Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA MONOKLOROBENZENE

Oleh : Abrar Harist Asih Mustikasiari Muhamad Alif H Risky Ardias. D NIM : 21030112120011 NIM : 21030112130064 NIM : 21030112130063 NIM : 21030112140170

TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Monoklorobenzene adalah senyawa aromatik organik yang pada suhu dan tekanan standar berbentuk cair dan tidak berwarna. Zat ini mempunyai rumus kimia C6H5Cl, mempunyai massa jenis 1.11 g/cm dan mempunyai massa molar 112.56 g/mol. Titik lelehnya sekitar -450C, dan titik didihnya 1310C. Monoklorobenzene merupakan zat yang tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut pada sebagian besar pelarut organik lainnya. Monoklorobenzene adalah senyawa yang tidak berwarna, berbentuk cair dan mudah terbakar. Zat ini merupakan pelarut yang umum digunakan dan biasanya digunakan pada industri-industri yang menghasilkan zat kimia lain. Pada kondisi standar (250C, 100 kPa) zat ini tidak terpengaruh oleh kehadiran air, maupun udara. Selain itu pada saat mendidih, zat ini tidak memiliki kecenderungan untuk melepas atom-atom klorin. Bahkan, pendidihan menggunakan KOH selama beberapa jam tidak menghasilkan efek pada monoklorobenzene. Zat ini tidak larut dalam air tapi zat ini larut pada sebagian besar pelarut organik. Monoklorobenzene terhidrolisis dengan membentuk Fenol pada suhu 450 C sampai 500 C dengan adanya katalis atau dengan alkali beralkohol atau dengan air di bawah tekanan pada suhu tinggi. Klorinasi zat ini dengan menggunakan berbagai katalis mengahasilkan o dan p-diklorobenzena. Monoklorobenzene merupakan zat yang beracun, tapi tidak seberbahaya benzena. Monoklorobenzene merupakan cairan yang mudah meledak apabila terpapar api dan udara terbuka.

I.2 Sejarah Proses Monoklorobenzene (MCB) pertama kali dibuat pada tahun 1851. Zat tersebut terbentuk melalui proses klorinasi pada benzena menggunakan katalis Asam Lewis seperti besi klorida dan alumunium klorida.

MCB adalah salah satu zat kimia yang pertama kali diproduksi dalam skala industri. Monoklorobenzene pertama diproduksi di daerah Widnes, Inggris pada tahun 1909. Monoklorobenzene pada awalnya dibutuhkan dalam skala besar untuk membuat fenol pada perusahaan asam pikrik pada perang dunia yang pertama.

I.3 Spesifikasi Bahan Baku Benzena Sifat Fisika: Fase Warna Massa jenis (suhu kamar) Massa jenis cair pada titik lebur Titik lebur Titik didih Titik kritis Kelarutan pada air Kelarutan pada pelarut lain : cair : Tidak berwarna : 1.11 g/cm : 1.819 g/cm : -45 C, 228 K, -49 F : 131 C, 404 K, 268 F :1314 K, 20.7 Mpa : 0.5 g l-1 in water at 20 C : Larut pada hampir semua pelarut organik

Sifat Kimia Benzene merupakan cairan yang mudah terbakar. Benzena lebih mudah mengalami reaksi substitusi daripada adhisi. (sumber: id.wikipedia.org/wiki/Benzena)

Klor Sifat Fisika: Fase Warna Massa jenis (suhu kamar) BM Titik lebur Titik didih Titik kritis Kalor peleburan Kalor penguapan Kapasitas kalor (25 C) : cair : Kuning terang : 3,2 g/l : 90.45 gr/mol : 171,6 K, -101,5 C, -150,7 F : 239,11 K, -34,4 C, -29,27 F : 416,9 K, 7,991 Mpa : (Cl2) 6,406 kJmol1 kJ/mol : (Cl2) 20,41 kJmol1 kJ/mol : (Cl2) 33,949 Jmol1K1

Sifat Kimia Dalam bentuk ion klorida, unsur ini adalah pembentuk garam. Dalam bentuk gas, klorin berwarna kuning kehijauan, dan sangat beracun. Dalam bentuk cair atau padat, klor sering digunakan sebagai oksidan, pemutih, atau desinfektan.. (sumber: msds c ie df)

I.4 Spesifikasi Produk Monoklorobenzene Sifat Fisika: Fase Warna Massa jenis (suhu kamar) BM Titik lebur : cair : Tidak berwarna : 1,11 g/cm3 : 112,56 gr/mol : -45 C, 228 K, -49 F

Titik didih Kelarutan pada air Kelarutan pada pelarut lain

: 131 C, 404 K, 268 F : 0.5 g l-1 in water at 20 C : Dapat larut pada hamper semua pelarut organik

(sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Chlorobenzene, http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927132 )

I.4 Kegunaan Produk Monoklorobenzene biasa digunakan dalam skala besar pada industri DDT insektisida, fenol dan pelarut berbagai macam zat pewarna. Zat ini digunakan sebagai solvent atau pelarut bertitik didih tinggi pada banyak industri dan juga berbagai laboraturium. Monoklorobenzena dapat dinitrasi dalam skala besar untuk menghasilkan campuran dari 2- dan 4-Nitroklorobenzena yang dapat dipisahkan dengan kristalisasi fraksional atau distilasi. 2-nitroklorobenzena dapat diubah menjadi 2-nitrofenol, 2nitroanisol, 2-nitrofenil, dan 2-nitroaniline dengan pemisahaan nukleofilik dari klorida dengan menggunakan natrium hidroksida (NaOH) dan ammonia. Pengubahan 4-

nitroklorobenzena juga sama dengan pengubahan dari 2-nitroklorobenzena. Diperkirakan bahwa 60% dari Monoklorobenzena yang diproduksi digunakan pada industry pembuatan fenol, 20-25% digunakan pada produksi DDT dan insektisida lain sementara sisanya digunakan untuk industry pewarna dan anilin. Monoklorobenzena ini juga bisa digunakan sebagai solvent. Sejak tahun 1940, sejumlah besar Monoklorobenzena sudah digunakan pada industri penghasil DDT. Tapi, sejak DDT menyebabkan berbagai macam masalah serius bagi lingkungan, penggunaannya pun dibatasi. Selain itu, penggunaan monoklorobenzene untuk memproduksi fenol pun semakin menurun sejak Proses Cumene ditemukan. Proses Kumene tersebut mempermudah pembuatan fenol dan saat ini menjadi pilihan bagi sebagian besar perusahaan yang memproduksi fenol. Di masa depan, monoklorobenzena hanya akan banyak digunakan sebagai pelarut zat warna dan pelarut zat-zat lainnya.

BAB II RANCANGAN PROSES

II.1 Reaksi/mekanisme reaksi monoklorobenzene dapat dihasilkan dalam skala industri pada fase cair dengan reaksi benzene dan klor. Kedua reaksi utama, yang menghasilkan turunan

monoklorobenzene (MCB) dan diklorobenzene (DCB), adalah:

Arus cairan meninggalkan reaktor yang berisi benzena , chlorobenzenes , hidrogen klorida dan sedikit klor yang tidak bereaksi. Sebelum pemisahan dengan distilasi , aliran ini dinetralkan menggunakan air dan natrium hidroksida untuk mencegah korosi . Namun yang perlu dicatat, dalam proses terakhir harus dicampurkan untuk melewati deretan distilasi diluar treatment awal untuk menghilangkan aliran limbah . Dalam neutraliser tersebut , dilarutkan HCl direaksikan dengan larutan NaOH ( 0,1 mol NaOH / mol H2O ) . Kelebihan dari larutan NaOH yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi sedikit basa . Setelah netralisasi , cairan dan fase organik dipisahkan menggunakan Decanter . aliran limbah cair Ini dapat ditreatment

menggunakan fasilitas di lokasi sebelum dibuang (Sumber: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0959652699002346)

II.2 Tinjauan Termodinamika Untuk mengetahui apakah sifat reaksi berjalan eksotermis atau endotermis, maka er u e buktian dengan enggunakan ana e bentukan tandar, Hf. tekanan 1 atm

dengan suhu sebesar 298.15 K. Pada proses subtitusi dengan reaksi sbb:

C6H6 (l) + Cl2 (g) H = Hf (produk)- Hf (reaktan)

C6H5Cl (l) + HCl (g)

Jika H reak i = (-) maka reaksi berjalan secara eksotermis Jika H reaksi = (+) maka reaksi berjalan secara endotermis iketahui data Hf masing-masing komponen pada 298.15 K adalah : Hf C6H6 (l) = 49 kJ/mol Hf Cl2 (g) = 0 kJ/mol

Hf C6H5Cl (l) = 11 kJ/mol H

Hf HCl (g) = -92.3 kJ/mol

= (Hf C6H5C + Hf HCl) - ( Hf C6H6 + Hf Cl2 ) = ( 11 + (- 92)) (49 + 0 ) = -130 kJ/mol

Sedangkan untuk mengetahui apakah reaksi pembentukan monoklorobenzen searah (reversible) atau tidak searah (irreversible) berdasarkan tinjauan termodinamika dengan er a aan vant H ff ebagai berikut : d(G/RT)dT=-HRT Dengan GRT=-lnK Sehingga : d(G/RT)dT=-HRT dlnKdT=HRT Dengan : G = nergi gibb R T K tandar

= Tetapan gas umum = Temperature reaksi = Konstanta kesetimbangan reaksi aka reak i ter ebut earah (irreversible)

Apabila K > 1, maka reaksi tersebut bolak-balik (reversible) A abi a K 1,

Diketahui data-data G untuk mengetahui masing-masing komponen pada 298.15 K adalah

Gf C6H6 (l) = 125 kJ/mol Gf C6H5Cl (l) = 94 kJ/mol

Gf Cl2 (g)

= 0 kJ/mol

Gf HCl (g) = - 95 kJ/mol

(Sumber Data: Perrys Chemical Engineering Handbook, hal:550-559) G = (Gf C6H5C + Gf HCl) - ( Gf C6H6+ Gf Cl2 ) = (94 + (-95)) ( 125 + 0 ) = -126 kJ/mol Dari persamaan ini : GRT=-lnK K=e-G/RT K298.15 = exp - (-126/8,314.298.15) K298.15 = 1.052 Pembentukan monoklorobenzen merupakan reaksi eksotermis. Hal ini ditunjukkan dengan harga entalpi yang negatif yaitu -130 kJ/mol monoklorobenzen yang terbentuk. Karena reaksi berlangsung eksotermis maka kenaikan temperatur dalam tekanan tetap akan mengurangi konversi sehingga akan menyebabkan monoklorobenzen yang dihasilkan akan semakin berkurang, dan nilai K =1.052, sehingga reaksinya irreversible. (Sumber Data: Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics, J. M. Smith, H. C. Van Ness, hal: 237-240)

II.3 Tinjauan Kinetika Ditinjau dari kinetika reaksinya, kecepatan pembentukan monoklorobenzen akan semakin besar dengan kenaikan suhu dan penggunaan katalis. Hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan Arhenius : k = A.e(-E/RT) Dalam hubungan ini: k A E = konstanta kecepatan reaksi = faktor frekuensi = energi aktivasi

R T

= konstanta gas ideal = temperatur

Dari persamaan di atas, harga A, E, dan R tetap, sehingga harga k hanya dipengaruhi oleh fungsi T (suhu), untuk ruas kanan semakin besar maka reaksi akan berlangsung cepat. Jika ditinjau dari reaksinya, produk monoklorobenzen dapat ditingkatkan dengan menaikkan atau menurunkan tekanan disertai dengan menaikan atau menurunkan volume reaktan. Dalam hal ini tekanan dan volume berbanding terbalik sesuai dengan rumus P.V = n. R.T, dimana tekanan dan volume adalah fungsi suhu. Cara lain untuk meningkatkan produksi adalah dengan penambahan reaktan dan pengambilan produk secara terus menerus agar reaksi akan berjalan terus ke arah produk. (Levenspiel, Octave. 1999. Chemical Reaction Engineering 3rd edition. New York. John Wiley & Sons. Inc, hal:356-375)

II.4 Kondisi Operasi Benzena cair diumpankan ke sebuah chlorinator yang beroperasi pada tekanan 2,4 bar. Umpan masuk pada suhu 25 C, pada tekanan atmosfer dan mengandung air. Gas Klorin diumpankan ke tangki, pada tekanan atmosfer dan suhu 25 C serta dianggap murni. Mungkin ada beberapa chlorinator beroperasi seri atau paralel tergantung pada derajat klorinasi benzena yang diperlukan. Ferric chloride sebagai katalis. Ferric chloride pada chlorinator tersebut merupakan reaksi eksotermis yang memerlukan pendinginan sehingga dipertahankan suhunya, sekitar 40 C. Gas HCl ( 90 % dari HCl terbentuk ) meninggalkan reaktor pertama, didinginkan untuk memadatkan impurita s( benzene dan produk klor ) dan maka itu digosok dalam scrubber menggunakan pendingin Chlorobenzene. Aliran chlorobenzene mentah meninggalkan reactor, dicucidengan larutan NaOH (20% berat; dipertahankan sedikit basa untuk melindungi peralatan dari korosi ) dalam pra - penetral . Aliran produk bebas dari HCl. Produk ini diumpankan ke Pemulihan Kolom Benzene, yang merupakan kolom distilasi. Hasil bawah hampir 100 % chlorobenzene murni. hasil atas mengandung 98 % berat benzena dan 2 % chlorobenzene dan semua benzena didaur ulang ke penyimpanan benzena melalui pembersih . Dari

pembersih monochlorobenzene dikirim ke sistem pendinginan. Bagian bawah dari kolom theBenzene mengandung monochlorobenzene dan dichlorobenzene. Ini untuk kolom chlorobenzene dan yang lagi kolom distilasi. Hal ini mungkin mengandung 12 sampai 20 nampan dan dioperasikan pada tekanan berkisar dari 3-7 lb/in.2 abs. Suhu di kolom chlorobenzene mungkin antara 100-120 C. Monochlorobenzene merupakan produk distilat overhead dari kemurnian 99 % .Dichlorobenzene adalah produk residu bawah kemurnian 97 % . (sumber:http://www.sbioinformatics.com/design_thesis/Chlorobenzene/Chlorobenzene_ Methods-2520of-2520Production.pdf)

II.5 Diagram Alir

(Sumber: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0959652699002346)

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Dalam pembuatan Monoklorobenzene dengan proses klorinasi ini, benzene cair dan gas klorin diumpankan pada klorinator pada suhu 25 0C tekanan atmosfer. Ferric chloride digunakan sebagai katalis. Ferric chloride pada chlorinator tersebut merupakan reaksi eksotermis yang memerlukan pendinginan sehingga dipertahankan suhunya. Pembentukan monoklorobenzene terjadi pada kondisi eksotermis, sehingga kenaikan suhu akan mengurangi jumlah monoklorobenzene yang terbentuk.

III.2 Saran 1. Untuk meningkatkan jumlah produk, tinjauan thermodinamika dan tinjauan kinetika harus diperhatikan. Selain itu katalis juga berperan dalam peningkatan jumlah produk. 2. Karena reaksi pembentukan monoklorobenzene terjadi pada kondisi eksotermis, maka suhu harus diperhatikan. Jika terjadi kenaikan suhu maka pembentukan

monoklorobenzene akan terhambat, maka suhu harus dijaga.

DAFTAR PUSTAKA

msds.oxy.com/DWFiles/M47030_ROW_BE.pdf Perry, R. H and C. N. Chilton. 1973. Chemical Engineers Handbook, 5th ed. Mc Graw Hill Kogakusha, Led. Smith,J.M., H.C.Van Ness., M.M.Abbott. 2001. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics sixth ed. Singapore : Mc Graw Hill Book Co. http://en.wikipedia.org/wiki/Chlorobenzene http://id.wikipedia.org/wiki/Benzena http://id.wikipedia.org/wiki/Klor http://www.sbioninformatics.com/design_thesis/Chlorobenzene/Chlorobenzene_Methods-252of2520Production.pdf http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0959652699002346 http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927132 http://www.scribd.com/doc/121433166/Chlorobenzene-Production http://www.scribd.com/doc/48681462/cloro-ben-2

Anda mungkin juga menyukai