Anda di halaman 1dari 12

Subject - 3, Mineralogy

BAB II MINERAL & MINERALOGI

II.1 MINERAL
Mineral mempunyai pengertian yang berlainan di kalangan orang awam. Sering diartikan sebagai bahan yang bukan organic atau zat-zat anorganik dalam obat. Misalnya dibedakan antara vitamin dan mineral. Juga mineral-mineral sering diartikan sebagai cebakan bijih (ore) dan sering kita denganr mineral deposit. Mineral sangat penting untuk didalmi lebih dahulu sebelum mengetahui lebih lanjut atau penerapannya terhadap disiplin ilmu yang berhubungan. Sebetulnya mineral merupakan partikel-pertikel yang terkecil yang menyusun batuan. Untuk itu perlu adanya suatu penegasan definisi yang jelas mengenai arti mineral itu sendiri.

II.1.1 DEFINISI MINERAL Beberapa Definisi dari Mineral : Benda padat homogen yang terdapat dan dan terbentuk di alam secara anorganik serta mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai sususnan atom yang teratur. Suatu zat (fasa) padat dari unsur atau persenyawaan kimia yang dibentuk oleh proses-proses anorganik, dan mempunyai susunan kimiawi tertentu dan suatu penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya (struktur Kristal) Zat padat berupa bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah berupa unsur atau persenyawaan dengan komposisi kimia tertentu dan umumnya mempunyai struktur Kristal tertentu (yaitu bentuk-bentuk geometris beraturan). Bila ditinjau dan ditelaah lebih dalam mengenai pengertian mineral, sangatlah berguna untuk meneliti batasan ini satu persatu: 1) Terdapat dan terbentuk di alam; Batasan ini diperlukan, mengingat bahwa di laboratorium juga dapat dibuat berbagai macam mineral. Sebagai contoh penguapan dari larutan sodium chloride menghasilkan suatu Kristal yang tidak dapat dibedakan dengan mineral Halite yang terbentuk secara alami, namun Kristal hasil labolatorim terebut bukanlah merupakan mineral. 2) Benda padat homogen; Hal ini menyatakan bahwa mineral itu terdiri dari suatu fase padat dan hanya ada satu macam material, yang tidak dapat diuraikan menjadi senyawa yang sederhana oleh suatu proses fisika.

Mineralogi, by Ir. Vironia U. Aipassa, MT for Geology - MIPA

1 of 12

Subject - 3, Mineralogy

Dengan adanya persyaratan bahwa mineral itu suatu benda padat, maka cairan dan gas tidak termasuk sebagai mineral. Hal ini terlihat agak kurang tepat, es adalah mineral akan tetapi air bukanlah mineral. Beberapa ahli mineralogy membantah batasa ini dan menghendaki air (dan air raksa yang sering dijumpai berasosiasi dengan Cinnabar, HgS) dimasukkan sebagai mineral. 3) Tebentuk secara anorganik; Batasan ini menyebabkan zat padat homogen yang dihasilkan oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan (organic) tidak termasuk sebagai mineral. Oleh karena itu kulit tiram (dan mutiara didalamnya) meskipun terdiri dari kalsium karbonat yang tidak dapat dibedakan secara kimia maupun fisika dari mineral Aragonite, tidak dianggap sebagai mineral. 4) Mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu; Persyaratan ini menyatakan bahwa mineral ialah suatu senyawa kimia, dan senyawa kimia mempunyai komposisi pada batas-batas tertentu yang dapat dinyatakan dengan suatu rumus. Rumus mineral dapat sederhana maupun kompleks, terghantung pada banyaknya unsur yang ada dan proporsi dari kombinasinya. 5) Mempunyai susunan ataom yang teratur Atom-ataom yang tersusun secara teratur merupakan ukuran dari keadaan kristalisasinya, atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa mineral merupakan kristalin padat. Pada kondisi yang sesuai untuk suatu pembentukan mineral, susunan atom yang teratur itu dapat terefleksikan pada bentuk luar kristalnya, dan ini diketahui lama sebelum sinar X ditemukan dan kemudian membuktikan hal tersebut. Walaupun demikian ada juga pengecualian untuk batasan ini. Beberapa mineral merupakan metamiet, yaitu mineral yang pada saat pembentukannya mempunyai susunan atom yang teratur tetapi kemudian mengalami kerusakan susunan atomnya baik sebagian atau seluruhya akibat radiasi dari uranium atau thorium (unsur radioaktif), misalnya pada mineral Opal yang terbentuk dari pemadatan colloid gel, jadi pada saat pembentukannya bukan merupakan kristalin tapi kemudian berubah menjadi kristalin setelah mengalami proses dalam kurun waktu geologi.

II.1.2 DEFINISI MINERALOGI Beberapa Definisi Mineralogi : Cabang dari ilmu geologi, karena mineral merupakan pembentuk batuan dari kerak bumi. Ilmu kimia juga mempunyai hubungan yang erat dengan mineralogy, karena mineral merupakan senyawa kimia. Mineralogi ialah suatu ilmu pengetahuan tentang mineral, yang merupakan unsur dan senyawa yang terdapat di alam dan merupakan pembentuk bagian padat dari alam semesta. Dalam hal ini mineralogi tidak hanya terbatas pada material dari kerak bumi saja, karena ada juga meteorit yang merupakan mineral dari luar bumi dan juga

Mineralogi, by Ir. Vironia U. Aipassa, MT for Geology - MIPA

2 of 12

Subject - 3, Mineralogy

geofisika memberikan indikasi tentang beberapa sifat mineral yang terdapat di bawah kerak bumi. Beberapa Istilah-Istilah penting dalam MINERAL : Mineral Opaque (Opak), yaitu mineral-mineral yang tidak tembus cahaya Mineral Anisotropik, yaitu mineral-mineral yang mempunyai lebih dari satu indeks bias. Mineral isotropic, yaitu mineral dengan indeks bias yang sama terlepas dari arah getaran. Isomorphous, yaitu senyawa-senyawa dengan rumus kimia yang analog dan mempunyai sifat Kristal yang sama. Polymorph, adalah unsur atau senyawa yang dapat membentuk lebih dari satu susunan atom. Berdasarkan perannya dalam ilmu Petrologi, mineral-mineral pembentuk batuan dibagi menjadi 3, yaitu : 1) Mineral Utama (Mineral Primer), adalah komponen mineral dari batuan yang diperlukan untuk menggolongkan dan menamakan batuan. 2) Mineral Sekunder, adalah mineral yang dibentuk kemudian dari mineral primer oleh proses pelapukan, sirkulasi larutan atau proses metamorfosisi. Contohnya: Clorite yang terbentuk dari mineral Biotite oleh proses pelapukan. 3) Mineral Tambahan/mineral aksesori, adalah mineral yang terbentuk oleh kristalisai magma terdapat dalam jumlah sedikit umumnya kurang dari 5 %. Contohnya, Zircon yang merupakan mineral aksesori yang umum terdapat dalam batuan beku asam (Granite)

II.2 SEJARAH MINERAL


Mineral sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah, lama sebelum kesusatraan berkembang manusia telah mengenal waran alam seperti Hematite (merah) dan Manganese Oxide (hitam); yang digunakan untuk membuat lukisan-lukisan di dalam gua. Manusia zaman batu telah mengetahui akan kekerasan dan ketahan dari fibrous-Actinolit (Nephrite Yade) yang dipergunakan sebagai beliung. Distribusi dari alat-alat Nephrite ini membuktikan bahwa material itu pernah dipergunakan dalam kehidupan, karena alat-alat itu dijumpai jauh dari tempat bahan itu diketemukan. Penambangan dan peleburan mineral-mineral logam untuk mendapatkan bahan besi, tembaga, perunggu, timah dan perak diperkiran mulai sejak 4000 tahun yang lalu bahkan lebih, namun demikian kita tidak mempunyai bukti tertulis tentang hal tersebut. Beberapa tulisan-tulisan yang membahas tentang mineral : Theophratus, seorang filosof Yunani dalam buku On Stones (372 287 SM) merupakan tulisan yang pertama kali membahas tentang mineral. Pliny, dalam abad ke-1 Masehi mencatat bahwa banyak sekali pengetahuan alam yang sudah dikenal oleh orang Romawi dan ia menerangkan tentang beberapa
Mineralogi, by Ir. Vironia U. Aipassa, MT for Geology - MIPA

3 of 12

Subject - 3, Mineralogy

macam mineral yang ditambang untuk dipergunakan sebagai batu perhiasan, zat wrana dan bijih logam. Agricol, seorang ahli tambang Jerman menerbitkan buku De Re Metallica (tahun 1556) yang isinya menulis pengolahan mineral secara klasik, Ia mencatat mengenai keadaan geologi, mineralogi, pertambangan dan metalurgi pada saat itu. Tulisan ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris oleh Herbert Hoover, Presiden America Serikat pada tahun 1912. Niels Stensen, seorang Denmark (yang lebih dikenal dengan nama latinnya Nicolaus Steno) dalam bukunya yang berjudul Interfacial Angeles (tahun 1669) membuktikan bahwa sudut dalam Kristal kuarsa adalah tetap tidak tergantung pada bentuk dan ukuran kristalnya. Pada abad 18, A. G. Werner (1750 1817) seorang mahaguru pada Mining Academy di Freitberg, menyatakan bahwa mineral erat hubungannya dengan ilmu kimia karena para ahli kimia mempergunakan mineral sebagai bahan bakunya, akibatnya banyak ditemukan unsur baru seperti Cobalt, Nickel, Mangan, Tungsten, Molybdenum, Uranium dan lain-lain. Pada abad 19 banyak ditemukan dan dideskripsi mineral-mineral baru yang didapatkan pada pembukaan wilayah pertambangan baru yang sebelumnya belum diselidiki. Perkembangan mikroskop polarisasi dan penggunaannya untuk menentukan sifat-sifat mineral mulai dikenal kira-kira pada tahun 1870, merupakan alat baru yang sangat berguna bagi ahli mineralogy. Perkembangan terbesar pada abad sekarang telah didemonstrasikan oleh Van (1912), yaitu bahwa Kristal membiaskan Sinar X, sehingga posisi sebenarnya dari atom-atom dalam kristal dapat diinterpretasikan dari pola hasil pembiasan tersebut.

II.3 PENAMAAN MINERAL


Klasifikasi mineral digolongkan berdasarkan senyawa kimia yang utama seperti: Oxida, Sulfida, Silikat, Karbonat, Fosfat dan sebagainya. Hal ini memang baik karena mineral pada umumnya mengandung satu unsur kimia yang utama. Akan tetapi penamaan mineral tidak semuanya didasarkan pada senyawa kimia tersebut. Penamaan mineral pada umumnya diadasarkan pada : Sifat fisik atau kimia mineral Nama tempat ditemukannya Nama seorang tokoh atau seorang ahli mineral Beberapa contoh dari cara penamaan mineral adalah sebagai berikut: Albite (NaAlSi3O8) berasal dari bahasa Latin albia = putih, penamaan berdasarkan warnanya. Rhodonite (MnSiO3) berasal dari bahasa Yunani rhodon = rose = merah muda, penamaan berdasarkan warna. Chromite (FeCr2O4) karena chromium terdapat dalam jumlah yang besar dalam mineral tersebut, penamaan berdasarkan sifat kimianya.
Mineralogi, by Ir. Vironia U. Aipassa, MT for Geology - MIPA

4 of 12

Subject - 3, Mineralogy

Magnetite (Fe3O4) karena adanya sifat magnetis dalam mineral tersebut, penamaan berdasarkan sifat fisiknya. Franklinite (ZnFe2O4) penamaan berdasarkan suatu lokasi dimana mineral tersebut ditemukan pertama kalinya, di Franklin, New Jersey, Amerika Serikat. Sillimanite (Al2SiO5) penamaan berdasarkan nama seorang guru besar, yaitu Prof. Benyamin Silliman (1779 1864) dari Universitas Yale, Amerika Serikat.

II.4 MINERALOGI EKONOMI


Mineralogi Ekonomi, adalah ilmu/studi ilmiah mengenai pengenalan dan hubungan antar mineral di dalam endapan bijih, yang menghasilkan keterangan/informasi berharga mengenai asal-usul dari mineral tersebut, pada umumnya dimasukkan dalam bidang geologi ekonomi. Aspek studi mengenai mineral-mineral ekonomis ini jarang dibahas secara terpisah. Dalam pembahasannya mineralogi ekonomi disatukan dengan pembahasan mengenai prosesproses geologi, yaitu proses-proses fisika yang sesuai dengan pembentukan mineral bijih. Mineral bijih (ore mineral) ialah mineral-mineral yang dapat menghasilkan logam. Kaitannya dengan kehadiran dan keberadaan mineral bijih ini, beberapa ahli mineralogi ingin memasukkan semua elemen-eleman metalik, mineral-mineral golongan sulphides, oxides alamiah, cooper, tungsten, vanadium serta uranium sebagai mineral bijih. Sedangkan ahli mineralogi ingin membatasi hanya pada mineral-mineral yang dapat menghasilkan logam secara menguntungkan saja. Untuk mengatasi adanya argument-argumen tersebut diatas, maka kita kembalikan ke definisi yang terakhir dari mineralogi ekonomi (mm,mm) suatu mineral tertentu mungkin dapat dikatagorikan sebagai mineral bijih untuk daerah tertentu saja, sedangkan di daerah lainnya tidak termasuk dalam katagori mineral bijih, karena letaknya terpencil atau cadangannya sangat terbatas. Sebutan sebagai mineral bijih juga tergantung pada waktu, kemajuan keknologi, kemanjuaan sarana/alat angkut dan beberapa faktor lainnya karena semua faktor tersebut mempengaruhi kemungkinan untuk eksploitasi secara menguntungkan. Gaunge Mineral (Mineral Pengganngu) ialah istilah yang biasanya diperuntukkan bagi mineral-mineral yang bercampur dengan dengan mineral bijih akan tetapi tidak mempunyai nilai ekonomis, sehingga harus dibuang pada saat pengolahannya. Industrial Mineral ialah istilah yang mencakup golongan mineral lainnya yang mempunyai nilai ekonomis. Istilah ini dapat dibatasi (didefinisikan) sebagai mineral-mineral yang merupakan bahan baku utama dalam industry, sebagai contoh untuk pembuatan insulator panas atau listrik, keramik, gelas maupun kaca, pupuk dan lainya. Batu permata juga termasuk dalam golongan ini kareana banyak dari padanya selain indah untuk perhiasan, juga mempunyai sifat yang dapat dipergunakan dalam industri, pada umumnya karena sifat fisiknya yang keras.
Mineralogi, by Ir. Vironia U. Aipassa, MT for Geology - MIPA

5 of 12

Subject - 3, Mineralogy

Penyebarannya yang tidak merata dan tidak teratur dari mineral bijih dan mineral industrial serta kualitas endapannya yang berlainan dalam lapisan kerak bumi berpengaruh besar terhadap politik dan ekonomi. Tidak meratanya distribusi bahan baku di dalam kerak bumi telah menimbulkan berbagai krisi di banyak Negara terutama selam masa PD II, dan lahirlah istilah mineral strategis yang dipergunakan secara meluas di dunia. Mineral Strategis ialah logam dan mineral bijih penghasil logam. Kemudian pada tahun 1944 suatu definisi baru mengenai strategic and critical materials diumumkan oleh The Army Navy Munition Board of USA (De Mille: 1947; P 3). Strategic and Critical Materials (Material strategis dan kritis) ialah mineral-mineral yang diperlukan untuk kepentingan darurat perang, keberadaannya dalam jumlah cukup, dimana kualitas dan waktu tidak perlu menjadi alasan dalam penyediaan bahan tersebut.

II.5 MINERAL POLICY INDONESIA


Meskipun Indonesia merupakan Negara agraris, tetapi produksi mineralnya cukup meyakinkan (9.5 % produksi timah dunia) dan merupakan salah satu ekspor utama. Selain itu juga terdapat beberapa mineral dalam jumlah kecil yang diproduksi secara local, misalnya Kaolin di Bangka dan Bilitung, Timah hitam di Tasikmalaya, Air Raksa di dekat Purwakarta, Intan di Kalimantan Selatan dan Tembaga di Jawa Tengah. Produksi mineral suatu Negara tidak hanya tergantung pada adanya mineral tetapi juga pada minereal policy dari Negara tersebut. Menurut Undang-Undang Pertambangan Indonesia, semua mineral yang terdapat di wilayah Republik Indonesia dalam bentuk endapan alam adalah bagian dari pada kekayaan penduduk hingga dikontrol oleh Negara. Oleh karenanya Negara merupakan satu-satunya badan yang berhak melakukan penambangan di Indonesia. Badan-badan lain seperti Perusahaan Negara, Perusahaan Swasta Nasional maupun Perorangan dapat melakukan penambangan jika mendapa Kuasa Penambangan (KP) yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Menteri Pertambangan. Pemerintah Indonesia telah membuat klasifikasi mineral menurut pentingnya, yaitu : 1. Mineral Strategis 2. Mineral Vital 3. Mineral lainnya yang tidak termasuk dalam kategori 1 dan 2 Penambangan mineral strategis seperti minyak bumi, timah, nickel, mineral radioaktif dan lainnya pada prinsipnya hanya dapat dilakukan oleh Negara. Penambangan vital mineral seperti perak, emas, timah hitam dan lainnya dapat dilakukan oleh Perusahaan Negara maupun Swasta. Penambangan mineral non-strategis dan non-vital seperti gypsum, lempung, batugamping dan sebagainya dapat dilakukan oleh Pemerintah, Swasta maupun Rakyat. Mengingat diperlukannya biaya yang besar dalam eksplorasi mineral, maka sejak tahun 1967 pemerintah telah mengundang perusahan-perusahaan asing untuk melakukan
Mineralogi, by Ir. Vironia U. Aipassa, MT for Geology - MIPA

6 of 12

Subject - 3, Mineralogy

investasi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan asing tersebut mendapat hak untuk melakukan eksplorasi mineral dengan sistem kontak kerja. Beberapa persuhaan swasta maupun asing yang selama ini telah menjadi mitra kerja Negara seperti: PT. Aneka Tambang yang dimulai pada tahun 1971 dengan penambangan pasir besi di Cilacap, PT. Freeport yang melakukan eksplorasi di Irian Jaya dan akhirnya telah berproduksi dengan menambang bijih tembaga yang berasosiasi dengan mineral emas. Akhirnya hingga kini dalam waktu yang singkat produksi mineral di Indonesia meningkat, tidak hanya terbatas pada mineral-mineral yang telah diketahui tetapi juga mineral-mineral jarang (rare mineral) seperti zircon, tantalite dan columbite. Sebagai contoh dari rare mineral yang sudah diproduksi seperti yang dilakukan di Bangka ketika penambangan cassiterite dilakukan juga ditemui 10 mineral berat (heavy mineral) lainnya seperti rutile, brookite, tantalite, zircon dan mineral penyerta/asosiasi lainnya. Sifat-sifat fisik mineral penting untuk diketahui agak dapat memudahkan maupun menjadi petunjuk dalam hal eksplorasi maupun penambangan mineral tersebut. Hal ini berhubungan dengan mineral yang mempunyai rumus kimia yang sama dari suatu daerah mungkin berlainan sifat fisiknya dengan daerah lain. Sebagagai contoh : Mineral Pyrolusite di daerah Karang Nunggul, Jawa Barat hanya mengandung sebagian kecil saja pyrolusite dan hanya dapat dibedakan dengan menggunakan bantuan Sinar-X, namun pyrolusite ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan pyrolusite dari daerah lainnya karena dapat dipakai dalam industry baterai. Mineral Magnetite di daerah Cilacap, dikarenakan terdapatnya struktur intergrowth dalam mineral tersebut sehingga mengalami kesukaran dalam memisahkan magnetite dari pasir besi di daerah tersebut. Hal ini hanya dapat diketahui di bawah mikroskop.

Mineralogi, by Ir. Vironia U. Aipassa, MT for Geology - MIPA

7 of 12

Subject - 3, Mineralogy

BAB III SIFAT FISIK MINERAL


Sifat fisik suatu mineral berhubungan erat dengan struktur Kristal dan komposisi kimianya, sehingga dengan mempelajari sifat-sifat fisiknya kita dapat membuat beberapa kesimpulan mengenai struktur Kristal dan komposisi kimianya. Sifat fisik mineral juga dapat berguna dalam segi teknik, karena pemakaian mineral dalam indrustri terutam disebabkan oleh sifat fisiknya; misalnya pemakaian intan sebagai pengasah yang baik disebabkan oleh kekerasannya yang tinggi, sedangkan pemakaian kwarsa pada alat-alat elektronik disebabkan sifat piezoelectric-nya. Selain itu sifat fisik juga berguna dalam segi praktis, karena banyak menolong dalam penentuan mineral. Pada umumnya sifat fisik sebuah mineral dapat kita tentukan dengan cepat dan mudah dari pada kompisisi kimia ataupun struktur kristalnya, sedangkan bagi beberapa mineral tertentu sifa fisiknya dapat merupakan sebagai factor penentu yang sangat unik. Berdasarkan uraian diatas maka sifat-sfat fisik dari mineral dapat dianggap penting dalam tiga aspek , yaitu : 1). Aspek Ilmiah, 2). Aspek Teknik, 3). Aspek Penentuan (Determinasi). Sifat-sifat fisik mineral tersebut meliputi: Spesific Gravity, Bentuk Kristal, Warna, Belahan, Pecahan, Kilap, Gores, Kekerasan dan Perawakan.

III.1. SPESIFIC GRAVITY Seringkali pemakaian istilah specific gravity dan density agak dikacaukan dalam pengertiannya, walaupun sebenarnya diantara keduanya terdapat perbedaan yang cukup mendasar. Di Negara-negara yang berbahasa Inggris, pemakaian kedua istilah tersebut dibedakan sebagai berikut: Density dari suatu zat adalah massa tiap satuan volume dan pada umumnya mempunyai satuan grams/cm3. Spesific Gravity adalah suatu bilangan murni (tidak mempunyai satuan), yaitu angka yang menyatakan berapa kali berat suatu benda dibandingan dengan berat air yang mempunyai volume yang sama dengan benda itu, dengan perkataan lain dapat disimpulkan bahwa : SG ialah perbandingan antara density benda tersebut dengan density air. Untuk jelasnya dalam uraian dan pembahasan mengenai sifat-sifat fisik mineral maka akan digunakan pemakaian istilah specific gravity sebagaiman telah didefinisikan diatas. Spesific Gravity (SG) suatu mineral terutama ditentukan oleh struktur Kristal dan kompisisi kimianya, SG akan berubah sesuai dengan perubahan suhu dan tekanan hal ini disebabkan perubahan kedua factor ini dapat mengakibatkan pemuaian atau penyusutan; maka mineral dengan suatu kompisisi kimia dan struktur Kristal tertentu akan mempunyai SG yang tetap apabila pengkuran dilakukan pada suhu dan tekanan yang tertentu pula.

Mineralogi, by Ir. Vironia U. Aipassa, MT for Geology - MIPA

8 of 12

Subject - 3, Mineralogy

Hal ini terbukti pada beberapa hasil pengukuran yang dilakukan. Mineral Quartz (SiO 2) yang mempunyai komposisi tetap pada temperature dan tekanan normal, juga akan mempunyai SG yang tetap sebesar 2.65. Sedangkan Polymorph (unsur atau senyawa yang dapat membentuk lebih dari satu susunan atom) SiO 2 yang lain, yang mengkristal dengan struktur yang berlainan akan mempunyai SG yang berbeda pula, contohnya polymorph dari unsur atau senyawa SiO2 seperti : Chaldedony = 2.6, Cristobalite = 2.3 dan Tridymite = 2.27. Maka dapat disimpulkan mineral yang mengkristal pada suatu struktur tertentu tetapi mempunyai komposisi yang bervariasi ternyata akan mempunyai SG yang berbeda pula yang dipengaruhi oleh massa atom dari unsur-unsur pembentukannya; misalnya SG Olivine (Mg,Fe)2SiO4 berkisar antara 3.27 4.32, untuk MgSiO4 (Forsterite) murni mempunyai SG 3.27 sampai dengan 4.32 untuk Fe2Sio4 (Fayalite) murni, hal ini disebabkan oleh adanya gejala replacement dari atom-atom magnesium yang lebih ringan oleh atom-atom besi yang lebih berat. Hal serupa dapat kita jumpai pada kelompok persenyawaan Isomorphous (senyawasenyawa dengan rumus kimia yang analog dan mempunyai sifat Kristal yang sama) dimana SG dari pada mineral-mineral tersebut menunjukkan suatu hubungan yang langsung denan massa atom dari unsur yang terkandung didalamnya. Sebagai contoh kita temui dalam mineral-mineral kelompok Aragonite : Mineral Aragonite Strontianite Whiterite Cerussite Komposisi CaCO3 SrCO3 BaCO3 PbCO3 SG 2.95 3.78 4.28 6.58

III.2. BENTUK KRISTAL (CRYSTAL FORM) Suatu bentuk mineral dapat berupa Kristal tunggal maupun rangkaian kristal. Struktur Kristal berkembang pada saat penghabluran dari larutannya. Bentuk ini mempunyai pola teratur pada sisi-sisinya dengan sudut aturannya yang dapat digolongkan kedalam system Kristal utama. Bentuk-bentuk Kristal yang sempurna jarang ditemukan dan sulit untuk dapat pemeriannya. Hingga saat ini baru terdapat tujuh macam bentuk Kristal : a. Isometrik = Kubus b. Tetragonal c. Orthorhombik d. Monoklinik e. Triklinik f. Hexagonal f. Trigonal

Mineralogi, by Ir. Vironia U. Aipassa, MT for Geology - MIPA

9 of 12

Subject - 3, Mineralogy

Isometrik = Kubik

Tetragonal

Orthorhombik

Monoklinik

Triklinik

Hexagonal

Trigonal

III.3. WARNA (COLOR) Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya, atau dengan kata lain dapat dikatakan kesan mineral yang ditampilkan dan dapat terlihat dipermukaan mineral oleh mata telanjang. Pada umumnya warna mineral disebabkan oleh penyerapan beberapa jenis panjang gelombang yang membentuk cahaya putih, jadi warna itu timbul sebagai hasil dari cahaya putih yang dikurangi oleh panjang gelombang yang terserap. Mineral yang berwarna gelap adalah mineral yang secara merata dapat menyerap seluh panjang geelombang pembentuk cahaya putih. Faktor-faktor yang menimbulkan warna dalam mineral antara lain: 1. Komposisi kimia; Contohnya, warna biru dan hijau pada mineral-mineral cooper adalah merupakan mineral sekunder. 2. Struktur Kristal dan ikatan atom; Contohnya, polymorph dari unsur C (karbon) pada intan tidak berwarna dan transparant sedangkan pada graphite berwarna hitam dan opak. 3. Pengotor pada mineral; Contohnya, mineral Chalcedony yang berwarna.

Mineralogi, by Ir. Vironia U. Aipassa, MT for Geology - MIPA

10 of 12

Subject - 3, Mineralogy

Mineral-mineral yang mempunyai warna tetap dan tertentu disebut sebagai Idiochromatic; sedangkan mineral-mineral yang mempunyai warna yang dapat berbubah disebut Allochromatic. Warna berhubungan langsung dengan dengan komposisi seperti pada mineral-mineral yang mengandung unsur-unsru Ti (Titanium), V (Vanadium), Cr (Chromium), Mn (Manganese), Fe (Iron), Ni (Nickel), Co (Cobalt) dan Cu (Cooper) dimana didalam struktur atomnya mempunyai kulit-kulit electron yang tidak terisi lengkap yang disebabkan karena adanya penyerapan sebagian daya pancar cahaya oleh electron-elektron didalam unsur tersebut bersifat labil. Pada mineral-mineral yang mengandung Fe (Iron/Besi) : apabila besi itu seluruhnya terdapat dalam bentuk satu valensi (ferro atau ferri saja) umumnya mineral yang dihasilkan akan berwarna pucat, sedangkan apabila mengandung dua valensi (ferro dan ferri) mempunyai warna hijau tua hingga hitam. Perubahan ion ferro menjafi ferri disebabkan peristiwa oksidasi yang dapat menimbulkan perubahan warna yang cukup signifikan pada mineral, misalnya pada mineral Vivianite Fe3(PO4)28H2: ketika ditambang tidak mempunyai warna, tetapi setelah bersinggungan dengan udara terbuka dapat berubah menjadi biru tua atau hijau tua. Hal yang sama dapat terlihat pada mineral Rutile (TiO 2) alam maupun sintetis: Rutile sintetis murni yang lebur berwarna kuning pucat hingga transparat, sedangkan Rutile selalu berwarna merah hingga gelap bahkan hampir opak. Rutile sintetis, jika kekurangan oksigen (TiO 1.97) berwarna gelap sekali (merah hingga hitam, bahkan hampir opak) hal ini disebabkan adanya beberapa ion Ti. Pada beberapa mineral opak seperti limonite dan hematite biasanya dapat ditemukan gejala lapisan Iridescent, yaitu suatu gejala yang sama dengan permukaan tipis berwarna yang disebabkan oleh lapisan minyak yang terapung diatas air. Pada beberapa mineral ternyata bersifat mudah menjadi suram (tarnish) sehingga permukaannya mempunyai warna yang agak berbeda dengan warna yang sebenarnya, seperti yang ditunjukkan pada mineral Bornite (Cu5FeS4) yang baru dipecahkan akan berwarna bronze (berwarna seperti perunggu, merah tua), tetapi kemudian akan berubah warna dengan cepat menjadi ungu-violet disebabkan oleh oksidasi. Ion-ion maupun kelompok ion-ion yang dapat menimbulkan warna khas pada mineral dikenal sebagai Chromophores. Sebagai contoh : Ion-ion Cu2 yang terkena hidrasi merupakan chromophore di dalam mineralmineral Cu sekunder yang berwarna hijau dan biru. Ion-ion Cr3 adalah chromophore didalam mineral Uvarovite (Garnet hijau), didalam Muscovite dan Emerald yang mengandung chrom (hijau). Ion-ion UO2 adalah chromophore didalam mineral Uranium sekunder yang berwarna kuning dan kuning hijau. Ion-ion Mn3 dalam jumlah yang kecil saja menimbulkan warna violet pada mineral Lepidolite, pemberian warna oleh ion Mn 3 sangat ditentukan oleh hadir tidaknya unsur Fe, karena jika masih terdapat unsur besi maka kita tidak akan mendapatkan warna violet.

Mineralogi, by Ir. Vironia U. Aipassa, MT for Geology - MIPA

11 of 12

Subject - 3, Mineralogy

Demikian juga halnya dengan ion-ion asing dari luar walaupun terdapat dalam jumlah sedikit namun sudah cukup menimbulkan warna tertentu dalam mineral yang sebenarnya tidak berwarna sepeti kwarsa misalnya.Warna Amethyst dan Rose Quartz disebabkan oleh hadirnya sejumlah kecil ion-ion titanium dan mangan. Banyak juga dijumpai warna mineral yang terjadi disebabkan oleh adanya pengotoran dalam mineral utamanya. Misalnya warna merah pada mineral feldspar disebabkan oleh adanya mineral hematite yang sangat halus didalamnya, hematite ini merupakan zat pemberi warna pada mineral-mineral yang tidak berwarna; sedangkan karbon yang halus juga dapat merupakan pengotor yang menimbulkan warna abu-abu dan hitam Pseudochromatic adalah suatu sifat warna mineral dimana warna yang terlihat (warna yang ditimbulkan) sebenarnya bukanlah warna yang sesungguhnya dari mineral tersebut, melainkan hanya suatu permainan warna yang disebabkan oleh efek-efek fisik. Sebagai contoh warna dari opal dan labradorite adalah warna yang pseodochromatic, warna ini dihasilkan baik oleh pemantulan maupun pembiasan cahaya pada lapisan-lapisan dalam mineral tersebut, dimana indeks biasnya sedikit berbeda-beda.

Mineralogi, by Ir. Vironia U. Aipassa, MT for Geology - MIPA

12 of 12

Anda mungkin juga menyukai