Anda di halaman 1dari 12

Peta Konsep Seperti telah diuraikan dalam pendahuluan, bahwa dibutuhkan sebuah pemahaman yang jelas dari sebuah

proses biologi yaitu dengan menyatukan konsep-konsep. Siswa dapat melihat bahwa konsep tersebut tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut Ausubel dan Robinson, seperti yang dikutip oleh Slameto (2003), berpendapat bahwa struktur kognitif itu bersifat piramidal. Bagian puncaknya yang sempit berisi konsepkonsep atau teori-teori yang paling umum, bagian tengah yang agak luas berisi sub-subkonsep yang kurang umum, dan bagian dasar yang paling luas berisi informasi-informasi khusus (konkret). Menurut Ausubel dalam Dahar (1989), ada tiga kebaikan dari belajar bermakna, yaitu: 1. 2. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat. Informasi baru yang dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya, sehingga memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip. 3. Informasi yang telah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih meninggalkan bekas, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.

Pengertian Konsep Di dalam kamus konsep diartikan sebagai sesuatu yang dapat diterima dalam pikiran, atau suatau gagasan yang umum dan abstrak. Menurut Rosser (dalam Dahar 1989), konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadiankejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut yang sama. Oleh karena orang mengalami stimulus-stimulus yang berbeda-beda, orang membentuk konsep sesuai dengan pengelompokan stimulus-stimulus dengan cara

tertentu. Karena konsep-konsep itu adalah abstraksi-abstarksi yang berdasarkan pengalaman. Dimana pengalaman dua tidak sama, maka konsep yang dibentuk juga mungkin berbeda. Walaupun konsep berbeda-beda, konsep itu cukup serupa bagi kita untuk berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan nama atau label konsep. Nama atau label konsep itu adalah simbol yang digunakan untuk menyatakan konsep, yang merupakan abstraksi internal. Nama atau label itu sendiri bukanlah konsep. Dengan kata lain konsep merupakan abstraksi mental yang mewakili sekelompok stimulus. Flavell(dalam Dahar 1996) menyarankan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu: 1. Atribut. Setiap konsep mempunyai sejumlah atribut yang berbeda. Contohcontoh konsep harus mempunyai atribut-atribut yang relevan; termasuk juga atribut-atribut yang tidak relevan. 2. Struktur. Menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu. Ada tiga macam struktur yang dikenal yaitu; (1) konsep-konsep konjuktif yaitu; konsep-konsep dimana terdapat dua atau lebih sifat-sifat sehiingga dapat memenuhi syarat sebagai contoh konsep, (2) konsep-konsep disjunktif yaitu; dimana satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada, (3) konsepkonsep relasional yaitu, menyatakan hubungan tertentu antara atribut-atribut konsep. 3. Keabstrakan. Konsep-konsep dapat dilihat dan konkret, atau konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain. 4. Keinklusifan (inclusiveness). Ini ditunjukkan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep itu. 5. Generalitas atau keumuman. Bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinatnya.

6. Ketepatan. Ketepatan suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontoh suatu konsep. 7. Kekuatan(power). Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju, bahwa konsep itu penting.

Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkret. Menurut Good dalam Rustaman (2003), konsep adalah gambaran dari ciri-ciri sesuatu objek sehingga dapat membedakannya dengan objek lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena di alam yang membedakannya dari kelompok lainnya. Menurut Novak (1984), peta konsep dibuat untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk preposisi. Preposisi adalah dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata. Pemetaan konsep adalah suatu proses yang melibatkan identifikasi konsep-konsep dari suatu materi pelajaran dan pengaturan konsepkonsep tersebut dalam suatu hirarki, mulai dari yang paling umum, kurang umum dan konsepkonsep yang lebih spesifik. Peta konsep dapat disusun seperti cabang pohon, aliran air, disusun secara kronologis, dan sebagainya. Yamin (2004) mengemukakan bahwa, ciri-ciri peta konsep adalah sebagai berikut: 1. Peta konsep adalah bentuk dari konsep-konsep atau preposisi-preposisi suatu bidang studi agar lebih jelas dan bermakna. 2. Peta konsep merupakan suatu gambar yang berbentuk dua dimensi dari suatu bidang studi, atau bagian dari bidang studi yang memperlihatkan tata hubungan antar konsep-konsep. Di

samping itu juga memperlihatkan bentuk belajar kebermaknaan dibanding dari cara belajar bentuk lain dengan tidak memperlihatkan hubungan-hubungan konsep-konsep. Peta konsep memperlihatkan hubungan konsep antara satu dengan lainnya. 3. Setiap konsep memiliki bobot yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, ia dapat berbentuk aliran air, cabang pohon, urutan-urutan kronologis, dan lain sebagainya. 4. Peta konsep berbentuk hierarki, manakala suatu konsep di bawahnya terdapat beberapa konsep, maka konsep itu akan lebih terurai secara jelas sehingga apapun yang berkaitan dengan konsep tersebut akan timbul, seperti: fungsi, bentuk, contoh, tempat dan sebagainya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peta konsep adalah suatu gambar yang tersusun atas konsep-konsep yang saling berkaitan yang dihubungkan oleh suatu preposisi. Peta konsep merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami konsep biologi, sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Menurut Zaini (2008), pada strategi peta konsep siswa diminta untuk mensintesis atau membuat satu gambar atau diagram tentang konsep-konsep utama yang saling berhubungan, yang ditandai dengan garis panah ditulis level yang membunyikan bentuk hubungan antar konsep-konsep utama itu. Menurut Novak (1984), ada beberapa aktivitas yang dilakukan suatu peta konsep, yaitu: 1. 2. Memilih satu masalah, teks atau wacana pada bahan bacaan. Menentukan konsep-konsep yang relevan. Mengurutkan konsep-konsep itu dari yang paling umum ke yang paling tidak umum (khusus) atau contoh-contoh. 3. Menyusun dan menuliskan konsep-konsep itu di atas kertas. Memetakan konsepkonsep itu berdasarkan kriteria. 4. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata penghubung tertentu untuk membentuk preposisi dan garis penghubung. dalam penyusunan

5.

Jika peta sudah selesai, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya dan kalau perlu diperbaiki atau disusun kembali agar menjadi lebih baik dan berarti.

6.

Menampilkan peta konsep yang telah dibuat siswa di depan kelas dan mendiskusikannya. Novak (1984) memperhatikan empat kriteria penilaian peta konsep, yaitu adanya

preposisi atau hubungan, hierarki, hubungan silang, dan contoh-contoh (gambar 1). Secara sederhana pemberian skor terhadap peta konsep yang dibuat oleh siswa adalah sebagai berikut:
Hirarki konse p utama cabang Level 1 konse p umum cabang Level 2 cabang cabang konse p contoh Level 3 peristiwa konse p umum cabang cabang konse p contoh peristiwa hubungan silang cabang Level 4 benda benda hubungan silang konsep khusus cabang konsep khusus cabang konsep khusus Konsep kurang umum Konsep kurang umum cabang konse p umum

konse p contoh

konse p contoh

Penilaian untuk model ini: Hubungan (jika valid) Hierarki (jika valid) 4x5 Hubungan silang (jika valid dan signifikan) 10 x 2 Contoh (jika valid)

= 14 = 20 = 20 = 4 58 total poin

Gambar 1. Kriteria penilaian model peta konsep (Novak, 1984)

Dalam kriteria penilaian peta konsep tersebut, dinyatakan bahwa: 1. Preposisi. Merupakan dua konsep yang dihubungkan oleh garis dan kata penghubung. Jika memperlihatkan preposisi maka diberi skor 1. 2. Hierarki. Menempatkan konsep utama atau kunci konsep pada puncak, dan tiap level ke bawahnya merupakan konsep yang kurang umum dan lebih khusus. Jika memperlihatkan hierarki maka diberi skor 5 untuk tiap levelnya. 3. Hubungan silang. Konsep pada jalur yang satu dapat dihubungkan dengan konsep pada jalur lain dengan kata penghubung. Hubungan silang menunjukkan keterpaduan antarjalur pengembangan konsep dalam satu bahasan. Hubungan silang dapat diberi skor 10. 4. Contoh. Merupakan peristiwa atau objek yang spesifik, dapat diberi skor 1 untuk tiap contoh. (contoh tidak dituliskan dalam lingkaran) Gambaran konsep hierarki memudahkan siswa untuk memahami dengan jelas saling ketergantungan dan hubungan di antara informasi penting yang telah dikumpulkan. Dalam menggambarkan konsep hierarki adalah bahwa ketika belajar, membaca dan menyerap seluruh bacaan tidak mudah dan juga tidak efisien. Seringkali siswa harus benar-benar harus tahu apa yang menjadi konsep dan fakta utama yang mesti dikaitkan dengan ingatan siswa (Bachman, 2005). Menurut Magno, peta konsep dapat digunakan sebagai rangkuman dari suatu materi pelajaran untuk siswa, sebagai petunjuk dari guru selama interaksi di kelas, atau sebagai petunjuk bagi siswa tentang konsep-konsep utama dan konsep-konsep baru yang harus dipelajari (Kadir, 2004). Peta Konsep dapat juga digunakan untuk evaluasi yang efektif, terutama untuk aspek pemahaman pada materi pelajaran. Dengan peta konsep, dapat diketahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa, dapat diketahui apakah siswa memahami kedudukan

konsep-konsep dan hubungan antar konsep tersebut dalam topik atau materi pelajaran tertentu (Subali, 2002). Dengan meminta siswa membuat rangkuman materi pelajaran dalam bentuk peta konsep diharapkan siswa dapat mengaitkan konsep-konsep yang telah dipelajarinya sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar biologinya. Menurut Dahar (1989), dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk beberapa tujuan, antara lain: 1. 2. 3. 4. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa Mempelajari cara belajar Mengungkapkan konsepsi yang salah Alat evaluasi Zaini (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan peta konsep juga memiliki beberapa tujuan di antaranya: 1. Mengembangkan kemampuan menggambarkan kesimpulan- kesimpulan yang masuk akal. 2. Mengembangkan kemampuan mensintesis dan mengintegrasikan informasi atau ide menjadi satu. 3. Mengembangkan kemampuan berpikir secara holistik untuk melihat keseluruhan dan bagian-bagian. 4. Mengembangkan kecakapan, strategi, dan kebiasaan belajar. 5. Belajar konsep-konsep dan teori. 6. Belajar memahami perspektif dan dalam suatu konsep. 7. Mengembangkan satu keterbukaan terhadap ide baru. 8. Mengembangkan kapasitas untuk memikirkan kemandirian.

Lampiran: Naskah Tes Peta Konsep. Limbah Organik, Kotoran Kerbau Sumber Energi Alternatif

BILA kita menengok pasar-pasar tradisional di Indonesia sangat menjijikkan. Bau limbah yang sebagian besar sisa-sisa kotoran sayur-mayur menumpuk begitu saja di pojok-pojok pasar. Namun, siapa sangka dari sanalah muncul ide cemerlang mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka menemukan sumber energi baru berbahan baku limbah dari pasarpasar tradisional tersebut. Hal itu sebagaimana ditujukkan dalam hasil karya Workshop Himatek Departemen Teknik Kimia ITB dan Pusat Penelitian Energi ITB (PPE) yang ikut pameran di Gen-E Entreprenuership Expo 2002 minggu lalu di Bandung. Kedua karya mahasiswa ITB itu bisa menjadi solusi mengurangi beban masyarakat, sebagai sumber energi alternatif, karena harga bahan bakar minyak (BBM) terus naik. Selain itu, karya mereka juga bisa menyelamatkan lingkungan. Selama ini sudah wajar bila orang tidak betah berlama-lama berada di lingkungan pasar tradisional. Pasalnya, limbah menggunung dengan bau yang sangat menusuk hidung, merupakan pemandangan yang tidak terpisahkan dari lingkungan pasar tradisional. Tumpukan limbah busuk itu pun telah mengundang dan membuat lalat-lalat betah di sana. Tumpukan limbah menggunung tersebut sangat menjijikkan. Selain itu, limbah tersebut berperan mencemari lingkungan sekitarnya. Yang jelas limbah-limbah yang lembab, busuk, dan sarang lalat akan turut berperan menebarkan berbagai penyakit di sekitarnya.

Namun tampaknya di mata para mahasiswa ini, tumpukan limbah yang menjijikkan itu bisa diubah menjadi hal yang sangat bermanfaat. Sisa sayuran, buah busuk, kulit buah-buahan, dan dedaunan sekilas adalah onggokkan yang harus dijauhi. Tetapi, justru didekati oleh para mahasiswa, bahkan mereka mengaduk-aduknya agar bisa menjadi barang bermanfaat. Riesta, mahasiswi ITB, menjelaskan tentang pemanfaatan limbah-limbah organik itu. Caranya, jelas dia, mudah, sederhana, dan murah, yaitu dengan menyediakan tangki tertutup atau tempat dari plastik yang bisa menyimpan limbah-limbah itu. "Bisa menggunakan plastik sebagai pengganti tangki. Tetapi, biasanya yang bagus menggunakan plastik polyotilen. Kalau tak ada, bisa juga menggunakan galon air mineral," jelas Riesta. Tangki atau plastik itu digunakan untuk menampung limbah-limbah organik (limbah yang mudah hancur). Dalam bahasa ilmiahnya dikenal sebagai bioreaktor. Kemudian bioreaktor itu dilengkapi selang yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk menyalurkan gas yang dihasilkan. Selanjutnya, bagian dari bioreaktor itu diberi lubang untuk membuang limbah yang tidak bisa dikonversi. Untuk mendapatkan biogas yang diinginkan, bioreaktor (tangki) harus bersifat anaerobik. Menurut Riesta, tangki itu tak boleh ada oksigen dan udara yang masuk sehingga limbahlimbah organik yang dimasukkan ke dalam bioreaktor bisa dikonversi mikroba. Dalam skala kecil, limbah rumah menghasilkan 1.000 liter limbah atau 300 kg limbah, sudah bisa menghasilkan sekitar 50-60 persen gas CH4, metan, dan sisanya karbon dioksida. "Dalam satu bulan sudah bisa menghasilkan biogas. Jelas kalau sudah dimanfaatkan untuk kompor gas sudah bisa menghemat bahan bakar yang harganya cukup mahal," katanya. Sementara limbah dari bioreaktor yang tidak bisa dikonversi dan berupa sisa limbah atau ampas dapat dimanfaatkan untuk kompos. Limbah kompos itu dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman.

Hal yang sama dilakukan kelompok mahasiswa yang tergabung dalam PPE ITB. Mereka tak sekadar pamer bagan-bagan bagaimana kerja bioreaktor yang menghasilkan gas metan dan CH4 di Gen-E Entrepreneurship Expo 2003. Mereka membuktikannya di Desa Marga Mulya, Pangalengan, Bandung. Cara kerjanya, menurut mereka, tidak rumit dan tergolong sederhana. Para mahasiswa itu membuat steam reformer (bioreaktor) hanya dari plastik yang berbentuk silinder berdiameter 50 cm. Materi atau bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan gas metan dan CH4 berasal dari kotoran kerbau, karena memang penduduk Marga Mulya banyak yang memelihara kerbau dan sapi. Kotoran kerbau sebanyak 100 kg yang ditampung di bioreaktor ternyata dalam waktu tidak kurang enam hari sudah bisa menghasilkan biogas. Biogas itu sudah dapat dimanfaatkan untuk kompor gas yang digunakan untuk berbagai keperluan. Haris, salah seorang mahasiswa yang terlibat dalam proyek pembuatan biogas itu mengatakan, ternyata biogas dari kotoran kerbau itu bisa menghemat bahan bakar minyak. "Bahkan dari bioreaktor yang kami buat di Desa Marga Mulya, masyarakat setempat bisa menghemat minyak tanah hingga enam liter dalam sehari," jelasnya. Sementara itu, limbah atau ampasnya dari bioreaktor itu yang tak bisa dikonversi masih tetap bisa dimanfaatkan. Selain untuk pupuk kebutuhan perkebunan, ampasnya bisa menghasilkan cacing tanah Rubellus rumbricus yang bisa menyuburkan tanah. Sebenarnya dua tahun belakang Rubellus rumbricus sempat menjadi komoditi yang dicaricari peternak cacing. Cacing Rubellus rumbricus disebut-disebut sebagai bahan untuk pembuatan obat. Sayangnya belakangan tren cacing tanah yang bisa dihasilkan dari ampas bioreaktor yang menghasilkan gasbio lenyap begitu saja. Sumber : Media Indonesia (2 Juni 2004)

Buatlah Peta konsep dari bacaan tersebut di atas, gunakan kata-kata yang garis bawah sebagai konsep-konsep yang harus ada dalam peta tersebut dan penghubung/proposisi untuk menyatukan konsep-konsep tersebut gunakan kata

Kunci Jawaban

Limba h
dapat dapat

Organi k
Seperti Seperti Seperti Seperti

An Organik

Seperti

Kotoran Kerbau
Berasal

Sisa Sayuran
Berasal Berasal

Buah Busuk
Berasal

Kulit Buah
Berasal Berasal

Dedauna n

Peternaka n
mwnimbulkan Dapat

Pasar Tradisional
Dapat mwnimbulkan Dapat

Rumah Tangga

mwnimbulkan

Dikonver si Tang ki
melalui

Penyakit

Bioreakto r
bahan bahan bahan

hasil

menjadi

menjadi

ampas
budidaya

kompos

pupuk

subur

Tang ki

galo n

Plasti k

hasil

Cacing tanah
seperti

tanaman
subur media

Biogas
berupa menjadi

tanah

CH4

berupa

menjadi

Rubellus numbricus

Metan a

Energ i baru

Energi alternat if

pupuk

Tang ki

tanaman

menjadi

CH4

berupa

menjadi

Metan a

Energ i baru

Energi alternat if

Anda mungkin juga menyukai