Anda di halaman 1dari 12

DINAS PENDIDIKAN NASIONAL PROGRAM STUDI GEOFISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA

PROPOSAL KERJA PRAKTEK


SEISMIC DATA PROCESSING
PT. WAVIV TECHNOLOGIES

Disusun Oleh :

Catur Ragil Yuni Pertiwi 10/300702/PA/13341

YOGYAKARTA 2012

PROPOSAL KERJA PRAKTEK SEISMIC DATA PROCESSING I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai salah satu metode dalam geofisika, metode seismic banyak digunakan dalam kegiatan eksplorasi, terutama eksplorasi yang berkaitan dengan hidrokarbon. Keunggulan dari metode ini adalah memiliki tingkat akurasi, resolusi dan penetrasi yang lebih tinggi. Dalam perkembangannya metode ini sangat berkembang pesat yang disertai dengan teknologi tinggi dalam hal akuisisi data, pemrosesan data seismic, sampai dengan interpretasi data seismik. Dalam penggunaannya, metode seismik ini sangat populer di dunia perminyakan, hal ini dikarenakan data hasil interpretasinya bersifat akurat, juga dapat mendeskripsikan kondisi bawah permukaan bumi secara geologi. Prinsip dari metode seismik adalah dengan menembakkan sumber gelombang dari suatu titik tertentu di muka bumi. Karena material bumi yang bersifat elastis maka gelombang seismik akan merambat ke segala arah di dalam tanah. Dalam penjalarannya gelombang seismik tersebut akan mengalami pemantulan(refleksi), pembiasan (refraksi) dan hamburan (defraksi) apabila mengenai bidang kontak antar batuan yang secara fisis memiliki sifat yang berbeda. Secara umum survei seismik dibagi menjadi tiga tahap agar dapat menghasilkan informasi yang akurat dan bernilai ekonomis, yaitu : 1. Seismic data aquitition. Persiapan awal yang harus dilakukan adalah menentukan parameterparameter lapangan yang cocok, dari suatu daerah yang hendak di survei. Penentuan parameter ini sangat penting karena akan menentukan kualitas data yang diperoleh. Maksud dari penentuan parameter awal dalam suatu rancangan survey (akuisisi data) yang dipilih sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaan akan diperoleh informasi target selengkap mungkin dengan noise serendah mungkin. 2. Seismic data processing. Data seismik yang direkam dalam pita magnetic di lapangan akan diproses di pusat pengolahan data seismik. Tujuan dari pengolahan data seismik

adalah menghasilkan penampang seismik dengan S/N (signal to noise ratio) yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan refleksi, sehingga dapat diinterpretasikan keadaan dan bentuk dari perlapisan di bawah permukaan bumi seperti apa adanya. Dengan demikian pengolahan data seismik merupakan pekerjaan untuk meredam noise dan memperkuat sinyal. 3. Seismic data interpretation Interpretasi data seismik secara geologi merupakan tujuan dan produk akhir dari pekerjaan seismik. Interpretasi yang dimaksud adalah menentukan atau memperkirakan arti geologis data-data seismik. Sering interpretasi juga termasuk reduksi data, pemilihan event-event tertentu di lokalisasi reflector atau target yang akan dicari. Dari hasil interpretasi ini kemudian diuji dengan data-data yang lain. Dari ketiga rangkaian kegiatan dalam metode seismik ini maka tujuan akhir dari suatu pekerjaan eksplorasi bisa didapatkan hasilnya, yaitu berupa informasi geologi dari daerah survey yang kemudian bisa ditindaklanjuti dengan kegiatan yang lain didalam perusahaan, yang berkelanjutan. Oleh karena itu untuk mengetahui tentang tahapan-tahapan dalam interpretasi data seismik, penulis bermaksud untuk mengikuti praktek kerja di PT. Waviv Technologies. Selain itu nantinya akan berguna dan bermanfaat dalam dunia kerja. I.2. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut : 1. Mengenal, memahami dan melaksanakan pengolahan data seismic (seismic data processing). 2. Memberikan pengalaman kerja yang sesungguhnya kepada mahasiswa sebagai bekal untuk terjun ke dunia kerja. 3. Memenuhi salah satu mata kuliah wajib Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada.

II. DASAR TEORI Komponen dari rekaman data seismik adalah berupa sinyal dan noise. Tujuan dari pemrosesan data seismik adalah menghasilkan penampang seismik dengan S/N (signal to noise ratio) yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan refleksi, sehingga dapat diinterpretasikan keadaan dan bentuk dari perlapisan di bawah permukaan bumi seperti apa adanya. Secara umum tahapan pengolahan data seismik dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu : 1. Pengaturan rutinitas data. 2. Koreksi akibat geometri. 3. Diagnosis sifat-sifat dan masalah-masalah yang ada. 4. Penonjolan data (data enhancement). II.1. Pengaturan Rutinitas Data. Program rutin ini mengerjakan reformating, sorting, dan editing. Reformating termasuk demultiplexing, pelabelan dan trace gathering. II.1.1. Demultiplexing Apabila pada perekaman di lapangan data tersimpan secara multiplex, maka untuk pengolahan selanjutnya data perlu diurutkan kembali berdasarkan urutan data dari stasiun penerimanya (trace). Pengurutan data menjadi berdasarkan stasiun penerima ini disebut demultiplexing. Gelombang seismik yang terpantul beserta noise dan gelombang

lainnya diterima oleh geophone masih berupa analog. Data etrsebut dapat direkam pada pita magnetik seperti cardtridge, exabyte, tape, dan piringan pita. Gelombang analog ini dicuplik menjadi digital dengan menggunakan multipxer pada interval tertentu saat perekaman. Setiap sampel, setelah dikonversikan menjadi bilangan-bilangan, ditulis pada pita magnetik tanpa diatur kembali menurut data aslinya. Dapat dikatakan bahwa data seismik pada pita magnetik dari lapangan ditulis menurut kelompok sampel, bukan menurut kelompok kanal atau trace. Oleh sebab itulah perlu dilakukan demultiplexing, yaitu mengatur kembali urutan

sampel tersebut berdasarkan kelompok kanal atau trace-nya, dan mengubah multiplexed trace menjadi seismic trace dalam deret waktu. Saat ini telah terdapat proses perekaman data seismik dalam bentuk demultiplex yang lebih mudah dan lebih hemat dari segi biaya pada waktu pengambilan data seismik refleksi. II.1.2 Geometri dan Pelabelan Secara umum geometri adalah proses untuk memasukkan parameterparameter lapangan untuk mendapatkan model yang ideal sesuai dengan parameter geometrinya dan juga untuk mengetahui hubungan antara shot point dan penerima yang akan dipergunakan dalam koreksi statik. Geometri merupakan proses pendefinisian identitas setiap trace yang berhubungan dengan shot point, posisinya di permukaan ( end off spread atau split spread ) jarak (offset) terhadap shot point-nya, kumpulan CDP, kedalam suatu koordinat tertentu. Data yang digunakan sebagai data masukkan adalah observer report. Adapun pelabelan merupakanproses pencocokan nomor perekaman dengan nomor shotpoint. Hasil pelabelan berisi informasi, nomor lokasi shoot, nomor record, nomor CDP, nomor trace, nomor offset, dan sebagainya. II.1.3 Trace Gathering Untuk memudahkan analisis dan mempercepat pemrosesan data seismik maka dilakukan trace gathering. Trace gathering yait proses penggabungan atau pengelompokan berdasarkan beberapa kesamaan dari masing-masing trace yang berupa Common Source Point (CSP), Common Depth Point (CDP), Common Offset (CO), Common Receiver (CR) disebut race gathering. II.1.4 Gain Recovery Fungsi gain recovery diterapkan pada data untuk mengkoreksi efek divergensi amplitudo wavefront (spherical). Dalam penerapan spreading

geometri, yang tergantung pada travel time dan rerata primary velocity yang tergabung dengan refleksi di dalam area survey. Sebagai tambahan exponential gain function mungkin digunakan untuk mengkompensasi

atenuasi. Lebih baik apabila dilakukan filter data dengan band-pass filter yang lebar sebelum dekonvolusi. Gain (penguatan) yang dikenakan pada trace seismik di lapangan berbentuk suatu fungsi yang tidak smooth, karena harganya bisa naik atau turun secara otomatis (instanteneous floating point) maka mengakibatkan distorsi, tetapi fungsi gain tersebut ikut terekam di dalam pita magnetik. Saat pengolahan data, fungsi gain tadi ditiadakan dengan cara mengalikan hargaharga trace seismik dengan kebalikan dari fungsi gain, kemudian dihitung harga rata-rata amplitudo trace sismik tersebut menurtut fungsi waktu. Dari sini bisa ditentukan parameter-parameter fungsi gain yang baru sedemikian rupa sehingga fungsi gain yang dipergunakan menjadi smooth. Fungsi gain yang benar akan menghasilkan trace sismik dengan perbandingan amplitudoamplitudo sesuai dengan perbandingan dari masing-masing koefisien refleksinya. II.2. Koreksi Akibat Geometri II.2.1 Koreksi Statik Kedudukan sumber seismik dan receiver di permukaan bumi, pada kenyataannya sangat bervariasi ketinggiannya. Sehingga gelombang seismik yang merambat akan melalui lapisan lapuk yang bervariasi ketebalannya akan mengakibatkan adanya perbedaan waktu tempuh terhadap suatu datum referensi. Hal ini diperlukan agar perubahan waktu reflektor dalam penampang rekaman dapat dianggap seluruhnya berasal dari subsurface dan agar pada masing-masing trace dalam CDP gather dapat disesuaikan untuk menjaga sinyal agar tetap maksimal saat distack. Ketelitian koreksi statik akan mempengaruhi kualitas penampang seismik pada kontinyuitas refleksi, struktur geometri, resolusi dan keakuratan analisa kecepatan

II.2.1.1. Koreksi Lapisan Lapuk Koreksi lapisan lapuk pada dasarnya menggantikan waktu rambat yang sebenarnya saat melalui lapisan lapuk dengan waktu rambat yang dihitung. Waktu rambat yang dihitung diperoleh dari perhitungan waktu rambat di lapisan lapuk yang telah diganti pada tebal yang sama oleh lapisan di bawahnya (lapisan yang tidak lapuk dengan kecepatan yang lebih tinggi). Tebal lapisan lapuk diperoleh dari satu atau lebih survey up hole II.2.1.2. Koreksi ketinggian Efek topografi terhadap waktu rambat gelombang refleksi dapat dihilangkan dengan koreksi elevasinya, yaitu dengan membawa (seolah-olah) sumber dan geophone kepada datum (E=0). II.2.2 Analisa Kecepatan Untuk memperbaiki rasio S/N, multifold dicover dengan informasi lapangan non-zero offset sekitar subsurface. Analisa kecepatan dikerjakan pada CMP gather terseleksi atau group gather. Output dari suatu tipe analisa kecepatan adalah tabel nomor sebagai fungsi kecepatan vs two way zerooffset time (velocity spectrum). Nomor-nomor tersebut mewakili beberapa pengukuran sinyal koheren sepanjang trayektori hiperbolik yang diatur oleh velocity, offset dan travel time. Pasangan velocity terseleksi dari spektra ini didasarkan pada puncak koheren maksimum. Dalam area spektrum yang komplek,spectra velocity sering tidakakurat. Bila dijumpai kasus ini, data distack dengan range velocity yang konstan, dan velocity stack yang konstan itu sendiri digunakan dalam picking velocities. II.2.3 Koreksi NMO Koreksi NMO diperlukan karena untuk satu titik di subsurface akan terekam oleh sejumlah geophone sebagai garis melengkung (hiperbola). Distorsi frekuensi meningkat saat yang pendek dan offset yang besar. Untuk

mencegah gradasi khususnya kejadian dangkal, zona distorsi dihapus (muted) sebelum stacking. Di dalam CDP gather koreksi NMO diperlukan untuk mengoreksi masing-masing CDP-nya agar garis lengkung tersebut menjadi lurus, sehingga pada saat stack diperoleh sinyal yang paling maksimal. Akhirnya CMP stack didapat dengan menjumlah offset. Koreksi NMO disebut juga koreksi dinamik (non-statik). II.2.4 Koreksi Migrasi Event kedalaman yang kemudian pindah kepada posisi subsurface yang sebenarnya dan difraksi dengan memigrasi stacked section menggunakan velocity medium. Migrasi dilakukan pada kawasan CDP gather dengan tujuan untuk memfokuskan reflektor dan menggeser posisi reflektor ke posisi yang sebenarnya. Proses migrasi diperlukan karena rumusan pemantulan pada CMP yang diturunkan berasumsi pada model lapisan datar, apabila lapisannya miring, maka letak titik CMP atau reflektornya akan bergeser. Untuk mengembalikan titik reflektor tersebut ke posisi sebenarnya disebut koreksi migrasi atau migrasi saja. II.3. Penguatan Data. II.3.1 Koreksi Statik Residu Untuk memperbaiki kualitas stacking, koherensi statik residu dilakukan moveout terkoreksi CMP gather. Hal ini dilakukan ragam surface-consistent, time shift tergantung hanya pada lokasi shot dan receiver. Perkiraan koherensi residual diterapkan pada CMP gather observasi tanpa koreksi NMO. Analisa kecepatan sering diulang untuk memperbaiki velocity pick. Dengan perbaikan tersebut, CMP gather menjadi NMO terkoreksi. II.3.2 Stacking Diagram dan CDP Gather Trace-trace penyusun CDP dari data seismik refleksi pada metode multiple coverage terekam dalam sejumlah p record. Penggabungan tracetrace tersebut akan menghasilkan sebuah trace baru yang menggambarkan

satu CDP dengan kualitas data yang lebih baik yaitu amplitudo random noisenya akan tereduksi. Sebelum dilakukan penggabungan trace-trace yang melalui satu CDP, perlu dilakukan penyortiran record-record yang menyusun CDP tersebut. Penyortiran trace-trace ini disebut dengan CDP gathering dan hasilnya disebut dengan CDP gather atau CMP gather. Untuk memperoleh CDP gather yang benar kita harus mengetahui trace-trace yang menyusun suatu CDP tertentu, yang dapat diketahui dari stacking diagram. Stacking diagram bisa dibuat berdasarkan parameter lapangan yang biasanya dicatat pada kertas dan sebagian dimasukkan pada header data pada tape. Parameter lapangan ini adalah bentuk spread, interval shot poit, interval receiver, coverage, perpindahan shot point (spread roll-up), elevasi stasion, kedalaman sumber, uphole time dan yang penting juga diperhatikan adalah satuan yang dipakai apakah dalam meter atau feet. II.3.3 Pre Stack Time Migration (PSTM) Pre Stack Time Migration dilakukan pada kawasan dengan dip yang bisa dirubah misalnya pada Common Offset domain. Hal ini merupakan proses migrasi yang dilakukan sebelum proses stacking. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan akurat. II.3.4 Filtering Data seismik mengandung informasi sinyal yang harus terjaga selama dalam pemrosesan, tetapi data tersebut juga mengandung noise yang harus dihilangkan. Dalam survey seismik pantul, noise yang masuk dapat bersifat koheren dan random. Nlombang langsung, goise koheren seperti gelombang permukaan, gelombang bias, multiple dan lain-lain. Sedangkan noise random sumber danletaknya tidak jelas, namun demikian dapat dimatikan atau direkam. Ada dua jenis filter yang digunakan, yaitu : 1. Filter frekuensi (satu dimensi) Hanya meredam frekuensi tertentu yang tidak diinginkan. Tipe filter ini berupa low pass filter, high pass filter, band pass filter, dan notch filter. Filter di dalam pengolahan data pada

umumnya bersifat zero phase, sehingga tidak menggeser phase data. 2. Filter F-K (dua dimensi) Digunakan untuk meredam noise yang memiliki frekuensi sama dengan frekuensi sinyal tetapi bilangan gelombangnya berbeda. Ada dua jenis filter F-K, yaitu notch dan band pass filter. II.3.5 Equalization Adalah proses untuk menaikkan atau menurunkan harga amplitudo tanpa merubah perbandingan amplitudo refleksi-refleksinya. Dalam hal ini digunakan window yang panjang, setelah harga rata-rata diperoleh dalam window tersebut dicari faktor skalanya atau faktor pengali sedemikian rupa sehingga harga rata-rata itu menjadi suatu harga yang dikehendaki (2). Faktor skala yang diperoleh, dipergunakan untuk mengalikan semua amplitudo trade tersebut. Bila digunakan banyak window (overlap/baku tindih 50%) maka faktor skala setiap window dikalikan amplitudo trace di windownya masing-masing. Pada daerah baku tindih dilakukan interpolasi. II.3.6 Plotting Pengolahan data dianggap selesai kalau hasil pengolahan telah di plot pada film. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada plot film adalah : 1. Skala horizontal (trace/mm atau trace/inch) dan skala vertikal (detik/cm). 2. Bias (dinyatakan dalam %) yaitu tebal garis trace terhadap jarak antara dua trace. 3. Display mode, bisa wiggle saja, wiggle variable area atau wiggle variable saja. 4. Polaritas (normal/reverse) dan garis waktu (timing line). 5. Informasi pada film (titik perpotongan lintasan, sumur, dll). 6. Arah plot, harus sesuai dengan arah penembakan lintasan. Gain, fokus, sambungan film (bila perlu penyambungan) harus sama densitasnya. III. RENCANA KERJA PRAKTEK III.1. Bidang Studi Bidang studi yang akan dipelajari dalam kerja praktek ini meliputi seismic data processing dengan menggunakan fasilitas yang telah disediakan perusahaan.

III.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja praktek ini diharapkan dapat terlaksana pada : Tanggal Tempat Alamat : 25 Februari 2013-25 Maret 2013 : PT. Waviv Technologies : Jalan Bahureksa no 9 Bandung, Jawa Barat Jadwal Kegiatan
Minggu ke No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kegiatan 1 Studi Literatur Persiapan Pengolahan Pembuatan Laporan Konsultasi Laporan Presentasi (Seminar) 2 3 4

IV. PENUTUP Demikian proposal ini kami sampaikan dengan harapan rencana kerja praktek ini dapat diterima dan terlaksana sebagaimana mestinya.

LEMBAR PENGESAHAN

Menyetujui, Dosen Pembimbing Kerja Praktek Pemohon

Dr. rer. nat Wiwit Suryanto

Catur Ragil Yuni Pertiwi

Mengetahui, Ketua Program Studi Geofisika FMIPA UGM

Prof. Dr. Sismanto M.Si

Anda mungkin juga menyukai