Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus Ujian

Konjungtivitis Membranosa

Pembimbing:

dr. Djoko Heru Santoso, Sp.M

Disusun oleh : REYJEN 406117069

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA 2013 LAPORAN KASUS STATUS PASIEN

I.

Identitas Pasien a. Nama b. Alamat c. Usia d. Jenis kelamin e. Pendidikan terakhir f. Suku g. Agama h. Pekerjaan i. Status j. No. CM : : : : : : : : : : An. B Gendang Manis RT 10/RW 06 3 tahun Laki-laki TK Jawa Islam Tidak bekerja Tidak Menikah 660.029

II.

Anamnesis a. Anamnesis secara Alloanamesa pada ibu pasien pada tanggal 31 Juli 2013

b.

Keluhan utama Mata kanan dan kiri merah

c.

Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke poli mata dengan keluhan kedua mata merah. Mata merah dirasakan sejak satu minggu lalu disertai dengan bengkak terutama pada kelopak mata bawah. Pasien juga mengeluh kedua mata kotor dan lengket, terutama saat bangun pagi. Pasien juga menderita batuk yang tak kunjung sembuh sejak sekitar dua minggu lalu, dan pasien juga belum memeriksakan batuknya kepada dokter. Pasien tidak mengeluh gatal pada kedua mata Pasien mengaku tidak ada riwayat trauma ataupun kemasukan benda asing pada mata sebelumnya. Pasien sudah memeriksakan matanya ke poli klinik mata dan sudah mendapat pengobatan, pasien datang untuk kontrol yang pertama.

d.

Riwayat penyakit dahulu Riwayat Operasi mata: disangkal Riwayat Trauma mata: disangkal Riwayat memakai kacamata : disangkal Riwayat alergi: disangkal

e.

Riwayat keluarga Tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa

f.

Riwayat sosial ekonomi, kebiasaan Ayah pasien bekerja sebagai karyawan, pengobatan dibiayai pribadi. kesan: ekonomi cukup. Pasien senang bermain di lingkungan sekitar rumah.

III.

Pemeriksaan Fisik STATUS GENERALIS a. b. c. Keadaan umum Kesadaran Tanda vital 1. Nadi 2. RR : : 110 x/menit 24x/menit afebris : : baik compos mentis

3. Suhu :

STATUS OFTALMOLOGI Gambar: OD OS

. . . . .

Keterangan: 1. Injeksi Konjungtiva ODS

OCULI DEXTRA(OD) >3/60 Tidak dikoreksi Gerak bola mata normal, enoftalmus (-), eksoftalmus (-), strabismus (-) Edema (+), hiperemis(+), nyeri tekan (-), blefarospasme (-), lagoftalmus (-), ektropion (-), entropion (-) Edema (-), injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (-), infiltrat (-), hiperemis (+), membran (+) Warna putih dan tidak ikterik Bulat, edema (-), keratik presipitat (-)

PEMERIKSAAN Visus Koreksi Bulbus okuli

OCULI SINISTRA(OS) >3/60 Tidak dikoreksi Gerak bola mata normal, enoftalmus (-), eksoftalmus (-), strabismus (-) Edema (+), hiperemis(+), nyeri tekan

Palpebra

(-), blefarospasme (-), lagoftalmus (-) ektropion (-), entropion (-) Edema (-), injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (-),

Konjungtiva

infiltrat (-), hiperemis (+), membran(+) Warna putih dan tidak ikterik Bulat, edema (-),

Sklera

Kornea

keratik presipitat (-)

infiltrat (-), sikatriks (-) Jernih, kedalaman cukup, hipopion (-), hifema (-) Kripta (-), Warna coklat, edema ( -), sinekia (-) atrofi (-) Reguler, letak sentral, diameter: 3 mm, refleks pupil L/TL: +/+ Jernih Jernih Papil N II bentuk bulat, warna orange, batas tegas, CDR 0,3. Macula pucat, rasio A/V = 2:3, cotton wool spot (-), hard eksudat (-), neovaskularisasi (-), mikroaneurisma(-), perdarahan retina (-), copper wire (-) (+) cemerlang Normal (digital) Epifora (-), lakrimasi (-) (+) mukopurulen

Camera Oculi Anterior (COA) Iris

infiltrat (-), sikatriks (-) Jernih, kedalaman cukup, hipopion (-), hifema (-), Kripta (-), warna coklat, edema (-), sinekia (-), atrofi (-) Reguler, letak sentral, diameter: 3 mm, refleks pupil L/TL: +/+ Jernih Jernih Papil N II bentuk bulat, warna orange, batas tegas, CDR 0,3. Macula pucat, rasio A/V = 2:3, cotton wool spot (-), hard eksudat (-), neovaskularisasi (-), mikroaneurisma (-), perdarahan retina (-), copper wire (-) (+) cemerlang Normal (digital) Epifora (-), lakrimasi (-) (+) mukopurulen

Pupil

Lensa Vitreus Retina

Fundus Refleks TIO Sistem Lakrimasi Sekret

IV.

Resume Subyektif ODS merah sejak satu minggu yang lalu ODS kotor dan lengket terutama pada saat bangun pagi

ODS palpebra inferior bengkak Batuk sejak sekitar dua minggu lalu

Obyektif OCULI DEXTRA(OD) Edema (+), hiperemis(+), nyeri tekan (-), blefarospasme (-), lagoftalmus (-), ektropion (-), entropion (-) Edema (-), injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (-), infiltrat (-), hiperemis (+), membran (+) (+) mukopurulen Sekret Konjungtiva Palpebra PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS) Edema (+), hiperemis(+), nyeri tekan (-), blefarospasme (-), lagoftalmus (-) ektropion (-), entropion (-) Edema (-), injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (-), infiltrat (-), hiperemis (+), membran(+) (+) mukopurulen

V.

Diferential Diagnosis ODS konjungtivitis membranosa et causa Bakterial ODS konjungtivitis membranosa et causa virus ODS konjungtivitis membranosa et causa alergi ODS konjungtivitis membranosa et causa trauma kimia

VI.

Diagnosa Kerja ODS Konjungtivitis Membranosa et causa bakterial

VII.

Dasar Diagnosis Pemeriksaan mata didapatkan: ODS palpebra: Edem (+), Hiperemis (+) ODS konjungtiva: Injeksi konjungtiva (+), hiperemis (+), membran (+) ODS sekret (+) mukopurulen

Riwayat batuk sejak sekitar dua minggu lalu

VIII.

Penatalaksanaan Medikamentosa: 1. ODS Imatrol (Deksametason 1 mg, Polimiksin B Sulfat 6000 UI, Neomisin 3,5 mg) 4x2 tetes 2. ODS Tarivit (Ofloxacin) 0,3% 4x2 tetes 3. R/ Methylprednisolon 2 mg Vit C 1/3 tab Sacch Lactis q.s M.f.pulv dtd no. VI S 2 dd pulv 1 pc ttd

Operatif 1. Membranektomi

IX.

Prognosis Oculi Dextra (OD) Dubia ad bonam Dubia ad bonam Ad bonam Ad bonam Oculi Sinistra (OS) Dubia ad bonam Dubia ad bonam Ad bonam Ad bonam

Quo Ad Visam Quo Ad Sanam Quo Ad Kosmetikam Quo Ad Vitam

X.

Usul dan saran Usul Lakukan pemeriksaan darah lengkap Lakukan pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Lakukan kultur bakteri dan uji sensitifitas bakteri Saran Gunakan tetes mata dan minum obat secara teratur Kontrol secara teratur Menjaga kebersihan mata dan tidak mengucek mata Rawat bersama dokter spesialis anak

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA Konjungtiva merupakan suatu membran mukus tipis yang bervaskular dan normalnya terlihat mengkilap. Membrana ini membentuk saccus konjungtiva bersamaan dengan permukaan kornea. Konjungtiva bulbaris menempel secara longgar pada sklera dan menempel lebih kuat pada limbus. Konjungtiva palpebra merupakan permukaan lapisan dalam dari palpebra yang menghadap ke arah bulbi dan menempel pada tarsus. Konjungtiva palpebra membentuk lipatan longgar di fornix konjungtiva dimana akan bersambung dengan konjungtiva bulbaris. Di bagian

cantus medial, terdapat lipatan membran mukus yang berbentuk bulan sabit yang disebut dengan plica semilunaris. Saccus konjungtiva mempunyai 3 fungsi utama yaitu: 1. Untuk pergerakan bola mata. Adanya ruang antara sclera dan konjungtiva membuat bola mata dapat bergerak ke segala arah. 2. Lapisan artikulasi. Permukaan konjungtiva merupakan permukaan yang halus dan lembab sehingga sewaktu mata bergerak tidak terdapat trauma gesekan dengan permukaan tarsus. Tear film juga berfungsi sebagai lubrikan 3. Fungsi protektif Konjungtiva harus dapat melindungi mata terhadap mikroorganisme. Jaringan limfe terletak di bawah dari konjungtiva palpebra dan di fornix. Subsatansi antibakteri, imunoglobulin, interferon dan prostaglandin membantu melindungi mata

DEFINISI & PATOFISIOLOGI KONJUNGTIVITIS Konjungtivitis adalah proses inflamasi yang melibatkan permukaan dari mata dan ditandai dengan adanya dilatasi pembuluh darah, infiltrasi dan eksudasi. Ada 2 bentuk yang dikenal yaitu; a. Konjungitivitis akut Onset cepat dan awalnya inflamasi terjadi unilateral dan diikuti dengan mata yang kedua dalam waktu 1 minggu. Durasi penyakit biasanya kurang dari 4 minggu. b. Konjungtivitis kronik Durasi penyakit lebih dari 3 4 minggu Penyebab konjungtivitis dapat jatuh kedalam 2 kategori, yaitu a. Infeksius Penyebabnya yaitu bakteri, virus, parasit, jamur b. Noninfeksius Penyebabnya yaitu iritasi persisten, alergi, toxik, dan disebabkan oleh penyakit lain (cth: Steven-johnson syndrome) Gejala tipikal konjungtivitis yang ditunjukkan pasien seperti mata kemerahan dan kelopak mata yang lengket pada pagi hari karena adanya peningkatan sekresi. Konjungtivitis juga dapat menyebabkan pembengkakan dari kelopak mata, dimana kelopak mata pasien akan terlihat sebagian tertutup (pseudoptosis). Adanya rasa benda asing, tekanan dan rasa terbakar biasanya dikeluhkan penderita, meskipun gejala dapat berbeda-beda pada setiap orang. Rasa gatal yang luar biasa menandakan adanya reaksi alergi. Fotofobia dan lakrimasi dapat dikeluhkan

juga oleh penderita. Adanya blepharospasme pada pasien yang menderita konjungtivitis menandakan keterlibatan kornea (keratokonjungtivitis). Mata merah (hiperemia) merupakan tanda tipikal pada konjungtiva. Injeksi konjungtiva biasanya disebabkan oleh adanya peningkatan pengisian darah pada pembuluh darah konjungtiva, dimana paling banyak terjadi di fornix konjungtiva. Tanda hiperemi selalu ada pada semua bentuk konjungtivitis. Namun, visibilitas pembuluh darah, lokasi dan ukuran merupakan kriteria yang penting untuk diagnosis banding. Keratitis atau skleritis dapat dibedakan dengan konjungtivitis berdasarkan jenis injeksi ini. Beberapa jenis injeksi: a. Injeksi konjungtiva Merah terang, ikut bergerak bila konjungtiva digerakkan, makin kecil ke arah limbus b. Injeski perikornea Pembuluh darah superfisial, sirkuler atau terbatas di sekitar limbus c. Injeksi silier Susah dilihat dengan jelas, berwarna terang, tidak ikut bergerak bila konjungtiva digerakkan. Terletak di sekitar limbus d. Injeksi gabungan

KLASIFIKASI KONJUNGTIVITIS Berdasar waktunya KONJUNGTIVITIS AKUTA: conjunctivitis catarrhalis acuta o Kausa : Virus (adenovirus)

o Tanda khas : Pada awalnya sekret cair (serous), karena exudat tidak mengandung fibrin. Setelah beberapa hari sekret kental sehingga kalau pagi mata menjadi dempet (Ini disebabkan sudah ada infeksi tambahan dari kuman komensal coccen yang ada di mata) o Jenis secreet : mucous/muco-purulent. (bila purulent maka tidak termasuk conjunctivitis catarrhalis tetapi telah termasuk conjunctivitis purulenta/ blenorrhoe). conjunctivitis purulenta o Penyebabnya ialah kuman yang virulent misalnya gonococc, meningococ, inclusion virus(chlamidia spc). o Karakteristik dari conjunctivitis purulenta Secreetnya purulent. Mula-mula secreet sereus sampai serosanguinis dan dengan cepat berubah menjadi purulent. Dalam 2 hari palpebra dapat bengkak seperti papan (keras sekali). Dapat timbul chemosis. Jalan penyakit hyperacut. Karena Kuman Go mengeluarkan toxin yang bersifat proteolytic enzim Masa incubasi : 48 jam - 5 hari. conjunctivitis membranosa o Definisi : merupakan konjungtivitis dengan pembentukan membran yang menempel erat pada jaringan di bawah konjungtiva. Pengangkatan membran ini akan menimbulkan perdarahan. o Etiologi : Diffteria Pneumokok Stafilokok Infeksi adenovirus selain dari pada disebabkan penyakit Steven Johnson o Biasanya ditemukan pada anak yang tidak mendapat suntikan imunisasi o Bila ringan akan didapatkan sekret yang mukopurulen dan kelopak bengkak, sedang pada yang berat dapat terjadi nekrosis atau konjungtiva yang biasanya terjadi pada hari keenam. Pada hari ke 6-10 dapat terjadi penyulit tukak pada kornea akibat infeksi sekunder, dan lepasnya sekret yang banyak. Dapat terjadi perlekatan antara konjungtiva atau simblefaron. o Sangat jarang terjadi paralisis pasca difteri seperti gangguan akomodasi. Diobati sebagai difteri, berupa penisilin, serum antidifteri. conjuctivitis haemorhagica

KONJUNGTIVITIS KRONIK conjunctivitis catarrhalis chronic Causa : staphylococcen, diplobacillus Morax-Axenfeld. Paling senang pada canthus internus dan externus sehingga terjadi blepharitis angularis. Therapi : drug of choice untuk coccen ialah penicilin dan sulfa preparat. Pada bentuk chronis,conjunctiva mengalami hypertrophie dan terbentuk follicel pada conjunctiva palpebra conjunctivitis phlyctaenularis a. Definisi : merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu b. Etiologi : Oleh karena alergi (hipersensitivitas tipe IV) terhadap : Tuberkuloprotein Stafilokok Limfogranuloma venerea Leismaniasis Infeksi parasit Infeksi ditempat lain dalam tubuh c. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada anak-anak didaerah padat, yang biasanya dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran napas. d. Gambaran histopatologik : Terlihat kumpulan sel leukosit neutrofil dikelilingi sel limfosit, makrofag, dan kadang-kadang sel datia berinti banyak. Flikten merupakan infiltrasi selular subepitel yang terutama terdiri atas sel monokular limfosit. e. Bisanya konjungtivitis flikten terlihat unilateral dan kadang-kadang mengenai kedua mata. Pada konjungtiva terlihat sebagai bintik putih yang dikelilingi daerah hiperemi. f. Pada pasien akan terlihat kumpulan pembuluh darah yang mengelilingi suatu tonjolan bulat dengan warna kuning kelabu seperti suatu mikroabses yang biasanya terletak didekat limbus. Biasanya abses ini menjalar ke arah sentral atau kornea dan terdapat tidak hanya satu. g. Gejala : Mata berair Iritasi dengan rasa sakit Fotofobia dapat ringan hingga berat Bila kornea ikut terkena selain daripada rasa sakit, pasien juga akan merasa silau disertai blefarospasme. h. Penatalaksanaan :

Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu, dengan kemungkinan terjadi kekambuhan. Keadaan akan lebih berat bila terkena kornea. Pengobatan dengan diberi steroid topikal Diberi midriatika bila terjadi penyulit pada kornea Diberi kaca mata hitam karena adanya rasa silau yang sakit Perhatikan higiene mata dan diberi antibiotik salep mata waktu tidur, dan air mata buatan Diberi vitamin dan makanan tambahan (pada anak gizi kurang) conjunctivitis vernalis o Biasanya terdapat pada anak-anak o Kadang-kadang terdapat pada orang dewasa muda (sampai umur 30 tahun). Merupakan penyakit allergi,timbul terutama pada musim panas (kemarau). o Sebabnya : Mungkin karena udara yang panas, banyak berdebu, alergi erbuk bunga Mungkin karena kumannya banyak pada musim panas, Yang pasti belum diketahui. o Karakteristik : Papillair hypertrophie dapat sangat excessive sehingga berbentuk seperti coble stone pavement.(Susunan batu kali) Terjadi hypertrophie jaringan pengikat pada stratum papillare yang lama-lama akan mengalami degenerasi hyalin sehingga berwarna abu-abu/ biru keputihan. Kambuh pada musim panas, hilang pada musim penghujan. o Ada 2 type : Type palpebra/tarsal : gambaran coble stone. Type bulbair/limbal : Terjadi papillair hypertrophie,daerah limbus. Ada yang mengatakan terjadi gelatinous degenerasi.

o Therapi : Antihistaminica. Antiphlogistik

Cauterisasi Radiasi Operasi sampai di tarsus (eksisi)

conjunctivitis trachomatosa o o o o Penyebabnya adalah : Chlamydia Trachomatosa (Virus) Sifat penyakit : chronis exacerbasi. Gejala yang menyolok gatal dan ngeres (seperti klilipen). Tanda-tanda klinik hanya inflamasi ringan. Secreet :moucous, palingpaling muco-purulent.

conjunctivitis allergica o Terutama pada anak-anak kecil karena peka terhadap suatu toxin. o Terjadi hypertrophie kecil karena peka terhadap suatu toxin. o Causa : Toxin dari microorganisme (coccen/ morax-axenfeld). Obat-obatan :pilocarpin, eserin,miotica anti glaucoma. Sulfas atropin:dermatitis allergica pada kulit palpebra o Dapat dicoba dengan patch test pada palpebra o Keluhan : ada rasa gatal.

Berdasar etiologinya a. konjungtivitis bacterial Tanda dan gejala : Kemerahan bilateral. Eksudat purulent dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur. Udem palpebra ( jarang ).

Untuk Konjungtivitis ok kuman GO didapatkan tanda/gejala : Eksudasi masif. Kemosis berat. Preaurikuler limfadenopati. Jika tidak tertangani dengan baikinfiltrasi kornea kornea

luluhperforasi. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan swab secret mata untuk dilakukan : Pengecatan Gram : kuman penyebab. Pengecatan Giemsa : sitologi konjungtiva

Penatalaksanaan : disesuaikan dengan kuman penyebab. 1. Konjungtivitis GO : a. Antibiotika sistemik : Ceftriaxone 1 gr im bila tidak dijumpai perforasi kornea. Ceftriaxine 1 gr iv/12 jam selama 3 hari berturut-turut bila dijumpai perforasi kornea. Injeksi PP/ Garamycin. Tetes gentamycin tiap jam atau tetes PP 15.000 IU tiap jam. Bersihkan secret tiap jam dan irigasi dengan normal saline tiap jam. Isolasi ( jika sangat infeksius ). b. Antibiotika topical: eritromisin EO, basitrasin EO, gentamisin EO, siprofloksasin ED. 2. konjungtivitis oleh karena klamidia a. Stadium klinis : - Prefolikel

Folikel

Sikatriks

Sanata

b. tanda-tanda berikut : TF : lima/> folikel pada konjungtiva tarsal superior. TI : infiltrasi difus dan hipertrofi papiler konjungtiva tarsal superior yang sekurang-kurangnya menutupi 50 % pembuluh darah profunda normal. TS : parut konjungtiva trakomatosa. TT : trikiasis/entropion.

CO : kekeruhan kornea. c. Komplikasi : entropiontrikiasiserosikorneainfeksisikatriksvisus d. Pemeriksaan penunjang : Laboratorium : 1. Sitologi Giemza : inclusion bodies 2. Fluorescin antibody 3. Ensim immuno assay test e. Penatalaksanaan : Tetrasiklin 1 1,5 gr/hr selama 3 4 minggu Eso : hepatotoksik, Depresi sumsum tulang Doksisiklin 2 x 100 mg selama 3 minggu Azitromisin dosis tunggal ( mahal ) Topikal Topikal diberikan 4 x sehari selama 6 minggu. 1. Tetrasiklin salep 2. Sulfonamid 3. Eritromisin 4. Rifampin b. konjungtivitis oleh karena virus o Penyebab : 1. Adenovirus type 3,4,7 ( Demam faringokonjungtival ) 2. Adenovirus type 8,19,29,37 ( Keratokonjungtivitis epidemika ) 3. Virus Herpes Simpleks o Tanda dan gejala : 1. Demam ( Demam Faringokonjungtival ) 2. Folikel di konjungtiva palpebra 3. Pembesaran kelenjar limfe pre aurikuler a. Nyeri tekan pada Keratokonjungtivitis epidemika b. Tidak nyeri tekan pada Demam faringokonjungtival o Pemeriksaan laboratorium : sitologi Giemsa sel mononukleus o Penatalaksanaan : 1. Self limited. 2. Kompres dingin agar nyaman. 3. Topikal vasokonstriktor. 4. Topikal antibiotika bila terdapat kecurigaan sekunder infeksi. 5. Konjungtivitis Herpes Simpleks : a. Topikal antiviral Asiklovir 2 gr/hr slm 7-10 hari 6. Istirahat. c. konjungtivitis oleh karena alergi

o Konjungtivitis vernalis Reaksi alergi type I dan IV Laki-laki lebih banyak darpada wanita Usia pra pubertas dan berlangsung selama 5 10 tahun. o Ada 2 type : 1. Type palpebral Cobble stone di daerah konjungtiva palpebra superior > inferior. 2. Type limbal Trantas dot pada daerah limbus. o Pemeriksaan laboratorium : eosinofil >> o Penatalaksanaan : 1. Anti histamine : klorfeniramine maleat. 2. Mast stabilizer : sodium kromoglikat. 3. Steroid topical ( hati-hati pada penggunaan jangka panjang ) ESO : katarak, Glaucoma Steroidimunosupresan, karena reaksi hipersensitivitas tipe I (diberikan pada saat mata merah sekali)

Daftar Pustaka

Ilyas, H.S. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta PERDAMI, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta. Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta

http://www.aoa.org/conjunctivitis.xml http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001010.htm

Anda mungkin juga menyukai