59
Diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
Jalan Sisingamagaraja No. 59,
Jakarta Selatan 12120
Telp: (021) 722-2989
Fax: (021) 724-5078
E-mai: iai-info@akuntan-iai.or.id
Cetakan Pertama
Mei 2002
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
DAFTAR ISI
PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah telah disahkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 1 Mei 2002.
Paragraf
Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material
(immaterial items). PENDAHULUAN 001–005
Tujuan 001
Jakarta, 1 Mei 2002 Ruang Lingkup 002-005
Dewan Standar Akuntansi Keuangan
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN 006–151
Pengakuan dan Pengukuran Mudharabah 006-034
Nur Indriantoro (alm) (1998-2000) Ketua Karakteristik 006-013
Istini T.Sidharta (2000-2002) Ketua Bank sebagai Shahibul Maal (Pemilik Dana) 014-028
Rusdy Daryono Anggota Pengakuan keuntungan atau kerugian Mudharabah 014-028
Osman Sitorus Anggota Bank sebagai Mudharib (Pengelola Dana) 029-034
Agung Nugroho Soedibyo Anggota Pengakuan dan Pengukuran Musyarakah 035-051
Sudarwan Anggota Karakteristik 035-040
Ramzi A. Zuhdi Anggota Bank sebagai Mitra 041-051
Gunadi Anggota Pengakuan dan Pengukuran Awal Pembiayaan
Anis Baridwan Anggota Musyarakah 041-042
Ali Darwin Anggota Pengakuan Bagian Bank atas Pembiayaan
Jusuf M. Wibisana Anggota Musyarakah 043-046
Jan Hoesada Anggota Pengakuan Laba atau Rugi Musyarakah 047-051
Siddharta Utama Anggota Pengakuan dan Pengukuran Murabahah 052-068
M. Kurniawan Anggota Karakteristik 052-060
Gudono Anggota Bank sebagai Penjual 061-068
Pengakuan dan Pengukuran Salam dan
Salam Paralel 069-080
Karakteristik 069-073
Bank sebagai Pembeli 074-077
Bank sebagai Penjual 078-080
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Tujuan Karakteristik
1. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan 6. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul
akuntansi (pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan) maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi
transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank syariah. hasil menurut kesepakatan di muka.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
tempat, cara, dan obyek investasi. Sebagai contoh, pengelola dana 14. Pengakuan pembiayaan mudharabah adalah sebagai
dapat diperintahkan untuk: berikut:
(a) tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya; (a) pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau
(b) tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, penyerahan aktiva non-kas kepada pengelola dana; dan
tanpa penjamin, atau tanpa jaminan; atau (b) pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui
(c) mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri pada setiap tahap pembayaran atau penyerahan.
tanpa melalui pihak ketiga.
15. Pengukuran pembiayaan mudharabah adalah sebagai
11. Bank dapat bertindak baik sebagai pemilik dana maupun berikut:
pengelola dana. Apabila bank bertindak sebagai pemililk dana, maka (a) pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah
dana yang disalurkan disebut pembiayaan mudharabah. Apabila bank uang yang diberikan bank pada saat pembayaran;
sebagai pengelola dana, maka dana yang diterima: (b) pembiayaan mudharabah dalam bentuk aktiva non-kas:
(a) dalam mudharabah muqayyadah disajikan dalam laporan perubahan (i) diukur sebesar nilai wajar aktiva non-kas pada saat
investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah; atau penyerahan; dan
(b) dalam mudharabah muthlaqah disajikan dalam neraca sebagai (ii) selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non-kas
investasi tidak terikat. diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank, dan
(c) beban yang terjadi sehubungan dengan mudhabarah tidak dapat
12. Pengembalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan diakui sebagai pembiayaan mudharabah kecuali telah disepakati
bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya bersama.
mudharabah.
16. Setiap pembayaran kembali atas pembiayaan mudharabah
13. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada oleh pengelola dana mengurangi pembiayaan mudharabah.
jaminan, namun agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan,
pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak
ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana
terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati 17. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang
bersama dalam akad. sebelum dimulainya usaha karena adanya kerusakan atau sebab
lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana,
Bank sebagai Shahibul Maal (Pemilik Dana) maka rugi tersebut mengurangi saldo pembiayaan mudharabah dan
diakui sebagai kerugian bank.
Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Mudharabah
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
18. Apabila pembiayaan diberikan dalam bentuk non-kas maka (b) rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut
kegiatan usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak barang dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.
tersebut diterima oleh pengelola dana dalam kondisi siap dipergunakan
sesuai dengan ketentuan dalam akad. 24. Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktik dapat
diketahui berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang
19. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang setelah diterima oleh Bank.
dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola
dana maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. 25. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan
menggunakan dua metode, yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi
20. Apabila pembiayaan diberikan dalam bentuk non-kas dan pendapatan (revenue sharing). Bagi laba dihitung dari pendapatan
barang tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana
barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha maka mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan dihitung dari total
kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah pembiayaan pendapatan pengelolaan mudharabah.
namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil.
Contoh:
21. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain,
ditunjukkan oleh: Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
(a) tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad;
Penjualan 100 Revenue Sharing
(b) tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim
Harga Pokok Penjualan 65
dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad; atau
(c) hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan. Laba kotor 35
Biaya-biaya 25
22. Apabila mudhabarah berakhir sebelum jatuh tempo dan
pembiayaan mudharabah belum dibayar oleh pengelola dana, maka Laba rugi bersih 10 Profit Sharing
pembiayaan mudharabah diakui sebagai piutang jatuh tempo.
26. Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan
Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah
penghentian mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui
sebagai pengurang pembiayaan mudharabah.
23. Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode
pelaporan:
27. Rugi pengelolahan yang timbul akibat kelalaian atau
(a) laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya
kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana.
hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati; dan
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
32. Kerugian karena kesalahan atau kelalaian bank 37. Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas,
dibebankan kepada bank (pengelola dana). setara kas, atau aktiva non-kas, termasuk aktiva tidak berwujud, seperti
lisensi dan hak paten.
Bank sebagai Agen Investasi
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. 42. Pengukuran pembiayaan musyarakah adalah sebagai
Beberapa hal yang menunjukkan adanya kesalahan yang disengaja berikut:
ialah: pelanggaran terhadap akad antara lain penyalahgunaan dana (a) pembiayaan musyarakah dalam bentuk:
pembiayaan, manipulasi biaya dan pendapatan operasional, pelaksanaan (i) kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan
yang tidak sesuai dengan prinsip syariah. Jika tidak terdapat (ii) aktiva non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat
kesepakatan antara pihak yang bersengketa kesalahan yang disengaja selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non-kas,
harus dibuktikan berdasarkan badan arbitrase atau pengadilan. maka selisih tersebut diakui sebagai keuntungan atau
kerugian bank pada saat penyerahan; dan
39. Laba musyarakah dibagi di antara para mitra, baik secara (b) biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian pembiayaan
maupun kas aktiva lainnya) atau sesuai nisbah yang disepakati oleh musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
semua mitra. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai musyarakah.
dengan modal yang disetorkan (baik berupa kas maupun aktiva lainnya)
Pengukuran Bagian Bank atas Pembiayaan Musyarakah setelah Akad
40. Musyarakah dapat bersifat musyarakah permanen maupun
menurun. Dalam musyarakah permanen, bagian modal setiap mitra 43. Bagian bank atas pembiayaan musyarakah permanen
ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. dinilai sebesar nilai historis (jumlah yang dibayarkan atau nilai wajar
Sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal bank akan aktiva non-kas pada saat penyerahan modal musyarakah) setelah
dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga bagian modal bank dikurangi dengan kerugian, apabila ada.
akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik
usaha tersebut. 44. Bagian bank atas pembiayaan musyarakah menurun
dinilai sebesar nilai historis sesudah dikurangin dengan bagian
pembiayaan bank yang telah dikembalikan oleh mitra (yaitu sebesar
harga jual yang wajar) dan kerugian, apabila ada. Selisih antara
nilai historis dan nilai wajar bagian pembiayaan musyarakah yang
dikembalikan diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank pada
Bank sebagai Mitra periode berjalan.
45. Jika akad musyarakah yang belum jatuh tempo diakhiri
41. Pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran dengan pengembalian seluruh atau sebagian bagian modal, maka
tunai atau penyerahan aktiva non-kas kepada mitra musyarakah. selisih antara nilai historis dan nilai pengembalian diakui sebagai
laba atau rugi bank pada periode berjalan.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
55. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau nasabah lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai
cicilan. Selain itu, dalam murabahah juga diperkenankan adanya dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda
perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. diperuntukkan sebagai dana sosial (qardhul hasan).
56. Bank dapat memberikan potongan apabila nasabah: Bank sebagai Penjual
(a) mempercepat pembayaran cicilan; atau
(b) melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo. 61. Pada saat perolehan, aktiva yang diperoleh dengan tujuan
untuk dijual kembali dalam murabahah diakui sebagai aktiva
57. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga beli murabahah sebesar biaya perolehan.
sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank mendapat
potongan dari pemasok maka potongan itu merupakan hak nasabah. 62. Pengukuran aktiva murabahah setelah perolehan adalah
Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian sebagai berikut:
potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam (a) aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan mengikat:
akad. (i) dinilai sebesar biaya perolehan; dan
(ii) jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak
58. Bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut diakui
piutang murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli sebagai beban dan mengurangi nilai aktiva:
dari bank. (b) apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah
pesanan tidak mengikat terdapat indikasi kuat pembeli batal
59. Bank dapat meminta kepada nasabah urbun sebagai uang melakukan transaksi, maka aktiva murabahah:
muka pembelian pada saat akad apabila kedua belah pihak bersepakat. (i) dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang
Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila dapat direalisasi;mana yang lebih rendah; dan
murabahah jadi dilaksanakan. Tetapi apabila akad murabahah batal, (ii) jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari
urbun dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi dengan kerugian biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka itu lebih kecil dari
kerugian bank maka bank dapat meminta tambahan dari nasabah. 63. Potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai
pengurangan biaya perolehan aktiva murabahah.
60. Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah
sesuai dengan yang diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda 64. Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui
kecuali jika dapat dibuktikan bahwa nasabah tidak mempu melunasi. sebesar biaya perolehan aktiva murabahah ditambah keuntungan
Denda diterapkan bagi nasabah mampu yang menunda pembayaran. yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang
Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk membuat
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah (i) jika tanggal pengiriman diperpanjang, nilai tercatat
atau cacat maka penjual harus bertanggungjawab atas kelalaiannya. piutang salam sebesar bagian yang belum dipenuhi tetap
sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad;
(ii) jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya,
Bank sebagai Pembeli maka piutang salam berubah menjadi piutang yang harus
dilunasi oleh nasabah sebesar bagian yang tidak dapat
74. Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dipenuhi;
dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. (iii) jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan
bank mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil
75. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aktiva non-kas. penjual jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang
Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam
dibayarkan, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk aktiva non- dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai
kas diukur sebesar nilai wajar (nilai yang disepakati antara bank dan piutang kepada nasabah yang telah jatuh tempo.
nasabah). Sebaliknya, jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih
besar dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya
76. Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagai menjadi hak nasabah; dan
berikut: (iv) bank dapat mengenakan denda kepada nasabah, denda
(a) jika barang pesanan sesuai dengan akad dinilai sesuai nilai yang hanya boleh dikenakan kepada nasabah yang mampu
disepakati; menunaikan kewajibannya, tetapi tidak memenuhinya
(b) jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka: dengan sengaja. Hal ini tidak berlaku bagi nasabah yang
(i) barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force
akad, jika nilai pasar (nilai wajar jika nilai pasar tidak majeur.
tersedia) dari barang pesanan yang diterima nilainya sama
atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum 77. Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai
dalam akad; persediaan. Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan
(ii) barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai pasar yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah
(nilai wajar jika nilai pasar tidak tersedia) pada saat biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai
diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka
pasar dari barang pesanan lebih rendah dari nilai barang selisihnya diakui sebagai kerugian. .
pesanan yang tercantum dalam akad;
(c) jika bank tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan Bank sebagai Penjual
pada tanggal jatuh tempo pengiriman, maka:
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
78. Hutang saham diakui pada saat bank menerima modal Barang pesanan harus sesuai dengan karakteritiknya yang telah
usaha salam sebesar modal usaha salam yang diterima. disepakati antara pembeli dan produsen/penjual. Jika barang pesanan
yang dikirimkan salah atau cacat maka produsen/penjual harus
79. Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan bertanggungjawab atas kelalaiannya.
aktiva non-kas. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar
jumlah yang diterima, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk 84. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam
aktiva non-kas diukur sebesar nilai wajar (nilai yang disepakati suatu transaksi istishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian
antara bank dan nasabah). memesan kepada pihak lain (sub-kontraktor) untuk menyediakan barang
pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel.
80. Apabila bank melakukan transaksi salam paralel, selisih
antara jumlah yang dibayar oleh nasabah dan biaya perolehan 85. Istishna paralel dapat dilakukan dengan syarat:
barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat (a) akad kedua antara bank dan sub-kontraktor terpisah dari akad
pengiriman barang pesanan oleh bank ke nasabah. pertama antara bank dan pembeli akhir; dan
(b) akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
Pengakuan dan Pengukuran Istishna dan Istishna Paralel
86. Pada dasarnya istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali
Karakteristik memenuhi kondisi:
(c) kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau
81. Istishna adalah akad jual beli antara al-mustashni (pembeli) (d) akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
dan as-shani (produsen yang juga bertindak sebagai penjual). menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk
menyediakan al-mashnu (barang pesanan) sesuai spesifikasi yang 87. Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari
disyaratkan dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara produsen/penjual atas:
pembayaran dapat berupa pembayaran di muka, cicilan, atau (a) jumlah yang telah dibayarkan; dan
ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat
waktu.
82. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh 88. Produsen/penjual mempunyai hak untuk mendapatkan
pembeli dan produsen/penjual di awal akad. Ketentuan harga barang jaminan bahwa harga yang disepakati akan dibayar tepat waktu.
pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
89. Perpindahan kepemilikan barang pesanan dari
83. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara produsen/penjual ke pembeli dilakukan pada saat penyerahan sebesar
umum yang meliputi: jenis, sfesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. jumlah yang disepakati.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
(a) tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan (b) Jika kondisi pengenaan klaim tambahan yang dipersyaratkan
pekerjaab tersebut selesai; dipenuhi, maka jumlah biaya tambahan yang diakibatkan oleh
(b) tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan setiap klaim akan menambah biaya istishna, sehingga pendapatan
pekerjaab tersebut selesai; istishna akan berkurang sebesar jumlah penambahan biaya
(c) tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam akibat klaim tambahan;
penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selesai; dan (c) Perlakuan akuntansi (a) dan (b) juga berlaku pada istishna
(d) pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dan pararel, akan tetapi biaya perubahan pesanan dan klaim
keuntungan dilakukan hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan. tambahan ditentukan oleh subkontraktor dan disetujui bank
berdasarkan akad istishna pararel.
Penyelesaian Awal
96. Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum Biaya Pemeliharaan dan Penjainan Barang Pesanan
tanggal jatuh tempo dan bank memberikan potongan, maka bank
menghapus sebagian keuntungannya sebagai akibat penyelesaian 99. Beban pemeliharaan dan penjaminan barang pesanan
awal tersebut. diakui pada saat terjadinya dan diperhitungkan dengan pendapatan
istishna.
97. Penghapusan sebagian keuntungan akibat penyelesaian
awal piutang istishna dapat diperlakukan sebagai:
(a) potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna Bank sebagai Pembeli
pada saat pembayaran; atau
(b) penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah 100. Bank mengakui aktiva istishna dalam penyelesaian
keuntungan yang dihapuskan tersebut setelah menerima sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus
pembayaran piutang istishna secara keseluruhan. mengakui hutang istishna kepada penjual.
Perubahan Pesanan dan Klaim Tambahan 101. Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena
kelalaian atau kesalahan penjual dan mengakibatkan kerugian bank,
99. Pengukuran perubahan pesanan dan klaim tambahan maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek
adalah sebagai berikut: yang telah diserahkan penjual. Apabila kerugian tersebut melebihi
(a) nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai
bank dan pembeli akhir ditambahkan kepada pendapatan istishna piutang jatuh tempo kepada sub-kontraktor.
dan biaya istishna;
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
102. Jika bank menolak menerima barang pesanan karena (b) penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding
tidak sesuai dengan spesfikasi dan tidak dapat memperoleh kembali dengan sisa cicilan sewa;
seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada sub-kontraktor, (c) penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang
maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang disepakati pada awal akad; dan
jatuh tempo kepada sub-kontraktor. (d) penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati
dalam akad.
103. Jika bank menerima barang pesanan yang tidak sesuai
dengan spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan 107. Pemilik obyek sewa dapat meminta penyewa menyerahkan
niali yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. jaminan atas ijarah untuk menghindari risiko kerugian. Jumlah, ukuran
Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. dan jenis obyek sewa harus jelas diketahui dan tercantum dalam akad.
104. Dalam istishna pararel, jika pembeli akhhir menolak Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik
menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi
yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa
lebih rendah antara niali wajar dan harga pokok istishna. Selisih
yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. 108. Obyek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat
perolehan obyek sewa dan disusutkan sesuai dengan:
Pengakuan dan Pengukuran Ijarah dan Ijarah Muntahiyah (a) kebijakan penyusutan pemilik obyek sewa untuk aktiva sejenis
Bittamlik jika merupakan transaksi ijarah; dan
(b) masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah
Karakteristik bittamlik.
105. Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur 109. Pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik
(obyek sewa) dan musta’jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas diakui selama masa akad secara proporsional kecuali pendapatan
obyek sewa yang disewakannya. Ijarah muntahiyah bittamlik adalah ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap
akad sewa-menyewa antara pemilik obyek sewa dan penyewa untuk maka besar pendapatan setiap periode akan menurun secara
mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan opsi progresif selama masa akad karena adanya pelunasan bagian per
perpindahan hak milik obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan bagian obyek sewa pada setiap periode tersebut.
akad sewa.
106. Perpindahan hak milik obyek sewa kepada penyewa dalam 110. Piutang pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah
ijrah muntahiyah bittamlik dapat dilakukan dengan: bittamlik diukur sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan pada
(a) hibah; akhir periode pelaporan.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
(c) pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar 121. Perpindahan hak milik obyek sewa dalam ijarah
selisih antara harga jual dan nilai buku atas bagian obyek sewa muntahiyah bittamlik melalui hibah diakui pada saat seluruh
yang telah dijual; dan pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan obyek sewa telah
(d) jika penyewa tidak melakukan pembelian atas obyek sewa yang diterima penyewa. Obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva
tersisa maka perlakuan akuntasinya sesuai dengan paragraf 115 penyewa sebesar nilai wajar pada saat terjadinya. Penerimaan obyek
huruf (c) dan (d). sewa tersebut disisi lain akan menambah:
(a) saldo laba jika sumber pendanaan berasal dari modal bank;
117. Dalam ijarah muntahiyah bittamlik jika obyek sewa (b) dana investasi tidak terikat, jika sumber pendanaan berasal dari
mengalami penurunan nilai permanen sebelum perpindahan hak simpanan pihak ketiga; atau
milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut timbul bukan (c) saldo laba dan dana investasi tidak terikat secara proposional, jika
akibat tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan sumber pendanaan berasal dari modal bank dan simpanan pihak
ijarah yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka ketiga.
selisih antara keduanya (jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk
tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya) diakui 122. Perpindahan hak milik obyek sewa dalam ijarah
sebagai kewajiban kepada penyewa dan dibebankan sebagai kerugian muntahiyah bittamlik melalui pembelian obyek sewa dengan harga
pada periode terjadinya penurunan nilai. sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada
saat penyewa membeli obyek sewa. Penyewa mengakui obyek sewa
Bank sebagai Penyewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang
dibayarkan.
118. Beban ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui
secara proporsional selama masa akad. 123. Pengakuan penerimaan obyek sewa dalam ijarah
muntahiyah bittamlik melalui pembayaran sekadarnya adalah
119. Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya sebagai berikut:
tersebut dialokasikan secara konsisten dengan alokasi beban ijarah (a) perpindahan hak milik obyek sewa diakui jika seluruh
atau ijarah muntahiyah bittamlik selama masa akad. pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli
obyek sewa dari pemilik obyek sewa; dan
120. Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi obyek sewa (b) obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar
berdasarkan akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut diakui kas yang dibayarkan.
sebagai beban pada saat terjadinya. Biaya pemeliharaan rutin dan
operasi dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek 124. Pengakuan penerimaan obyek sewa dalam ijarah
sewa secara bertahap akan meningkat secara progresif sejalan muntahiyah bittamlik melalui pembelian obyek sewa secara bertahap
dengan peningkatan kepemilikan obyek sewa. adalah sebagai berikut:
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
(a) perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika seluruh (b) keuntungan atau kerugian penjualan aktiva dialokasikan sebagai
pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa penyesuaian terhadap beban ijarah selama masa akad jika
membeli sebagian obyek sewa dari pemilik obyek sewa dari peyewaan kembali dilakukan secara ijarah muntahiyah
pemilik obyek sewa; dan bittamlik.
(b) bagian obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa
sebesar biaya perolehannya. Sewa dan Penyewaan Kembali
125. Obyek sewa yang telah dibeli oleh penyewa disusutkan 129. Jika bank menyewakan kepada nasabah aktiva yang
sesuai dengan kebijakan penyusutan penyewa. sebelumnya disewa oleh bank dari pihak ketiga, maka perlakuan
akuntansi bank sebagai pemilik obyek sewa dan penyewa diterapkan.
126. Jika obyek sewa mengalami penurunan nilai permanen
sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif
tersebut timbul bukan akibat tindakan penyewa atau kelalaiannya,
serta jumlah cicilan sewa yang sudah dibayar melebihi nilai sewa 130. Penyisihan kerugian aktiva produktif dan piutang yang
yang wajar, maka selisih antara keduanya (jumlah yang sudah timbul dari transaksi aktiva produktif dibentuk sebesar estimasi
dibayar penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai kerugian aktiva produktif dan piutang yang tidak dapat ditagih sesuai
sewa wajarnya) diakui sebagai piutang jatuh tempo penyewa kepada dengan denominasi mata uang aktiva produktif dan piutang yang
pemilik sewa dan mengoreksi beban ijarah muntahiyah bittamlik. diberikan.
Penjualan dan Penyewaan Kembali 131. Aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam
rupiah maupun valuta asing yang ditujukan untuk menghasilkan
127. Jika nasabah menjual aktiva kepada bank dan pendapatan antara lain dalam bentuk pembiayaan mudharabah,
menyewanya kembali, maka perlakuan akuntansi bank sebagai pembiayaan musyarakah, murabahah, salam paralel, dan istishna
pemilik obyek sewa diterapkan. paralel.
128. Jika bank menjual aktiva kepada nasabah dan 132. Pendapatan aktiva produktif yang non-performing diakui
menyewanya kembali, maka perlakuan akuntansi bank sebagai pada saat pendapatan tersebut diterima.
penyewa diterapkan sebagai berikut:
(a) keuntungan atau kerugian penjualan aktiva diakui bank pada 133. Pada saat aktiva produktif diklasifikasikan sebagai non-
saat terjadinya transaksi penjualan jika penyewaan kembali performing, pendapatan yang telah diakui tetapi belum diterima
dilakukan secara ijarah; dan harus dibatalkan.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Pengakuan dan Pengukuran Wadiah 138. Pengakuan bonus dalam transaksi wadiah adalah
sebagai berikut:
Karakteristik (a) pemberian bonus kepada nasabah diakui sebagai beban pada saat
terjadinya;
134. Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan (b) penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank syariah lain
dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan diakui sebagai pendapatan pada saat kas diterima; dan
menghendaki. Bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan. (c) penerimaan bonus dari penenmpatan dana syariah pada bank
sentral diakui sebagai pendapatan pada saat kas diterima; dan
135. Wadiah dibagi atas wadiah yad-dhamanah dan wadiah yad- (d) penerimaan bonus dari penempatan dana pada bank non-syariah
amanah. Wadiah yad-dahamanah adalah titipan yang selama belum diakui sebagai pendapatan dana qardhul hasan pada saat kas
dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. diterima.
Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoeh keuntungan maka
seluruhnya menjadi hak penerima titipan. Sedangkan dalam prinsip Pengakuan dan Pengukuran Qardh
wadiah yad-amanah, penerima titipan tidak boleh memanfaatkan
barang titipan tersebut sampai diambil kembali oleh penitip. Karakteristik
136. Penerima titipan dalam transaksi wadiah dapat: 139. Pinjaman qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang
(a) meminta ujrah (imbalan) atas penitipan barang/uang tersebut; dan dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
(b) memberikan bonus kepada penitip dari hasil pemanfaatan kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan yang
barang/uang titipan (wadiah yad-dhamanah) namun tidak boleh mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu
diperjanjikan sebelumnya dan besarnya tergantung pada kebijakan tertentu. Pihak yang meminjamkan dapat menerima imbalan namun
penerima titipan. tidak diperkenankan untuk dipersyaratkan di dalam perjanjian.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
sumber dan penggunaan dana qardhul hasan karena dana tersebut Pendapatan Sharf
bukan aset bank yang bersangkutan.
145. Selisih antara kurs yang diperjanjikan dalam kontrak dan
141. Sumber dana qardhul hasan berasal dari eksternal dan kurs tunai (mark to market) pada tanggal penyerahan valuta diakui
internal. Sumber dana eksternal meliputi dana qardh yang diterima sebagai keuntungan/kerugian pada saat penyerahan/penerimaan
bank syariah dari pihak lain (misalnya dari sumbangan, infaq, dana.
shadaqah, dan sebagainya), dana yang disediakan oleh para pemilik
bank syariah dan hasil pendapatan non-halal. Sumber dana internal 146. Selisih penjabaran aktiva dan kewajiban valuta asing
meliputi hasil tagihan pinjaman qardhul hasan. dalam rupiah (revaluasi) diakui sebagai pendapatan atau beban.
Pengakuan dan Pengukuran Pinjaman Qardh Pengakuan dan Pengukuran Kegiatan Bank Syariah Berbasis
Imbalan
142. Pinjaman qardh diakui sebesar jumlah dana yang
dipinjamkan pada saat terjadinya. Kelebihan penerimaan dari Karakteristik
peminjam atas qardh yang dilunasi diakui sebagai pendapatan pada
saat terjadinya. 147. Kegiatan-kegiatan yang menghasilkan ujrah (imbalan),
antara lain, wakalah, hiwalah, dan kafalah.
143. Dalam hal bank bertindak sebagai peminjam qardh,
kelebihan pelunasan kepada pemberi pinjaman qardh diakui sebagai 148. Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari muwakil
beban. (pemberi kuasa/nasabah) kepada wakil (penerima kuasa/bank) untuk
melaksanakan suatu taukil (tugas) atas nama pemberi kuasa. Akad
Pengakuan dan Pengukuran Sharf wakalah tersebut dapat digunakan, antara lain, dalam pengiriman
transfer, penagihan hutang baik melalui kliring maupun inkaso, dan
Karakteristik realisasi L/C.
144. Sharf adalah akad jual beli suatu valuta dengan valuta 149. Kafalah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan
lainnya. Transaksi valuta asing pada bank syariah (di luar jual beli oleh kaafil (penjamin/bank) kepada makful (penerima jaminan) dan
banknotes) hanya dapat dilakukan untuk tujuan lindung nilai (hedging) penjamin bertanggung jawab atas pemenuhan kembali suatu kewajiban
dan tidak dibenarkan untuk tujuan spekulatif. yang menjadi hak penerima jaminan. Kafalah dapat digunakan untuk
pemberian jasa bank, antara lain, garansi bank, standby L/C, pembukaan
L/C impor, akseptasi, endosemen, dan aval.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
150. Hiwalah adalah pemindahan atau pengalihan hak dan 154. Penyajian aktiva pada neraca atau pengungkapan pada
kewajiban, baik dalam bentuk pengalihan piutang maupun hutang, dan catatan atas laporan keuangan atas aktiva yang dibiayai oleh bank
jasa pemindahan/pengalihan dana dari satu entitas kepada entitas lain. sendiri dan aktiva yang dibiayai oleh bank bersama pemilik dana
investasi tidak terikat, dilakukan secara terpisah. Dengan
Imbalan dari Kegiatan Bank Syariah Berbasis Imbalan memperhatikan ketetentuan dalam PSAK lainnya, penyajian dalam
neraca mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos aktiva berikut:
150. Pendapatan dan beban yang berkaitan dengan jangka Kas;
waktu diakui selama jangka waktu tersebut. Pendapatan dan beban Penempatan pada Bank Indonesia;
yang tidak berkaitan dengan jangka waktu diakui pada saat Giro pada bank lain,
terjadinya transaksi dalam periode yang bersangkutan. Penempatan pada bank lain;
Efek-efek;
Piutang:
PENYAJIAN piutang murabahah;
piutang salam;
152. Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri dari piutang istishna;
komponen-komponen berikut: piutang pendapatan ijarah;
(a) neraca; Pembiayaan mudharabah;
(b) laporan laba rugi; Pembiayaan musyarakah;
(c) laporan arus kas; Persediaan (aktiva yang dibeli untuk dijual kembali kepada klien);
(d) laporan perubahan ekuitas; Aktiva yang diperoleh untuk ijarah;
(e) laporan perubahan dana investasi terikat; Aktiva istishna dalam penyelesaian (setelah dikurangi termin
(f) laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infak, dan istishna);
shadaqah; Penyertaan;
(g) laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan; dan Investasi lain;
(h) catatan atas laporan keuangan. Aktiva tetap dan akumulasi penyusutan; dan
Aktiva lain.
Neraca
155. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK lainnya,
153. Unsur-unsur neraca meliputi aktiva, kewajiban, investasi penyajian pada neraca atau pengungkapan pada catatan atas laporan
tidak terikat, dan ekuitas. keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos kewajiban,
investasi tidak terikat, dan ekuitas berikut:
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
(g) beban administrasi dan beban tidak langsung lainnya yang 171. Dalam hal bank bertindak sebagai agen investasi, imbalan
dialokasikan oleh bank ke dana investasi terikat; yang diterima adalah sebesar jumlah yang disepakati tanpa
(h) saldo akhir dana investasi terikat; dan memperhatikan hasil investasi.
(i) jumlah unit investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per
unit pada akhir periode. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infak, dan
Shadaqah
167. Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari
pemilik dana investasi terikat dan sejenisnya yang dikelola oleh bank 172. Bank syariah menyajikan laporan sumber dan
sebagai manajer investasi berdasarkan mudharabah muqayyadah atau penggunaan zakat, infak, dan shadaqah sebagai komponen utama
sebagai agen investasi. Investasi terikat bukan merupakan aktiva laporan keuangan, yang menunjukkan:
maupun kewajiban bank kerena bank tidak mempunyai hak untuk (a) sumber dana zakat, infak, dan shadaqah yang berasal dari
menggunakan atau mengeluarkan investasi tersebut serta bank tidak penerimaan:
memiliki kewajiban mengembalikan atau menanggung risiko investasi. (i) zakat dari bank syariah;
(ii ) zakat dari pihak luar bank syariah;
168. Dana yang diserahkan oleh pemilik investasi terikat dan (iii infak; dan
sejenisnya adalah dana yang diterima bank sebagai manajer investasi (iii) shadaqah;
atau agen investasi yang disepakati untuk diinvestasikan oleh bank baik (b) penggunaan dana zakat, infak, dan shadaqah untuk:
sebagai pengelola dana maupun sebagai agen investasi. Dana yang (i) fakir;
ditarik oleh pemilik investasi terikat adalah dana yang diambil atau (ii) miskin;
dipindahkan sesuai dengan permintaan pemilik dana. (iii) hamba sahaya (riqab);
(iv) orang yang terlilit hutang (gharim);
169. Keuntungan atau kerugian investasi terikat sebelum (v) orang yang baru masuk islam (muallaf);
dikurangi bagian keuntungan manajer investasi adalah jumlah kenaikan (vi) orang yang berjihad (fiisabilillah);
atau penurunan bersih nilai investasi terikat selain kenaikan yang (vii) orang yang dalam perjalanan (ibnusabil); dan
berasal dari penyetoran atau penurunan yang berasal dari penarikan. (viii) amil;
(c) kenaikan atau penurunan sumber dana zakat, infak, dan
170. Dalam hal bank bertindak sebagai manajer investasi dengan shadaqah;
akad mudharabah muqayyadah, bank mendapatkan keuntungan sebesar (d) saldo awal dana penggunaan dana zakat, infak, dan
nisbah atas keuntungan investasi. Jika terjadi kerugian, maka bank shadaqah; dan
tidak memperoleh imbalan apapun. Apabila dalam investasi tersebut (e) saldo akhir dana penggunaan dana zakat, infak, dan
terdapat dana bank maka bank menanggung kerugian sebesar bagian shadaqah.
dana yang diikutsertakan.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
173. Zakat adalah sebagian dari harta yang wajib dikeluarkan (b) penggunaan dana qardhul hasan untuk:
oleh muzaki (pembayar zakat) untuk diserahkan kepada mustahiq (i) pinjaman;
(penerima zakat). Pembayaran zakat dilakukan apabila nisab dan haul- (ii ) sumbangan;
nya terpenuhi dari harta yang memenuhi kriteria wajib zakat. Pada (c) kenaikan atau penurunan sumber dana qardhul hasan;
prinsipnya wajib zakat adalah shahibul mal. Bank dapat bertindak (d) saldo awal dana penggunaan dana qardhul hasan; dan
sebagai amil zakat. (e) saldo akhir dana penggunaan dana qardhul hasan.
174. Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana zakat, 179. Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana qardhul
infak, dan shadaqah meliputi sumber dana, penggunaan dana selama hasan meliputi sumber, penggunaan dana qardhul hasan selama jangka
suatu jangka waktu, serta saldo dana zakat, infak, dan shadaqah pada waktu tertentu, dan saldo dana qardhul hasan pada tanggal tertentu.
tanggal tertentu.
180. Sumber dana qardhul hasan berasal dari bank atau dari luar
175. Sumber dana zakat, infak, dan shadaqah berasal dari bank bank. Sumber dana qardhul hasan dari luar berasal dari infak dan
dari pihak lain yang diterima bank untuk disalurkan kepada yang shadaqah dari pemilik, nasabah, atau pihak lainnya.
berhak.
181. Penggunaan dana qardhul hasan meliputi pemberian
176. Penggunaan dana zakat, infak, dan shadaqah berupa pinjaman baru selama jangka waktu tertentu dan pemgembalian dana
penyaluran kepada yang berhak sesuai dengan prinsip syariah. qardhul hasan temporer yang disediakan pihak lain.
177. Saldo dana zakat, infak, dan shadaqah adalah dana zakat, 182. Saldo dana qardhul hasan adalah dana qardhul hasan yang
infak, dan shadaqah yang belum dibagikan pada tanggal tertentu. belum disalurkan pada tanggal tertentu.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
(a) karakteristik kegiatan bank syariah dan jasa utama yang (c) rencana penggunaan pendapatan non-halal sesuai dengan
disediakan; arahan Dewan Pengawas Syariah.
(b) peranan, sifat, tugas dan kewenangan Dewan Pengawas Syariah
dalam mengawasi kegiatan bank syariah berdasarkan ketentuan 186. Laporan keuangan bank syariah mengungkapkan jumlah
hukum dan praktik; saldo dana investasi tidak terikat berdasarkan segmen geografis dan
(c) tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah untuk mengawasi periode jatuh temponya. Selain itu, juga mengungkapkan metode
kegiatan bank dan induk perusahaan (holding company); dan alokasi keuntungan (kerugian) investasi antara pemilik dana
(d) tanggung jawab bank terhadap pengelolaan zakat. investasi tidak terikat dan bank, baik bank sebagai pengelola dana
maupun bank sebagai agen investasi. Pengungkapan tersebut
184. Laporan keuangan bank syariah mengungkapkan meliputi:
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan (a) metode yang digunakan bank untuk menentukan bagian
keuangan yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada kebijakan keuntungan atau kerugian dari dana tidak terikat dalam periode
akuntansi: yang bersangkutan;
(a) mengenai pemilihan mode akuntansi di antara beberapa alternatif (b) tingkat pengembalian; dan
metode akuntansi yang diperbolehkan dalam setiap jenis (c) nisbah keuntungan yang disepakati dari masing-masing dana
transaksi; investasi.
(b) yang tidak konsisten dengan konsep akuntansi keuangan bank
syariah, jika ada; 187. Bank syariah harus mengungkapkan hal-hal berikut:
(c) mengenai pengakuan pendapatan, beban, keuntungan, dan (a) jenis aktiva produktif, sektor ekonomi, dan jumlah aktiva
kerugian dalam setiap transaksi; produktif masing-masing;
(d) mengenai pengakuan dan penentuan penyisihan kerugian dan (b) jumlah aktiva produktif yang diberikan kepada pihak yang
penghapusan aktiva produktif bank syariah; mempunyai hubungan istimewa;
(e) konsolidasi laporan keuangan, jika ada. (c) kedudukan bank dalam pembiayaan bersama dan besarnya porsi
yang dibiayai;
185. Laporan keuangan bank syariah mengungkapkan (d) jumlah aktiva produktif yang telah direstrukturisasi dan informasi
pendapatan atau beban yang dilarang oleh syariah, jika ada, lain tentang aktiva produktif yang direstrukturisasi selama
mengenai: periode berjalan;
(a) jumlah dan sifat pendapatan yang diperoleh dari sumber atau (e) klasifikasi aktiva produktif, valuta dan tingkat bagi hasil rata-
cara yang tidak diperkenankan oleh syariah; rata;
(b) jumlah dan sifat pengeluaran yang tidak sesuai dengan syariah; (f) ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusan aktiva
dan produktif yang diberikan dalam tahun yang bersangkutan yang
menunjukkan saldo awal, penyisihan selama tahun berjalan,
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
penghapusan selama tahun berjalan, pembayaran aktiva produktif 190. Bank syariah mengungkapkan saldo transaksi
yang telah dihapusbukukan dan saldo penyisihan pada akhir murabahah berdasarkan sifatnya, baik berupa pesanan mengikat
tahun; maupun tidak mengikat.
(g) kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan
penanganan aktiva produktif bermasalah; 191. Pengungkapan transaksi istishna mencakup, tetapi tidak
(h) metode yang digunakan untuk menentukan penyisihan khusus terbatas pada:
dan umum; (a) pendapatan dan keuntungan dari kontrak istishna selama periode
(i) kebijakan, manajemen, dan pelaksanaan pengendalian risiko berjalan;
portofolio aktiva produktif; (b) jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan
(j) besarnya aktiva produktif bermasalah dan penyisihannya untuk dan keuntungan sampai dengan akhir periode berjalan;
setiap sektor ekonomi; dan (c) jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan
(k) saldo aktiva produktif yang sudah dihentikan. syarat kontrak;
(d) klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang
Pengungkapan untuk Setiap Komponen Laporan Keuangan bersifat kontinjen sebagai akibat keterlambatan pengiriman
barang;
Neraca (e) nilai kontrak istishna paralel yang sedang berjalan serta rentang
periode pelaksanaannya; dan
188. Pengungkapan pembiayaan mudharabah mencakup, (f) nilai kontrak istishna yang telah ditandatangani bank selama
tetapi tidak terbatas pada: periode berjalan tetapi belum dilaksanakan dan rentang periode
(a) jumlah pembiayaan mudharabah kas dan non-kas; pelaksanaannya.
(b) kerugian atas penurunan nilai aktiva mudharabah, apabila ada;
dan 192. Pengungkapan transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah
(c) persentase kepemilikan dana pada investasi tidak terikat yang bittamlik mencakup, tetapi tidak terbatas pada:
signifikan berdasarkan kepemilikan perorangan dan/atau badan (a) sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah;
hukum. (b) jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua
tahun terakhir;
189. Bank syariah mengungkapkan dasar penentuan dan (c) jumlah obyek sewa berdasarkan jenis transaksi (ijarah dan ijarah
besar penyisihan kerugian pembiayaan musyarakah dan piutang muntahiyah bittamlik), jenis aktiva, dan akumulasi
yang berasal dari penyelesaian akad musyarakah pada suatu periode. penyusutannya apabila bank syariah sebagai pemilik obyek sewa;
(d) jumlah hutang ijarah yang jatuh tempo hingga dua tahun yang
akan datang apabila bank syariah sebagai penyewa; dan
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
(e) komitmen yang berhubungan dengan perjanjian ijarah (e) bagian bank pada pendapatan (kerugian) investasi; dan
muntahiyah bittamlik yang berlaku efektif pada periode laporan (f) bagian bank pada pendapatan dana investasi tidak terikat sebagai
keuangan berikutnya. pengelola dana.
193. Pengungkapan transaksi wadiah mencakup, tetapi tidak Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
terbatas pada:
(a) jumlah dana/barang yang meliputi prinsip wadiah yad-amanah; 198. Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan laporan
dan perubahan dana investasi terikat dalam catatan atas laporan
(b) jumlah dana wadiah yang diblokir sebagai jaminan pembiayaan keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas pada:
atau transaksi perbankan lainnya. (a) periode yang dicakup oleh laporan perubahan dana investasi
terikat;
194. Bank syariah mengungkapkan transaksi wakalah yang (b) secara terpisah saldo awal, keuntungan (kerugian), dan saldo
belum diselesaikan berdasarkan jenis dan jumlah. akhir dana investasi terikat yang berasal dari revaluasi dana
investasi tidak terikat;
195. Bank syariah mengungkapkan kisaran persentase bagi (c) sifat dari hubungan antara bank dan para pemilik dana investasi
hasil dari masing-masing jenis dana investasi tidak terikat dan terikat, baik bank sebagai pengelola dana maupun sebagai agen
simpanan lainnya. investasi; dan
(d) hak dan kewajiban yang dikaitkan dengan masing-masing jenis
Laporan Laba Rugi dana investasi terikat atau unit investasi.
196. Pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian harus Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq, dan
diungkapkan berdasarkan jenis menurut karakteristik transaksi. Shadaqah
197. Sejauh bisa dilaksanakan, hal-hal tersebut di bawah ini 199. Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan laporan
yang berasal dari investasi yang dibiayai bersama oleh bank dan para sumber dan penggunaan dana zakat, infaq, dan shadaqah dalam
pemilik dana investasi tidak terikat dan investasi yang hanya dibiayai catatan atas laporan keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas pada:
oleh bank harus diungkapkan secara terpisah: (a) periode yang dicakup oleh laporan sumber dan penggunaan dana
(a) pendapatan dan keuntungan investasi; zakat, infaq, dan shadaqah;
(b) beban dan kerugian investasi; (b) dasar penentuan zakat para pemegang saham jika bank
(c) laba (rugi) investasi; diharuskan membayar zakat atas nama para pemegang saham;
(d) bagian para pemilik dana investasi tidak terikat pada pendapatan (c) rincian sumber dana zakat, infaq, dan shadaqah;
(kerugian) dari investasi sebelum bagian pengelola dana;
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
(d) dana zakat, infaq, dan shadaqah yang disalurkan bank selama Lampiran 1
periode laporan; dan
(e) dana zakat, infaq, dan shadaqah yang belum disalurkan pada Daftar Fatwa Dewan Syariah Nasional yang Dijadikan Pedoman
akhir periode laporan. dalam Penyusunan PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan No Fatwa Nomor Tentang
1 01/DSN-MUI/IV/2000 Giro
2 02/DSN-MUI/IV/2000 Tabungan
200. Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan laporan 3 03/DSN-MUI/IV/2000 Deposito
sumber dan penggunaan dana qardhul hasan dalam catatan atas 4 04/DSN-MUI/IV/2000 Murabahah
laporan keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas, pada: 5 05/DSN-MUI/IV/2000 Jual Beli Salam
6 06/DSN-MUI/IV/2000 Jual Beli Istishna’
(a) periode yang dicakup laporan sumber dan penggunaan dana 7 07/DSN-MUI/IV/2000 Pembiayaan Mudharabah (Qiradh)
qardhul hasan; 8 08/DSN-MUI/IV/2000 Pembiayaan Musyarakah
(b) rincian saldo qardhul hasan pada awal dan akhir periode 9 09/DSN-MUI/IV/2000 Ijarah
berdasarkan sumbernya; dan 10 10/DSN-MUI/IV/2000 Wakalah
11 11/DSN-MUI/IV/2000 Kafalah
(c) jumlah dana yang disalurkan dan sumber dana yang diterima 12 12/DSN-MUI/IV/2000 Hawalah
selama periode laporan berdasarkan jenisnya. 13 13/DSN-MUI/IX/2000 Uang Muka dalam Murabahah
14 14/DSN-MUI/IX/2000 Sistem Distribusi Hasil Usaha dalam LKS
TANGGAL EFEKTIF 15 15/DSN-MUI/IX/2000 Prinsip Distribusi Hasil Usaha dalam LKS
16 16/DSN-MUI/IX/2000 Diskon dalam Murabahah
17 17/DSN-MUI/IX/2000 Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda
201. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ini berlaku Pembayaran
efektif untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang 18 18/DSN-MUI/IX/2000 Pecadangan Penghapusan Aktiva Produktif
dalam LKS
mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 19 19/DSN-MUI/IX/2000 Al-Qardh
Januari 2003. Penerapan lebih dini dianjurkan. 20 20/DSN-MUI/IV/2001 Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk
Reksadana Syariah
21 Surat DSN No. V-092/DSN- Opini DSN tentang Zakat, Istishna Paralel, dan
MUI/XII/2001 Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Daftar Istilah Haul : Cukup waktu satu tahun bagi pemilikan harta
kekayaan seperti perniagaan, emas, ternak
sebagai batas kewajiban membayar zakat.
Akad : Aqd’ transaksi dalam fiqih didefinisikan
dengan “irtibath iijab bi qabulin ‘ala wajhin Hiwalah : Pemindahan atau pengalihan hak dan
masyru’ yatsbutu atsarubu fi mahallihi”, kewajiban, baik dalam bentuk pengalihan
yaitu pertalian ijab dengan qabul menurut piutang maupun hutang, dan jasa
cara-cara yang disyari’atkan yang pemindahan/pengalihan dana dari satu entitas
berpengaruh terhadap objeknya. kepada entitas lain.
Al-mashnu : Barang pesanan dalam transaksi istishna. Ibnusabil : Orang yang dalam perjalanan.
Al-muslam fihi : Komoditi yang dikirimkan dalam transaksi Ijarah : Perpindahan kepemilikan jasa dengan
salam. imbalan yang sudah disepakati menurut para
fuqaha. Ijarah ini mempunyai 3 (tiga) unsur:
Al-muslam ileihi : Penjual dalam transaksi salam. • bentuk yang mencakup penawaran atau
persetujuan;
Al-muslam : Pembeli dalam transaksi salam. • dua pihak pemilik aset yang disewakan dan
pihak yang memanfaatkan jasa dari aset yang
Al-mustashni : Pembeli akhir dalam transaksi istishna. disewakan;
• obyek dari akad ijarah, yang mencakup
Amil : Petugas pendistribusian zakat jumlah sewa dan jasa yang dipindahkan
kepada penyewa.
As-shani : Produsen/supplier dalam transaksi istishna.
Ijarah Operasional : Akad ijarah yang tidak berakhir dengan
Fiisabilillah : Orang yang berjuang dijalan Allah. pemindahan kepemilikan dari aset yang
disewakan kepada penyewa.
Gharim : Orang yang berhutang dan kesulitan untuk
melunasinya.
Ijarah muntahiyah
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
bittamlik : Akad ijarah yang berakhir dengan opsi • Pembaruan ijarah untuk jangka waktu
berpindahnya kepemilikan aset yang yang baru; atau
disewakan kepada penyewa. Ijarah • Mengembalikan aset yang disewakan
Muntahiyah Bitamlik dapat berbentuk: kepada pemilik obyek sewa.
a. Ijarah Muntahiyah Bittamlik yang Infak : Pemberian sesuatu yang akan digunakan
memindahkan hak kepemilikan aset yang untuk kemaslahatan umat.
disewakan kepada penyewa – jika
penyewa menginginkan hal tersebut – Istishna : Kontrak penjualan antara al-musatsni
dengan harga yang diwakili oleh (penjual akhir) dan al-shani (pemasok)
pembayaran sewa yang dilakukan oleh dimana al-shani – berdasarkan suatu pesanan
penyewa selama jangka waktu dari al-mustasni – berusaha membuat sendiri
penyewaan. Pada akhir jangka waktu atau meminta pihak lain untuk membuat atau
penyewaan dan setelah cicilan terakhir membeli al-masnu (pokok) kontrak, menurut
dibayar, maka hak milik sah aset yang spesifikasi yang disyaratkan dan menjualnya
disewakan secara otomatis berpindah kepada al-mustasni dengan harga sesuai
kepada penyewa atas dasar akad baru. dengan kesepakatan serta dengan metode
b. Ijarah Muntahiyah Bittamlik yang penyelesaian di muka melalui cicilan atau
memberikan hak kepemilikan kepada ditangguhkan sampai suatu waktu di masa
penyewa atas aset yang disewakan pada yang akan datang. Ini merupakan syarat dari
akhir jangka waktu penyewaan atas dasar kontrak istishna sehingga al-shani harus
akad baru dengan harga tertentu, yang menyediakan bahan baku atau tenaga kerja.
mungkin merupakan harga simbolis. Kesepakatan akad istishna mempunyai ciri-
c. Perjanjian Ijarah yang memberikan ciri yang sama dengan salam karena dia
penyewa salah satu dari 3 (tiga) opsi menentukan penjualan produk tidak tersedia
berdasarkan pembayaran sewa yang pada saat penjualan. Dia juga mempunyai
dilakukan oleh penyewa: ciri-ciri yang sama dengan penjualan biasa
• Membeli aset yang disewakan dengan karena harga biasa dibayar secara kredit;
harga yang ditentukan berdasarkan tetapi tidak seperti salam, harga pada istishna
pembayaran sewa yang dilakukan tidak dibayar ketika diselesaikan. Ciri ketiga
penyewa; akad istishna adalah sama dengan ijarah
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
karena tenaga kerja digunakan pada tersebut bisa saja terjadi antara deposan
keduanya. (investment account) sebagai penyedia dana
dan bank syariah sebagai mudharib. Bank
Istishna Paralel : Jika al-mustashni (pembeli akhir) syariah menjelaskan keinginannya untuk dana
mengizinkan al-shani (pemasok) untuk investasi dari sejumlah nasabah, pembagian
meminta ketiga pihak (sub-kontraktor) untuk keuntungan disetujui antara kedua belah
membuat al-masnu atau jika pengaturan pihak sedangkan kerugian ditanggung oleh
tersebut bisa diterima oleh kontrak istishna penyedia dana, asalkan tidak terjadi kesalahan
itu sendiri, maka al-shani bisa melakukan atau pelanggaran syariah yang telah
kontrak istishna kedua guna memenuhi diterapkan, atau tidak terjadi kelalaian di
kewajiban kontraknya kepada kontrak pihak bank syariah. Kontrak mudharabah
pertama. Kontrak kedua ini disebut istishna dapat juga diadakan antara bank syariah
paralel. sebagai pemberi modal atas namanya sendiri
atau khusus atas nama deposan, pengusaha,
Kaafil : Pihak yang memberikan jaminan untuk para pengrajin lainnya termasuk petani,
menanggung kewajiban pihak lain dalam pedagang dan sebagainya. Mudharabah
akad kafalah. berbeda dengan spekulasi yang berunsur
perjudian (gambling) dalam pembelian dan
Kafalah : Akad penjaminan yang diberikan oleh kaafil transaksi penjualan.
(penanggung/bank) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau Mudharabah mutlaqah: Investasi tidak terikat.
yang ditanggung (makful ‘anhu, ashil).
Mudharabah
Ma’jur : Objek sewa dalam transaksi ijarah. muqayyadah : Investasi terikat.
Makful : Penerima jaminan dalam akad kafalah. Mudharib : Pengelola dana (modal) dalam akad
mudharabah; dalam mahzab syafi’i disebut
Muallaf : Orang yang baru memeluk agama Islam. ‘amil.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Murabahah : Penjualan barang dengan margin keuntungan proprosi modal yang disumbangkan. Tidak
yang disepakati dan penjual memberitahukan diperbolehkan menyatakan sebaliknya.
biaya perolehan dari barang yang dijual
tersebut. Penjualan murabahah ada dua jenis. Musyarakah permanen/
Pertama, bank syariah membeli barang dan tetap : Musyarakah dimana bagian mitra dalam
menyediakan untuk dijual tanpa janji modal musyarakah tetap sepanjang jangka
sebelumnya dari pelanggan untuk waktu yang ditetapkan dalam akad tersebut.
membelinya. Kedua, bank syariah membeli
barang yang sudah dipesan oleh seorang Musyarakah menurun : Musyarakah dimana bank memberikan
pelanggan dari pihak ketiga lalu kemudian kepada pihak lainnya hak untuk membeli
menjual barang ini kepada pelanggan yang bagian sahamnya dalam musyarakah sehingga
sama. Pada kasus terakhir, bank syariah bagian bank menurun dan kepentingan saham
membeli barang hanya setelah seorang mitra meningkat sampai menjadi pemilik
pelanggan membuat janji untuk membayarnya tunggal dari keseluruhan modal.
kepada bank.
Muwakil : Pemberi kuasa/nasabah dalam transaksi
Musta’jir : Penyewa dalam transaksi ijarah. wakalah.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Salam paralel : Dua transaksi bai’ as-salam antara bank Wadiah : Titipan nasabah yang harus dijaga dan
dengan nasabah dan antara bank dengan dikembalikan setiap saat apabila nasabah
pemasok atau pihak ketiga lainnya secara yang bersangkutan menghendaki. Bank
simultan. bertanggungjawab atas pengembalian titipan
tersebut.
Shadaqah : Pemberian sesuatu kepada orang lain dengan
mengharap ridho Allah semata.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59 Akuntansi Perbankan Syariah PSAK No. 59
Wadiah yad-dhamanah: Titipan yang selama belum dikembalikan dibayarkan dari dana-dana yang terkena
kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh kewajiban zakat.
penerima titipan. Apabila dari hasil
pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan
maka seluruhnya menjadi hak penerima
titipan.
Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Hak Cipta © 2002 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak