Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukanya sebagai barang buangan yang disebut sampah. Sampah secara sederhana diartikan sebagai sampah organik dan anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi di suatu daerah. Sumber sampah umumnya berasal dari perumahan dan pasar. Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume sampah yang sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir (TPA), pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan kebijakan dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah yang

menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di tempat pembuangan akhir (TPA).

Buangan padat atau sampah adalah segala sesuatu yang tidak diinginkan keberadaannya oleh manusia pada waktu tertentu. Pada awalnya sampah tidaklah menjadi masalah bagi manusia dan lingkungan karena sampah yang dibuang ke tanah karena jumlahnya yang sedikit sehingga masih dapat diolah sendiri oleh alam, namun sekarang jumlah manusia yang membuang sampah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dari luas area tanah penerimanya sehingga dibutuhkan sebuah bentuk pengolahan oleh manusia agar tidak menimbulkan dampak terhadap manusia dan lingkungan.

Oleh karena itu diadakanlah praktikum timbulan sampah agar praktikan dapat mengetahui jenis-jenis sampah serta mengetahui berapa banyak timbulan sampah yang dihasilkan suatu daerah per-harinya.
34

1.2 Tujuan Praktikum


a. Mengetahui pengertian timbulan sampah. b. Mengetahui faktor-faktor komposisi sampah. c. Mengetahui berat timbulan sampah per kawasan.

35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Timbulan Sampah


Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu (Departemen PU, 2004). Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas recovery material, dan fasilitas Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) sampah. Timbulan sampah biasanya dinyatakan dalam (Damanhuri, 2004) : a. Satuan berat : kilogram per orang per hari (kg/o/h), kilogram per meterpersegi bangunan per hari (kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur per hari (kg/bed/h). b. Satuan volume : liter per orang per hari (l/o/h), liter per meter-persegi bangunan per hari (l/m2/h) atau liter per tempat tidur per hari (kg/bed/h).

Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun di masa mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian sistem pengelolaan persampahan. Prakiraan rerata timbulan sampah merupakan langkah awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Satuan timbulan sampah biasanya dinyatakan sebagai satuan skala kuantitas per orang atau per unit bangunan dan sebagainya. Rata-rata timbulan sampah tidak akan sama antara satu daerah dengan daerah lainnya, atau suatu negara dengan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain (Damanhuri, 2004): 1. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya. 2. Tingkat hidup. 3. Perbedaan musim. 4. Cara hidup dan mobilitas penduduk. 5. Iklim.
36

6. Cara penanganan makanannya.

2.2 Komposisi Sampah


Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen yang terdapat pada sampah dan distribusinya. Data ini penting untuk mengevaluasi peralatan yang diperlukan, sistem, pengolahan sampah dan rencana manajemen persampahan suatu kota. Pengelompokkan sampah yang paling sering dilakukan adalah berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat atau % volume dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan dan sampah lain-lain (Damanhuri, 2004).

Semakin sederhana pola hidup masyarakat semakin banyak komponen sampah organik (sisa makanan dll). Dan semakin besar serta beragam aktivitas suatu kota, semakin kecil proporsi sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga.

Komposisi

sampah

dipengaruhi

oleh

faktor-faktor

sebagai

berikut

(Tchobanoglous, 1993): 1. Frekuensi pengumpulan. Semakin sering sampah dikumpulkan, semakin tinggi tumpukan sampah terbentuk. Sampah kertas dan sampah kering lainnya akan tetap bertambah, tetapi sampah organik akan berkurang karena terdekomposisi. 2. Musim. Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung. 3. Kondisi Ekonomi. Kondisi ekonomi yang berbeda menghasilkan sampah dengan komponen yang berbeda pula. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu masyarakat, produksi sampah kering seperti kertas, plastik dan kaleng cenderung tinggi, sedangkan sampah makanannya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh pola hidup masyarakat ekonomi tinggi yang lebih praktis dan bersih.

37

4. Cuaca. Di daerah yang kandungan airnya cukup tinggi, kelembaban sampahnya juga akan cukup tinggi; 5. Kemasan produk. Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi komposisi sampah. Negara maju seperti Amerika banyak menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.

2.3 Karakteristik Sampah


Karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi sifat fisik, kimia dan biologi. Karakteristik sampah sangat penting dalam pengembangan dan desain sistem manajemen persampahan. Karakteristik sampah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pendapatan masyarakat (low, medium, dan high income), pertumbuhan penduduk, produksi pertanian, pertumbuhan industri dan konsumsi serta perubahan musim (Tchobanoglous, 1993).

1. Karakteristik Fisika. a. Berat Jenis

Berat jenis merupakan berat material per unit volume (satuan lb/ft3, lb/yd3 atau kg/m3). Data ini diperlukan untuk menghitung beban massa dan volume total sampah yang harus dikelola. Berat jenis ini dipengaruhi oleh: Komposisi sampah; Musim; Lamanya penyimpanan.

b.

Kelembaban

Menentukan kelembaban dalam sampah dapat digunakan dua cara, yaitu dengan ukuran berat basah dan berat kering. Ukuran kelembaban yang umum digunakan dalam manajemen persampahan adalah % berat basah (wet weight). Data kelembaban sampah berguna dalam perencanaan bahan wadah, periodisasi

38

pengumpulan, dan desain sistem pengolahan. Kelembaban sampah dipengaruhi oleh: Komposisi sampah. Musim. Kadar humus. Curah hujan.

c. Ukuran dan distribusi partikel Penentuan ukuran dan distribusi partikel sampah digunakan untuk menentukan jenis fasilitas pengolahan sampah, terutama untuk memisahkan partikel besar dengan partikel kecil. Ukuran komponen rata-rata yang ditemukan dalam sampah kota berkisar antara 7 - 8 inchi.

d. Field Capacity Field capacity adalah jumlah kelembaban yang dapat ditahan dalam sampah akibat gaya gravitasi. Field capacity sangat penting dalam menentukan aliran leachate dalam landfill. Biasanya field capacity sebesar 30% dari volume sampah total.

e. Permeabilitas sampah yang dipadatkan Permeabilitas sampah yang dipadatkan diperlukan untuk mengetahui gerakan cairan dan gas dalam landfill.

2. Karakteristik Kimia Karakteristik kimia sampah diperlukan untuk mengevaluasi alternatif suatu proses dan sistem recovery pengolahan sampah. a. Proximate Analysis Proximate analysis terhadap komponen Municipal Solid Waste (MSW) mudah terbakar meliputi (Tchobanoglous, 1993): C, t = 1 jam); Kelembaban (kadar air berkurang pada suhu 105oC) Volatile combustible matter (berat sampah yang berkurang pada pemanasan 950 Fixed carbon (sisa material setelah volatil hilang); Ash (sisa pembakaran).
39

b. Titik Lebur Abu Titik lebur abu merupakan titik temperatur saat pembakaran menghasilkan abu, berkisar antara 1100 1200oC (2000-2200oF).

c. Ultimate Analysis Ultimate Analysis meliputi penentuan unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), dan Sulfur (S) sampah. Berdasarkan nilai C dan N ini dapat ditentukan rasio C/N sampah (Tchobanoglous, 1993). Ultimate Analysis masingmasing komponen dalam sampah domestik dapat dilihat pada Tabel 2.2, dimana kadar karbon tertinggi dimiliki oleh komponen karet (78%), kadar hidrogen tertinggi dimiliki oleh sampah karet (10%), kadar oksigen tertinggi dimiliki oleh sampah kertas (44%), kadar nitrogen tertinggi dimiliki oleh sampah kulit (10%) dan kadar sulfur tertinggi dimiliki oleh sampah makanan dan kulit (0,4%).

d. Kandungan Energi Komponen Sampah Kandungan energi yang terdapat di dalam sampah dapat dihitung dengan cara menggunakan alat calorimeter atau bomb calorimeter, dan dengan perhitungan.

3. Karakteristik Biologi Penentuan karakteristik biologi digunakan untuk menentukan karakteristik sampah organik di luar plastik, karet dan kulit.

Parameter-parameter yang umumnya dianalisis untuk menentukan karakteristik biologi sampah organik terdiri atas (Tchobanoglous, 1993): 1. Parameter yang larut dalam air terdiri atas gula, zat tepung, asam amino dan lain-lain. 2. Hemiselulosa yaitu hasil kondensasi gula dan karbon. 3. Selulosa yaitu hasil kondensasi gula dan karbon. 4. Lemak, minyak, lilin. 5. Lignin yaitu senyawa polimer dengan cincin aromatic. 6. Lignoselulosa merupakan kombinasi lignin dengan selulosa

40

7. Protein terdiri atas rantai asam amino.

Parameter-parameter di atas bertujuan untuk menentukan: a. Biodegrabilitas Komponen Organik. Fraksi biodegrabilitas dapat ditentukan dari kandungan lignin dari sampah. Pengukuran biodegrabilitas dipengaruhi oleh pembakaran volatile solid pada suhu 5500oC, jika nilai volatile solid besar maka biodegrabilitas sampah tersebut kecil. b. Bau. Bau dapat timbul jika sampah disimpan dalam jangka waktu lama di tempat pengumpulan, transfer station dan di landfill. Bau dipengaruhi oleh iklim panas. Bau terbentuk sebagai hasil dari proses dekomposisi senyawa organik yang terdapat pada sampah kota secara anaerob. c. Perkembangan Lalat. Pada musim panas, perkembangbiakan lalat perlu mendapat perhatian yang khusus. Lalat dapat berkembang biak pada tempat pengumpulan sampah dalam waktu kurang dari dua minggu.

41

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Timbulan Sampah dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 2 Mei 2013, pukul 08.00 - 11.00 WITA di belakang Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat

1. Stiker 2. Sarung tangan karet 3. Masker 4. Timbangan 0 5 kg dan 0 100 kg 5. Sekop atau cangkul 6. Alat pengukuran volume berupa kotak triplek berukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm 7. Alat pengukuran volume berupa kotak triplek berukuran 100 cm x 50 cm x 100 cm 8. Alat pengukuran volume berupa kotak triplek berukuran 50 cm x 40 cm x 50 cm 9. Penggaris 100 cm 10. Kertas form pengisian data sampah 11. Terpal 12. Pulpen 13. Spidol

42

3.2.2

Bahan

1. Kantong plastik (volume 40 L) 2. Sampah Domestik 100 kg

3.3 Cara Kerja


1. Ditentukan terlebih dahulu lokasi pengambilan contoh 2. Ditentukan jumlah tenaga pelaksana atau praktikan, untuk 1 praktikan diberi 6 plastik yang akan di sebar ke 6 rumah pada lokasi yang ditentukan 3. Diberi striker terlebih dahulu pada semua kantong plastik 4. Dibagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda (stiker identitas sampel) ke masing-masing rumah satu hari sebelum sampah dikumpulkan 5. Dicatat jumlah penghuni rumah 6. Dikumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah dari setiap rumah selama 24 jam 7. Dikumpulkan jadi satu sampah dari setiap pengambilan, kemudian semua kantong plastik dibawa ketempat pengukuran 8. Dikumpulkan jadi satu sampah dari setiap lokasi pengambilan, lalu 9. Dipisahkan sampah domestik terlebih dahulu, seperti sampah plastik, sampah kaleng, sampah kaca, sampah kayu, sampah kain tekstil, sampah spons, sampah karton, sampah kertas, sampah B3 Rumah Tangga, sampah makanan dan sayuran dan lain sebagainya 10. Dikumpulkan jadi satu sampah-sampah yang telah digolongkan tersebut ke dalam satu plastik, kemudian di timbang untuk mengetahui berat sampah tersebut 11. Di catat berapa berat setiap sampah yang telah digolongkan tersebut dan hitunglah persentase (%) komposisi tiap pengolongan sampah 12. Disesuaikan banyaknya sampah yang akan diukur berdasarkan kotak pengukuran yang telah disediakan 13. Dituangkan atau dimasukkan secara bergiliran sampah yang telah digolongkan tersebut ke dalam kotak pengukur

43

14. Dihentakkan sebanyak 5 kali kotak pengukur, dengan cara mengangkat kotak setinggi 20 cm lalu dijatuhkan ke tanah 15. Di ukur dan di catat volume sampah setiap komponen sampah tersebut

44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Pengukuran Berat Sampah

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Kertas

Jenis Sampah

Berat (Kg) 2,5 8,5 20 0,5 3,5 1,5 12,5 0,5 50 0,5

Karton atau Kardus Plastik Total Logam Total Tekstil Kaca Spons B3 Rumah Tangga Sisa Makanan dan Sayuran Kayu Jumlah

100

Kelompok 1 : 36 KK = 137 jiwa Kelompok 2 : 36 KK = 208 jiwa Kelompok 3 : 36 KK = 169 jiwa Kelompok 4 : 36 KK = 125 jiwa

4.1.2 Tabel pengukuran tempat sampah

Ukuran tempat No Jenis Sampah Panjang (cm) 1. 2. Kertas Karton atau Kardus 50 50 Lebar (cm) 40 40 Tinggi (cm) 30 40

45

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10

Plastik Total Logam Total Tekstil Kaca Spons Sisa Makanan dan Sayuran (Organik) Kayu B3 rumah tangga

100 50 20 20 50 100 20 0

50 40 20 20 40 50 20 0

80 10 30 40 30 60 20 0

4.1.3 Tabel pengukuran volume sampah

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Kertas

Jenis Sampah

Volume (m3) 0,06 0,08 0,4 0,02 0,012 0,0004 0,06 0 0,3 0,0003

Karton atau Kardus Plastik Total Logam Total Tekstil Kaca Spons B3 Rumah Tangga Sisa Makanan dan Sayuran Kayu

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan berat timbulan sampah Berat timbulan sampah


a. Plastik Berat timbulan sampah

46

b. Karton atau kardus Berat timbulan sampah

c. Kertas Berat timbulan sampah

d. Logam Berat timbulan sampah

e. Spons Berat timbulan sampah

f. Tekstil Berat timbulan sampah 0,0055

g. Kaca Berat timbulan sampah

h. Kayu Berat timbulan sampah

i. Sampah B3 Berat timbulan sampah

j. Bahan organik Berat timbulan sampah

47

Total Berat Timbulan Sampah

4.2.2

Perhitungan berat komponen sampah

% Komposisi sampah
a. Plastik % Komposisi sampah 20%

b. Karton atau kardus % Komposisi sampah

c. Kertas % Komposisi sampah

d. Logam % Komposisi sampah

e. Spons % Komposisi sampah

f. Tekstil % Komposisi sampah

g. Kaca % Komposisi sampah

48

h. Kayu % Komposisi sampah

i. Sampah B3 % Komposisi sampah

j. Bahan organik % Komposisi sampah

4.2.3 Perhitungan Volume Timbulan Sampah Volume timbulan sampah


a. Plastik Volume timbulan sampah 26

b. Karton atau kardus Volume timbulan sampah 25

c. Kertas Volume timbulan sampah

d. Logam Volume timbulan sampah

e. Spons Volume timbulan sampah

49

f. Tekstil Volume timbulan sampah

g. Kaca Volume timbulan sampah

h. Kayu Volume timbulan sampah

i. Bahan organik
( ) )

Volume timbulan sampah

4.3 Pembahasan
Contoh timbulan sampah adalah sampah yang diambil dari lokasi pengambilan terpilih, untuk diukur volumenya dan ditimbang beratnya dan diukur komposisinya (SNI 19-3964-1994). Timbulan sampah bisa dinyatakan dengan satuan volume atau satuan berat. Jika digunakan satuan volume, derajat pewadahan (densitas sampah) harus dicantumkan. Oleh karena itu, lebih baik digunakan satuan berat karena ketelitiannya lebih tinggi dan tidak perlu memperhatikan derajat pemadatan. Timbulan sampah ini dinyatakan sebagai: Satuan berat: kg/o/hari, kg/m2/hari, kg/bed/hari, dan sebagainya. Satuan volume: L/o/hari, L/m2/hari, L/bed/hari, dan sebagainya.

50

Penentuan timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah sangat penting dalam perencanaan dan evaluasi sistem manajemen persampahan. Timbulan sampah merupakan volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis sumber sampah (perumahan, komersil, perkantoran, konstruksi dan pembongkaran, industri, dan pertanian) di wilayah tertentu per satuan waktu (Departemen Pekerjaan Umum, 2004). Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas recovery material, dan fasilitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.

Meningkatnya populasi penduduk disetiap daerah atau kota maka jumlah sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga makin meningkat. Secara umum komposisi dari timbulan sampah di setiap kota bahkan negara. Berdasarkan data pada SK SNI S-00-1993-03 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonsia berdasarkan komponen-komponen sumber sampah adalah sebagai berikut : Tabel 2.1. Besaran timbulan sampah berdasarkan komponen-komponen sumber timbulan

Sumber : SNI S 04 1993 03 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang.

51

Dalam praktikum pengukuran timbulan sampah kali ini digunakan beberapa alat serta bahan, antara lain, stiker yang digunakan untuk identitas sampel yang ditempelkan pada kantung plastik, sarung tangan untuk memisahkan sampah (organik, plastik, kaca, botol, kertas, karton dan sebagainya) agar tangan terhindar dari kuman yang terdapat pada sampah yang telah membusuk, masker agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan akibat bau yang ditimbulkan oleh sampah, kotak pengukur volume dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 100 cm; 20 cm x 20 cm x 20 cm; 50 cm x 40 cm x 50 cm untuk mengukur volume dari masingmasing komponen sampah, sekop untuk memasukkan sampah ke dalam kotak pengukur volume, serta timbangan 0 5 kg dan 0 100 kg yang berfungsi sebagai alat untuk menimbang berat masing-masing komponen sampah, kemudian form pengisian data sampah untuk mengetahui jumlah orang yang tinggal pada suatu pemukiman serta untuk mengukur berapa timbulan sampah yang ada per orang per harinya, dan penggaris 100 cm untuk mengukur volume sampah yang ada dalam kotak dan untuk mengukur ketinggian pengangkatan kotak sebelum dihempaskan. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini sendiri adalah sampah domestik yang dikumpulkan dari satu kawasan permukiman dengan minimal berat totalnya 100 kg dan 36 buah kantung plastik berukuran 40 L yang berfungsi sebagai wadah komponen-komponen sampah tersebut.

52

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang

dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu (Departemen PU, 2004). b. Komposisi sampah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut

(Tchobanoglous, 1993): 1. Frekuensi pengumpulan. Semakin sering sampah dikumpulkan, semakin tinggi tumpukan sampah terbentuk. Sampah kertas dan sampah kering lainnya akan tetap bertambah, tetapi sampah organik akan berkurang karena terdekomposisi. 2. Musim. Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung. 3. Kondisi Ekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu masyarakat, produksi sampah kering seperti kertas, plastik dan kaleng cenderung tinggi, sedangkan sampah makanannya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh pola hidup masyarakat ekonomi tinggi yang lebih praktis dan bersih. 4. Cuaca. Di daerah yang kandungan airnya cukup tinggi, kelembaban sampahnya juga akan cukup tinggi. 5. Kemasan produk. Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan mempengaruhi komposisi sampah. c. Dari hasil praktikum yang dilakukan maka didapatkan hasil sebagai

berikut:
Total Berat Timbulan Sampah

53

5.2 Saran
Sebaiknya dalam pengambilan sampah dilakukan di satu lokasi atau daerah agar praktikan mengetahui besar timbulan sampah di suatu daerah tersebut.

54

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2004. Undang-undang Sumber Daya Air Nomor 7. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta

2. E, Damanhuri dan Padmi, Tri, 2004. Pengelolaan Sampah. Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Penerbit : TL- ITB. Bandung

3. Tchobanoglous, G. 1993. Intergrated Solid Waste Management. McGraw Hill, New York.

55

Anda mungkin juga menyukai