (Yuwono, 2006). Produksi Inokulan dimulai dengan penyiapan biakan pemula pada agar-agar miring hingga inokulasi ke dalam media perbanyakan sari khamir manitol (SKM) cair (Somasegaran dan Hoben 1994). Hasil perbanyakan ini digunakan sebagai biakan pemula untuk volume yang lebih besar di dalam fermentor, umumnya volume yang digunakan ialah 5-10% dari volume media cair dalam fermentor. Jenis fermentor yang digunakan biasanya fermentor airlift dan sistem tumpah (batch).

Isolat bakteri dibiakkan dalam media cair. Perbanyakan bakteri dilakukan dengan media spesifik Nitrogen Free-Base (NFB) untuk Azospirillum sp. Penyiapan pupuk hayati diawali dengan sterilisasi media cair sebagai media inokulasi dan gambut sebagai bahan pembawa. Media cair yang telah steril diinokulasi dengan isolat bakteri. Biakan diinkubasi selama 24 jam untuk B. subtilis, P. beteli, Azospirillum sp., sampai populasi bakteri mencapai 108 sel/ml. Kerapatan sel diamati dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm. Penghitungan jumlah bakteri dilakukan dengan kurva standar . Biakan disentrifus dengan kecepatan 5000 rpm selama 15 menit untuk memisahkan bakteri dengan media. Tabel 2. Media NFB Jenis bahan Kuantitas Asam malat K2HPO4 MgSO4 .7H2O NaCl CaCl2 Unsur mikro Bromthymol blue FeEDTA 1.64 % Vitamin KOH Agar Padat Semi solid Akuades Carrier Pupuk Hayati Padat Bahan pembawa atau carrier merupakan bahan tempat membawa sel hidup atau mikrob tertentu yang diinokulasikan di dalamnya dengan tujuan agar tetap hidup selama jangka waktu tertentu. Menurut Burton (1976 dan 1979) dalam Aji (1993) syarat-syarat bahan pembawa yang baik untuk inokulan diantaranya adalah: (1) tidak bersifat racun bagi mikrob inokulan, (2) kapasitas penyerapan dan kelembaban relatif baik, (3) mudah diproses dan tidak berbongkah, (4) mudah disterilisasi dengan menggunakan autoklaf maupun iradiasi Sinar Gamma, (5) tersedia dalam sumberdaya yang cukup (tidak terbatas), (6) murah, (7) kisaran pH netral dan (8) tidak beracun bagi tanaman. 5g 0,5 g 0,2 g 0,1 g 20 mg 2 ml 2 ml 4 ml 1 ml 4,8 g 15 20 g 1.75 g 1000 mL

Saat ini bahan dalam bentuk granul atau butiran dengan diameter 2-3 mm serta bahan alami berupa mineral liat (zeolit), bahan organik (gambut, kompos, arang, dan lain-lain) merupakan bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pembawa. Cara membuat carrier adalah dengan menghaluskan arang batok, zeolit, arang kayu dan gambut hingga memiliki ukuran partikel 0.5 mm 1.5 mm. Bahan pembawa terlebih dahulu dianalisis sifat kimianya untuk mengetahui karakteristik bahan itu sendiri. Pengukuran pH-H20 dilakukan menggunakan pH-meter dengan perbandingan sampel dan aquades sebesar 1:10. Pengukuran kadar air juga dilakukan melalui pengovenan dengan suhu 105 C selama 24 jam untuk mengetahui kelembaban bahan pembawa. Penghitungan awal total mikrob dilakukan untuk mengetahui jumlah mikr ob indigenus dalam bahan pembawa sebelum proses sterilisasi. Total mikrob ditumbuhkan dalam media Nutrient Agar dengan metode cawan hitung melalui seri pengenceran. Masing-masing bahan pembawa dikemas ke dalam plastik sebanyak 10 g. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dan meminimalkan kontaminasi pada saat melakukan seri pengenceran. Bahan pembawa dikemas ke dalam plastik tahan panas untuk sterilisasi autoklaf. Sterilisasi iradiasi Sinar Gamma Co-60 dan MBE menggunakan plastik HDP ( High Density Plastic) kemudian kemasan disegel dengan rapat menggunakan sealer. Pada media semi padat yang mengandung malat, Azospirillum dapat dilihat dari pembentukan pelicle berwarna putih, padat dan berombak. Pertumbuhan Azospirillum optimum pada suhu antara 32C 36C dan pH diantara 6.8 7.9 (Alexander, 1977).

Pupuk hayati berperan mempermudah penyediaan hara, dekomposisi bahan organik dan menyediakan lingkungan rhizosfer lebih baik yang pada akhirnya mendukung pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman. Sebelum Aplikasinya pupuk hayati (agen yang terkandung didalam) harus diperbanyak dengan beberapa teknik. Teknik yang digunakan adalah suatu cara untuk menyediakan tempat yang optimal untuk bakteri berkembang biak. Media/tempat pengembangbiakan inokulan haruslah sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan kondisi lingkungan hidup yang diinginkan bakteri yang akan diperbanyak. Formulasi inokulan umumnya dipersiapkan dalam bentuk cair. Kekurangan dari formulasi cair tersebut adalah rendahnya viabilitas inokulan selama masa penyimpanan, sulitnya dalam hal pendistribusian, penyimpanan dan pengaplikasian di lapang (Van Dyke dan Prosser, 2000). Penggunaan bahan pembawa menjadi solusi untuk mengatasi kekurangan dari formulasi inokulan cair. Untuk itu bahan pembawa menjadi unsur yang penting dalam menentukan kualitas pupuk hayati karena diharapkan mampu mempertahankan viabilitas dan menjaga keefektifan mikrob inokulan selama masa penyimpanan. Proses dalam perbanyakan juga dituntut kebersihannya sehingga menjaga media perbanyakan terkontaminasi oleh bakteri dan jamur yang tidak diinginkan

DAFTAR PUSTAKA Fadiludin, Muhammad. 2009. Efektivitas Formula Pupuk Hayati dalam Memacu Serapan Hara, Produksi, dan Kualitas Hasil Jagung dan Padi Gogo di Lapang. Bogor. Danapriatna, Nana dan Simarmata, Tualar. 2011.Viabilitas Pupuk Hayati Penambat Nitrogen (Azotobacter dan Azospirillum) Ekosistem Padi Sawah pada Berbagai Formulasi Bahan Pembawa . Sumedang. Widawati dan Muharam. 2012. Uji Laboratorium Azospirillum sp yang Diisolasi dari Beberapa Ekosistem. Bogor

Anda mungkin juga menyukai