Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN Sistem hidrotermal didefinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50 - >500C), secara lateral dan vertikal

pada temperatur dan tekanan yang bervariasi di bawah permukaan bumi. Sistem ini mengandung dua komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil dan cenderung menyesuaikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan mineral yang sesuai dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal. Endapan mineral hidrotermal dapat terbentuk karena sirkulasi fluida hidrotermal yang melindi (leaching), mentranspor, dan mengendapkan mineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan fisik maupun kimiawi (Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004). Berdasarkan jauh dekat terjadinya proses alterasi hidrotermal, serta temperature dan tekanan saat terbentuknya mineral-mineral Lingrend (1983) dan Beteman (1962) membagi tiga golongan alterasi hidrotermal, yaitu endapan hipotermal, endapan mesotermal, dan endapan epitermal. Endapan epithermal terbentuk jauh dari intrusi pada temperature berkisar antara 50-200 umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe-seperti zona dimana batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga ditemukan, khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai tipe tidak menerus (discontinuous). Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali mencapai permukaan, terutama ketika fluida hydrothermal muncul (erupt) sebagai geyser dan fumaroles. Banyak endapan mineral epithermal tua menampilkan fossil roots dari sistem fumaroles kuno. Karena mineral-mineral tersebut berada dekat permukaan, proses erosi sering mencabutnya secara cepat, hal inilah mengapa endapan mineral epithermal tua relatif tidak umum secara global. Kebanyakan dari endapan mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda. Berikut ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam Sibarani,2008)): Suhu relatif rendah (50-250C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.% Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)

Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusif, biasanya disertai oleh sesar turun dan kekar. Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan stockwork. Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit kenampakan replacement (penggantian). Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides, tellurides. Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot, karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit Ubahan batuan samping terdiri dari chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi, dolomitisasi, kloritisasi Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding) yang sangat umum, sering sebagai fine banding, vugs, urat terbreksikan. Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008) adalah: Jenis air berupa air meteorik dengan sedikit air magmatic Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada umumnya memiliki batuan induk berupa batuan vulkanik. Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol dan litologi dimana biasanya merefleksikan kondisi paleo-permeability pada kedalaman yang dangkal dari sistem hidrotermal. Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang terjal yang terbentuk sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat bidang sesar utama, tetapi biasanya pada sesar-sesar minor. Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat. Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras dan realtif tahan terhadap pelapukan.

Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1 s/d 20%). Hedenquist dan White (1995) membedakan endapan epitermal menjadi epitermal sulfida tinggi dan epitermal sulfida rendah. Keduanya dibedakan berdasarkan pada mineralogy bijih dan mineral ikutan serta jenis sulfide hidrotermal yang berinteraksi dengan batuan induk. Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi (Epithermal High Sulfidation) atau Acid Sulfate Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter dan temperatur 1000C-3200C. Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan horizontal menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan suhu yang relatif tinggi (200-3000C), fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992). Genesa dan Karakteristik Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan fluida magma asam yang panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona alterasi (ubahan) yang akhirnya membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih menunjukkan kontrol permeabilitas yang tergantung oleh faktor litologi, struktur, alterasi di batuan samping, mineralogi bijih dan kedalaman formasi. High sulphidation berhubungan dengan pH asam, timbul dari bercampurnya fluida yang mendekati pH asam dengan larutan sisa magma yang bersifat encer sebagai hasil dari diferensiasi magma, di kedalaman yang dekat dengan tipe endapan porfiri dan dicirikan oleh jenis sulfur yang dioksidasi menjadi SO. Interaksi Fluida Epithermal High Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem magmatic-hydrothermal yang didominasi oleh fluida hidrothermal yang asam, dimana terdapat fluks larutan magmatik dan vapor yang mengandung H2O, CO2, HCl, H2S, and SO2, dengan variabel input dari air meteorik lokal.

Himpunan mineral alterasi dan mineralisasi endapan epitermal Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik quartz, kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah satu ciri dari endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu. Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal termasuk tipe pengisian ruang terbuka (karakteristik dari lingkungan yang bertekanan rendah), krustifikasi, colloform banding dan struktur sisir. Endapan yang terbentuk dekat permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan ini juga memiliki tipe berupa tipe vein, stockwork dan diseminasi. Dominasi komposisi mineralisasi/alterasi pada temperatur tinggi dan rendah (disederhanakan dari Corbett, 2002)

TEMPERATUR TINGGI

TEMPERATUR RENDAH

Kalkopirit

Galena, spalerit

Kuarsa kristalin (comb stucture)

Kalsedon-opal

Kuarsa butir kasar

Kuarsa butir halus

Serisit

Smektit-illit

Philik

Propilitik

Epitermal Sulfide tinggi Fluida hidrotermal Mineral ubahan Mineralisasi Mineral bijih : didominasi air magmatik, pH asam, kondisi oksidasi : kuarsa, alunit, kaolinit, pirofilit, diaspor : menyebar (disseminated) dan penggantian (replacement) : pirit, enargit, luzonit, kalkopirit.

BAB II KOMPOSISI DAN TEKSTUR HIMPUNAN MINERAL ALTERASI Himpunan mineral alterasi Endapan Epitermal Sufida Tinggi kuarsa, barit, kalsedon, alunit, firopilit, kalsit, klorit, epidot, serisit, mineral lempung

KUARSA
Colorless, relief rendah Bentuk tak beraturan, dalam batuan umumnya anhedral Tidak punya belahan Gelapan bergelombang Warna interferensi abu2 orde1 TO sumbu I (+)

nw = ne = 1.553

1.544

Orientasi optik: sumbu optik terletak pada sumbu c, perpanjangan kristal memotong ujungujung sumbu yang berlengan pendek. Komposisi: kandungan dasarnya berupa SiO2, meskipun bekas kandungan mineral dari Ti, Fe, Mn, Al, kemungkinan dapat ditemukan.

Kenampakan kuarsa secara optic

EPIDOT Epidot adalah salah satu mineral ubahan dari proses altrasi yang terbentuk pada zona Propylic (Propylitization). Dengan rumus kimia Ca2(Fe+++,Al)3(SiO4)3(OH) = Ca2(Fe,Al)Al2(SiO4)(Si2O7)O(OH). Banyak terdapat di lingkungan pembentukan batuan metamorfik kontak. Kenampakan epidot di bawah mikroscop

Warna absorbs BentuK Relief Pleokrisme Indeks bias Belahan

: Tidak berwarna sampai hijau kekuningan : Granular sampai columnar : Tinggi : Tidak ada : n.mineral > n.k-balsam : Sempurna dalam satu arah (001)

Bias rangkap

: Sedang sampai kuat, dari terbawah orde kedua sampaiteratas

orde-III
Kembaran Sudut pemadaman Orientasi optis Tanda optis Gladston-Dale

: Tidak umum : Paralel : Dua (biaxial) : Negatif CI meas= 0.118 (Poor) - where the CI = (1-KPDmeas/KC) CI calc= 0.175 (Poor) - where the CI = (1-KPDcalc/KC) KPDcalc= 0.2042, KPDmeas= 0.2184,KC= 0.2477 Ncalc = 1.82 1.91

Axial Ratio Dimensi


Den (Calc)= 3.69

a: b: c =1.5921:1:1.812 a = 8.98, b = 5.64, c = 10.22, Z = 2; beta = 115.4 V = 467.58

System Kristal Monoclinic - Prismatic H-M Symbol (2/m) Space Group: P 21/m Keterangan : Epidote dibedakan dari clinozoisite dan zoisite dengan bias rangkap yang
kuat dan dari diopside dan augite dengan sudut pemadaman yang paralel. Epidote adalah mineral yang umum dan tersebar dalam berbagai tipe batuan beku dan metamorf . Dalam batuan beku biasanya mineral deuteric atau magmatik akhir. Epidote mineral yang dominan dalam epidosite, batuan epidote-quartz metamorf. Epidote agak umum sebagai mineral detrital. ALUNIT Sifat Kimia :Komposisi kimia yang penting Al, K, H, O, S; merupakan salah satu mineral anggota grup Alunite, mengandung sulfat; rumus kimia KAl3[(OH)3[SO4]2. Sifat Optik : Dilihat dari sifat optik pada mineral ini mineral ini mempunyai Sistem kristal trigonal, termasuk dalam kelas diagonal pyramidal kilap kaca, kembaran parallel seperti carlsbad, optik ( = 1.572, = 1.592). SERISIT Komposisi Kimia : Rumus kimia Ca[Al2Si4O12].2H2O. Sifat Optik ;Sistem kristal monoclinic dengan kelas kristal prismatic surface relief sedang optic n = 1.498

n = 1.502

CHLORITE Komposisi Kimia : Komposisi kimia yang penting Al, H, O, Si; mengandung unsur silikat dan aluminum; rumus kimia Al2Si2O5(OH)4.. Sifat Optik : Sistem kristal monoclinic, kelas kristal pedial, pleokroisme lemah tidak tampak, mempunyai surface relief rendah, optik ( = 1.570-1.66, = 1.57-1.67, = 1.57-1.67). KALSIT Komposisi Kimia : Komposisi kimia yang penting C, Ca, O; merupakan anggota dari Calcite grup mineral; mengandung unsur karbonat; rumus kimia CaCO3. Mineral ini kaya terhadap kandungan kalsium sehingga dalam proses pelarutan dengan mineral asam ia sangat cepat beraksi Sifat Optik : Sistem kristal trigonal, termasuk dalam kelas hexagonal scalenohedral, optik n = 1.640 1.660 n = 1.486.

BAB IV KESIMPULAN Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik quartz, kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah satu ciri dari endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu. Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal termasuk tipe pengisian ruang terbuka (karakteristik dari lingkungan yang bertekanan rendah), krustifikasi, colloform banding dan struktur sisir. Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter dan temperatur 1000C-3200C. Himpunan mineral alterasi endapan epitermal yakni kuarsa, barit, kalsedon, alunit, firopilit, kalsit,klorit, epidot, serisit,lempung, etc.

DAFTAR PUSTAKA Thompson, AJB.Atlas Of Alteration. 2009. Canada : Geological Association Of Canada, Mineral. deposit Divisons Ismul Hadi Arif. 2009. Pemodelan Sebaran Sistem Hidrotermal dan Identifikasi Jenis Batuannya dengan Metode CSAMT. Vol.6 No.1 Alizar A.P. Benny, Idrus Arifudin, Dewi T Anastasia.2007. Geologi, Alterasi Hidrotermal dan MIneralisasi pada Endapan Emas Daerah Kapur-Natas, Sumatera Utara. Erwin,dkk.2010.Alterasi dan Mineralisasi.(www.senyawa.com.)

Anda mungkin juga menyukai