Anda di halaman 1dari 6

Peningkatan Peran Balawista Dalam Mengangkat Citra Wisata Bahari

di Kabupaten Badung

oleh :
I Made Bram Sarjana (bram_2t@yahoo.com)
&
Anak Agung Gede Raka Yuda (gung_rk@yahoo.com)
Pemerintah Kabupaten Badung, Provinsi Bali

Pantai selalu menjadi daerah yang menarik untuk bersantai, berekreasi


melepaskan lelah, baik bersama kekasih, maupun bersama keluarga. Dari pantai Miami
di Amerika Serikat, pantai di Kepulauan Karibia, Pantai Bondi di Australia, Pantai
Pattaya di Thailand, pantai di Belitung, pantai di Pulau Sipadan-Ligitan (yang sudah kini
sudah menjadi milik Malaysia), semuanya menjadi tempat wisata yang menarik dan
berkelas dunia.
Di Bali, pantai memiliki nilai yang teramat tinggi, karena pantai tidak saja
menjadi daerah wisata bagi masyarakat lokal dan wisatawan, namun karena pantai
memiliki kaitan yang erat dengan aktivitas agama Hindu. Adanya konsep nyegara-
gunung, membuat wilayah pantai selalu menjadi tempat penting untuk melaksanakan
upacara agama Hindu, misalnya upacara melasti. Karena itu pula di pesisir pantai
banyak berdiri pura, contohnya Pura Uluwatu, Pura Geger, Pura Goa Lawah, Pura
Ponjok Batu, dll. Hal ini pula yang membuat pantai di Bali seharusnya memiliki nuansa
dan aura yang berbeda dengan pantai-pantai lain di dunia, karena daya tarik magis
pantai di Bali. Kiranya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa nuansa magis yang
muncul sebagai perpaduan antara keindahan dan aktivitas budaya di pantai tersebut
telah berperan besar dalam membuat pantai-pantai di Bali berkembang menjadi wilayah
aktivitas wisata tirta. Contohnya nyatanya dapat kita lihat di Pantai Kuta, Muaya
Jimbaran, Tanjung Benoa, Geger, Sawangan, Labuan Sait, Dream Land, Suluban (di
Badung), Pantai Sanur, Sindu, Segara, Semawang, Mertasari, Padanggalak, Matahari
Terbit (di Denpasar), Pantai Yeh Gangga (Tabanan), Pantai Medewi, Pantai Baluk
Rening (di Jembrana), Pantai Lovina dan Pantai Happy (Buleleng), Pantai Tulamben
(Karangasem) semuanya adalah pantai-pantai di tanah Bali yang indah dan menjadi
lokasi wisata bahari. Perbedaanya hanyalah pada warna pasirnya, ada yang putih dan
ada yang hitam, serta tingkat pemeliharaannya yaitu ada yang bersih terawat namun ada

1
yang terbengkalai. Hal ini menunjukkan betapa besarnya anugerah yang diberikan Hyang
Widhi Wasa kepada umat-Nya. Oleh karena itu menjadi kewajiban kita pula untuk dapat
menjaga dan memelihara anugerah tersebut dengan sebaik-baiknya agar dapat
diwariskan bagi kesejahteraan generasi penerus.
Di Kabupaten Badung, Provinsi Bali, wisata tirta merupakan salah satu ragam
aktivitas kepariwisataan yang menjadi andalan. Mengapa demikian? Karena Kabupaten
Badung dikaruniai pantai berpanorama indah lengkap dengan ombak yang bagus, dan
mendapatkan terpaan sinar matahari sepanjang tahun. Banyak wisatawan yang datang
ke Bali khususnya ke Kabupaten Badung untuk mencari suasana pantai. Hal ini
disebabkan karena di negara asalnya tidak ada pantai, letak pantai yang jauh, tidak
mendapatkan terpaan matahari, atau karena suhu airnya yang dingin. Di Australia
terdapat Pantai Bondi, namun orang Australia toh tetap saja tidak henti-hentinya
berwisata ke Bali. Tentu saja ini terjadi karena ada sesuatu yang lain di Bali, yang idak
ditemukan di negaranya. Satu faktor lagi yang menjadi penarik kedatangan wisatawan ke
pantai-pantai di Badung adalah karena pantai-pantai di Kabupaten Badung dikawal oleh
Balawista Badung, yang selalu siap siaga memberikan pertolongan dan bantuan kepada
wisatawan.
Tentu menarik untuk diketahui, apa yang sebenarnya dicari wisatawan, sehingga
tidak henti-hentinya datang ke suatu destinasi? Soekadijo (2000) menyebutkan terdapat
tiga syarat mendasar yang menunjang berkembangnya akivitas kepariwisataan, yaitu
adanya something to see (sesuatu untuk dilihat), something to do (suatu akivitas untuk
dikerjakan), something to buy (sesuatu yang dapat dibeli untuk kenangan/souvenir). Dalam
konteks wisata bahari, tentu saja something to see adalah pantai yang bersih, lestari, indah.
Sementara something to do and buy adalah menikmati keindahan pantai, mandi matahari,
jogging, main bola, berenang, surfing, snorkeling, diving, parasailing, massage, pedicure,
manicure, makan-minum, sewa papan surfing, dll). Dengan demikian amatlah jelas,
bahwa Kabupaten Badung dapat menjawab kebutuhan dan sesuatu yang dicari oleh
wisatawan pecinta alam pantai tersebut. Kesemuanya itu dapat terlaksana ketika
wisatawan yang berkunjung ke pantai merasa aman dan nyaman, tidak tegang, waswas
dan khawatir atas keselamatan diri dan barang-barangnya. Lalu peran apa yang dapat
dilakukan petugas penyelamat wisata bahari untuk mendukung pariwisata, khususnya
penyelenggaraan wisata bahari di Kabupaten Badung?
Aktivitas wisata bahari mengandung resiko-resiko tersendiri karena besarnya
pengaruh faktor alam. Kondisi alam sulit diprediksi, dapat berubah drastis dengan amat

2
cepat dalam waktu yang singkat. Gelombang dan ombak tinggi seringkali muncul tanpa
dapat diduga. Faktor lainnya, karena kurang pahamnya wisatawan di pantai terhadap
rambu-rambu keselamatan di pantai. Kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan
pentingnya keberadaan petugas Balawista untuk memberikan bantuan, pelayanan, serta
pertolongan bagi wisatawan yang membutuhkannya atau yang jiwanya terancam.
Petugas penyelamat pantai atau yang di luar negeri dikenal sebagai lifeguard pada
hakekatnya adalah penjaga keselamatan wisatawan ketika tengah melaksanakan aktivitas
wisata di pantai. Namun ini tidaklah berarti bahwa Balawista hanya bertugas ketika
terjadi suatu insiden. Petugas Balawista juga seorang abdi dan pelayan masyarakat,
sekaligus pramuwisata. Masyarakat yang dilayani tentu adalah masyarakat atau
wisatawan yang berkunjung ke pantai. Dengan demikian petugas Balawista di samping
harus menguasai teknik-teknik penyelamatan, dan stamina yang tinggi agar mampu
berenang cepat dan cukup jauh di laut, juga harus memiliki jiwa pemandu. Petugas
Balawista diharapkan mampu memberikan informasi dengan jelas dan simpatik tentang
aspek keselamatan wisata bahari, di daerah-daerah mana saja wisatawan boleh berenang,
dalam kondisi-kondisi seperti apa wisatawan yang tengah berenang harus kembali ke
darat, atau bahkan memerintahkan evakuasi dari laut dalam kondisi tertentu.
Secara umum terdapat dua strategi yang dilaksanakan dalam pelaksanaan tugas
Balawista. Yang pertama adalah strategi pasif, hanya mengamati dari kejauhan, dari
menara/pos pengawasan dengan menggunakan binocular, guna mengamati adakah
wisatawan yang kira-kira berpotensi mengalami masalah, misalnya kelihatan mulai
megap-megap kehabisan nafas saat berenang, atau mulai memasuki zona larangan untuk
berenang. Kedua strategi aktif, yaitu melakukan patroli di pinggir pantai atau di perairan.
Dalam suasana pantai tengah sepi, cukup dilakukan strategi pengamanan pasif, untuk
menghemat tenaga/energi. Saat pantai ramai, seperti libur lebaran misalnya, dua strategi
ini yaitu aktif dan pasif pelaksanaanya dipadukan.
Tugas Balawista adalah mulia dan berat. Di samping memberikan pertolongan
kepada wisatawan yang terancam jiwanya, ia juga harus memperhatikan keselamatan
dirinya sendiri dan rekan kerja/timnya. Bekerja di laut dalam upaya penyelamatan jiwa
bukanlah tugas yang dapat dilaksanakan secara tunggal (one man show), melainkan kerja
sama tim, seperti yang telah dilaksanakan dalam pelatihan-pelatihan Balawista.
Untuk itu kunci sukses pelaksanaan tugas Balawista adalah penguasaan medan
tempat tugas, rasa kesatuan tim sebagai satu keluarga besar korps penjaga pantai yang
dilandasi rasa kemanusiaan yang amat tinggi. Kesuksesan dan keselamatan dalam

3
melaksanakan tugas juga ditunjang oleh latihan secara rutin, sehingga menguasai teknik-
teknik penyelamatan di pantai, pertolongan pertama, seperti yang telah diberikan dalam
materi pelatihan ini, serta kemampuan untuk berkomunikasi. Balawista juga perlu
memiliki kesiapan untuk menangani situasi yang jauh dari bayangan kita. Selama ini
bayangan kita mungkin saja bahwa tindakan yang diambil adalah penyelamatan satu dua
orang wisatawan tenggelam. Bisa juga insiden-insiden mulai dari yang kecil seperti
wisatawan yang terluka akibat duri bulu babi, tenggelam karena arus deras/gelombang
tinggi, hingga cedera karena terbentur karang, papan surfing atau tertabrak scooter atau
boat dan sebagainya. Kini seiring dengan semakin meningkatnya tingkat resiko aktivitas
wisata, kesiapsiagaan petugas Balawista pun perlu ditingkatkan dengan kemampuan
untuk tanggap bila insiden yang harus dihadapi lebih gawat, misalnya tindak kriminal
atau teroris yang menyebabkan terjadinya kebakaran di laut, dengan kondisi ada korban
yang tenggelam, ada yang luka, dan ada pelaku kriminal yang masih berada di wilayah
pantai sehingga mengancam jiwa dan keselamatan pengunjung lainnya. Bila terjadi
situasi ini tentu petugas balawista berada di garis terdepan untuk mengkomunikasikan
ancaman serta meminta bantuan aparat terkait lainnya seperti kepolisian, ambulans, dan
pemadam kebakaran. Pada musim liburan yang selalu padat pengunjung, selain petugas
Balawista, perlu juga tersedia ambulans serta petugas kesehatan yang siap siaga.
Suksesnya pelaksanaan tugas Balawista tentu tidak terlepas dari perhatian dan
dukungan pemerintah, masyarakat, dunia usaha, stakeholder pariwisata lainnya. Oleh
karenanya di samping ditunjang oleh SDM yang mumpuni serta diganjar dengan
renumerasi yang pantas disertai asuransi jiwa, mengingat tingkat resiko yang amat tinggi,
Balawista juga perlu didukung oleh sarana prasarana yang memadai. Sarana prasarana
tersebut di antaranya seperti menara pengawasan, alat pengeras suara atau sirine, alat-
alat penyelamatan di laut berupa boat, perahu karet, scooter laut, motor ATV,
pelampung, alat bantu pernafasan, alat-alat penginderaan jarak jauh seperti binocular,
alat-alat komunikasi, dan sebagainya. Termasuk juga pelatihan-pelatihan secara rutin
untuk melatih kesamaptaan para personil Balawista. Kita patut bersyukur dan
berbangga, lifeguard Australia memberikan perhatian yang besar terhadap Balawista
Badung dengan memberikan bantuan pelatihan dan teknis, serta alat-alat. Lifeguard
Australia bahkan sempat mengabadikan rutinitas personal Balawista Badung dengan
membuat suatu film dokumenter yang ditayangkan secara luas di Australia. Film
dokumenter ini tentunya menjadi media promosi gratis pula bagi wisata bahari kita di
Kabupaten Badung.

4
Kunci sukses pariwisata adalah safety and security (kenyamanan dan keamanan).
Dalam pengembangan wisata bahari, Balawista telah menjadi garda terdepan.
Kemampuan petugas Balawista dalam memberikan pelayanan yang baik kepada
wisatawan sehingga mereka merasa betah, nyaman, aman dan terlindungi selama
beraktivitas di pantai secara tidak langsung membuat para petugas Balawista juga telah
turut mengangkat citra wisata bahari. Bila ini dapat dilakukan secara berkelanjutan,
maka wisata bahari di Kabupaten Badung pasti selalu menyenangkan dan didambakan,
sehingga wisatawan akan berulang-ulang datang kembali untuk menikmati
keindahannya wisata bahari, maupun beragam aktivitas maupun produk pariwisata
lainnya di Kabupaten Badung.

Foto-Foto Kegiatan Balawista Koleksi Dinas Pariwisata Kab. Badung:

Ketrampilan dan alat-alat petugas Balawista harus secara rutin diperbarui untuk memelihara
kesamaptaan dan kesiapan dalam memberikan pertolongan. (Foto: Diparda Kab. Badung).

5
Lifeguard dari Australia menjadi counterpart yang cukup sering memberikan tambahan
pengetahuan bagi Balawista Kab. Badung (foto: Diparda Kab. Badung)

Anda mungkin juga menyukai