Revisi 1rtff
Revisi 1rtff
PENDAHULUAN
1
pusat di Khartoum dengan fraksi terbesar pemberontak Sudan People Liberation
Movement (SPLM) di wilayah Selatan Sudan, pimpinan John Garang. Jutaan warga
Sudan telah mengungsi dan pemerintahan dituduh telah menghalangi pergerekan
pertolongan untuk kamp-kamp pengungsi di selatan. Konflik besar Sudan Selatan
bersumber dari keputusan Khartoum memberlakukan tatanan yang tidak bisa
diterima oleh warga Selatan. Hukum Shariah Islam diundangkan dan pemerintah
Sudan mengusahakan terbentuknya sebuah Negara Islam. Konflik tersebut bisa
diselesaikan dengan kesepakatan damai antara kedua belah pihak yang ditanda-
tangani di Nairobi bulan Januari 2005. Perjanjian damai tersebut mengakhiri konflik
berdarah yang telah berlangsung 21 tahun di Sudan Selatan, serta menewaskan dua
juta orang, terutama akibat kelaparan dan serangan penyakit. Kesepakatan tersebut
tidak terlepas dari upaya tidak kenal lelah UA sebagai penengah pihak yang
bersengketa. Protokol kesepakatan tersebut miliputi gencatan senjata permanen.
Berdasarkan persetujuan tersebut, Partai Kongres Nasional yang berkuasa di
Khartoum, dan SPLM akan membentuk pemerintahan koalisi sementara, juga akan
dilakukan desentralisasi kekuasaan, pembagian hasil minyak, dan mengintegrasikan
kekuatan militer kedua belah pihak. Pada akhir periode pemerintahan transisi
tersebut, wilayah Selatan dapat memutuskan untuk memisahkan diri atau tetap
menjadi bagian dari Sudan.2
Ketika proses perdamaian Utara-Selatan sedang berlangsung, di propinsi
Darfur, Sudan bagian Barat pecah pemberontakan. Pada Pebruari 2003, dua
kelompok bersenjata Sudan Liberatian Movement/Army (SLM/A) dan Justice and
Equality Movement (JEM) memulai perang di Darfur. Kelompok-kelompok ini
menyerang kota-kota, fasilitas-fasilitas pemerintah, dan warga sipil di daerah
tersebut. Kebanyakan pemberontak tersebut berasal dari dua atau tiga komunitas
seperti suku Fur dan Zaghawa. Para pemberontak menyatakan perlawanan mereka
disebabkan karena keterbelakangan dan marginalisasi yang dialami Darfur selama
3
tidak terlepas dari aktifitas milisi-milisi bersenjata, baik kelompok SLA dan JEM,
maupun milisi-milisi lain yang menyerang penduduk sipil.
Kekerasan yang terjadi di Darfur berdasarkan data Human Rights Watch
(HRW) akibat ulah Janjaweed dan berdasarkan sejumlah keterangan yang yang
dikumpulkan dari sejumlah NGO seperti Amnesti internasional, tindakan milisi
Janjaweed didukung oleh pemerintahan Sudan. Para pengungsi mengatakan pasukan
pemerintah menyerang dari udara, dan milisi Janjaweed menyerbu kampung mereka
membunuh para lelaki, memperkosa perempuan dan membakar rumah-rumah dan
kampung, serta mengambil apa saja yang bisa mereka ambil.7 Akibat dari peristiwa
itu ribuan orang dari kampung disekitar Darfun pun memutuskan mengungsi untuk
mencari perlindungan. Pengungsi dari wilayah Darfur ini melarikan diri ke Chad,
negara tetangga Sudan yang wilayahnya berbatasan dengan Darfur, kamp-kamp
pengungsi di Darfur antara lain di Farchana dan Bredjing. Tuduhan telah melakukan
aksi Genosida pun dilontarkan kepada milisi Janjaweed, yang berimbas kepada
pemerintahan Sudan.8. Menurut Internasional Crisis group, serangan militer oleh
pemerintahan tersebut tidak hanya semata-mata bertujuan untuk menghancurkan
pemberontakan dan melakukan kebijakan pembersihan etnis Afrika, tetapi ada tujuan
lain di balik itu, yaitu mengusir populasi yang berada di sekitar area minyak bumi,
yang merupakan tujuan jangka panjang pemerintah, dengan alasan untuk riset lebih
lanjut terhadap sumber minyak bumi dan pembangunan infrastruktur.9
Salah satu penyebab terus berkobarnya perang di Darfur adalah dengan
membiarkan milisi Janjaweed bergerak bebas. Masyarakat internasional telah
menekan telah menekan pemerintahan Sudan agar milisi Janjaweed segera dilucuti,
tetapi pemerintahan Sudan tidak merespon tuntutan tersebut. Atas sikap dingin
5
yang disebut AMIS (African Union Mission In Sudan), tetapi kemampuan AMIS
dalam melindungi penduduk dan melindungi operasi bantuan kemanusiaan masih
kurang optimal dikarenakan oleh kapasitasnya yang masih terbatas, kurangnya
sumber daya, dan adanya bantuan politis.
UA sadar mereka tidak mempunyai kemampuan yang besar untuk
menyelesaikan konflik di Darfur yasng sangat kompleks, untuk itulah mengapa UA
meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengambil alih pemeliharaan perdamaian di
Darfur. Dan pada tanggal 31 Juli 2007 Dewan Keamanan PBB bersepakat untuk
menjalankan resolusi nomer 1769 yang berisikan pembentukan UNAMID (United
Nations African Mission In Darfur) yang bekerja berdasarkan Chapter VII (peace
making mission = menciptakan perdamaian = menggunakan kekuatan/ memaksa
perdamaian) dalam jangka waktu 12 bulan.12 Di bawah resolusi ini, pasukan penjaga
keamanan diberikan hak untuk menggunakan kekuatan mereka guna mencegah
serangan, melindungi warga sipil dan pekerja sukarelawan serta mendukung segala
bentuk perjanjian perdamaian di Darfur.
UNAMID merupakan badan yang dibentuk oleh PBB dan UA yang berfungsi
menstabilkan keamanan di Darfur dan memberikan bantuan kemanusian. Misi ini
merupakan misi terbesar dan juga merupakan misi hybrid pertama dalam sejarah misi
perdamaian PBB yang menelan dana sebesar US$ 2 miliar pada tahun pertama.
Selain mengupayakan pembentukan penjaga perdamaian, DK PBB juga tengah
meretas jalan untuk mencapai perdamaian di Darfur. Mereka akan melibatkan semua
pihak, baik pemerintah maupun pemberontak, untuk berdamai dan menjalin kerja
sama politik dan kemanusiaan.13 Kekuatan UNAMID berjumlah 26000 personil yang
terdiri dari 20000 tentara dan lebih dari 6000 polisi dan juga komponen sipil lain.
Berdasarkan pembahasan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
12 polisi oh polisi.dalam
http://reinhardjambi.wordpress.com/category/unamid/
17 nasional dikirim di Darfur dalam
http://reinhardjambi.wordpress.com/category/unamid/
13
penulis memilih judul skripsi sebagai berikut:
PERAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN
KONFLIK DI DARFUR-SUDAN
7
PBB pada konflik di Darfur tahun 2004 sampai tahun 2008.
15 Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Edisi Revisi. UPT Penerbitan Universitas Jember. Jember,
2005. Hal 16
16 The Liang Gie, Ilmu Politi: Suatu pembahasan tentang pengertian, kedudukan,lingkup dan
metodologi. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1882), hal. 47
sarana kerangka berpikir juga dibutuhkan agar penelitian memiliki fokus yang jelas
dalam menganalisa suatu fenomena.
Penulis berusaha untuk menggunakan teori dan menerapkan metode ilmiah
untuk menganalisa latar belakang Dewan Keamanan PBB terlibat dalam
penyelesaian konflik di Darfur. Penemuan data disertai dengan pemakaian teori dan
konsep yang tepat diharapkan dapat menghasilkan pengkajian permasalahan yang
lebih mendalam. Penerapan teori dan konsep yang dipilih dimaksudkan untuk
mendapatkan eksplanasi yang jelas mengenai permasalahan yang diangkat dalam
suatu kesimpulan sebagai hasil penelitian yang logis dan obyektif.
Mochtar Mas’oed memberikan batasan tentang definisi konsep sebagai
berikut:
“Konsep sebenarnya adalah sebuah kata yang melambangkan sesuatu
gagasan. Ia bukan sesuatu yang asing, kita menggunakannya sehari-hari
untuk menyederhanakan kenyataan yang kompleks dengan mengkategorikan
hal-hal yang kita temui berdasar ciri-cirinya yang relevan bagi kita.”17
Agar lebih jelas penulis merasa perlu untuk memberikan pendapat Mc Cain
dan Segal mengenai definisi teori sebagai berikut:
“Serangkaian statemen yang saling berkaitan… (yang terdiri dari) 1. Kalimat-
kalimat yang memperkenalkan istilah-istilah yang merujuk pada konsepsi
dasar teori itu, 2. Kalimat-kalimat yang menghubungkan beberapa konsep
dasar itu sama lain, dan 3. Kalimat-kalimat yang menghubungkan beberapa
satatemen teoritis itu dengan sekumpulan kemungkinan obyek pengamatan
empiris (yaitu hipotesa).”18
17 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, (Jakarta: LP3ES, 1994),
hal. 94
18 Mas’oed. ibid. hal 93
9
untuk membentuk mesin kelembagaan agar memudahkan kerjasama di antara
mereka dalam bidang keamanan, ekonomi dan sosial serta bidang lainnya.19
Sedangkan Menurut Sumaryo Suryokusumo organisasi Internasional adalah:
“Suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut aspek-aspek
perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu
tertentu. Organisasi internasional diperlukan dalam rangka kerjasama,
menyesuaikan dan mencari kompromi untuk meningkatkan kesejateraan serta
memecahkan persoalan bersama, serta mengurangi pertikaian yang timbul”.20
11
Dalam penyelesaian suatu konflik, terdapat banyak cara yang dapat ditempuh.
Tentunya dengan terlebih dahulu menentukan indikator analisis konflik dan dari
indikator-indikator tersebut maka akan bisa ditemukan bagaimana model
kebijaksanaan penyelesaian konflik yang diharapkan. Penyelesaian konflik
internasional dapat melalui penyelesaian secara politik (nonyuridiksional) dan secara
hukum (yuridiksional). Penyelesaian secara politik dapat dibagi menjadi tiga23, yaitu:
1. Penyelesaian dalam kerangka antar negara, antara lain : perundingan
diplomatik dengan atau tanpa mediator, dengan menggunakan angket dan
konsiliasi internasional.
2. Penyelesaian dalam kerangka Organisasi-organisasi dan Badan-badan
Regional.
3. Penyelesaian dalam kerangka organisasi PBB.
Menurut Oran Young, Peran dan fungsi yang mungkin dimainkan dalam
menyelesaikan krisis dan konflik24, adalah :
1. “Jasa Baik” Mengacu pada prosedur yang merupakan sarana bagi pihak
ketiga untuk bertindak sebagai saluran komunikasi diantara para pihak yang
bertikai dengan menyampaikan pesan diantara mereka.
2. Sumber data, meliputi pemberian informasi yang releven kepada para pihak
yang bersangkutan mengenai karakter yang tidak menyimpang.
3. Interposisi, mengirim cepat pasukan PBB untuk menjaga keamanan dan bila
perlu memungkinkan untuk meredakan ketegangan.
4. Pengawasan, Setelah para pihak yang berkonflik merundingkan gencatab
senjata
5. Persuasi, yang melibatkan upaya untuk mengusahakan terus negosiasi dan
membujuk pihak yang bersengketa untuk maju
6. Enunsiasi, meliputi penjelasan isu di sekitar konflik
23 Hught Miall, Oliver Ramsbotham, Tom Woodhouse, Resolusi Damai konflik Kontemporer
(Rajawali Press, Jakarta, 2000) Hal.127
24 K.J.Holsty, Op.cit. Hal. 176
7. Elabortasi dan Inisiasi, disini para mediator terlibat aktif dalam perundingan
dengan membantu merumuskan kepentingan bersama dan saling melengkapi.
8. Partisipasi, dimana pada titik ini terjadi perundingan tiga arah dan pada
beberapa kasus, mediator sebenarnya menguasai perundingan.
1.5. Hipotesa
Hipotesis disusun guna memberi jawaban sementara yang dalam analisis
lebih lanjut akan membuktikan kebenarannya. Dalam prosesnya kemudian hipotesisi
akan diverifikasi untuk mendapatkan kesimpulan yang sebenarnya. Hipotesis
diperlukan untuk menemukan alternative dalam berbagai macam dugaan yang
mendekati. Sebagaimana dikemukakan oleh Sutrisno Hadi, sebagai berikut:
“Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga salah. Dia
akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika fakta
membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesa dengan begitu sangat
tergantung terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan.”25
13
manusia, mengingat semakin parahnya keadaan di Darfur.
1.7 Pendekatan
15
Pendekatan diperlukan dalam sebuah karya tulis ilmiah untuk lebih
menjelaskan dan mencapai maksud serta tujuan penelitian tersebut. Pendekatan
tersebut dimaksudkan agar pembahasan dapat terfokus pada permasalahan yang
dituju, sesuai dengan ruang lingkup pembahasan yang telah ditetapkan. Menurut The
Liang Gie, pendekatan adalah:
keseluruhan unsure yang dipahami untuk mendekati suatu bidang ilmu dan
memahami pengetahuan yang teratur, bulat, mencari sasaran yang ditelaah
oleh ilmu tersebut28