Anda di halaman 1dari 3

Argumen-argumen yang mendukung Exit Price Accounting 1. Menyediakan Informasi yang Bermanfaat MacNeal membagi akuntansi dalam 3 era.

1) Era pertama dari abad 12- abad 17, dimana peranan akuntan adalah menyediakan informasi bagi pemilik perusahaam dan manager mengenai biaya dalam ventura dan proyek tertentu dengan menggunakan historical cost. 2) Era kedua, perusahaan lebih stabil karena tidak memiliki resiko yang besar seperti era pertama, pada saat ini kredit berkembang dengan pesat. Pada saat ini diperlukan akuntan independen untuk menyediakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai informasi bagi kreditor berupa net worth dan profit yang akan mereka dapatkan. Pada masa inilah profesi public accountant mulai lahir. 3) Era ketiga, kepemilikan bersifat multitude dimana modal perusahaan dimiliki oleh banyak pihak sedangkan operasional dijalankan oleh eksekutif yang digaji dari pemilik modal. Investor menilai bahwa conventional accounting berpotensi salah dan tidak dapat menyajikan keputusan yang berorientasi dengan shareholders. Investor membutuhkan informasi yang terbaru dengan menggunakan market price. Sejak saat ini akuntan menjadi profesi yang sangat penting. 2. Informasi yang Relevan dan Reliable Informasi yang relevan berarti harus berguna dalam model keputusan dari pengguna laporan akuntansi. Decision model membantu pengguna untuk mengambil keputusan dari beberapa alternatif, jika tidak ada hambatan maka informasi yang terkumpul bisa relevan dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Hambatan ini antara lain adalah kelangkaan dan biaya yang mahal dalam pengumpulan informasi. Masalah dalam memilih keputusan dari model yang ada adalah dengan menilai kemampuan model tersebut untuk memprediksi konsekuensi dan beberapa alternatif yang diambil. Contoh dari alternatif ini adalah apakah keputusan yang diambil masuk dan bertahan dipasar, memegang cash atau evaluasi keputusan masa lalu. 3. Additivity Bagian utama dari laporan keuangan adalah balance sheet dan income statement. Nilai yang ada pada setiap account tidak bisa kita agregatkan bersamaan kalau dari awalnya nilai-nilai tersebut berbeda dasar pencatatannya dan skala pengukurannya. Contohnya, akun utang tidak bisa dihitung melalui historical cost, beberapa aset adalah replacement cost (inventory) dan sebagainya. Karena itu, valuasi karakteristik financial pada balance sheet dan income statement pada exit value menyediakan model yang konsisten dan dapat diterapkan di setiap perusahaan. 4. Allocation Thomas Laments berpendapat bahwa hal positif dari accounting price adalah laporan keuangan bebas dari biaya alokasi. Laporan laba rugi tidak melaporkan perubahan alokasi amount, tapi perubahan exit value sudah bisa langsung terlihat pada inflow dari kas dan utang pada periode waktu tertentu.

Profit menunjukan amount pada perubahan daya beli net asset, tidak termasuk tambahan investasi dan distribusi ke pemilik. 5. Reality Exit price menjadi bagian yang sangat nyata karena setiap figur menunjukan ke actual market. Misalnya depresiasi tidak dihitung dengan cara konvensional tapi dari penurunan harga pasarnya. Nilai sisa dan bobot depresiasinya tidak bisa dihitung pada beberapa tahun jika nilainya selalu naik atau konstan. Selain itu, Goodwill tidak bisa dijual terpisah terkait dengan exchangeability dan eksistensi dari selling price dan menunjukan bahwa semua item dalam laporan keuangan dapat dinyatakan oleh bukti nyata. 6. Objectivity Parker mengemukakan hasil tesisnya bahwa pengukuran objektifitas dan comparability dari exit value menyatakan sedikit dispersi yang terjadi dari pada carrying amount. Chambers juga membuktikannya dengan analisis statistika. 7. Ukuran dari Resiko Perubahan exit price bisa diindikasikan sebagai resiko. Contohnya, sebuah perusahaan membeli aset yang nilai exit-nya berbeda dengan nilai masuk-nya maka aset itu diposisi yang beresiko. Umumnya, jika exit price naik drastis, ada kesempatan atas kenaikan return tersebut dan harus efektif menghasilkan.

Argumen-argumen yang Menentang Exit Price Accounting 1. Profit Concept Profit adalah ukuran dari efektivitas kinerja actual dari sebuah perusahaan dengan menggunakan sumber daya yang ada. Bell mengatakan aset-aset tertentu dibeli untuk dioperasikan dan kemudian dievaluasi. Dari hasil evaluasi ini dapat dilihat apakah aset tersebut dapat terus digunakan untuk mencapai tujuan atau lebih baik menjualnya. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk mengevaluasi ini adalah ukuran dari kejadian masa lalu, yaitu historical cost. Weston menambahkan bahwa exit price hanya relevan jika perusahaan ingin menjual aset tersebut dan itu biasa terjadi di pasar persaingan sempurna dimana terdapat informasi yang sangat terbuka. 2. Additivity Terkait dengan additivity, ada 2 argumen perlawanan terhadap exit price, yaitu; 1) exit price melanggar prinsip pengeluaran dari perhitungan investasi awal 2) exit price tidak mengakui kemampuan perusahaan beradaptasi dalam masa kombinasi aset karena cash equivalent dari individual aset yang dijual terpisah dibandingkan dengan aset yang sama namun, dijual berpaketan maka nilainya menjadi berbeda. Misalnya, jika aset tertentu dijual masing-masing, nilainya akan lebih rendah dibandingkan jika aset tersebut dijual per paket dengan pabriknya langsung.

3. The Valuation of Liabilities Chamber berpendapat bahwa obligasi adalah bentuk capital yang efektif menggunakan face value. Nilai obligasi didasari oleh jangka waktu dan bunga yang disepakati, jadi tidak akan relevan jika menggunakan market price. 4. Current Cost or Exit Price Pertanyaan yang sangat krusial adalah apakah menggunakan current cost atau exit price, dan pada tahap siklus operasi apa exit price mendominasi valuasi aset. Penggunaan exit price lebih cocok untuk jangka pendek, tidak menunjukan berharganya nilai penggantian aset dan input dalam bisnis selama jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai