Anda di halaman 1dari 8

1.

Tujuan Praktikum


1.3

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui jenis persilangan antara gamet betina dan gamet jantan pada sebuah kancing berwarna hitam dan pink. Untuk mengetahui banyaknya variasi sifat yang akan diturunkan Untuk mengamati hasil persilangan dengan beberapa sifat beda Manfaat Praktikum

Mahasiswa dapat mengeplorasikan percobaan ini terhadap budidaya perikanan dalam persilangan antara ikan betina dan ikan jantan BAB TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan II

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernafas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan, biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), serta ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dapat ditemukan di hampir semua genangan air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan (Farid, 2009). Keanekaragaman tempat hidup mempengaruhi ikan penghuninya. Banyak variasi yang tak terhitung jumlahnya pada ikan yang menyangkut masalah struktur, bentuk, sirip dan sebagainya, merupakan modifikasi yang dikembangkan ikan dalam usahanya untuk menyesuaikan diri terhadap suatu lingkungan tertentu. Sungai yang deras dan sungai yang tenang memiliki arus yang berbeda sehingga mempengaruhi kehidupan ikan. Danau yang dangkal dan yang dalam mempunyai berbagai pola perubahan suhu secara musiman. Kedalaman samudra menyajikan kemungkinan untuk pegkhususan yang lain. Lingkungan perairan samudra yang tampak sama di berbagai daerah di dunia ini sebetulnya sama sekali berbeda dalam hal sifat kimiawi airnya, tipe dasarnya dan perubahan musimnya. Ikan menyesuaikan diri terhadap segala kondisi tersebut (Farid, 2009).

2.2

Genetika Populasi

Genetika populasi adalah cabang dari ilmu genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi dan menguraikannya secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Suatu populasi dikatakan seimbang apabila frekuensi gen dan frekuensi genetik berada dalam keadaan tetap dari setiap generasi (Suryo 1994: 344). Dari objek bahasannya, genetika populasi dapat dikelompokkan sebagai cabang genetika yang berfokus pada pewarisan genetik. Ilmu ini membicarakan implikasi hukum pewarisan Mendel apabila diterapkan pada sekumpulan individu sejenis di suatu tempat. Berbeda dengan genetika Mendel, yang mengkaji pewarisan sifat untuk perkawinan antara dua individu (atau dua kelompok individu yang memiliki genotipe yang sama), genetika populasi berusaha menjelaskan implikasi yang terjadi terhadap bahan genetik akibat saling kawin yang terjadi di dalam satu atau lebih populasi. Genetika Populasi didasarkan pada Hukum Hardy-Weinberg, yang diperkenalkan pertama kali oleh Wilhelm Weinberg (1908) dan, hampir bersamaan tetapi secara independen, Godfrey Hardy (1908). Pola pewarisan suatu sifat tidak selalu dapat dipelajari melalui percobaan persilangan buatan.

Seluk-beluk pewarisan sifat pada tingkat populasi dipelajari pada cabang genetika yang disebut genetika populasi. Ruang lingkup genetika populasi secara garis besar oleh beberapa penulis dikatakan terdiri atas dua bagian, yaitu: 1. Deduksi prinsip-prinsip Mendel pada tingkat populasi, dan 2. Mekanisme pewarisan sifat kuantitatif. Bagian yang kedua ini bahwa analisis genetik sifat-sifat kuantitatif hanya dapat dilakukan pada tingkat populasi karena individu tidak informatif. Populasi mendelian ialah sekelompok individu suatu spesies yang bereproduksi secara seksual, hidup di tempat tertentu pada saat yang sama, dan di antara mereka terjadi perkawinan (interbreeding) sehingga masing-masing akan memberikan kontribusi genetik ke dalam lungkang gen (gene pool), yaitu sekumpulan informasi genetik yang dibawa oleh semua individu di dalam populasi. Sebagai contoh, di dalam populasi tertentu terdapat tiga macam genotipe, yaitu AA, Aa, dan aa. Maka, proporsi atau persentase genotipe AA, Aa, dan aa akan menggambarkan susunan genetik populasi tempat mereka berada. Adapun nilai proporsi atau persentase genotipe tersebut dikenal dengan istilah frekuensi genotipe. Jadi, frekuensi genotipe dapat dikatakan sebagai proporsi atau persentase genotipe tertentu di dalam suatu populasi. Pada contoh di atas jika banyaknya genotipe AA, Aa, dan aa masing-masing 30, 50, dan 20 individu, maka frekuensi genotipe AA = 0,30 (30%), Aa = 0,50 (50%), dan aa = 0,20 (20%).

2.3

Hukum Hardy Wein berg

Godfrey Harold Hardy seorang matematikawan Inggris dan Wilhelm Weinberg seorang dokter dari Jerman secara terpisah menemukan suatu hubungan matematik dari frekuensi gen dalam populasi, yang kemudian dikenal dengan hukum Hardy-Weinberg. Hukum ini digunakan sebagai parameter untuk mengetahui apakah dalam suatu populasi sedang berlangsung evolusi ataukah tidak. Hukum ini menyatakan bahwa dalam suatu kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen dan frekuensi genotif akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi dalam suatu populasi yang berbiak seksual, bila syarat berikut dipenuhi: 1. 2. 3. 4. 5. Genotif yang ada memiliki viabilitas (kemampuan hidup) dan fertilitas (kesuburan) yang sama Perkawinan yang terjadi berlangsung secara acak Tidak ada mutasi gen Tidak terjadi migrasi Tidak terjadi seleksi

Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi. Jika alel yang diinginkan ditetapkan (f=100%) dan alel yang tidak diinginkan dihilangkan (f=100%), populasi akan menghasilkan galur murni dan akan berharga seperti brood stok. 1. Dominan tidak sempurna

Ketika gen mempunyai dua sisi alel yang menghasilkan tiga fenotif dan setiap genotif menghasilkan satu fenotif, hal ini mudah untuk menentukan frekuansi alelnya. Frekuensi alelnya dapat dihitung dengan cara, sebagai berikut :

Jumlah ikan dengan fenotip homozigot dikalikan dua karena masing-masing ikan membawa dua kopi alel. Jumlah ikan dalam populasi dikalikan dua masing-masing ikan diploid dan memiliki dua alel perlokus. 1. Dominasi sempurna

Bila frekuensi gen yang satu dinyatakan dengan simbol A dan alelnya dengan simbol a, maka secara matematis hukum tersebut dapat ditulis sebagai berikut: A + a = 1 atau sama dengan 100% A2 + 2Aa + a2 = 1 atau sama dengan 100% Dimana : AA 2Aa Aa = alel yang homozigot dominan = alel yang heterozigot = alel yang homozigot resesif

BAB BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu : Laboratorium : 08.00-10.00, 24 Oktober & 31 November 2012 Alat dan Bahan : 2 buah toples Alat tulis Kertas dengan tabl punnet : Kancing berwarna hitam, menunjukan jantan. Kancing kecil menunjukan sifat resesif dan besar menunjukan sifat dominan. Kancing berwarna merah muda menunjukan betina. Kancing kecil menunjukan sifat resesif dan besar menunjukan sifat dominan. Prosedur Kerja 1. 2. 3. Mengambil secara acak masing-masing satu kancing jantan dan betina sehingga membentuk genotif sebanyak 64 buah. Mencatat hasil pengamatan. Menghitung frekuansi gennya.

III

Tempat Waktu 3.2

Alat-alat


Bahan

3.2

BAB HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

IV

Data Hasil Percobaan I p (A) = 0.5 dan q (a) = 0.5 Betina (Kancing merah muda) Kancing besar : A Kancing kecil : a Jantan (Kancing hitam) Kancing besar : A Kancing kecil : a Kotak Punnet : aa AA Aa Aa aa Aa Aa aa aa AA Aa Aa Aa AA AA aa aa AA aa aa Aa AA AA aa aa Aa aa Aa Aa AA Aa aa Aa Aa Aa Aa Aa Aa aa Aa = = = aa aa Aa aa AA Aa AA Aa 13 32 19 Aa AA Aa aa AA Aa Aa AA Aa Aa aa Aa Aa aa Aa Aa

Jumlah fenotip alel homozigot dominan (AA) Jumlah fenotip alel heterozigot (Aa) Jumlah fenptip alel homozigot resesip (aa) = 64

Data Hasil Percobaan II p (A) = 0.75 dan q (a) = 0.25 Betina (Kancing merah muda) Kancing besar : A

Kancing kecil : a Jantan (Kancing hitam) Kancing besar : A Kancing kecil : a Kotak Punnet : Aa Aa AA aa AA AA aa AA AA AA Aa Aa AA AA aa AA Aa Aa Aa AA AA Aa Aa aa AA aa Aa Aa AA AA AA AA AA AA AA AA Aa AA AA Aa = = = Aa AA AA Aa AA Aa AA aa 31 24 9 AA Aa Aa Aa AA aa Aa AA aa AA Aa AA aa Aa Aa AA

Jumlah fenotip alel homozigot dominan (AA) Jumlah fenotip alel heterozigot (Aa) Jumlah fenptip alel homozigot resesip (aa) 4.2 = 64 Analisis Data

Analisis Data Percobaan I Frekuensi Alel :

f(A) + f(a) = 1 Frekuensi Gen : f(AA) = (f(A))2 f(Aa) = 2 . f(A) . f(a) f(aa) = (f(a))2

f(AA) + f(Aa) + f(aa) = 1 Diketahui :

AA Aa Aa

= 13 = 32 = 19

Frekuensi alel :

0.45 + 0.55 = 1 Frekuensi Gen : f(AA) = (0.45)2 = 0.2025 f(Aa) = 2 (0.45) (0.55) = 0.495 f(aa) = (0.55)2 = 0.3025

0.2025 + 0.495 + 0.3025 = 1 Analisis Data Percobaan II Frekuensi Alel :

f(A) + f(a) = 1 Frekuensi Gen : f(AA) = (f(A))2 f(Aa) = 2 . f(A) . f(a) f(aa) = (f(a))2

f(AA) + f(Aa) + f(aa) = 1 Diketahui : AA Aa Aa = 31 = 24 =9

Frekuensi alel :

0.67 + 0.33 = 1 Frekuensi Gen : f(AA) = (0.67)2 = 0.4489 f(Aa) = 2 (0.67) (0.33) = 0.4422 f(aa) = (0.33)2 = 0.1089

0.4489 + 0.4422 + 0.1089 = 1

4.3

Pembahasan

Pembahasan Pada percobaan ini, gamet jantan dan gamet betina dari masing - masing kancing bewarna dipisahkan, kemudian dikawinkan atau dipasangkan secara bebas, dengan pengambilannya secara acak. Kawin acak setiap individu tetua akan menyumbangkan gamet ke dalam populasi dengan jumlah yang sama, dan masing-masing gamet secara acak akan bertemu dengan setiap gamet lai. Pada kancing berwarna tersebut menunjukan individu monohibrid yang dikawinkan secara acak menjadi individu dihibrid. Ketika kami memasangkan kancing-kancing seperti pada langkah 1 maka akan di dapatkanlah perbandingan seperti pada tabel di atas. Hal ini sesuai dengan Hukum Mendel II yang menyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen yang lain yang bukan alelnya. Pembuktian Hukum ini terbukti dalam hasil persilangan dari kancing yang diambil secara acak yang menghasil gabungan dari dua karakter atau bentuk (berupa warna) dari kancing tersebut. Dengan Hukum Hardy-Weinberg dapat memudahkan kita untuk menentukan apakah pada percobaan ini populasinya berada dalam keseimbangan yang stabil frekuensinya atau tidak. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Dari hasil percobaan didapat populasi nya tidak mengalami evolusi ditandai dengan Jumlah dari frekuensi fenotip baik dari frekuensi alel maupun frekuensi gen pada percobaan I dan II sesuai dengan Hukum Hardy-Weinberg yaitu berjumlah 1. BAB SIMPULAN DAN SARAN V

5.1

Simpulan

Jumlah dari frekuensi fenotip baik dari frekuensi alel maupun frekuensi gen pada percobaan I dan II sesuai dengan Hukum Hardy-Weinberg yaitu berjumlah 1. frekuensi gen dan frekuensi genotif akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi dalam suatu populasi yang berbiak seksual, bila syarat berikut dipenuhi : Genotif yang ada memiliki viabilitas (kemampuan hidup) dan fertilitas (kesuburan) yang sama Perkawinan yang terjadi berlangsung secara acak Tidak ada mutasi gen Tidak terjadi migrasi Tidak terjadi seleksi Dalam pengambilan kancing secara acak pada percobaan ini, frekuensi genotip alel yang sering muncul yaitu : Percobaan I adalah genotip alel heterozigot (Aa) sebanyak 32 kali dari 64 pengambilan. Percobaan II adalah genotip alel homozigot dominan (AA) sebanyak 31 kali dari 64 pengambilan. Saran

1. 2. 3. 4. 5.

5.2

Pada praktikum kali ini kami menyarankan agar praktikan melakukan praktikum sesuai prosedur agar tidak terjadi kesalahan pada hasil praktikum.

Anda mungkin juga menyukai