Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas dua bidang tambahan yang penting dari aktivitas dalam

audit laporan keuangan. Pertimbangan pertama ditujukan pada penyelesaian audit. Prosedur yang dilaksanakan dalam aktivitas tersebut mempunyai beberapa karakteristik yang berbeda sebagai berikut ini : 1. Prosedur itu tidak bersangkutan dengan siklus transaksi atau akun- akun spesifik 2. Prosedur itu dilaksanakan sesudah tanggal neraca 3. Prosedur itu melibatkan banyak pertimbangan subyektif oleh auditor 4. Prosedur itu biasanya dilaksanakan oleh manajer audit atau anggota senior lainnya dari tim audit yang mempunyai pengalaman yang luas dengan klien Dalam menyelesaikan audit, auditor seringkali menghadapi kendala waktu, terutama ketika klien berusaha mendapatkan tanggal yang paling cepat untuk penerbitan laporan audit. Auditor harus menggunakan waktu tersebut untuk membuat pertimbangan professional yang baik dan menyatakan pendapat yang tepat dalam situasi bersangkutan. Tanggung jawab auditor dalam menyelesaikan audit dibagi menjadi tiga kategori berikut ini : 1. Menyelesaikan pekerjaan lapangan 2. Mengevaluasi temuan 3. Berkomunikasi dengan klien Tanggung jawab pokok seorang auditor dalam menyelesaikan audit suatu laporan keuangan. Langkah yang harus dilakukan meliputi review terhadap peristiwa kemudian, membaca notulen rapat direksi dan dewan komisaris serta komite-komite sampai tanggal penerbitan laporan audit, perolehan bukti atas tuntutan-tuntutan hukum, klaim dan pembebanan, dan peroleh surat representasi dari kliennya. Langkah pengevaluasian atas temuan-temuannya meliputi penentuan tingkat materialitas dan risiko audit tahap akhir, review secara detail dan teknis atas kertas kerja dan laporan keuangan, merumuskan pendapat dan penyusunan konsep laporan audit.
1

Auditor diminta untuk mengomunikasikan kepada kliennya tentang kondisi-kondisi yang dapat dilaporkan yang berkaitan dengan struktur pengendalian intern dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan audit. Sebagai tambahan, auditor dapat membuat rekomendasi kepada kliennya yang berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas operasi kliennya dalam bentuk management letter. Akhirnya auditor harus menyadari tanggung jawabnya setelah audit selesai (tanggung jawab paska audit) yang berkaitan dengan peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal selesainya pekerjaan lapangan (tanggal laporan) dengan tanggal penerbitan laporan auditor, diketemukannya fakta setelah tanggal laporan dan adanya prosedur audit penting yang tidak dilaksanakan selama audit.

BAB II PEMBAHASAN A. MENYELESAIKAN PEKERJAAN LAPANGAN Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor melaksanakan prosedur audit spesifik untuk mendapatkan bukti audit tambahan. Prosedurnya adalah : Melaksanakan Review Atas Peristiwa Kemudian Tanggung jawab auditor untuk menilai kewajaran laporan keuangan klien tidak terbatas pada pemeriksaan atas peristiwa dan transaksi yang terjadi hingga tanggal neraca. AU 560, Subsequent Events, menyatakan bahwa auditor juga mempunyai tanggung jawab spesifik atas peristiwa dan transaksi yang :

Mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan Terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum penerbitan laporan keuangan serta laporan auditor

Seperti diperlihatkan pada gambar dibawah, kerangka waktu untuk peristiwa kemudian berlangsung dari tanggal neraca sampai penerbitan laporan auditor. Gambar tersebut juga mengidentifikasi periode peristiwa kemudian, yang berlangsung dari tanggal neraca sampai akihir pekerjaan lapangan. Selama periode ini, auditor diwajibkan menurut GAAP untuk menemukan peristiwa kemudian.
Tanggal neraca 31 Des Akhir pekerjaan lapangan (tanggal laporan) 1 Mar Tanggal penerbitan laporan 15 Mar

Periode kemudian Periode peristiwa kemudian

Jenis Peristiwa Peristiwa atau transaksi di atas dikenal sebagai peristiwa kemudian. Berikut adalah dua

jenis peristiwa kemudian menurut AU 560.03 dan .05 : a) Peristiwa Kemudian Jenis 1 Memberikan bukti tambahan berkenaan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan mempengaruhi estimasi yang inheren dalam proses penyusunan

laporan keuangan. Peristiwa jenis 1 tersebut memerlukan penyesuaian atas laporan keuangan. b) Peristiwa Kemudian Jenis 2 Memberikan bukti berkenaan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca tetapi muncul setelah tanggal tersebut. Peristiwa jenis 2 tersebut memerlukan pengungkapan dalam laporan, atau dalam kasus yang sangat material, menyertakan data pro-forma pada laporan keuangan. Jenis 1 Jenis 2

Realisasi aktiva akhir tahun yang dicatat, Penerbitan obligasi jangka panjang atau seperti piutang usaha dan persediaan pada saham preferen atau saham biasa. jumlah yang berbeda dari yang dicatat. Pembelian suatu perusahaan.

Penyelesaian estimasi kewajiban akhir tahun Kerugian dari bencana akibat kebakaran atau yang dicatat, seperti perkara pengadilan atau banjir. litigasi dan jaminan produk pada jumlah yang berbeda dari yang dicatat.

Sebagai contoh kasus, salah satu perusahaan debimr klien dinyatakan bangkrut pada tanggal 13 Februari 1994, yang pada Saat tanggal neraca per 31 Desember 1993 belum dmasukkan dalam estimas piutang yang tidak dapat tertagh. Kebangkrutan Salah satu debitur klien tersebut mengandung unsur ketidak-pastian dalam laporan keuangan yang diaudit, yang oleh karenanya klien perlu meminta adjustment terhadap kemungknan rug yang akan dideritanya tersebut. Lain halnya apabila setelah tanggal neraca, diketahui adanya
4

suatu perusahaan yang mengalami kebangkrutan atau kerugian luar biasa yang disebabkan kebakaran, atau bencana alam. Maka terhadap kejadian tersebut diperlukan adanya pengungkapan dalam bentuk catatan kaki. Prosedur Audit Dalam Periode Setelah Tanggal Neraca Auditor harus mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian sampai tanggal laporan auditor. Tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan dalam dua cara berikut : a) Mewaspadai peristiwa kemudian dalam melaksanakan pengujian substantif akhir tahun seperti pengujian pisah batas dan mencari kewajiban yang belum tercatat. b) Melaksanakan prosedur audit yang ditetapkan dalam AU 560.12 atau mendekati akhir pekerjaan lapangan. Membaca laporan keuangan interim terakhir yang tersedia serta

membandingkannya dengan laporan yang sedang dilaporkan dan melakukan perbandingan lainnya yang sesuai dalam situasi-situasi itu. Menanyakan kepada manajemen yang bertanggung jawab atas hal-hal keuangan dan akuntansi mengenai: a. Setiap kewajiban kontinjen atau komitmen besar yang ada pada tanggal neraca atau tanggal pertanyaan itu diajukan. b. Setiap perubahan yang signifikan pada modal saham, hutang jangka panjang, atau modal kerja sampai tanggal pertanyaan diajukan. c. Status saat ini dari pos-pos yang sebelumnya dipertanggung jawabkan atas dasar data sementara, pendahuluan, atau tidak konklusif. d. Apakah setiap penyesuaian yang tidak biasa telah dilakukan sejak tanggal neraca. Membaca notulen rapat dewan komisaris, pemegang saham, dan komite lainnya yang sesuai. Menanyakan ahli hukum klien mengenai litigasi, klaim, dan penilaian. Mendapatkan surat representasi dari klien mengenai peristiwa kemudian yang menurut pendapatnya akan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan.
5

Melakukan tanya-jawab tambahan atau melaksanakan prosedur tambahan yang dipandang perlu dalam situasi-situasi itu.

Pengaruh Terhadap Laporan Auditor Temuan-temuan yang diperoleh dari langkah-langkah di atas, mempunyai pengaruh

yang sangat besar terhadap pendapat auditor. Auditor harus mempertimbangkan apakah Dia harus membuat pengungkapan ataukah harus membuat adjustment terhadap statemen keuangan auditan, atau bahkan harus mengubah keputusan terhadap pendapat yang telah dirumuskan. Kelalaian untuk mencatat atau mengungkapkan secara tepat peristiwa kemudian dalam laporan keuangan akan menimbulkan penyimpangan dari laporan standar auditor. Tergantung pada materialitas, auditor harus menyatakan baik pendapat wajar dengan pegecualian atau pun pendapat tidak wajar karena laporan keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Membaca Notulen Rapat Notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan subkomitenya, seperti komite keuangan dan komite audit, dapat memuat hal-hal yang mempunyai signifikansi audit. Misalnya: Otorisasi pengeluaran obligasi Otorisasi pengeluaran saham baru Otorisasi pembelian kembali saham sendiri Otorisasi pembayaran dividen Otorisasi penghentian jenis produk tertentu Kelima hal tersebut diatas berpengaruh terhadap asersi-asersi manajemen dalam laporan keuangan. Informasi yang diperoleh dari penelaahan tersebut dapat menyebabkan auditor :

Melakukan pengujian substantif tambahan Meminta klien mengungkapkan peristiwa kemudian dalam laporan keuangan. Pembacaan notulen rapat biasanya dilakukan segera setelah hal itu tersedia, guna

memberikan auditor kesempatan maksimum untuk menilai signifikansi auditnya. Misal : informasi yang dipelajari dari catatan tersebut menyebabkan auditor untuk mengubah pengujian substantif. Dan pembacaan notulen rapat oleh auditor harus didokumentasikan dalam kertas kerja. Mendapatkan Bukti Mengenai Litigasi, Klaim, dan Penilaian FASB dalam SFAS 5, mendefinisikan kontinjensi sebagai kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang ada yang melibatkan ketidakpastian mengenai kemungkinan keuntungan (kontinjensi keuntungan) dan kerugian (kontinjensi kerugian). Kontinjensi keuntungan hanya akan menimbulkan masalah yang relatif kecil, sedangkan kontinjensi kerugian seringkali merupakan masalah yang signifikan bagi auditor. Kontinjensi kerugian meliputi kewajiban yang potensial dari perselisihan pajak penghasilan,klaim,dll. GAAP mempersyaratkan bahwa kontinjensi kerugian harus : a) Dicatat sebagai kewajiban b) Diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan c) Diabaikan

Pertimbangan Audit

SAS 12 (AU 337.04) menyatakan bahwa auditor harus mendapatkan bukti-bukti tentang : a) Eksistensi kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang menunjukan ketidakpastian mengenai kemungkinan terjadinya kerugian pada suatu entitas dari litigasi, klaim, dan penilaian (LCA). b) Periode di mana penyebab yang mendasari tindakan hukum terjadi. c) Tingkat probabilitas hasil yang tidak menguntungkan. d) Jumlah atau rentang kerugian yang potensial.
7

Surat Pertanyaan Audit AU 337.08 menunjukkan bahwa surat pertanyaan audit kepada ahli hukum klien

merupakan sarana utama bagi auditor untuk mendapatkan informasi pendukung tentang LCA yang diserahkan oleh manajemen. Surat tersebut harus dikirimkan oleh manajemen kepada setiap ahli hukum yang telah ditugaskan oleh klien. Pengaruh Jawaban Terhadap Laporan Auditor Jawaban ahli hukum mungkin tidak mempunyai pengaruh terhadap laporan auditor. Yaitu, auditor dapat mengeluarkan suatu laporan standar dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Hal ini dapat terjadi apabila jawabannya menunjukkan bahwa berdasarkan penyelidikan yang layak atas masalah yang dihadapi, terdapat : a) Probabilitas yang tinggi atas hasil yang menguntungkan b) Masalah yang dihadapi adalah tidak material Mendapatkan Surat Representasi Klien Auditor diwajibkan untuk mendapatkan representasi tertulis tertentu dari manajemen dalam memenuhi sandar ketiga pekerjaan lapangan. Hal ini dapat dicapai melalui surat representasi klien, yang umumnya dikenal sebagai surat rep. AU 333, Management Representations, menjelaskan bahwa representasi merupakan bagian dari barang bukti tetapi bukan pengganti penerapan prosedur audit yang diperlukan untuk mendapatkan dasar yang layak atas suatu pendapat. Representasi manajemen harus dapat : a) Mengkonfirmasikan representasi lisan yang diberikan kepada auditor b) Mendokumentasikan kelayakan yang berkelanjutan dari representasi tersebut c) Mengurangi kemungkinan kesalahpahaman mengenai representasi manajemen

Isi Surat Representasi Menurut AU 333.06 terdapat empat kategori utama dari representsi spesifik yang harus

termasuk dalam surat rep. Surat representasi itu harus mencakup representasi mengenai : a) Laporan keuangan b) Kelengkapan informasi c) Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan d) Peristiwa kemudian Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 333 (PSA No. 17) tentang Representasi Manajemen mengatur lebih lanjut mengenai Surat Representasi Klien. Dalam paragraf 05 SPAP Seksi 333 (PSA No. 17) diatur bahwa Representasi tertulis* dari manajemen harus diperoleh untuk semua laporan keuangan dan periode yang dicakup oleh laporan audit. Sebagai contoh, jika laporan keuangan komparatif dilaporkan, representasi tertulis yang diperoleh pada penyelesaian audit yang terkini harus mencakup semua periode yang dilaporkan. *) Selama audit berlangsung, manajemen perusahaan biasanya membuat banyak representasi bagi auditor, baik secara lisan maupun tertulis, dalam menanggapi pertanyaan khusus atau melalui laporan keuangan. Jadi, yang ditegaskan dalam Par. 05 di atas adalah representasi tertulis. Misalkan laporan keuangan yang diaudit adalah laporan keuangan untuk tahun buku 2009 yang disajikan dalam bentuk laporan komparatif dengan tahun buku 2008, maka dalam hal ini Surat Representasi Manajemen harus diperoleh baik untuk tahun 2009 maupun 2008. Jadi auditor tidak boleh meminta klien mempersiapkan surat representasi untuk tahun 2009 saja. Paragraf 13 SPAP Seksi 333 (PSA No. 17) juga menjelaskan bahwa penolakan manajemen utnuk melengkapi representasi tertulis merupakan pembatasan terhadap lingkup audit yang

menghalangi auditor untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dan biasanya cukup menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat atau menarik diri dari perikatan. Namun, berdasarkan pada sifat representasi yang tidak dapat diperoleh tersebut atau keadaan penolakan, auditor dapat menyimpulkan bahwa pendapat wajar dengan pengecualian adalah layak. Di samping itu, auditor harus mempertimbangkan dampak penolakan tersebut terhadap kemampuannya untuk mengandalkan representasi manajemen yang lain. Jadi, dari penjelasan di atas, jika auditor tidak bisa memperoleh surat representasi klien dari manajemen perusahaan maka dengan mempertimbangkan sifat representasi ataupun keadaan penolakan dari manajemen, auditor minimal harus memberikan opini wajar dengan pengecualian. Pengaruh Terhadap Laporan Auditor Apabila auditor menerima surat rep dan mampu mendukung representasi manajemen, maka suatu laporan audit standar dapat dikeluarkan. Tetapi, jika ada keterbatasan pada lingkup audit jika auditor tidak dapat : a) Memperoleh surat rep b) Mendukung representasi manajemen yang bersifat material bagi laporan keuangan dengan prosedur audit lainnya Pembatasan lingkup tersebut akan mengakibatkan penyimpangan dari laporan standar auditor baik melalui pendapat wajar dengan kualifikasi maupun penolakan pemberian pendapat. Melaksanakan Prosedur Analitis Prosedur analitis disyaratkan dalam penyelesaian audit sebagai review keseluruhan atas laporan keuangan. SAS 56 (AU 329.22) menyatakan bahwa tujuan dari review keseluruhan

10

adalah untuk membantu auditor menilai kesimpulan yang dicapai dalam audit dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Dalam melakukan review keseluruhan, auditor membaca laporan keuangan dan catatan serta mempertimbangkan kelayakan bukti yang diperoleh dalam menanggapi saldo dan hubungan yang tidak biasa serta tidak terduga yang : a) Diantisipasi dalam perencanaan audit b) Diidentifikasi selama audit dalam pengujian substantif Berbagai prosedur analitis dapat digunakan dan prosedur itu harus : a) Diterapkan pada bidang-bidang audit yang kritis yang diidentifikasi selama audit b) Didasarkan atas laporan keuangan sesudah semua penyesuaian dan reklasifikasi audit telah diakui

B. MENGEVALUASI TEMUAN Auditor mempunyai dua tujuan berikut dalam mengevaluasi temuan- temuan: 1. Menentukan jenis pendapat yang harus dinyatakan 2. Menentukan apakah GAAS telah dipenuhi dalam audit. Untuk mencapai tujuan ini, auditor menyelesaikan langkah- langkah berikut: Membuat penilaian akhir atau materialitas dan risiko audit. Mengevaluasi apakah ada keraguan yang besar mengenai kemapuan entitas untuk memperthakankan kelajutan usahanya (going concern). Melakukan review teknis atas laporan keuangan. Merumuskan pendapat dan membuat naskah laporan audit. Melakukan review akhir atas kertas kerja. Membuat Penilaian Akhir Atas Materialitas Dan Risiko Audit Prasyarat yang esensial dalam memutuskan suatu pendapat yang akan dikeluarkan adalah penilaian akhir atas materialitas dan risiko audit. Titik tolak untuk melakukan proses ini
11

adalah menjumlahkan salah saji-salah saji yang ditemukan ketika memeriksa semua akun yang belum dikoreksi oleh klien. Penentuan auditor atas salah saji dalam suatu akun dapat mencakup komponen berikut : a) Salah saji yang belum dikoreksi yang secara spesifik diidentifikasi melalui pengujian substantive atas rincian transaksi dan saldo b) Proyeksi salah saji yang belum dikoreksi yang diestimasi melalui teknik sampling audit c) Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis dan dikuantifikasi oleh prosedur audit lainnya, Semua komponen yang terdapat dalam suatu akun dikenal sebagai salah saji yang mungkin , sementara jumlah salah saji yang mungkin dalam semua akun disebut sebagai salah saji agregat yang mungkin. Penilaian auditor atas salah saji agregat yang mungkin dapat mencakup pengaruh dari semua salah saji yang mungkin belum dikoreksi selama periode sebelumnya terhadap laporan keuangan periode berjalan. Data yang telah diakumulasi kemudian dibandingkan dengan pertimbanga pendahuluan auditor mengenai materialitas yang dibuat ketika merencanakan audit. Dalam merencanakan audit, auditor menetapkan tingkat risiko audit yang dapat diterima. Jika salah saji agregat meningkat, maka risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji yang material juga meningkat. Jika auditor merasa bahwa risiko audit tidak dapat diterima, maka auditor harus: a) Melaksanakan pengujian substantif tambahan b) Meyakinkan klien untuk melakukan koreksi yang diperlukan untuk mengurangi risiko salah saji yang material

Mengevaluasi Kelanjutan Usaha AU 341 menetapkan tanggung jawab auditor untuk mengevaluasi apakah ada keraguan yang substansial tentang kemampuan klien untuk mempertahankan kelanjutan usahanya selama suatu periode waktu yang layak, yaitu tidak melebihi satu tahun di luar tanggal laporan
12

keuangan yang sedang diaudit. Biasanya, informasi yang akan menimbulkan keraguan yang substansia tentang asumsi kelanjutan usaha berkaitan dengan ketidakmampuan entitas untuk terus memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo tanpa diposisi aktiva yang besar di luar arah bisnis yang biasa, merestrukturisasi hutang, merevisi operasinya yang dipaksa dari luar, atau melakukan tindakan yang serupa. Auditor bisanya mengevaluasi apakah ada keraguan yang substansial mengenai kemampuan klien untuk mempertahankan kelanjutan usahanya. Jika auditor merasa yakin bahwa terdapat keraguan yang substansial mengenai kemampuan perusahaan

untuk mempertahankan kelanjutan usahanya, maka auditor harus : a) Mendapatkan informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi pengaruh kondisi atau peristiwa tersebut b) Menilai kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat diterapkan secara efektif c) Mempertimbangkan kelayakan pengungkapan mengenai kemungkinan ketidakmampuan entitas untuk mempertahankan kelanjutan usahanya selama periode waktu yang layak d) Menyertakan suatu paragraf penjelasan Jika auditor menyimpulkan tidak ada keraguan yang substansial, maka auditor tetap harus mempertimbangkan kebutuhan akan pengungkapan. Beberapa informasi yang mungkin diungkapkan mencakup: a) Kondisi dan peristiwa bersangkutan yang menimbulkan penilaian atas keraguan yang substansial mengenai kemampuan entitas untuk mempertahankan kelanjutan usahanya selama periode waktu yang layak. b) Kemungkinan pengaruh kondisi dan peristiwa tersebut. c) Evaluasi manajemen atas signifikansi dari kondisi- kondisi dan peristiwa itu serta setiap factor yang dapat mengurangi. d) Kemungkinan penghentian operasi. e) Rencana manajemen (termasuk informasi keuangan prospektif yang relevan). f) Informasi tentang pemulihan atau klasifikasi jumlah aktiva yang tercatat atau jumlah atau klasifikasi kewajiban.
13

Jika, setelah mempertimbangkan kondisi- kondisi yang diidentifikasi dan rencana manajemen, auditor menyimpulkan bahwa ada keraguan yang substansial mengenai kemampuan entitas untuk mempertahankan kelanjutan usaha selama periode waktu terisisa yang layak, maka laoran audit biasanya berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelasan tentang ketidakpastian (sesudah paragraph pendapat) untuk mencerminkan kesimpulan itu. Melakukan Review Teknis Atas Laporan Keuangan Sebelum mengeluarkan laporan audit atas klien yang merupakan perusahaan terbuka, review teknis juga harus dilakukan atas laporan itu oleh partner yang bukan anggota tim audit. Daftar periksa tersebut mencakup hal-hal yang berkenaan dengan bentuk dan isi dari masingmasing laporan keuangan dasar termasuk pengungkapan yang disyaratkan. Daftar periksa itu mencakup hal- hal yang berkenaan dengan bentuk dan isi dari masingmasing laporan keuangan dasar termasuk pengungkapan yang disyaratkan. Kebanyakan kantor akuntan sekarang mempunyai daftar periksa terpisah untuk klien SEC dan non-SEC. daftar periksa yang lengkap dan temuan dari para pereview harus tercantum dalam kertas kerja.

Merumuskan Pendapat Dan Menulis Naskah Laporan Audit Dalam proses pelaksanaan audit, dlakukan berbagai macam pengujan oleh staff yang terlibat dalam penugasan tersebut. Pengujian tersebut dilakukan secara terbatas untuk berbagai jenis rekening beserta lingkupannya. Apabila pengujian tersebut telah diselesaikan, selanjutnya auditor melakukan peringkasan atas temuan-temuannya tersebut. Dalam penyelesaian audit, auditor perlu memisahkan temuan-temuan dengan mengikhtisarkan dan mengevaluasinya untuk tujuan menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Tanggung jawab akhir atas langkah-langkah ini terletak pada partner yang melakukan penugasan itu. Sebelum mengambil keputusan akhir tentang pendapat, biasanya diadakan suatu konferensi dengan klien. Pada pertemuan ini, auditor melaporkan semua temuannya secara
14

lisan dan berusaha membersihkan dasar laporkan semua temuannya secara lisan dan berusaha memberikan dasar pemikiran untuk melakukan penyesuaian yang diusulkan dan pengungkapan tambahan yang pada akhirnya dapat dicapai beberapa kesepakatan yang dapat dicapai. Jika kesepakatan tersebut tidak dapat dicapai, auditor akan mengeluarkan jenis pendapat lainnya. Penyampaian pendapat tersebut dilakukan melalui suatu laporan audit.

Melakukan Review Akhir Atas Kerja Review ini dilakukan untuk mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat oleh penyusun kertas kerja. Review tambahan atas kertas kerja dapat dilakukan pada akhir pekerjaan lapangan oleh anggota tim audit. Tingkatan review yang dapat dilakukan dalam penyelesaian audit yaitu : REVIEW SIFAT REVIEW Mereview kertas kerja yang direview oleh auditor Manajer senior dan mereview beberapa atau semua kertas kerja yang direview oleh oleh auditor Partner yang bertanggung jawab terhadap penugasan Mereview kertas kerja yang disiapkan oleh manajer dan mereview kertas kerja lainnya atas dasar selektif

Review yang dilakukan oleh bawahan adalah akurat dan lengkap apabila : a) Pertimbangan yang dilakukan oleh bawahan adalah layak dan tepat pada situasi bersangkutan. b) Penugasan audit telah diselesaikan sesuai dengan kondisi dan syarat yang ditetapkan dalam surat penugasan. c) Semua pertanyaan tentang akuntansi, auditing. Dan pelaporan signifikan yang timbul selama audit telah diselesaikan dengan tepat. d) GAAS dan kebijakan serta prosedur pengendalian mutu kantor akuntan telah di penuhi.

15

Beberapa kantor akuntan mewajibkan suatu review independen dingin (atau kedua) atas kertas kerja oleh seorang partner yang tidak berpartisipasi dalam audit. Review tersebut diharuskan dalam audit atas perusahaan yang terdaftar pada SEC.

16

BAB III KESIMPULAN Dalam banyak hal, kadangkala pekerjaan lapangan masih perlu dicek ulang, mengingat ada beberapa informasi penting yang ada ditangan pimpinan puncak. Auditor harus menuntaskan masalah-masalah yang diduga akan muncul tersebut. Dengan demikian dalam pekerjaan audit di lapangan masih dipandang perlu dilengkapi oleh beberapa informasi yang dipandang sangat ital, dan oleh karenanya masih diperlukan satu tahapan pekerjaan audit dalam rangka penuntasan pekerjaan audit di lapangan. Pekerjaan dan tanggung jawab auditor tidak hanya berhenti sampai dengan pengumpulan informasi d lapangan telah diselesakan. Dalam rangka penyempurnaan pekerjaannya, Dia harus memperhatikan kejadian-kejadian setelah tanggal neraca baik yang secara langsung maupun tdak langsung mempengaruhi informasi yang dsajkan dalam statement keuangan klien. Seorang auditor harus memperhatikan adanya fakta-fakta baru ataupun kejadian baru yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi laporan audit belum diserahkan kepada klien. Hal ini disebabkan fakta-fakta baru tersebut dapat menjadikan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi tidak relevan atau tidak mempunyai bobot yang layak bahkan mungkin dapat dikategorikan menyimpang dari standar pelaporan yang layak. Mengingat berbagai fakta baru tersebut dapat menyesatkan pembaca laporan audit, dan tentu saja akan berakbat terhadap pembentukan opini auditor. Berbagai prosedur telah dilaksanakan dalam proses audit. Namun, auditor juga tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya terhadap proses pelaporan yang menjadi tanggung jawabnya tersebut. Banyak faktor ataupun kondisi yang memerluka perhatian auditor mengenai peristiwa-peristiwa yang dapat mempengaruhi pendapat yang dirumuskan mulamula. Hal ini disebabkan, adanya berbagai kondisi yang tidak pasti selama proses audit dilakukan. Oleh karena itu, dalam memformulasikan Pendapat Akuntan, berbagai peristiwa tersebut harus dipertimbangkan masak-masak.

17

LAMPIRAN CONTOH BERBAGAI KONDISI YANG MUNGKIN HARUS DILAPORKAN Berikut ini disampaikan beberapa contoh kondisi yang mungkin harus dilaporkan. Penyajian permasalahan berikut dikelompokkan dengan berbagai kategori kondisi dan contoh kondisinya. Berbagai permasalahan tersebut harus dikomunikasikan dengan manajemen dan komisi audit. Design struktur pengendalian yang tidak sempurna, antara lain: 1) Keseluruhan design struktur penegendalian yang tidak memadai. 2) Konsistensi pemisahan kewajiban tidak memadai dengan tujuan pengendalian. 3) Tidak ditemukan adanya penelaahan dan persetujuan terhadap transaksi, penjurnal, dan posting rekening, dan keluaran sistem yang memadai. 4) Prosedur yang tidak memadai terhadapa penjaminan dan penerapan prinsip-prinsip akuntansi. 5) Tidak ditemukan adanya teknik pengendalian lain yang memadai dalam membuat pertimbangan jenis dan tingkat aktivitas transaksi. 6) Ketentuan yang tidak memadai terhadap penjagaan keamanan aktiva perusahaan. 7) Bukti adanya kegagalan sistem untuk menghasilkan output yang sempurna dan cermat yang konsisten terhadap kebutuhan dan tujuan saat ini, dikarenakan oleh design yang cacat/rusak. Kesalahan dalam pengoperasian struktur pengendalian, yang antara lain: 1) Bukti adanya kesalahan dalam identifikasi untuk pengendalian dalam rangka melindungi dan medeteksi salah saji terhadap informasi akuntansi. 2) Bukti bahwasannya sistem telah gagal untuk menghasilkan output yang dengan konsisten yang lengkap dan cermat dengan tujuan pengendalian perusahaan karena asanya salah penerapan prosedur pengendalian. 3) Bukti adanya kesalahan pengaman assets terhadap kerugian, kerusakan, ataupun salah saji.
18

4) Bukti adanya unsur kesengajaan menghindari struktur pengendalian intern oleh pihak yang bertanggung jawab dengan merusak keseluruhan tujuan sistem. 5) Bukti adanya kesalahan penanganan dari bagian struktur pengendalian intern, seperti terkonsiliasi tidak dibuat tepat waktu. 6) Bukti-bukti adanya kesalahan bertindak yang disengaja oleh pengawai ataupun manajemen. 7) Bukti adanya manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan-catatan akuntansi atau dokumen-dokumen pendukung. 8) Bukti adanya salah penerapan prinsip akuntansi yanf disengaja. 9) Bukti adanya salah penyajian oleh klien untuk auditor. 10) Bukti bahwasannya kualifikasi dan latihan pengawai atau manajemen yang kurang agar dapat menyelesaikan fungsi-fungsi yang ditanganinya. Lain-lain: 1) Kesadaran terhadap pengendalian pada tingkat yang tidak memadai dan tidak diketemukan dalam suatu organisasi. 2) Kesalahan untuk menanggapi dan melakukan tindakan koreksi terhadap struktur pengendalian intern yang cacat dan telah diketahui pada masa-masa yang lalu. 3) Bukti yang sangat penting dan berpengaruh luas terhadap adanya transaksi oleh pihakpihak berkepentingan yang tidak diungkapkan. 4) Bukti terhadap tujuan yang bias atau penyimpangan tujuan yang tidak pantas oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap kebijaksanaan akuntansi.

19

DAFTAR PUSTAKA Boyton. Willian C, Johnsos. Raymond N, Kell. Walter G, Modern Auditing, 2003, Erlangga, Jakarta
http://julian-cholse.blogspot.com/2012/06/modern-auditing-penyelesaian-audit_20.html https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:fCK4mgZ4l4EJ:elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pe meriksaan_akuntansi_2/bab_9_penyempurnaan_pekerjaan_audit_dan_tanggungjawab_postaudit. pdf+tanggung+jawab+sesudah+audit&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgcJkdYo85HopWmxkX7m 27mK5jOW2AdMNXKTWJjbLc3tRr_q2l29zHsAVjh3B_Nt6E_FLG08c3e_BJSkIXn8BWWeHTlLehGIFZ4U bIKHszNmH5H2Py40g0qKMxmjWd-S34o-KnJ&sig=AHIEtbT-49TDg6tkt9PtfWWEAtIdRdSYfQ

20

Anda mungkin juga menyukai