Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA I


WETTED WALL ABSORPTION COLUMN



KELOMPOK I (SHIFT RABU SIANG)
1. RATIH KESUMA W (03101003013)
2. AGUNG PRASETYO N (03101003021)
3. DWI LESTARI (03101003026)
4. MUTHIA RANI (03101003064)
5. AMANDA NOFRENI (03101003072)
6. RIAN ARTHA PRIMA (03101003107)


JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perpindahan massa antar fase hampir dijumpai disetiap proses dalam teknik
kimia, sebagai contoh: ekstraksi cair-cair, leaching, distilasi, absorbsi,
pengeringan, dan pendinginan. Kontak antar fase gas dan cairan dapat terjadi
dalam berbagai cara, misalnya: peristiwa dimana cairan dilewatkan kedalam
bentuk lapisan film yang bergerak melalui cairan gas dilewatkan melalui tray
tower. Dengan adanya kontak antar gas dan cairan, maka akan terjadi perpindahan
massa antara gas dan cairan. Oleh karena itu diperlukan koefisien perpindahan
massa dari fase gas ke cairan atau sebaliknya.
Absorpsi adalah proses penyerapan pada seluruh permukaan bahan atau zat.
Zat yang diserap disebut phase terserap sedangkan yang menyerap disebut
absorbent kecuali zat padat, absorbent dapat pula berupa zat cair karena itu
absorpsi dapat terjadi antara zat cair dengan zat cair atau gas dengan zat cair.
Absorpsi merupakan proses penyerapan yang terjadi pada seluruh permukaan
bahan atau zat hingga kedalam zat tersebut yang berlangsung dalam suatu kolom
atau absorber. Proses penyerapan yang terjadi tersebut merupakan suatu fenomena
fisik ataupun kimiawi sewaktu atom, molekul, ataupun ion memasuki suatu fase
limbak (bulk) lain yang dapat berupa gas, cairan, ataupun padatan. Proses absorpsi
ini tentunya berbeda dengan proses adsorpsi karena penyerapan molekul
dilakukan melalui volume bukan melalui permukaan (penyerapan terjadi hingga
kebagian dalam absorben).
Dalam proses absorpsi, zat yang diserap disebut fase terserap (absorbat)
sedangkan zat yang menyerap disebut absorben kecuali zat padat. Absorben dapat
pula berupa zat cair karena itu absorpsi dapat terjadi antara zat cair dengan zat cair
atau gas dengan zat cair. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi proses
absorpsi, yaitu:
1) kemampuan pelarut yang digunakan sebagai absorben
2) laju alir dari pelarut
3) jenis atau tipe kolom yang digunakan
4) kondisi operasi yang sesuai, dan lain-lain
Di dalam suatu kolom absorber, gas yang akan diserap dialirkan pada bagian
bottom kolom, sedangkan liquid atau pelarut dialirkan pada bagian top kolom. Hal
ini disebabkan karena gas lebih ringan dan mudah menyebar daripada liquid,
sehingga kontak antara liquid dan gas akan berlangsung dengan baik dan juga
mempengaruhi banyaknya gas yang diserap oleh pelarut atau liquid.
Absorpsi dikelompokan menjadi:
1) Proses absorpsi yang berlangsung secara fisika terdiri dari absorpsi dan
dekripsi.
2) Proses absorpsi yang berlangsung secara kimia, proses ini biasanya disertai
oleh reaksi kimia.
Secara umum absorpsi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
adsorbsi fisika dan adsobsi kimia. Pada absorpsi fisika, absorpsi disebabkan oleh
gaya Van der Waals yang ada pada permukaan absorbent. Panas absorpsi fisika
biasanya rendah dan lapisan yang terjadi pada permukaan absorbent biasanya
lebih dari satu molekul. Pada absorpsi kimia terjadi reaksi antara zat yang diserap
dan absorbent. Lapisan molekul pada permukaan absorbent hanya satu lapis
panas absorpsianya tinggi. Dalam hal-hal tertentu, gas diserap dalam keadaan utuh
pada permukaan absorbent. Dalam keadaan ini seperti hidrogen pada permukaan
Pt hitam, molekulnya terpecah menjadi atom-atom. Akibatnya hidrogen menjadi
aktif sekali, karena itu Pt dipakai sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi dengan
hidrogen.
Proses absorpsi yang terjadi didalam wetted wall absorption column dapat
menggambarkan adanya perpindahan massa didalam kolom tersebut. Perpindahan
massa ini terjadi akibat adanya penyerapan (dalam hal ini berupa absorpsi) yang
terjadi didalam kolom tersebut. Dengan adanya perpindahan massa yang terjadi,
maka akan ditemui pula suatu bilangan yang merupakan koefisien perpindahan
massa. Perpindahan massa merupakan perpindahan satu unsur dari konsentrasi
yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Perpindahan massa
merupakan proses penting dalam proses industri, misalnya dalam penghilangan
polutan dari suatu aliran keluaran pabrik dengan absorpsi, pemisahan gas dari air
limbah, difusi neutron dalam reaktor nuklir. Koefisien perpindahan massa adalah
besaran empiris yang diciptakan untuk memudahkan persoalan-persoalan
perpindahan massa antar fase, yang akan dibahas disini adalah koefisien
perpindahan massa dari fase gas ke fase cair atau sebaliknya dari sifat-sifat zat
untuk menekan.
Absorpsi gas merupakan operasi dimana campuran gas dikontakan dengan
liquid yang bertujuan untuk melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan
menghasilkan larutan gas dalam liquid. Pada operasi absorpsi gas terjadi
perpindahan massa dari fase gas ke fase liquid. Kecepatan larut gas dalam
absorben liquid tergantung pada kesetimbangan yang ada, karena itu diperlukan
karakteristik sistem gas liquid.
Keuntungan absorbsi dengan reaksi kimia adalah memperbesar harga
koefisien transfer massa. Hal ini karena keefektifan interfacial area yang lebih
besar, dimana dapat menggantikan bagian yang stagnant. Jika liquid film
resistance lebih dominan seperti pada absorbsi CO
2
maka reaksi kimia yang cepat
dalam liquid dapat memberikan penambahan harga koefisien perpindahan massa.
Dalam proses dimana ada gas terlarut yang terabsorpsi akan bereaksi dengan
liquid, ataupun dengan komponen liquida, maka reaksi itu akan menghilangkan
solute gas. Laju kehilangan ini sangat tergantung pada jenis aliran, konsentrasi gas
yang terabsorpsi, jenis reaksi, serta orde reaksinya. Hal inilah yang mempengaruhi
besarnya recovery gas CO
2
.
Pada packed column suatu response yang ideal menyebar dalam suatu liquid
sehingga untuk menandai penyebaran response tersebut diperkirakan terlebih
dahulu sebagai aliran plug flow. Apabila laju alir gas dinaikkan akan
menimbulkan gangguan pada aliran plug flow sehingga terjadi turbulensi atau
intermixing yang menyebabkan fluktuasi pola aliran menjadi mixed flow atau jenis
alirannya adalah ideal. Untuk menghasilkan aliran yang non-ideal maka harga
bilangan dispersi tidak boleh nol atau tipe alirannya plug flow tetapi harganya
mendekati nol karena adanya fluktuasi aliran plug flow menjadi mixed flow.
1.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu:
1) Mengetahui prinsip dan cara kerja Wetted Wall Absorption Column
2) Mengetahui cara menghitung koefisien perpindahan massa dalam liquid
(kL)
3) Mengetahui aplikasi dari Wetted wall Absorption Column
1.3. Permasalahan
Masalah yang akan terjawab melalui percobaan ini adalah :
1) Bagaimanakah pengaruh laju aliran udara pada Watted Wall Adsorbtion
Column terhadap Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number (Re)
dan Sherwood Number (Sh).
2) Bagaimanakah pengaruh laju aliran aur pada Watted Wall Adsorbtion
Column terhadap Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number (Re)
dan Sherwood Number (Sh).
1.4. Hipotesa
Hipotesa yang dapat ditulis adalah :
1) Semakin besar laju aliran udara pada Watted Wall Adsorbtion Column maka
semakin besar pula Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number
(Re) dan Sherwood Number (Sh).
2) Semakin besar laju aliran air pada Watted Wall Adsorbtion Column maka
semakin besar pula Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number
(Re) dan Sherwood Number (Sh).
1.5. Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah kita dapat mengetahui dan
membandingkan pemakaian laju aliran udara dan air yang berbeda pada Watted
Wall Adsorbtion Column dan besarnya Koefisien Perpindahan Massa (KL),
Reynold Number (Re) dan Sherwood Number (Sh).


BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1. Absorpsi
Absorpsi adalah proses penyerapan gas melalui seluruh permukaan zat cair
(absorbent). Secara umum absorpsi dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :
1) Absorpsi fisika
Absorpsi fisika disebabkan oleh gaya Van der Wall yang ada di permukaan
absorbent. Panas absorpsinya rendah dan lapisan yang terbentuk pada
permukaan absorbent lebih dari satu lapis.
2) Absorpsi kimia
Absorpsi kimia terjadi karena reaksi antara zat yang diserap dengan
absorbent. Panas absorpsinya tinggi dan lapisan yang terbentuk pada
permukaan absorbent hanya satu lapis.
Absorbsi dengan reaksi kimia lebih menguntungkan untuk pemisahan.
Meskipun demikian, absorbsi fisis menjadi penting jika pemisahan dengan reaksi
kimia tidak dapat dilakukan.
Absorber dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu
komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan
kelarutan. Solut adalah komponen yang dipisahkan dari campurannya sedangkan
pelarut (solvent; sebagai separating agent) adalah cairan atau gas yang melarutkan
solut. Karena perbedaan kelarutan inilah, transfer massa solut dari fase satu ke
fase yang lain dapat terjadi.
Stripping adalah operasi pemisahan solute dari fase cair ke fase gas, yaitu
dengan mengontakkan cairan yang berisi solute dengan pelarut gas (stripping
agent) yang tidak larut ke dalam cairan. Di dalam mengevaluasi absorber atau
stripper, sesorang harus mengetahui dan menentukan :
1) Kondisi bahan yang akan dipisahkan (umpan), yaitu kecepatan arus fluida
umpan,komposisi dan tekanan
2) Banyak solut yang harus dipisahkan
3) Jenis solven yang akan digunakan,
4) Suhu dan tekanan alat
5) Kecepatan arus solven
6) Diameter absorber
7) Jenis absorber
8) Jumlah stage ideal dan tinggi menara
Absorber dan stripper seringkali digunakan secara bersamaan. Absorber
digunakan untuk memisahkan suatu solut dari arus gas. Stripper digunakan untuk
memisahkan solut dari cairan sehingga diperoleh gas dengan kandungan solute
lebih pekat. Hubungan absorber dan stripper ditunjukkan dalam gambar 2.1.

Gambar 2.1. Diagram alir proses absorbsi-stripping
2.2. Tipe-tipe Kolom Absorpsi
Dalam perhitungan ukuran Tower Absorpsi, satu faktor yang sangat penting
adalah nilai koefisien transfer atau tinggi unit transfer. Sementara itu kecepatan
aliran total gas dan cairan akan ditentukan oleh proses, hal ini penting untuk
menentukan aliran yang cocok per unit area yang melalui column. Aliran gas
dibatasi dengan tidak boleh melebihi kecepatan flooding, dan akan ada hasil drop
jika kecepatan cairan sangat rendah. Hal ini cocok untuk menguji pengaruh
kecepatan aliran gas dan cairan pada koefisien transfer, dan juga dalam
menyelidiki pengaruh variabel, seperti: temperatur, tekanan, dan diffusitivity.
Operasi perpindahan massa dilaksanakan di dalam tower yang di desain untuk
kotak dua phase peralatan ini diklasifikasi ke dalam 4 tipe utama yang metodenya
digunakan untuk menghasilkan kontak interphase.
1) Spray tower
Spray tower terdiri dari chamber-chamber besar dimana gas mengalir dan
masuk serta kontak dengan liquid di dalam spray nossles. Spray nossles didesain
untuk aliran liquid yang mempunyai bilangan pressure drop besar maupun kecil,
untuk aliran liquid yang mempunyai flow rate yang kecil maka cross area
kontaknya harus besar. Laju aliran yang mempunyai drop falls menentukan waktu
kontak dan sirkulasinya. Serta influensasi mass transfer antara dua phase dan
harus kontak terus-menerus. Hambatan pada transfer yaitu pada phase gas
dikurangi dengan gerakan swirling dari falling liquid droplets.
Spray tower digunakan untuk transfer massa larutan gas yang tinggi dimana
dikontrol laju perpindahan massa secara normal pada phase gas. Untuk ketinggian
yang rendah, efisiensi ruang spray kira-kira mendekati packed tower, tetapi untuk
ketinggian yang melebihi 4 ft efisiensi spray tower turun dengan cepat.
Sedangkan kemungkinan berlakunya interfase aktif yang sangat besar dengan
terjadinya sedikit penurunan, pada prakteknya ditemukan ketidakmungkinan
untuk mencegah hubungan ini, dan selama permukaan interfase efektif berkurang
dengan ketinggian, dan spray tower tidak digunakan secara luas.
2) Bubble Tower
Pada Bubble tower ini gas terdispersi menjadi phase liquid didalam fine
bubble. Small gas bubble menentukan luas area. Kontak perpindahan massa
terjadi didalam bubble formation dan bubble rise up melalui liquid. Gerakan
bubble mengurangi hambatan liquid-phase. Bubble tower digunakan dengan
sistem dimana pengontrolan laju dari perpindahan massa pada phase liquid yang
absorpsinya adalah relatif phase gas.
Gambar 2.2 ini menunjukkan panjang kontak dan aliran phase mengalir
didalam Bubble tower. Mekanisme dasar perpindahan massa terjadi didalam
bubble tower dan juga alirannya counter didalam tank bubble batch dimana gas
ini terdispensi didalam bottom tank.

Gambar 2.2. Buble Cap Tray pada Diameter Column yang Besar
3) Packed Column
Keuntungan dari penggunaan packed column :
a. Pressure drop aliran gas rendah.
b. Dapat lebih ekonomis dalam operasi cairan korosif karena ditahan untuk
packing keramik.
c. Biaya column dapat lebih murah dari phase column pada ukuran diameter
yang sama.
d. Cairan Hold up kecil
4) Plate Column
Penggunaan plate column lebih luas bila dibandingkan dengan packed
column secara khusus untuk destilasi. Keuntungan dari plate column adalah:
a. Menyiapkan kontak lebih positif antara dua phase liquid
b. Dapat menghandle cairan lebih besar tanpa terjadi floading
c. Lebih mudah dibersihkan.
5) Wetted-Wall Coloumn
Pada Wetted-Wall Coloumn, liquid murni yang mudah menguap dialirkan
kebawah di dalam permukaan pipa, sementara itu gas ditiupkan dari atas atau dari
bawah melalui pusat inti pengukuran kelajuan penguapan liquid kedalam aliran
gas diatas permukaan. Dalam beberapa operasi perpindahan massa, massa berubah
antara 2 fase. Dalam laboratorium, Wetted-Wall Coloum telah digunakan oleh
sejumlah pekerja dan mereka telah membuktikan pentingnya menentukan
berbagai faktor, dan mengadakan basis dari hubungan yang telah dikembangkan
untuk Packed Tower.

Gambar 2.3. Diagram khusus Wetted-Wall Coloumn 1 in.
2.3. Penggunaan Absorpsi
Absorpsi gas oleh zat padat digunakan pada gas masker. Alat ini berisi
arang halus, yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak diinginkan, misalnya
gas racun. Arang halus juga dipakai untuk membuat vakum, dengan temperatur
yang rendah dapat dibuat vakum sampai 10 - 4 mm.
Grafit banyak dipakai sebagai pelumas karena molekulnya yang pipih
hingga mudah bergeser terhadap satu sama lain. Namun ternyata, bahwa pada
temperatur yang tinggi sifat pelumas grafit sangat berkurang dan kembali lagi bila
temperatur direndahkan. Dalam analisis kimia kadang-kadang diperoleh
kesukaran karena adanya daya serap dari beberapa endapan terhadap ion-ion
dalam larutan.
2.4. Absorbsi Dengan Reaksi Kimia
Proses absorbsi di berbagai industri diikuti dengan reaksi kimia. Reaksai di
dalam komponen absorbsi dengan reagent dalam cairan absorben secara umum.
kadang-kadang reagent dan produk dari reaksi keduanya dapat larut seperti
absorbsi pada karbondioksida dalam pelarut etanol atau pelarut alkalin yan lain.
Sebaliknya pembakaran gas yang terdiri dari sulfur dioksin dapat dikontakkan
dengan batu kapur untuk membentuk kalsium sulfat yang tidak dapat larut.
2.5. Perpindahan Massa di dalam Wetted Wall Columns
Data yang paling baik mass-tranfer antara luas permukaan pipa dan aliran
fluida sebaiknya digunakan wetted-wall column, alasan prinsip penggunaan
column ini adalah pengamatan perpindahan massa yaitu kontak luas permukaan
antara dua phase yang hasilnya bisa akurat.
Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas ditunjukkan oleh persamaan:

= 0,023 R
e

0,83
S
c

0,44
(2.1)
Dan koefisien perpindahan massa untuk film ditunjukkan oleh persamaan
Vivian dan Peacemen:

= 0,433 (S
C
)
0,5
(gz/
2
)
1/6
(R
e
)
0,4
(2.2)
dimana:
D
AB
= massa difusivitas komponen A yang menjadi liquid
Z = panjang kotak
P = densitas liquid B
g = gravitasi.
R
e
= Reynold Numbers.
= viskositas liquid B
S
c
= bilangan number Schmidt
4r/ dimana r adalah massa flowrate liquid per unit wetted parameter.
Koefisien film liquid terlentak antara 10 20% lebih rendah dari persamaan
teoristis untuk absorpsi didalam aliran laminar film.
2.6. Persamaan Dasar Wetted Wall Absorption Column
1) Koefisien Perpindahan Massa Untuk Aliran Gas

M B
AB
C
I
D
D K
= 0,23. R
e
0,83
. S
c
0,44
(2.3)
2) Koefisien Perpindahan Massa Untuk Lapisan Film (Persamaan Vivian dan
Peaceman)
AB
L
D
Z k
=
4 , 0
6
1
2
3
5 , 0
433 , 0
e c
R
z g
S
|
|
.
|

\
|

(2.4)
Dimana:
Z = panjang.
D
AB
= difusivitas massa antara komponen A dan B.
P = densitas liquid B.
= viskositas liquid B.
g = percepatan gravitasi.
Sc = schmidt number.
Re = reynold number
2.7. Sistem Dua Komponen
Jika kualitas dari gas tungga dan hubungan cairan non volatil di dalam
equilibrium, hasil konsentrasi gas dalam liquid dikenal dengan nama gas
solubilIity, pada temperatur dan tekanan yang umum. Beberapa gas yang dapat
larut dipengaruhi oleh temperatur yang digambarkan oleh hukum vanhoff, yaitu
jika temperatur di dalam sistem equilibrium naik, perubahan yang akan terjadi
berupa penyerapan panas.
2.8. Sistem Multikomponen
Bila campuran gas dikontakkan dengan liquid pada kondisi tertentu,
kelarutan setimbang, gas tidak akan saling mempengaruhi kelarutan gas, yang
dinyatakan dalam tekanan parsil dalam campuran gas. Bila dalam campuran gas
ada gas yang sukar larut maka kelarutan gas ini tidak mempengaruhi kelarutan gas
yang mudah larut. Pada beberapa komponen dalam campuran gas mudah larut
dalam liquid, kelarutan masing-masing gas tidak saling mempengaruhi gas tidak
dipengaruhi oleh sifat liquid. Ini hanya terjadi pada larutan ideal.
Suatu alat yang banyak digunakan dalam absorpsi gas dan beberapa operasi
lain ialah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk sekunder atau
menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian
bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, sedang
pengeluaran gas dan zat cair masing-masing pada bagian atas dan bagian bawah
serta tower packing. Penyangga itu harus mempunyai fraksi ruang terbuka yang
cukup besar untuk mencegah terjadinya pembanjiran pada piring penyangga itu.
Zat cair yang masuk disebut weak liquor berupa pelarut murni atau larutan
encer zat terlarut di dalam pelarut, didistribusikan di atas isian itu dengan
distributor, sehingga pada operasi yang ideal membebaskan permukaan isian
secara seragam. Gas yang mengandung zat terlarut disebut fat gas, masuk ke
ruang pendistribusian yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui
celah-celah antara isian berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian itu
memberikan permukaan yang luas untuk kontak zat cair dan gas serta membantu
terjadinya kontak antara kedua fase.
2.9. Teori Film
Teori film bersifat elementer, semua aliran didalam fluida turbulen
terkonsentrasi dalam suatu stagnant film. Berikutnya terhadap dinding atau batas
stasioner fluida, menurut model ini semua driving forerce atau garad konsentrasi
untuk mengurangi stagnant film dan konsentrasi dalam bulk fluida adalah
konstan, karena ini disebabkan oleh gerakan turbulen yang tinggi.
Tebal film khayalan untuk massa pada kecepatan aliran yang sebanding
adalah tidak sama kecuali pada kondisi batas. Dari reynold analogi, koefisien
transfer massa banyak digunakan, tetapi lebih sedikit dibandingkan dengan
koefisien transfer atau koefisien permukaan.
2.10. Teori Dua Film
Dalam berbagai proses pemisahan, bahan-bahan harus mengalami difusi
dari suatu fase ke fase lain, dan laju difusi didalam kedua fase itu mempengaruhi
perpindahan massa menyeluruh. Dalam teori dua film yang diusulkan oleh
Whitman pada tahun 1923 diandaikan terdapat keseimbangan pada antarmuka,
dan tahanan terdapat perpindahan massa pada kedua fase itu lalu dijumlahkan
untuk mendapatkan tahanan menyeluruh, yang lebih muda dipergunakan untuk
perhitungan rancang dari pada koefisien-koefisien individual (tersendiri). Hal
yang membuat perpindahan massa antara fase menjadi lebih rumit ialah
perpindahan kalor dan diskontinuitas (ketaksinambungan) yang terdapat pada
antar muka. Yang terjadi karena konsentrasi atau fraksi mol zat terlarut yang
terdifusi hampir tidak pernah sama kedua sisi antarmuka itu. Sebagai contoh,
dalam destilasi campuran biner, Y*A lebih besar dari XA dan gradien didekat
permukaan gelembung. Untuk absorpsi gas yang sangat mudah larut, fraksi mol di
dalam zat cair pada antarmuka akan lebih besar dari fraksi mol didalam gas.
Suku 1/Ky dapat dianggap sebagai tahanan menyeluruh terhadap
perpindahan massa, sedang suku m/Kx dan 1/Ky adalah tahanan di dalam film zat
cair dan film gas. Film ini tidak selalu merupakan lapisan stagnan yang
mempunyai ketebalan tertentu agar teori dua Film berlaku. Perpindahan massa di
dalam salah satu Film dapat berlangsung melalui difusi melalui lapisan batas
laminar atau melalui difusi keadaan tak steadi, seperti umpamanya dalam teori
penetrasi dan koefisien menyeluruh masih bisa didapatkan. Dalam beberapa
masalah tertentu, misalnya perpindahan melalui film stagnan ke fase dimana teori
penetrasi diperkirakan berlaku, koefisien teori penetrasi mengalami perubahan
kecil karena adanya perubahan konsentrasi pada antar muka, namun efek ini
hanya mempunyai nilai akademis semata-mata.
2.11. Teori Penetrasi
Teori penetrasi dibunakan oleh Higbie untuk menganalisa fase cair. Dalam
absorpsi gas dimana cairan diasumsi aliran laminar atau stasioner. Higbie
mempertimbangkan bahwa transfer dalam cairan dengan transport molekul
unsteady state. Konsep ini menghasilkan suatu persamaan untuk flux massa pada
titik pada permukaan cairan yang diekpose untuk absorpsi gas.
Danckwerte menggunakan konsep unsteady state ini untuk absorpsi dalam
suatu cairan turbulen dengan menganggap random surface renewal. Marcello,
memperbaiki model film penetrasi, kombinasi dua model diatas pada Sc yang
rendah model film steady state kelihatannya pada Sc yang tinggi. Sedangkan
model unsteady state renewal lebih menggambarkan situasi. Teori penetrasi yang
dinyatakan oleh Trey Ball menyatakan kontak 2 fluida. Mula-mula partikel gas
terlarut tidak seragam dan mula-mula arus eddy dianggap diam, jika arus eddy
dibiarkan berkontak dengan gas pada permukaannya, konsentrasi liquid
permukaan gas yang berada pada kelarutan keseimbangan gas dari liquid selama
partikel liquid menjadi penentu difusi unsteady state atau penetrasi solute.
2.12. Aliran di dalam pipa
Korelasi untuk perpindahan massa pada dinding dalam haruslah mempunyai
bentuk yang sama dengan korelasi untuk perpindahan kalor, karena persamaan
dasar untuk difusi dan konduksi itu serupa. Persamaan ini merupakan persamaan
yang paling sederhana yang cukup cocok dengan data publikasi dalam jangkauan
angka reynolds dan angka Schmidt yang cukup luas. Bentuk alternatif dari bentuk
korelasi itu didapat dengan membagi persamaan dengan NRe x NSc sehingga
menghasilkan faktor jM yang sebagaimana ditunjukkan oleh Chilton dan Colbum
sama dengan jH dan juga f/2. Suku (/w) 0,14 biasa 1,0 untuk perpindahan
massa karena itu ditinggalkan. Analogi untuk persamaan ini berlaku umum untuk
perpindahan kalor dan perpindahan massa dengan pelarutan yang sama. Perluasan
analogi ini sehingga menutupi rugi gesek yang dilakukan untuk pipa saja karena
semua rugi disini berasal dari gesek kulit saja. Analogi ini tidak berlaku untuk
rugi gesek dimana tidak terdapat seret bentuk dari pemisahan aliran, sebagaimana
terdapat pada aliran seputar benda.
Korelasi yang telah disajikan untuk berbagai kisaran angka Schmidt. Data
untuk penguapan beberapa macam zat cair didalam menara didnding basah
dikorelasi dengan eksponen yang agak lebih tinggi baik untuk angka Reynold
maupun untuk angka Schmidt. Angka Schmidt berkisar antara 0,60 dan 0,25 dan
dalam jangkau yang sempit. Perbedaan antara eksponen itu mungkin mempunyai
makna fundamental, karena perpindahan ke permukaan zat cair, yang mungkin
mempunyai riak dan kegombang mesti berbeda dari permukaan perpindahan padat
yang licin.
Korelasi untuk perpindahan massa dan angka schmidt yang tinggi (antara
430 100.000) didapat dengan mengukur laju kelarutan didalam tabung asam
benzoat didalam air dan zat cair viscous. Perbedaan antara eksponen angka
Schmidt dan nilai 1/3 yang biasa mungkin tidak banyak, tapi eksponen angka
Reynold jelas lebih besar dari 0,80.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
A. Bahan yang digunakan :
Air dan Udara
B. Alat-alat yang digunakan :
1) Kolom Deoksigenerator
2) Pump
3) Compresor
4) Sensor probe
5) Bak penampung air
6) Flow meter udara
7) Flow meter air
3.2. Prosedur Percobaan
1) Tekan tombol power. Lalu tekan tombol supply.
2) Tekan tombol pump 1 untuk mengalirkan air dari bak penampungan ke kolom
deoksigenerator.
3) Atur flowmeter untuk air sesuai dengan laju alir yang ditetapkan
4) Bila kolom deoksigenator penuh dengan air, hidupkan pump 2 yang berfungsi
untuk menyedot air dan dialirkan ke flowmeter dan sensor probe, dimana alat
ini digunakan untuk menghitung laju alir air dan O
2
yang terserap dari inlet.
5) Kemudian air akan mengalir ke puncak Wetted-Wall Absorption Column dan
selanjutnya akan turun dari puncak ke dasar kolom secara laminer yang
berupa lapisan tipis (film).
6) Bersamaan dengan itu tekan tombol compressor untuk mengalirkan udara
secara counter current ke dalam Wetted Wall Absorption Colum. Udara yang
dialirkan oleh compressor sebelumnya masuk dalam flow meter udara untuk
menghitung laju alir udara.
7) Kemudian air yang sudah bebas O
2
masuk ke sensor probe untuk menghitung
O
2
outlet. Dimana kedua alat ini dihubungkan dengan DO meter.

Anda mungkin juga menyukai