PENDAHULUAN
manusia dan semakin melupakan aspek sosial dirinya. Perasaan antipati dan tidak
kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan atau sekolah (bullying) masih
sering kita dengar, kekerasan tersebut bukan hanya bersifat fisik seperti
perubahan perilaku jadi negatif atau negatif agresif. Hal ini juga akan mereduksi
potensi siswa sehingga tumbuh kembang tak maksimal. Penelitian Yayasan Semai
Jiwa Amini (Sejiwa) dan Plan Indonesia menunjukkan 67 % siswa SMP dan
oleh teman sendiri dan guru. Repotnya bullying tidak dipedulikan, bahkan
cenderung diwariskan dari waktu ke waktu. Tindakan ini dianggap wajar dan
(2005:1-2) mengatakan, jika hal ini terus berlanjut maka kita akan bertemu
sangat memprihatinkan masyarakat dan kondisi ini diduga bermula dari apa yang
intelektual dan sentralisasi standar mutu dalam ujian nasional. Praksis pendidikan
nasional adalah satu-satunya ukuran keberhasilan siswa dan juga sekolah sebagai
tanpa memperhatikan banyak aspek lain yang mungkin diperoleh oleh siswa atau
lembaga sekolah yang ada. Sistem evaluasi dan ujian nasional yang
mengkerdilkan makna siswa sebagai suatu pribadi manusia dan sekolah sebagai
Setiap pribadi manusia memiliki potensi dan talenta dalam dirinya, tugas
yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Semua mata pelajaran yang
bermasyarakat.
sehari-hari serta dapat juga digunakan untuk melayani berbagai disiplin ilmu.
yang cukup handal untuk menghadapi berbagai macam masalah yang timbul di
yang bersifat formal, yaitu penataan nalar serta pembentukan pribadi anak, dan (2)
matematika. Berfikir logis dan kritis juga merupakan tujuan dari pendidikan
(2008:4) mengatakan ada tujuh ciri dari orang yang penuh kasih yaitu:
(1)Kebaikan (2) Kesabaran (3) Pengampunan (4) Kerendahan hati (5) Kesopanan
(6) Kemurahan (7) Kejujuran. Ketujuh karakter ini adalah kebiasaan yang perlu
dipraktekkan ketika kita memutuskan menjadi orang yang penuh kasih. Karakter
dari para guru tentang apa yang siswa ketahui, apa yang perlu dipelajari dan
baik. Ini poin ketiga dari prinsip dalam Principal and standards for School
teaching requires understanding what student know and need to learn and
bersifat mekanik dan drill. Banyak anggapan bahwa jika aspek kognitif sudah
dikembangkan secara benar maka aspek afektif akan ikut berkembang secara
positif pula. Menurut mereka asumsi ini jelas-jelas merupakan kesalahan yang
5
sangat besar.
agama saja. Jika ini yang terjadi maka moralitas yang tumbuh hanya sebatas
moralitas yang baik tentu saja akan menghargai nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai
kemanusiaan tidak bisa diajarkan , mereka harus dibangkitkan dalam diri siswa.
Kesalahan dimasa lampau adalah ketika guru mengajarkan moralitas, etika, nilai-
nilai, karakter yang baik sebagai mata pelajaran. Siswa bisa menghapal itu dan
bisa lulus ujian, tetapi mereka gagal menerapkannya dalam praktek kehidupan
berusaha mengaitkan topik dengan konteks yang ada dalam kehidupan nyata
memahami arah belajar pada dimensi yang luas, sehingga pencapaian tujuan
(Budingsih 2005:76).
dan hubungannya dengan logika semata tetapi juga berkaitan dengan dorongan
kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarnya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
2007:26).
belajar yang belum memuaskan. Selain itu juga kemampuan matematika mereka
masih kurang baik termasuk diantaranya prestasi belajar materi ajar aritmatika
Minimal (KKM) sekolah sebesar 60. Diperoleh juga data bahwa sikap saling
kelas VII. Topik ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan nyata siswa sehari-
8
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka judul yang dipilih dalam
Kelas VII”.
atau tingkah laku siswa dalam proses pembelajaran dan relasi dengan
9
sesamanya, tidak hanya mencakup aktivitas yang bersifat fisik tetapi juga
aktivitas mentalnya.
1. Kajian dalam penelitian ini terbatas pada materi Aritmatika Sosial dengan
sederhana.
melibatkan siswa sebanyak tiga kelas (satu kelas eksperimen, satu kelas
kontrol dan satu kelas ujicoba) dari tujuh kelas VII di SMP Negeri 1
Minimal (KKM).
pembelajaran ekspositori.
matematika siswa.
cakupan yang lebih luas untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih
akurat.
pembelajaran meliputi: (1) buku guru, (2) buku siswa, (3) RPP (Rencana
lembar validasi buku siswa; (4) lembar validasi tes prestasi belajar (5)
dengan masalah nyata di sekitar siswa yang dapat diamati atau dipahami
situasi nyata siswa yang dapat diamati atau dapat dipahami siswa lewat
nilai kehidupan tumbuh dan berkembang dalam diri siswa sehingga dapat
pertanyaan
aktivitas siswa.
pada materi Aritmatika Sosial kelas VII yang meliputi buku siswa, minat
siswa.
16
15. Tes Prestasi belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk
mengajar. Tes prestasi belajar yang baik diukur dengan validitas, dan
ketuntasan belajar.
belajar dapat dilihat dari membandingkan prestasi belajar siswa melalui tes
Tanggungharjo yakni 60. Jika prestasi belajar lebih dari atau sama dengan
KKM.