Anda di halaman 1dari 4

FEBRINA KUSUMASARI 21020111130108 ARTIKEL 1 Sumber : http://arsitek-ind.blogspot.com/2012/11/m-ridwan-kamil.html M.

RIDWAN KAMIL : ANALOGI DALAM SEBUAH KARYA ARSITEKTUR Ada 4 teori yang selalu dipakai oleh Ridwan Kamil dalam merancang : 1. Teori Analogi Dalam merancang sebuah ruang diperlukan nilai-nilai, simbol yang merupakan analogi dari bangunan tersebut. Dengan merespon terhadap konteks yang ada, mencari sesuatu yang unik dari poyek yang ada. Dengan analogi bisa membuka cakrawala kemungkinan-kemungkinan bentuk yang baru. 2. Teori Folding Rancangan suatu ruang bisa dihasilkan dari proses melipat. Membuat proses membentuk dengan melipat sebelum membuat denah bangunan. 3. Green Architecture 4. Creating Programming, Isi dari suatu ruang atau lay out dari sebuah ruang menjadi expresi luar dari bangunan M. Ridwan Kamil termasuk tipe arsitek Non Signature Architect dimana dalam merancang/ mendesain, desainnya tidak dapat ditebak karena stylenya berubah-ubah. Menurut M. Ridwan Kamil, teori arsitektur selalu menjadi dasar bagi rancangan karya arsitekturnya karena dengan adanya dasar teori, karya arsitektur yang dihasilkan memiliki nilai lebih tinggi. M. Ridwan Kamil hampir selalu menggunakan dasar analogi dalam beberapa karyanya. Baginya analogi merupakan suatu cara menghubungkan karya arsitektur dengan konteksnya. Dengan dasar analogi konteks bisa berarti budaya, spirit, ciri khas, sampai philosofi. Dengan dasar analogi juga akan membuat argumentasi desain bisa dipahami oleh klien, membuat kita sebagai arsitek tertantang mencari cara baru dalam menginterpretasikan sebuah desain. Bagi M. Ridwan Kamil semua projet harus ada ceritanya. Dengan adanya analogi akan membuat sebuah cerita bagi project tersebut. Studi Kasus Gerbang Kemayoran Analogi Experimental dijadikan dasar teori dari gerbang kemayoran Menghasilkan sebuah gerbang seolah-olah sebuah gapura tapi bukan benda fisik Konsep rancangan gerbang kawasan kemayoran ini didasarkan pada aplikasi yang fleksibel dari media-media non-arsitektural, seperti cahaya, lampu, dan air. Hal ini dimaksudkan agar suasana gerbang bisa terjadi secara dramatis dan bisa diatur berdasarkan kegiatan-kegiatan di Kemayoran yang dapat berubah-ubah (event-based effects). Efek ruangan yang terjadi antara lain bisa berupa efek langit-langit virtual dengan aplikasi deretan lampu sorot. Bisa juga berupa efek awan menggantung dengan aplikasi buih air tekanan tinggi dan bisa berupa efek hutan bintang dengan aplikasi titik-titik lampu spot yang acak.

Konsep portal cahaya ini dirancang dengan menempatkan titik-titik lampu di ujung tiang-tiang vertikal primer yang berbaris rapi. Pancaran cahaya dari deretan lampu yang dipasang di kiri dan kanan poros jalan utara-selatan itu secara unik akan membentuk dinding langit-langit virtual yang dibentuk cahaya Konsep kapono awan dirancang dengan menempatlan titik-titik lubang air bertekanan tinggi pada tiang-tiang sekunder yang melengkung natural. Tekanan tinggi ini diatur sedemikian rupa sehingga air yang keluar hanya berupa buih-buih yang tipis dan transparan. Dikarenakan dirancang dengan jumlah cukup banyak, kumpulan buih air ini secara bersamaaan akan membentuk awan raksasa yang meneduhkan sekaligus mendinginkan iklim mikro ruang di bawahnya. Adapun konsep hutan bintang ini dirancang dengan menempatkan titik-titik lampu spot pada tiangtiang sekunder yang melengkung natural. Kumpulan lampu-lampu ini yang diletakkan secara acak membentuk efek yang mengingatkan pada bintang-bintang di langit. Kawasan gerbang ini juga dirancang tidak hanya untuk efek visual semata, tetapi juga diskenariokan untuk dapat menstimulasi kegiatan-kegiatan pedestarian yang positif. Kegiatan seperti bermain, duduk istirahat, dan jalan kaki diharapkan hadir di area kawasan gerbang ini. ARTIKEL 2 Sumber : http://27maret.blogspot.com/2010/01/perbedaan-konsep-perancangan-metafora.html Perbedaan Konsep Perancangan Metafora & Analogi A. Konsep Metafora Konsep metafora adalah type konsep perancangan yang mengungkapkan atau mengidentifikasikan hubungan diantara benda-benda yang lebih bersifat abstrak dari yang sebenarnya (nyata). Bentukbentuk yang nyata tersebut diolah dan dipadukan dengan imajinasi perancang. B. Konsep Analogi Konsep analogi adalah type konsep perancangan yang mengidentifikasikan hubungan harafiah (menyamakan yang mungkin diantara benda-benda). Konsep analogi ini mengambil bentuk yang sudah ada yang memiliki seluruh karakteristik yang diinginkan untuk diterapkan sebagai rancangan. Jenis-jenis analogi yang sering digunakan sebagai konsep perancangan yaitu: 1. analogi matematis, mengambil ukuran-ukuran bilangan termasuk bentuk dasar untuk menjadi dasar rancangan 2. analogi biologis, menurut pencetus konsep ini bahwa membangun adalah prose biologis dan bukan proses estetis. Analogi biologis ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu organic dan biomorfik. Analogi organic adalah analogi yang memusatkn perhatian pada hubungan antara bangunan dan ronanya. Karakter arsitektur organic menurut Frank Llyod Wright yaitu: berkembang dari dalam ke luar, selaras dengan kondisi keberadaannya, tdak dapat diterapkan begitu saja. Konstruksi terjadi dalam sifat bahan. Misalnya, Kaca dipergunakan sebagai kaca, batu dipergunakan sebagai batu, kayu dipergunakan sebagai kayu, dll. Unsure-unsur suatu bangunan adalah terpadu. Kata organic menunjuk pada kesatuan.

Menggambarkan waktu, tempat dan tujuan. 3. analogi romantic, cirri pokoknya yaitu bersifat mengemban dalam mendatangkan atau melancarkan tanggapan emosional dalam diri pengamat dengan cara membangkitkan kenangan pengamat, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: dengan memberikan gambaran yang berlebihan yang bisa menyentuh sense atau indera perasa. Dengan mengacu pada pemanfaatan potensi alam baik secara alamiah maupun secara rekayasa (dikembangkan) Contohnya yaitu: peniruan tempat-tempat yang eksotis, monumental,primitive, tradisional, asosiasi masa kanak-kanak, dll. 4. analogi linguistic, berdasarkan architectural Linguage bahwa bangunan dianggap sebagai alat untuk menyampaikan informasi kepada pengamat dengan berbagai cara atau model, diantaranya yaitu: model tata bahasa (gramatikal/sintaksis), yaitu penyusunan elemen-elemen seperti pada kalimat sehingga seolah-olah berbicara. Dengan demikian, pengamat akan cepat dan mudah memahami serta menafsirkan maksud dari rancangan bangunan tersebut. model ekspresionis, yaitu dengan membuat bentuk-bentuk bangunan sebagai media yang mencerminkan sifat atau karakter perancangnya. Misalnya bangunan dapat memberikan ulasan tentang keadaan, lokasi, tentang masalah pemisahan ruang luar dan ruang dalam, tentang orangorang yang menggunakannya, dll. model semiotic, yaitu dengan pemberian tanda untuk bisa memberikan informasi yang dimaksud. 5. analogi mekanik, yaitu bahwa bangunan dianggap sebagai mesin yang digunakan sebagai tempt beraktivitas bagi penghuninya. 6. analogi pemecahan masalah, yaitu bahwa arsitektur sebagai pertimbangan sesuai dengan penalaran yang bersifat logis, sistematis dan rasional daripada inspiratif. Cirri pemecahan masalah dalam perancangan memperlihatkan prosedur yang seksama dan terpadu. Agar dianggap rasional, prosedurnya harus memuat sedikitnya tiga tahapan, yaitu analisis, yang merupakan pengkajian data dan permasalahan sintetis, yang mengkaitkan atu memproses seluruh data yang ada evaluasi, melakukan tahap pencapaian hasil 7. analogi adhoics, merupakan analogi khusus atau special untuk tujuan tertentu. Selain itu, analogi adhoic ini merupakan tanggapan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang penting dan mendesak dengan menggunakan informasi-informasi yang langsung. Tidak ada pedoman baku dari luar untuk mengukur rancangan tersebut. 8. analogi bahasa pola, merupakan hubungan antara perilaku dan lingkungan yang dapat dilihat dari segi unit atau bagian-bagian yang ditampilkan bersama. Seringkali merupakan cerminan dari kebudayaan yang merupakan kesepakatan-kesepakatan untuk berperilaku. 9. analogi dramaturgi (irama), yaitu bahwa kegiatan manusia sering dinyatakan sebagai teater, lingkungan buatan dianggap sebagai pentas panggung dan orang-orangnya dianggap sebagai pelaku

dengan peran masing-masing. Konsep analogi dramaturgi ini dapat mempergunakan dua cara, yaitu dari sudut pandng actor (pelaku/penghuni bangunan) dan dari sudut pandang dramawan (perancang/arsitek). (dari berbagai sumber)

Anda mungkin juga menyukai