Disusun oleh: 1. Jalaludin 2. Ratna Kartika Sari 3. Sarifah 4. Risqi Novamartina 5. Tengku Isni Yuli Lestari Putri 6. Hana Dwi Istiningrum 7. Umi Rahmania Hidayaningtyas 8. Mulyati 9. Siti Nur Jannah 10. Ali Hasan Rafsanjani 11. Joko Yunianto 12. Siska Dwi Setianingsih 13. Widia Ariani Nurrahmatya 14. Jane Puput Candrasari : 201010201113 : 201010201114 : 201010201115 : 201010201116 : 201010201117 : 201010201118 : 201010201119 : 201010201120 : 201010201121 : 201010201122 : 201010201123 : 201010201124 : 201010201125 :201010201126
LAPORAN TUTORIAL KEPERAWATAN DEWASA 1 SKENARIO I Perempuan usia 30 tahun datang ke RS dengan keluhan rasa nyeri saat buang air kecil, panas di area pubic, warna urine kemerahan.Tekanan darah: 120/80 mmHg, suhu tubuh: 38 derajat celcius, denyut nadi: 80x/menit, frekuensi pernafasan: 24x/menit.
MASALAH A. Mahasiswa mampu memahami Konsep dari gangguan system urinaria B. Mahasiswa mampu memahami cara penyebaran serta pathofisiologi gangguan system urinaria (sesuai kasus). C. Mahasiwa mampu membedakan antara gangguan system urinaria (sesuai kasus) dengan beberapa gangguan perkemihan lainnya D. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala dari gangguan system urinaria (sesuai kasus). E. Mahasiswa mampu memahami pengkajian fisik dan penunjang pada gangguan system urinaria (sesuai kasus) F. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system urinaria (sesuai kasus). G. Mahasiswa mampu memberikan promosi kesehatan pada klien dengan gangguan system urinaria (sesuai kasus).
Pembahasan
A. Konsep dari gangguan system urinaria
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668)
Pielonefritis ( Infeksi Traktus Urinarius Atas ) merupakan infeksi bakteri piala pada ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. (Brunner & Suddarth, 2002)
Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra. Flora normal fekal seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut. E. coli menyebabkan sekitar 85% infeksi.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.
Infeksi bakteri piala ginjal, tubulus dan jaringan intestinal dari salah satu atau dua ginjal.
Pielonefritis sering terjadi karena dari refluks uretrovesikal. Sebab lain diantaranya obstruksi traktus urinarius, tumor kandung kemih, striktur, BPH, batu urinarius
b. Perubahan patofisiologi
Pyelonefritis merupakan kelompok yang paling banda ginjal dan timbul dalam betuk akut dan kronis. Pyeolonefritis akut disebabkan oleh Infeksi bakteri . infeksi bakteri terjadi karena bakteri menjalar ke saluran kemih ke atas ginjal. Juga dapat timbul berbenih benih ke aliran darah. Walaupun pyelonefritis akut secara temporer bisa mempengaruhi fungsi renal, jarang sekali menjadi gagalan ginjal. Pyelonefritis kronis juga berasal dari infeksi bakteri,namun juga faktor-faktor lain, seperti refluks urin dan obstruksi saluran kemih turut berperan. Pyelonefritis krinis merusak jaringan ginjal untuk selamanya akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut. (Barbara.1996)
c. Menifestasi klinis
Akut :
-
Demam dan menggigil Nyeri panggul Nyeri tekan pada sudut kostovertebral (CVA) Lekositosis Adanya bakteri dan sel darah putih dalam urine
Kronis :
-
Tanpa ada gejala infeksi kecuali terjadi eksaserbasi Tanda-tanda utama mencakup keletihan, sakit kepala, nafsu makan rendah, poliuria, haus yang berlebih, kehilangan berat badan
Infaksinya menetap atau kambuhan dapat menyababkan jaringan parut progesif di ginjal, disertai gagal ginjal pada akhirnya.
d. Penatalaksanaan
Akut
-
Memerlukan terapi antimikrobial yang intensif karena biasanya pada kondisi yang akut beresiko terhadap bakteremia
Terapi parenteral diberikan selama 24-48 jam sampai pasien aferbial. Masalah yang sering timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala.
5
Setelah program antimokrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan sampai bukti tidak ada infeksi
Kronis
-
Dapat menggunakan nitrifuration (kombinasi sulfametoxazole) dan trimetoprim yang berfungsi menekan menekan pertumbuhanbakteri
Dapat terjadi komplikasi berupa penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya nefron progresif akibat inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organism pengurai-urea yang mengekibatkan terbentuknya batu)
2. Sistitis a. Penyebab -
Infeksi kandung kemih yang sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra.
Kontaminasi fekal Pemakaian kateter atau sistoskop Dikolonisasi bakteri setelah kolonisasi di vagina
b. Perubahan patofisiologi -
Obstruksi parsial uretra Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap Perubahan pH Perubahan flora normal vagina Infeksi prostat Epididimis
c. Menifestasi klinis -
Uregensi Sering berkemih Rasa panas Rasa nyeri saat berkemih Nokturia Nyeri atau spasme pada area kamdung kemih dan suprapubis Piuria Bakteri Hematuria
d. Penatalaksanaan
Suatu inflamasi uretra, biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai gonoreal atau nongonoreal. Gonoreal seksua. Nongonoreal : Klamidia trakomatik atau Ureaplasma urelytikum
b. Perubahan patofisiologi
Gonoreal
-
Pada pria, inflamasi orifisium meatal terjadi disertai rasa terbakar ketika urinasi, rabas uretral purulen muncul dalam 3-14 hari atau lebih, dapat asimtomatik
Pada wanita; rabas uretral tidak selalu muncul dan penyakit juga simtomatik, sering tidak terdiagnosis atau teraporkan
Nongonoreal
-
Pada pria; simtomatik sehingga akan mengeluh disuria tingkat sedang atau parah dan rabas uretral dengan jumlah sedikit sampai sedang
Pada wanita; mengeluh disuria tingkat sedang atau parah dan rabas uretral dengan jumlah sedikit sampai sedang
c. Menifestasi klinis
Tanda dan gejala klinis tidak dapat dipercayai dalam mendiagnritisosa terjadinya urethritis masih harus diadakan pemeriksaan-pemeriksaan fisik dan penunjang yang dapat memperkuat diagnosa.
d. Penatalaksanaan
Menggunakan antimicrobial yang tetap diginakan tetrasiklik atau doksisiklik jika tidak berespon atau alergi terhadap tetrasiklik dapat menggunkakan eritomisin.
4. Prostatitis a. Penyebab
Inflamasi kelenjar prostat yang disebabkan oleh agens infeksius ( bakteri, fingi, mikoplasma) atau karena masalah lain (sriktur uretra, hyperplasia prostatic). Mikroorganismenya biasanya terbawa ke prostat melalui uretra
b. Perubahan patofisiologi
Agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly. Tipikal ini berada pada saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal melalui penyebaran hematogen, lymphogen dan eksogen. Tiga factor yang mempengaruhi terjadnya infeksi adalah : 1. Virulensi dari organisme 2. Ukuran dari jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh 3. Keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh Sistitis lebih banyak pada wanita dari pada laki laki, hal ini karena uretra wanita lebih pendek dan lebih dekat dengan anus.
Mikroorganisme naik ke bledder pada wktu miksi karena tekanan urine. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah mengeluarkan urine.
c. Menifestasi klinis -
Rasa tidak nyaman pada perineal Rasa terbakar Dorongan inghinberkemih Nyeri saat atau setelah ejakulasi Prostatodinia (nyeri pada prostat) ; nyeri saat berkemih atau perinel tanpa adanya inflamasi atau pertmbuhan bacterial dalam cairan prostat
d. Penatalaksanaan -
Minum banyak cairan untuk mengeluarkan bakteri yang ada dalam urine. Pemberian antibiotic oral selama 3 hari, jika infeksinya kebal AB 7 10 hari
Atropine untuk meringankan kejang otot Fenazopridin untuk mengurangi nyeri Membuat suasana air kemih menjadi basa yaitu dengan meminum baking soda yang di larutkan dalam air
10
D. Tanda dan gejala dari gangguan system urinaria Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat. Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat. Pada pielonefritis kronis, nyerinya dapat menjadi samarsamar dan demam menjadi hilang timbul atau malah bisa tidak ditemukan demam sama sekali. E. Pengkajian fisik dan penunjang pada gangguan system urinaria Fisik
1. Tekanan darah 2. Suhu 3. Warna urine 4. Banyak urine
Penunjang
1. Whole blood 2. Urinalisis 3. USG dan Radiologi 4. BUN 5. Creatinin 11
6. serum electrolytes
IDENTITAS Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat Tanggal masuk No. RM Dx. Medis :X : 30 tahun : perempuan :::::: 003465 : pielonefritis (akut)
Identitas Penanggung jawab Nama Umur Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Hubungan dengan klien : : : : : : area pubic, warna urine kemerahan.
Keluhan utama / alasan masuk: keluhan rasa nyeri saat buang air kecil, panas di
Riwayat pennyakit sekarang : Pelionefritis Riwayat penyaki dahulu Riwayat keluarga ::-
12
Data fisik
Inspeksi Palpasi
: warna urin kemerahan : suhu tubuh 38C, denyut nadi 80x/menit, frekuensi
pernafasan 24x/menit.
Perkusi
menyebar
Data penunjang
Laboratorium Radiologi 2. Diagnose
NO 1
Symptoms DO : DS :
-
Klien
mangatakan
Hipertermi
Respon
imunologi DO :
-
terhadap infeksi
Suhu tubuh 38 C
DS :
-
Klien
mengatakan
13
3. Intervensi
NOC akut Tujuan : Problem teratasi dilakukan 3 x 24 jam. Kriteria hasil : 1.skala nyeri
NIC
1. Kaji intensitas nyeri dan skala nyeri
keperawatan selama
mengetahui
pengalaman
penangan
pada
pasien
tentang
dan keluarga
6. Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pasien
8. Evaluasi
dengan
pasien
tentang
berpengaruh
pada
respon
ketidaknyamanan pasien
10. Kurangi atau hilangkan factor yang
mempengaruhi nyeri
pertambahan
rasa
14
teratasi 2. dilakukan
jam
4. Anjurkan banyak minum bila tidak
cukup di ruangan
6. Berikan kompres hangat
pubic normal
PENDIDIKAN KESEHATAN
10. Ajarkan cara kompres dengan benar 11. Jelaskan
TINDAKAN KOLABORASI
12. Pertahankan cairan intravena sesuai
program
15
terapi
untuk
penyebab
G. Promosi kesehatan pada klien dengan gangguan system urinaria Pielonefritis Setelah program antimicrobial awal pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan antimicrobial samapi bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh factor penyebab telah ditangani dan dikendalikan dan fungsi ginjalstabil. Kadar kreatinin serum dan hitung darah selalu dipantau dalam durasi terapi jangka panjang. Prostatitis Menginstrusikan untuk menyelesaikan terapi antibiotic yang diberikan. Mandi rendam hangat 10-20 menit dapat dilakukan beberapa kali daln satu hari. Perbanyak cairan untuk menghiangkan haus tetapi jangan dipaksa kerena kadar medikasi yang efektif harus dipertahankan dalam urine. Untuk makanan dan minuman yang mempunyai kerja diuretic atau yang meningkatkan sekresi prostat harus dihindari (kopi, alcohol, teh, coklat, kola, makanan yang terlalu
16
berbumbu). Untuk meminimalkan rasa nyeri atau tidak nyaman pasien harus menghindari duduk lama. Tindak lanjut medis perlu dilakukan selama 6-12 bulan karena prostatitis yang disebabkan oleh organism yang sama atau berbeda dapat terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C & Bare B.G.2001.Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8 . Jakarta : ECG Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah volume 1. Jakarta : EGC. Ignatavicius, donna, dkk. 1991. Medical Surgical Nursing. United State of America. Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi 3. Jakarta : Balai penerbit FKUI.
17
long, Barbara C. 1996. Keperawatan medical bedah ( suatu pendekatan proses keperawatan ) jilid tiga. Bandung : mosby
http://kura2line.blogspot.com/2011/03/konsep-dasar-pielonefritis.html
www.bintangmawar.net/forum/showpost.php?p=805476&postcount=6
18